Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 68264 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amin Subandrio W. Kusumo
Jakarta: UI-Press, 2004
PGB 0176
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Putri Sarah Akbari
"Kanker adalah suatu penyakit yang belum dapat sepenuhnya disembuhkan. Kanker dapat mengakibatkan kecacatan dan kematian serta kemiskinan bagi penderita tersebut dan keluarganya akibat biaya pengobatan yang tinggi.
Seberapa penelitian telali membuktikan bahwa shining kesehatan - seperti pemeriksaan petanda tumor - pada pasien asimtomatik sebagai komponen untuk diagnosis dini dan pengobatan yang tepat akan menurunkan angka kesakitan dan angka kematian serta dapat membantu untuk menurunkan biaya. Petanda tumor adalah pemeriksaan laboratorium yang berperan dalam setiap langkah pengawasan dan penataiaksanaan kanker sehingga selayaknya menjadi pemeriksaan yang dominan di pusat pelayanan kanker seperti RSKD.
Namun dalam prakteknya, pemeriksaan petanda tumor di RSKD hanya kurang dari 6.45% dari total pemeriksaan laboratorium klinik RSKD pada tahun 1999 dan 2000.
Dalam hal ini rujukan dokter adalah komponen terpenting dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan penunjang yang tersedia dalam rumah sakit, termasuk pelayanan laboratorium untuk petanda tumor ini.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dokter dalam memanfaatkan pelayanan pemeriksaan petanda tumor pads pasien kanker di RSKD.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa peran dan fungsi belum seluruhnya diketahui semua dokter, status sosial ekonomi, berhubungan dengan tarif pemeriksaan dan sumber pembiayaan menjadi faktor utama yang menjadi pertimbangan dokter dalam memanfaatkan pelayanan ini dan kegiatan pemasaran untuk menjaring pelanggan luar dalam wilayan pelayanan RSKD belum dilakukan. Untuk itu, disarankan pengadaan pelatihan peran dan manfaat petanda tumor, peninjauan kembali terhadap penetapan harga serta melakukan kegiatan pemasaran baik di dalam maupun di luar lingkungan RSKD.

Doctor's Consideration Factors In Utilizing Tumor Marker Tests in Clinical Pathology Laboratory at Dharmais Cancer Hospital.Cancer is a disease that is not 100% curable. It can result in disability or death for a patient and its high cost of treatment can be a serious financial burden for a patient and their family.
Studies have proven that screening - such as tumor marker screening - in asymptomatic patients as a tool for early diagnosis and prompt treatment, can decrease morbidity and mortality rates and can help to reduce the overall treatment cost involved. Tumor marker testing can be used in every step in assessing patients with cancer so it would be expected that tumor marker testing would be a dominant laboratory test in a cancer center like . However, in 1999 and 2000, tumor marker tests represented only 6.45% of total laboratory testing undertaken.
Doctor referral is the most important component affecting demand for ancillary services at hospitals, including demand for laboratory services and tumor marker tests.
This research is a qualitative research with a case study approach to analyze factors that are considered by treating doctors in utilizing tumor marker tests.
It is found that not every doctor knows precisely the important role of tumor marker tests in assessing cancer disease. The social economic status of the patient together with the cost of the test and payment resources available to the patient are the major factors considered by a doctor before referring a patient for a tumor marker test. There has not been any education or marketing program undertaken to promote the utilization of this service within the hospital or to doctors outside of the hospital who may be a source of referrals for the hospital's laboratory.
Based on these findings, it is recommended education be provided to doctors treating within the hospital on the role and benefits of tumor marker testing and that the hospital consider marketing the benefits .of tumor marker testing to doctors treating within the hospital's catchment area. The hospital could also review the pricing of the tests as a means of increasing utilization.
Bibliography : 22 (1987 - 2001)"
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T617
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Santoso Soeroso
"Sebenarnya ilmu kedokteran klinis dan epidemiologi lahir bersamaan. Penemu-penemu di bidang epidemiologi sebagian besar adalah juga para dokter (klinikus) hanya saja dalam beberapa dekade terakhir ini mulai tampak ada pemisahan dalam segi pendidikan, latihan, jurnal dan macam pekerjaannya. Namun demikian para dokter (klinikus) dan ahli epidemiologi menjadi semakin sadar bahwa sebenarnya mereka perlu saling berhubungan. Untuk itu diperlukan suatu "jembatran" antar klinikus dan ahli epidemiologi dengan suatu disiplin ilmu yang disebut dengan epidemiologi klinis."
