Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69241 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Budi Wahyuni Rahardjo
Jakarta: UI-Press, 2001
PGB 0444
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Wuryan Prayitno
"Sejak zaman dahulu manusia telah diganggu oleh masalah gigi dan mencari berbagai macam cara untuk meringankannya. Penyembuh penyakit gigi pertama adalah seorang dokter, tetapi menjelang abad pertengahan para "barber surgeons" dari daratan Eropa telah melakukan kekhususan untuk perawatan gigi. Para praktisi belajar melalui "trial and error" dan observasi secara intensif, dan menjelang abad ke-15 mereka telah mengembangkan bidang yang baru ini lebih cepat dibandingkan dengan para dokter yang telah lama melakukan praktek ilmu kedokteran pada waktu itu. Kecepatan berkembang ini dua kali lipat pada abad ke-18 ketika Pierre Fauchard (1678-1761) melalui risalah besarnya "Le Chirurgien Dentiste" yang edisi pertamanya diterbitkan pada tahun 1728 dengan tegas menyatakan bahwa bidang kedokteran gigi merupakan profesi yang murni (a true profession). Tidak lagi terperosok dalam takhyul dan tidak merupakan cabang dari ilmu kedokteran, akhirnya sejak zaman itu, bidang kedokteran gigi dikembangkan dengan dasar prinsip-prinsip keilmuan yang rasional sebagai suatu profesi.
Akhir-akhir ini terbetik issue yang mengecilkan fungsi profesi kedokteran gigi. Perkenankanlah sebagai seorang anggota profesi tersebut, secara pribadi saya menghimbau kepada masyarakat luas bahwa keragu-raguan tersebut kalau memang ada, tidaklah perlu, karena profesi ini di Indonesia dengan jatuh bangun telah dirintis oleh para anggota profesinya, semenjak didirikannya Sekolah Kedokteran Gigi pada tahun 1928 (Stovit) di Surabaya. Selama hampir 65 tahun pendidikan kedokteran gigi di Indonesia telah berkembang menjadi 11 Fakultas Kedokteran Gigi pemerintah dan swasta. Ini membuktikan bagaimana kelompok profesi ini ingin berkembang, dan berkembang terus, agar dapat ikut mengembangkan dharma baktinya bagi kepentingan kemanusiaan. Di samping itu sejak tahun 1950 para dokter gigi di seluruh Indonesia telah mendirikan suatu wadah profesi yang disebut PDGI atau Persatuan Dokter Gigi Indonesia. Demikianlah para hadirin sedikit pendahuluan sebelum saya menginjak pada kekhususan mengenai bidang Periodontologi."
Jakarta: UI-Press, 1993
PGB 0445
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Herwati Djoharnas
"ABSTRAK
Penelitian mengenai santri wanita ini dilakukan pada Pondok pesantren Yayasan Ainurrohmah, di desa Ciater, kecamatan Serpong Kabupaten Tanggerang. Pada sejumlah 13 orang santri telah dilakukan pembinaan berupa penambahan pengetahuan dan ketrampilan di bidang kesehatan/kesehatan gigi, selama 1,5 bulan. dari bulan 3uli hingga September 1999.
Tujuan umum yang akan dicapai adalah mencari strategi yang tepat untuk dapat memberdayakan mereka agar dapat menjadi kader kesehatan/kesehatan gigi.
Silabus pendidikan disusun berdasarkan hasil survey tentang keadaan kesehatan gigi para santri serta pengetahuan dan sikap mereka terhadap kesehatan. Metoda pengajaran dilakukan dengan ceramah, diskusi, demonstarsi dan latihan dilapangan pada masyarakat. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan maka alat bantu yang digunakan adalah buku panduan, poster, slides, model gigi, sikat gigi dsb, yang terasa sangat penting dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan pendidikan.
Berdasarkan evaluasi pada pengetahuan dan ketrampilan tambahan yang telah diberikan tersebut, dapat dikatakan bahwa hasil yang dicapai cukup baik. Strategi yang perlu diperhatikan dalam pengembangan program serupa adalah waktu pelaksanaan, latar belakang pendidikan para santri, proses perkembangan dari pondok pesantren dan fasiitas yang dimiliki, serta peran dari pesantren sebagai lembaga sosial bagi masyarakat disekelilingnya."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Rahardjo
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
PGB 0583
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Narlan Sumawinata
Jakarta: UI-Press, 2008
PGB 0274
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Damiyanti
"ABSTRAK
The objective of this study was to find out the relationship between prior learning and performance of final test on dental material science. A sample of 70 respondents was randomly selected from students in the Faculty of Dentistry, University of Indonesia, Jakarta. The data were taken through objective (for entry learning) and essay tests. The relation among prior learning and final test on dental material science was analysed by partial correlation and multiple regression techniques. The resulting findings are as follows: there was a positive correlation between student's prior learning and performance of final test (r=0.533). This study also revealed that the mean score of students ability on prior learning and final test were higher than their theoretical mean score. It can be concluded that prior learning significantly contributed to learning achievement in dental material science."