1999
JMAR-1-1-1999-47
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Devy Rositasari
"ABSTRAK
Praktek Kerja Profesi (PKP) di rumah sakit dilaksanakan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Pusat Fatmawati. Kegiatan ini berlangsung selama 6 minggu dari tanggal 1 Juli sampai dengan
tanggal 20 Agustus 2015. PKP di rumah sakit bertujuan agar mahasiswa program studi profesi
apoteker memahami peranan, tugas, dan tanggung jawab apoteker di RSUP Fatmawati sesuai
dengan ketentuan dan etika pelayanan farmasi dan pelayanan kesehatan umumnya, memiliki
gambaran nyata tentang permasalahan praktik kefarmasian serta mempelajari strategi dan
kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktik kefarmasian di
rumah sakit. Berdasarkan kegiatan PKP yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa Apoteker
RSUP Fatmawati telah melakukannya tugasnya dalam pelayanan kefarmasian dengan baik.
Apoteker berperan dalam mengelola aspek-aspek pengelolaan manajerial dan pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit melalui fungsinya sebagai manajer dan drug informer. Selain itu,
apoteker juga berperan dalam Panitia Farmasi dan Terapi (PFT), satu diantara perannya yaitu
mengkaji dan menyusun formularium Rumah Sakit.. Mahasiswa apoteker telah berhasil
memperoleh gambaran umum dari pelaksanaan pekerjaan kefarmasian di RSUP Fatmawati yang
meliputi pelayanan farmasi klinik dan non klinik. Fungsi pelayanan farmasi klinik berupa
pemberian informasi obat (PIO) dan konseling kepada pasien. Fungsi pelayanan non klinik
meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, produksi, dan
pengawasan perbekalan farmasi. Untuk memaksimalkan fungsi Bagian Farmasi baik dalam hal
pelayanan farmasi klinik maupun pelayanan farmasi non klinik maka perlu dilakukan penambahan
jumlah sumber daya manusia, seperti apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Selain itu,
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan sarana prasarana penunjang perlu diperhatikan agar
pekerjaan kefarmasian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.ABSTRACT Profession Internship in hospital was held at Hospital Pharmacy Department of General Hospital
Fatmawati. This activity lasted for 6 weeks from July 1
st
until August 20
th
2015. Profession
Internship in the hospital aims to be apothecary student understand the role, duties and
responsibilities of pharmacist of Fatmawati hospital in accordance with the rules and ethics of the
pharmaceutical and health care services generally, have a real picture of the issues pharmaceutical
practice and learn the strategies and activities that can be done in the framework of the
development of pharmacy practice in hospitals. Based on Profession Internship activities
undertaken, it can be concluded that the Pharmacist of Fatmawati Hospital has been doing its job
properly in pharmacy services. Pharmacists play a role in managing the managerial aspects of
management and pharmacy services in hospitals through its function as a manager and drug
informer. In addition, the pharmacist also plays a role in the Pharmacy and Therapeutics
Committee (PFT), one among his role is to review and prepare hospital formulary. Apothecary
student have managed to obtain a general overview of the implementation work in Fatmawati
hospital which includes pharmaceutical care clinic and non clinic. The function of clinical
pharmacy services for the provision of drug information service (PIO) and counseling to patients.
Non-clinical service functions including planning, procurement, receipt, storage, distribution,
production, and control of pharmaceuticals. To maximize the function Pharmacist both in terms of
clinical pharmacy services as well as non-clinical pharmacy services it is necessary to increase the
amount of human resources, such as pharmacists and pharmacy technical personnel. In addition,
improving the quality of human resources and supporting facilities need to be considered in order
pharmacy work can be carried out with the best.;Profession Internship in hospital was held at Hospital Pharmacy Department of General Hospital
Fatmawati. This activity lasted for 6 weeks from July 1
st
until August 20
th
2015. Profession
Internship in the hospital aims to be apothecary student understand the role, duties and
responsibilities of pharmacist of Fatmawati hospital in accordance with the rules and ethics of the
pharmaceutical and health care services generally, have a real picture of the issues pharmaceutical
practice and learn the strategies and activities that can be done in the framework of the
development of pharmacy practice in hospitals. Based on Profession Internship activities
undertaken, it can be concluded that the Pharmacist of Fatmawati Hospital has been doing its job
properly in pharmacy services. Pharmacists play a role in managing the managerial aspects of
management and pharmacy services in hospitals through its function as a manager and drug
informer. In addition, the pharmacist also plays a role in the Pharmacy and Therapeutics
Committee (PFT), one among his role is to review and prepare hospital formulary. Apothecary
student have managed to obtain a general overview of the implementation work in Fatmawati
hospital which includes pharmaceutical care clinic and non clinic. The function of clinical
pharmacy services for the provision of drug information service (PIO) and counseling to patients.
Non-clinical service functions including planning, procurement, receipt, storage, distribution,
production, and control of pharmaceuticals. To maximize the function Pharmacist both in terms of
clinical pharmacy services as well as non-clinical pharmacy services it is necessary to increase the
amount of human resources, such as pharmacists and pharmacy technical personnel. In addition,
improving the quality of human resources and supporting facilities need to be considered in order
pharmacy work can be carried out with the best."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mariyatul Kiptiyah
"Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal akibat ketidakpastian dan ketidakberdayaan perasaan yang bersumber dari pikiran yang tidak jelas dan tidak teridentifikasi. Kecemasan dimanifestasikan dengan respon fisiologis, afektif, perilaku, dan kognitif. Tujuan penelitian mengetahui tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang ICU. Desain penelitian menggunakan deskriptif dengan jumlah sampel penelitian 36 responden.
Hasil penelitian tingkat kecemasan keluarga pasien di ruang ICU RSUD Cibinong termasuk sedang (77,8%). Respon keluarga dalam menghadapi anggota keluarganya di ruang ICU masih dalam rentang adaptif. Perawat perlu menggunakan komunikasi terapeutik untuk menurunkan tingkat kecemasan keluarga pasien di ICU.

Anxiety is a universal experience due to the feeling of uncertainty and helplessness that comes from thoughts that cannot identified clearly. Anxiety is manifested by physiological, cognitive, affective, and behavioral responses. This study aimed to determine the level of anxiety in the family who's their family member was cared in the ICU. Research design was simple descriptive and total sample was 36 respondents.
The results showed that the level of anxiety in the family of patient's cared in Intensive Care Unit, District Hospital of Cibinong was moderate (77.8%). The family also responded in the range of adaptive behavior during the care of their family member in the ICU. Nurses need to use therapeutic communication to decrease the anxiety level of family of patients cared in the ICU.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47014
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Awaluddin Fikry
"ABSTRAK
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan
pasien, penyediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan
farmasi klinik. Apoteker khususnya yang bekerja di Rumah Sakit dituntut untuk
merealisasikan perluasan paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi produk
menjadi orientasi pasien. Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat Gatot Soebroto ini bertujuan agar dapat memahami peranan, tugas
dan tanggung jawab Apoteker di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan dan etika
pelayanan farmasi pada khususnya dan pelayanan kesehatan pada umumnya.
Apoteker memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan pekerjaan
kefarmasian di rumah sakit, yang mencakup aspek manajemen perbekalan farmasi
dan alat kesehatan serta pelayanan farmasi klinis.
ABSTRACT Hospital Pharmaceutical Services is an integral part of the Hospitals health care
system oriented to patient care, the providing quality and affordable Pharmaceutical
Products, Medical Devices, medical materials consumables for all segments of
society, including clinical pharmacy services. Pharmacists especially those working
in the hospital is required to realize the expansion of the paradigm of
Pharmaceutical Services of the orientation of the product into a patient orientation.
Profession Internship At Gatot Subroto Army Central Hospital aims to understand
the role, duties and responsibilities of Hospital Pharmacists in accordance with the
rules and ethics of pharmacy services in particular and healthcare in general.
Pharmacist has duties and responsibilities in carrying out hospital pharmacy, which
includes aspects of management of pharmaceuticals and medical devices and
clinical pharmacy services."