Journal of Dentistry Indonesia, 2004
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Widurini Djohari
"BASTRAK
Kerusakan gigi molar satu rahang atas frekuensinya Cukup tinggi dan sering disertai kelainan pulpa. Perawatan saluran akar pada gigi ini memerlukan keterampilan yang ditunjang oleh pengetahuan anatomi dan morfologi a.l. panjang gigi, bentuk penampang saluran akar, jumlah akar, jumlah saluran akar, dan letak orifis. Dalam perawatannya sering dijumpai kesulitan menentukan letak apeks, karena pedoman ukuran yang ada berdasarkan ukuran gigi orang Amerika atau Eropa. Belum ada pedoman yang berdasarkan ukuran gigi orang Indonesia.
Dari sampel 50 gigi molar satu atas yang dicabut dari klinik gigi di Jakarta, diukur panjang gigi dari masing-masing apeks akar Palatal, Mesio Bukal, Disto Pukal ke bidang oklusal dengan mikrometer. Dihitung jumlah akar, jumlah saluran akar, dan dicatat bentuk penampang saluran akar 5 mm dari apeks, dan konfigurasi letak oriifis.
Dari hasil pengukuran diperoleh panjang gigi rata-rata dari apeks akar palatal 19,47 mm, dari apeks akar mesio bukal 19,14 mm dari apeks akar disto bukal 18,41 mm. Dari hasil pengamatan, semua gigi mempunyai tiga akar, dan diperoleh lebih banyak gigi dengan tiga saluran akar (98 %). Dari gambaran konfigurasi letak orifis diperoleh bentuk "7" (60 %),lebih banyak dibanding bentuk "Y" (16 %) dan bentuk "T" (18 7.). Dari pengamatan bentuk penampang saluran akar, terbanyak diperoleh bentuk bulat pada akar disto bukal (82 7.), dan bentuk Blips pada akar palatal (36 %). Selain itu diperoleh pula bentuk ginjal pada akar disto bukal (4%), dan bentuk pipih pada akar mesio bukal (14 %).
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mariska Hendraely
"ABSTRAK
Perkawinan merupakan bentuk hubungan interpersonal antara pria dan wanita
yang sifatnya paling intim, sangat berbeda dengan bentuk-bentuk hubungan interpersonal
lainnya dan cenderung dipertahankan (Argyle & Henderson, 1985). Pada dasarnya
Undang-Undang Perkawinan dan Hukum Islam menganut asas monogami, walaupun
demikian perkawinan poligami diperbolehkan sebagai suatu pengecualian. Pengecualian
diperbolehkannya poligami disertai dengan adanya batasan-batasan yang berat berupa
syarat-syarat dan tujuan yang mendesak (Thalib, 1986).
Setiap perkawinan baik monogami ataupun poligami tidak mungkin akan selalu
berjalan mulus tanpa menghadapi suatu masalah perkawinan apapun. Bentuk perkawinan
poligami adalah suatu bentuk keluarga yang lebih besar, segala hak dan kewajiban dalam
perkawinan harus dijalankan untuk dua keluarga Hal ini dapat menjelaskan bahwa
masalah yang akan timbul dalam perkawinan akan lebih banyak.
Potensi masalah akan lebih besar bila perkawinan berlanjut hingga pria yang
berpoligami menginjak lanjut usia Hal ini karena pada saat lanjut usia secara alamiah
terjadi penurunan dalam berbagai kemampuan sementara kewajiban yang harus dipenuhi
tetap. Penurunan yang paling jelas terutama pada kemampuan fisik yang kemudian ikut
mempengaruhi perkembangan kognitif, emosi dan sosialnya (Bee, 1996). Hal ini akan
menyebabkan kemampuan untuk memenuhi segala kewajiban menjadi menurun.
Sedangkan saat ini populasi lanjut usia semakin meningkat sebagai akibat keberhasilan
pembangunan yang didukung oleh kemajuan ilmu dan teknologi serta pelayanan
kesehatan. Peningkatan jumlah lanjut usia ini menunjukkan usia harapan hidup yang
semakin meningkat. Perkawinan poligami yang berlanjut sampai lanjut usia pun
tampaknya akan semakin meningkat. Walaupun Undang-Undang Perkawinan dan Hukum
Islam yang membatasi peluang untuk berpoligami cukup ketat, namun pada kenyataannya
hal tersebut tidak terlalu menghalangi orang-orang untuk menikahi lebih dari seorang
istri.
Menurut Steinberg & Silverberg (dalam Davidson & Moore, 1996) masa lanjut
usia merupakan masa keemasan bagi pasangan suami-istri dalam menjalani
perkawinannya, karena pada masa ini pasangan suami-istri akan lebih banyak
menghabiskan waktunya dalam keluarga dan menjalani kegiatan bersama pasangan
hidupnya Walaupun demikian setiap suami-istri tidak dapat menghindari potensi
timbulnya masalah akibat proses penuaan yang bersifat menurun. Tentunya bagi pria
yang berpoligami potensi masalah yang dihadapi akan lebih besar karena tetap harus
memenuhi segala kewajiban pada dua keluarga.
Berdasarkan hal tersebut dalam penelitian ini ingin diperoleh gambaran masalah
yang dihadapi pria yang berpoligami menginjak lanjut usia, dengan mengacu pada faktorfaktor
yang mempengaruhi seseorang untuk berpoligami, perbedaan masalah poligami yang dialami sebelum dan sesudah lanjut usia serta faktor-faktor yang berperan
membantu mengatasi masalah poligami. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
metode kualitatif serta menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi untuk
mengumpulkan data. Subyek penelitian terdiri dari lima orang pria lanjut usia yang
berpoligami sebelum menginjak lanjut usia. Setelah data selesai dikumpulkan, dilakukan
analisa secara kualitatif untuk mendapatkan gambaran masalah pria yang berpoligami
menginjak lanjut usia
Hasil penelitian menunjukkan faktor yang mendorong seorang pria untuk
berpoligami adalah keinginan untuk mempunyai keturunan, jatuh cinta pada wanita lain,
menolong calon istri kedua dan ada ketidakcocokkan dengan istri pertama Hasil lain
menunjukkan umumnya pada setiap subyek ditemukan masalah dari perkawinan
poligaminya sebelum lanjut usia. Sesudah lanjut usia masalah tersebut sebagian besar
terus berlanjut, tetapi ada pula masalah yang selesai atau baru timbul sesudah lanjut usia
Secara umum masalah poligami sebelum lanjut usia adalah masalah komunikasi, masalah
keadilan dan tanggung jawab, masalah ekonomi dan masalah kondisi fisik istri pertama
Sesudah lanjut usia masalah poligami yang timbul berkaitan dengan penurunan kondisi
fisik subyek penelitian. Sedangkan faktor-faktor yang membantu mengatasi masalah yang
timbul akibat poligami adalah mendekatkan diri pada agama, menyibukkan diri dengan
pekerjaan, melakukan meditasi, memahami kondisi istri, kehadiran anak dan hubungan
yang baik antara kedua istri. Hasil tambahan yang terdapat dalam penelitian ini adalah
manfaat poligami yang dirasakan setiap subyek, gambaran perasaan setiap subyek dalam
menjalani poligaminya selama ini dan saran yang diberikan setiap subyek untuk generasi
selanjutnya yang ingin berpoligami.
Hal-hal yang cukup menarik untuk didiskusikan dalam penelitian ini adalah
faktor yang mendorong seorang pria berpoligami dihubungkan dengan teori Nasir (1976),
masalah-masalah poligami dihubungkan dengan teori Nasir (1976), partisipasi kelima
subyek penelitian yang sudah menginjak lanjut usia dihubungkan dengan dua teori
partisipasi lanjut usia dalam lingkungan sosialnya, yaitu dari Cumming & Henry (dalam
Tumer & Helms, 1995) serta dari Maddox (dalam Santrock, 1992), kedekatan pada
agama setelah lanjut usia dihubungkan dengan teori Koening, Georgen & Siegler (dalam
Perlmutter & Hall, 1992), subyek yang menghadapi masalah terberat, pembuktian teori
Landis & Landis (1970) tentang beberapa bidang utama yang membutuhkan penyesuaian
diri pada pasangan perkawinan serta waktu yang diperlukan untuk mencapai kesesuaian
dalam berbagai bidang kehidupan perkawinan, manfaat poligami dihubungkan dengan
teori Aj-Jahrani (1996) dan terakhir berhubungan dengan pembagian tempat tinggal untuk
dua orang istri. Saran untuk penelitian lanjutan meliputi menambah wawancara
mendalam terhadap pihak istri, dapat pula masalah poligami dibandingkan dengan pria
yang menikahi lebih dari dua istri dan menambah jumlah subyek agar memperoleh
gambaran yang lebih lengkap. Saran praktis pada penelitian ini lebih ditujukan pada pria
yang bermaksud untuk berpoligami agar mendapatkan masukan tentang gambaran
masalah poligami yang mungkin akan ditemui."