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Indriani
"Pendahuluan: Metode penugasan keperawatan primer dapat memberikan konsekuensi positif terhadap peningkatan kompetensi, kepuasan kerja perawat, mutu asuhan dan keselamatan pasien. Manajer keperawatan sangat menentukan dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan metode penugasan keperawatan primer. Kemampuan manajer keperawatan dalam melakukan supervisi memberikan berbagai dampak bagi pelayanan keperawatan. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi hubungan supervisi kepala ruangan terhadap pelaksanaan metode penugasan keperawatan primer di rumah sakit. Metode: Desain penelitian menggunakan deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel sebanyak 81 perawat primer yang berasal dari dua rumah sakit di Jabodetabek. Sampel diambil dengan teknik Total sampling. Data diambil menggunakan kuesioner yang dimodifikasi dari kuesioner Managerial Competencies of Head Nurses Tool, Overview of primary nursing core elements. Data dianalisis menggunakan uji Chi Square. Hasil : Hasil analisis menunjukan ada hubungan signifikan antara supervisi kepala ruangan dengan pelaksanaan metode penugasan keperawatan primer (p=0,047). Simpulan: Kepala ruangan yang melaksanakan supervisi dengan baik dapat melaksanakan metode penugasan keperawatan primer dengan nilai tertinggi. Kata Kunci: Kepala ruangan, metode penugasan keperawatan primer, persepsi perawat primer, supervisi, supervisi dalam pengarahan dan pengawasan.

Introduction: Primary nursing method can provide a positive consequence towards the increasment of competence, job satisfaction, care quality and patient safety. The nurse manager majorly decides and is responsible of the implementation of primary nursing method. The ability of the manager to supervise provides various effects towards nursing service. Method: The research design used descriptive quantitative with a cross-sectional approach. The number of samples was 81 primary nurses from two hospitals in Jabodetabek. Samples were taken by total sampling technique. Data were taken using a modified questionnaire from the Managerial Competencies of Head Nurses Tool, Overview of primary nursing core elements questionnaire. Data were analyzed using Chi Square test. Result: The results of the analysis concluded that there was a significant relationship between the supervision of the head of nurses and the implementation of the primary nursing method (p = 0.047). Conclusion: The head nurses who carries out supervision properly can implemening of the primary nurse with the highest score. Keywords: Head nurses, primary nursing method, perception of primary nurses, supervision in actuating and controlling."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenina Akmal
"Ibu hamil suku Sentani dan Implikasi dari sosial budaya yang mempengaruhi perilakunya dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA) di Puskesmas (Studi kasus di Kecamatan Sentani Kabupaten Jayapura,lrian Jaya). Dr. Firman Lubis, MPh sebagai pembimbing pertama, Dra. Agustin D. Sukarlan, Msi. sebagai pembimbing kedua. Program Studi Kajian Wanita, Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk melindungi ibu hamil dan anaknya oleh pemerintah dan masyarakat melalui BKIA mulai tahun 1950-an, puskesmas mulai tahun 1973 pads setiap kecamatan, bahkan posyandu pada setiap kelurahan/desa. Selain itu, juga telah dilakukan upaya melalui konstitusi yakni pads pasal 13 dan 14 Undang-Undang Republik Indonesia No 23 tahun 1992 tentang kesehatan, serta adanya hak-hak reproduksi perempuan yang tercantum dalam ICPD (International Conference of Population Development) pada tahun 1994. Namun, berbagai upaya itu tidak memberikan hasil yang menggembirakan. Hal itu terbukti dengan tidak turunnya AKI (Angka Kematian Ibu Melahirkan) di negara kita yang secara nasional tetap berkisar dalam angka 390/100.000 kelahiran, bahkan di propinsi paling timur yakni Provinsi Irian Jaya (Papua) diperkirakan AKI 700/100.000 kelahiran. Dan berbagai tulisan diketahui bahwa AKI dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: derajat kesehatan ibu dan kesiapan untuk hamil (antenatal care) serta faktor sosial budaya.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang komprehensif tentang perilaku ibu hamil suku Sentani dalam memanfaatkan pelayanan program KIA di Puskesmas yang dikaitkan dengan Implikasi dari sosial budaya setempat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku Sentani, yang memakai sistem kekerabatan patrilineaI, secara nyata menunjukkan adanya budaya patriarki hingga dewasa ini. Aturan adat telah menempatkan perempuan Sentani pada posisi yang sangat tidak berdaya, sehingga tidak wemiliki otonomi bagi dirinya, baik sewaktu dalam kekuasaan orang tua, ketika masih berstatus sebagai anak maupun setelah menjadi istri yang berada dalam kekuasaan suami. Kondisi itu dimungkinkan karena adanya sistem mas kawin dalam perkawinan adat yang berlaku hingga saat ini, dan masih harus berperan dalarn wilayah publik untuk berkebun dan bejualan di pasar. Dengan demikian, beratnya beban kerja, kemiskinan yang berakar, kurangnya dukungan suami untuk memotivasi ibu hamil untuk melakukan antenatal care di puskesmas, serta kurangnya kemauan para suami untuk mengerjakan pekerjaan domestik, pengetahuan warisan yang diperoleh dari nenek, ibu atau kerabat perempuannya serta peran mama dukun (dukun beranak), telah mengkondisikan pilihan yang paling baik untuk ibu hamil guna memeriksakan kandungan dan mempercayakan persalinan kepada mama dukun (dukun beranak).
Sayangnya puskesmas sebagai ujung tombak pemerintah dalam pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan BMA, tidak dapat memenuhi harapan masyarakat, khususnya ibu hamil. Pola kerja tenaga medik (Bidan) yang menganggap pasien (ibu hamil) hanya sebagai objek dan kurangnya upaya membina hubungan interpersonal dengan pasien serta kurangnya sensitivitas terhadap budaya setempat, menjadi penyebab buruknya kondisi. Kondisi ini diperburuk dengan kurangnya penghargaan pemerintah terhadap bidan serta kurangnya dana operasional. Kondisi puskesmas lebih buruk lagi dengan rendahnya rata-rata tingkat pendidikan perempuan Sentani. Semuanya itu membuat ibu bumil suku Sentani enggan datang ke puskesmas untuk memeriksakan kandungannya atau untuk bersalin.
Dalam meneliti, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam sebagai teknik mengumpulkan data, sedangkan sebagai pendukung digunakan teknik observasi, studi pustaka, dan studi dokumentasi.
Penelitian dilakukan di Kecamatan Sentani Kabupaten Jayapura, Provinsi Irian jaya. Subjek penelitian adalah ibu hamil suku Sentani ataupun pernah hamil dan melahirkan dan berdomisili di lokasi penelitian. Di samping itu, wawancara juga dilakukan dengan suami dari responder, mama dukun, tokoh masyarakat serta tenaga medis yang menjadi responden pendukung. "
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muniroh
"ABSTRAK
Diagnosis infark miokard akut ditegakkan apabila memenuhi 2 dari 3 kriteria, yaitu klinis, perubahan EKG, dan peningkatan kadar penanda biokimia jantung. Troponin merupakan penanda biokimia jantung yang spesifik untuk infark miokard, akan tetapi memiliki keterbatasan yaitu kurang sensitif apabila dilakukan pada fase awal karena troponin akan meningkat dalam darah setelah 4 -10 jam setelah infark miokard. Copeptin merupakan penanda stres endogen, yang dapat meningkat pada awal onset infark miokard akut, namun kurang spesifik. Penelitian tentang copeptin-us sebagai penanda biokimia jantung masih sedikit dan di Indonesia penelitian tentang copeptin-us sebagai penanda biokimia jantung belum pernah dilakukan.
Penelitian ini mengikutsertakan 91 pasien tersangka sindrom koroner akut yang terbagi atas 15 (16,5%) NSTEMI, 43 (47,3%) UA, dan 33 (36,3%) non SKA. Diagnosis ditegakkan oleh dokter di IGD RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Karakteristik pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dicatat dan kemudian dilakukan pemeriksaan copeptin-us.