1999
S2911
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanessa
"Latar Belakang: Prakiraan usia memiliki peran yang sangat penting dalam dunia hukum dan forensik terkait permasalahan kasus eksploitasi anak di bawah umur di Indonesia. Prakiraan usia menggunakan gambaran radiologis tulang vertebra servikalis pada sefalometri dengan menilai prakiraan usia skeletal telah dilakukan oleh beberapa penelitian terdahulu, namun belum pernah dilakukan pada populasi di Indonesia. Tujuan: Untuk mengetahui kesesuaian prakiraan usia skeletal vertebra servikalis dan usia gigi terhadap usia kronologis subjek penelitian. Metode: Pengukuran parameter dilakukan pada sampel data sekunder gambaran radiografis sefalometri dan panoramik pada dua kelompok sampel, yaitu sebanyak 100 orang dengan rentang usia 9-18 tahun dan kelompok kedua sebanyak 10 orang dengan rentang usia 9-11 tahun, dimulai dengan rumus prakiraan usia skeletal vertebra servikalis yang dihasilkan melalui regresi linier berganda pada kelompok pertama (n=100 orang). Selanjutnya dilakukan uji perbedaan one-way ANOVA dan uji kesesuaian Bland Altman terhadap prakiraan usia skeletal vertebra servikalis dan usia gigi terhadap usia kronologis serta pengujian selisih prakiraan usia pada kelompok kedua(n=10 orang) Hasil: Uji One-way ANOVA menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna secara statistik antar semua pengukuran usia (p<0.05), sedangkan hasil uji Bland Altman menunjukkan selisih rerata antara prakiraan usia skeletal vertebra servikalis dan usia kronologis sebesar 0,0000 ± 1,34 tahun, lebih kecil jika dibandingkan dengan selisih rerata antara prakiraan usia gigi dan usia kronologis sebesar 0,0937 ± 1,37 tahun pada kelompok pertama. Hasil uji t tidak berpasangan pada nilai selisih rata-rata vertebra servikalis sebesar 1,04 tahun dan usia gigi pada 2,52 tahun. Kesimpulan: Prakiraan usia skeletal vertebra servikalis menunjukkan kesesuaian yang lebih baik terhadap usia kronologis dibandingkan usia gigi terhadap usia kronologis.

Background: Age estimation plays important role in law enforcement and forensics related to the under age / children exploitation issue in Indonesia. Age estimation using radiographs of cervical vertebrae in cephalometry by estimating its skeletal age had been carried out in several previous studies, but has never been done in populations in Indonesia. Objective: To study the agreement of cervical vertebrae skeletal age estimation and dental age with the chronological age of the research subject. Methods: Measurement of parameters was performed on secondary data samples of cephalometric and panoramic radiographs consist of two groups. The first group were 100 people with 9-18 year old range and the second group were 10 people with 9-11 year old range. Starting from the skeletal age estimation of cervical vertebrae was generated using multiple linear regression analysis (n=100 people). Furthermore, a one-way ANOVA and Bland Altman's agreement test were conducted to the cervical vertebrae skeletal age estimation, dental age, and chronological age. Independent t test was conducted to test the delta of the second group (n= 10 people) Results: One-way ANOVA test showed no significant differences statistically among all age estimations (p <0.05), while the Bland Altman test showed mean difference of 0.0000 ± 1.34 years between the skeletal age estimation of cervical vertebrae and chronological age, which is lower compared to the mean difference between the dental age estimation and chronological age 0.0937 ± 1.37 years from the first group. Followed with independent t test from the delta of skeletal-chronological was 1,04 years and dental-chronological was 2,52 years. Conclusion: The skeletal age estimation of cervical vertebrae shows better agreement with chronological age compared to dental age with chronological age."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinati Adrin
"ABSTRAK
The aim of this study was to determine the difference of oral hygiene and teeth caries in children with asthma bronchiale, age 3-6 years with several levels of frequency of asthma attack. Fifty children with asthma bronchiale were chosen from Pulmonology Clinic University of Indonesia RSCM. This study used Green and Vermillion to asses the oral hygiene and def-t index for measured caries. The frequency of asthma attack was the amount of attack of children using drugs per year. The sample was divided into 3 groups. The first group consists of children with asthma 2-6 attacks per year. Second group with 7-12 attacks per year and the third group more than 12 times per year. One way ANOVA test showed that the oral hygiene and def-t had significant differences between the three groups (p<0.001). Tukey test showed that oral hygiene had significant differences between the group I-II and I-III (p<0.001). In Tukey test for def-t showed there was a significant difference between the group I-II, I-III, II-III respectively (p<0.001). There was a strong correlation between oral hygiene and frequency of asthma attack (r=0.68), def-t and frequency of asthma attacks (r=0.75), and oral hygiene and caries (r=0.85)."
Journal of Dentistry Indonesia, 2003
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>