Nilai rerata copeptin-us pada NSTEMI adalah 151,80 ± 130,03 pmol/L, median copeptin-us pada UA adalah 7,12(1,145 ? 62,23) pmol/L, dan rerata copeptin-us pada non SKA adalah 7,36 ± 4,17 pmol/L. Nilai cut off copeptin-us untuk membedakan NSTEMI dengan UA/non SKA adalah 13,97 pmol/L. Area under curve (AUC) kombinasi hs-cTnT saat masuk rumah sakit dengan copeptin-us adalah 0,941 (0,882 ? 1,00), hs-cTnT saat masuk rumah sakit 0,885 (0,790 ? 0,98), dan AUC hs-cTnT 3 jam kemudian adalah 0,925 (0,824 ? 1,00). Nilai median hs-cTnT saat masuk RS pada NSTEMI adalah 114(29-1102) pg/mL, pada UA adalah 16 (3-3352) pg/mL, dan pada non SKA adalah 6(3-366) pg/mL. Nilai median hs-cTnT 3 jam pada NSTEMI adalah 488 (81-18437) pg/mL, pada UA 14(3-2224) pg/mL, dan pada non SKA adalah 3(3-679) pg/mL. Kombinasi copeptin-us ≥ 13,97 pmol/L dan hs-cTnT ≥ 14 pg/mL dan untuk membedakan NSTEMI dengan UA/non SKA memberikan sensitivitas 100%, spesifisitas 90,78%, NPP 68,18%, dan NPN 100%.
Uji diagnostik kombinasi copeptin-us dan hs-cTnT saat masuk RS lebih baik dibandingkan hs-cTnT saat masuk RS saja dan dapat digunakan untuk rule out NSTEMI.ABSTRACT
Diagnosis of acute myocardial infarction is made when two of the followed criterias are met; clinical, ECG changes, and increased levels of cardiac biochemical markers. Troponin is a specific cardiac biochemical marker for myocardial infarction but has limitation. It is less sensitive when measured in the early phase, because troponin will increase in blood after 4 -10 hours post myocardial infarction. Copeptin is an endogenous stress marker, it level increases in the early onset of acute myocardial infarction but study on copeptin-us as cardiac biochemical marker are limited and in Indonesia there is no study on copeptin-us has been done.
In this study 91 consecutive patients fulfilled the inclusion and exclusion criteria, consist of 15 (16,5%) NSTEMI, 43 (47,3%) unstable angina, and 33 (36,3%) non acute coronary syndrome. Diagnosis was made by the emergency physician at Harapan Kita cardiovascular centre. Characteristics of these subject were recorded and then the copeptin-us levels were measured.
The mean value of copeptin-us in NSTEMI is 151,80 ± 130,03 pmol/L, median copeptin-us in UA is 7,12(1,145 ? 62,23) pmol/L, and the mean copeptin-us in non ACS is 7,36 ± 4,17 pmol/L. Cut off value of copeptin-us to distinguish NSTEMI from UA/non ACS is 13,97 pmol/L. Area under curve of the combination hs-cTnT on admission and copeptin-us is 0,941 (0,882 ? 1,00), hs-cTnT on admission is 0,885 (0,790 ? 0,98), and hs-cTnT 3 hours laters is 0,925 (0,824 ? 1,00). Median value hs-cTnT on admission in NSTEMI is 114(29-1102) pg/mL, in UA is 16 (3-3352) pg/mL, and in non ACS is 6(3-366) pg/mL. Median hs-cTnT 3 hours in NSTEMI is 488(81-18437) pg/mL, in UA is 14(3-2224) pg/mL, and in non ACS is 3(3-679) pg/mL. Combination of copeptin-us ≥ 13,97 pmol/L and hs-cTnT ≥14 pg/mL to distinguish NSTEMI from UA/non ACS has sensitivity 100%, specificity 90,78%, PPV 68,18%, and NPV 100%.
The diagnostic value of combination on copeptin-us and hs-cTnT is better than only hs-cTnT on admission so that it can be used to rule out NSTEMI.;Diagnosis of acute myocardial infarction is made when two of the followed criterias are met; clinical, ECG changes, and increased levels of cardiac biochemical markers. Troponin is a specific cardiac biochemical marker for myocardial infarction but has limitation. It is less sensitive when measured in the early phase, because troponin will increase in blood after 4 -10 hours post myocardial infarction. Copeptin is an endogenous stress marker, it level increases in the early onset of acute myocardial infarction but study on copeptin-us as cardiac biochemical marker are limited and in Indonesia there is no study on copeptin-us has been done.
In this study 91 consecutive patients fulfilled the inclusion and exclusion criteria, consist of 15 (16,5%) NSTEMI, 43 (47,3%) unstable angina, and 33 (36,3%) non acute coronary syndrome. Diagnosis was made by the emergency physician at Harapan Kita cardiovascular centre. Characteristics of these subject were recorded and then the copeptin-us levels were measured.
The mean value of copeptin-us in NSTEMI is 151,80 ± 130,03 pmol/L, median copeptin-us in UA is 7,12(1,145 ? 62,23) pmol/L, and the mean copeptin-us in non ACS is 7,36 ± 4,17 pmol/L. Cut off value of copeptin-us to distinguish NSTEMI from UA/non ACS is 13,97 pmol/L. Area under curve of the combination hs-cTnT on admission and copeptin-us is 0,941 (0,882 ? 1,00), hs-cTnT on admission is 0,885 (0,790 ? 0,98), and hs-cTnT 3 hours laters is 0,925 (0,824 ? 1,00). Median value hs-cTnT on admission in NSTEMI is 114(29-1102) pg/mL, in UA is 16 (3-3352) pg/mL, and in non ACS is 6(3-366) pg/mL. Median hs-cTnT 3 hours in NSTEMI is 488(81-18437) pg/mL, in UA is 14(3-2224) pg/mL, and in non ACS is 3(3-679) pg/mL. Combination of copeptin-us ≥ 13,97 pmol/L and hs-cTnT ≥14 pg/mL to distinguish NSTEMI from UA/non ACS has sensitivity 100%, specificity 90,78%, PPV 68,18%, and NPV 100%.
The diagnostic value of combination on copeptin-us and hs-cTnT is better than only hs-cTnT on admission so that it can be used to rule out NSTEMI.;Diagnosis of acute myocardial infarction is made when two of the followed criterias are met; clinical, ECG changes, and increased levels of cardiac biochemical markers. Troponin is a specific cardiac biochemical marker for myocardial infarction but has limitation. It is less sensitive when measured in the early phase, because troponin will increase in blood after 4 -10 hours post myocardial infarction. Copeptin is an endogenous stress marker, it level increases in the early onset of acute myocardial infarction but study on copeptin-us as cardiac biochemical marker are limited and in Indonesia there is no study on copeptin-us has been done.
In this study 91 consecutive patients fulfilled the inclusion and exclusion criteria, consist of 15 (16,5%) NSTEMI, 43 (47,3%) unstable angina, and 33 (36,3%) non acute coronary syndrome. Diagnosis was made by the emergency physician at Harapan Kita cardiovascular centre. Characteristics of these subject were recorded and then the copeptin-us levels were measured.
The mean value of copeptin-us in NSTEMI is 151,80 ± 130,03 pmol/L, median copeptin-us in UA is 7,12(1,145 ? 62,23) pmol/L, and the mean copeptin-us in non ACS is 7,36 ± 4,17 pmol/L. Cut off value of copeptin-us to distinguish NSTEMI from UA/non ACS is 13,97 pmol/L. Area under curve of the combination hs-cTnT on admission and copeptin-us is 0,941 (0,882 ? 1,00), hs-cTnT on admission is 0,885 (0,790 ? 0,98), and hs-cTnT 3 hours laters is 0,925 (0,824 ? 1,00). Median value hs-cTnT on admission in NSTEMI is 114(29-1102) pg/mL, in UA is 16 (3-3352) pg/mL, and in non ACS is 6(3-366) pg/mL. Median hs-cTnT 3 hours in NSTEMI is 488(81-18437) pg/mL, in UA is 14(3-2224) pg/mL, and in non ACS is 3(3-679) pg/mL. Combination of copeptin-us ≥ 13,97 pmol/L and hs-cTnT ≥14 pg/mL to distinguish NSTEMI from UA/non ACS has sensitivity 100%, specificity 90,78%, PPV 68,18%, and NPV 100%.
The diagnostic value of combination on copeptin-us and hs-cTnT is better than only hs-cTnT on admission so that it can be used to rule out NSTEMI."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
Sp-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>