Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163407 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Manajemen Usahawan Indonesia, XXXIII (12) Desember 2004: 3-, 2004
MUIN-XXXIII-12-Des2004-3
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Buddi Wibowo
"Efficient Market Hypothesis stated stock returns should be unpredictable and has no clear pattern because stock price at any date has reflect all available information. This hypothesis is very rational because predictable stock return give investor chances to reap high abnormal return without risk through arbitrage activity. In spite of its rationality, this hypothesis has been rejected by many empirical researches in many countries. This paper empirically tested calender anomaly in Jakarta Stock Exchanges. It investigated 3 types calender anomaly; turn of the month effect, month-of-the year effect and holidays effect. The result is that Calender Anomaly is statistically significant occurred. Meanwhile January effect is not statistically significant occurred."
2005
MUIN-XXXIV-11-Nov2005-16
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Teddy Santoso
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk menganalisa keberadaan perilaku herding di Bursa Efek Indonesia dan pengaruhnya terhadap imbal hasil IHSG tahun 2015 ndash;2016. Analisis dilakukan dengan menggunakan metode Cross Sectional Standard Deviation CSSD dan Cross Sectional Absolute Deviation CSAD . Kedua metode tersebut mengukur penyebaran imbal hasil antara saham individu dengan IHSG. Hasil penelitian membuktikan bahwa perilaku herding tidak terjadi di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015-2016 dengan menggunakan kedua metode tersebut. Selain itu, penelitian ini membuktikan bahwa volume transaksi hanya berpengaruh signifikan terhadap imbal hasil IHSG tahun 2016.

ABSTRACT
This thesis is aimed to analyze existence of herding behavior ini Indonesia Stock Exchange and its impact on IHSG return volatility for 2015 2016 period. Cross Sectional Standard Deviation CSSD and Cross Sectional Absolute Deviation CSAD method are used in this research. Both method measure return dispersion between individual stock and IHSG. Empirical results show that there are no evidence of herding behavior in Indonesia Stock Exchange for 2015 2016 period. Beside of that, this research shows that transaction volume has significant impact on IHSG return volatility only on 2016 period."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Aryanti
"Likuiditas saham merupakan indikator penting dalam menggambarkan kinerja saham di bursa efek. Secara fundamental likuiditas saham tergantung pada kinerja perusahaan, yang diukur berdasarkan; 1) ROE (Return On Equity), 2) Kebijakan dividen, 3) Pemberian saham bonus. Tingkat likuiditas saham ini diukur berdasarkan nilai frekuensi perdagangan saham yang terjadi di Bursa Efek Jakarta.
Periode penelitian ini adalah dari tahun 1994 sampai dengan 1996. Penelitian ini dilakukan atas; pertama, kelompok emiten yang memberikan sekaligus saham bonus, dividen tunai, dan mengumumkan ROE. Kedua, kelompok emiten yang hanya dilihat pada setiap variabel bebas tanpa mengabaikan ada tidaknya variabel bebas lainnya. Ketiga, kelompok emiten yang hanya dilihat pada setiap variabel dalam kondisi variabel bebas lain tidak muncul.
Dengan menggunakan pendekatan analisis regresi majemuk (sampel kelompok pertama) dan regresi individual (sampel kelompok kedua dan ketiga), penelitian ini membuktikan bahwa secara serentak (regresi majemuk) ROE, dividen tunai dan saham bonus ternyata tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas saham di Bursa Efek Jakarta. Sedangkan secara individual (regresi dua variabel) hanya dividen tunai yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas saham di Bursa Efek Jakarta, baik dalam kondisi emiten memberikan saham bonus maupun tidak. Pengaruh dividen tunai ini bersifat negatif. Rrtinya kenaikan nilai dividen tunai menyebabkan terjadinya penurunan likuiditas saham."
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Sakhowi
"Krisis moneter yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 yang ditandai dengan anjloknya nilai tukar rupiah atas US dollar, diikuti oleh meningkatnya suku bunga dan inflasi secara tajam telah menimbulkan kepanikan luar biasa bagi para investor di pasar saham Indonesia (Bursa Efek Jakarta). Kepanikan tersebut mendorong harga harga saham turun tajam sehingga indeks pasar (IHSG ) terpangkas hingga tinggal -/+ 40 %. Fenomena turunnya harga saham secara tajam yang dikaitkan dengan perubahan nilai tukar rupiah atas US dollar, suku bunga dan inflasi merupakan permasalahan yang menarik untuk dikaji dengan menggunakan pendekatan Arbritage Pricing Theory (APT).
Studi ini mengajukan tiga permasalahan penelitian yang selanjutnya akan dijawab melalui pembuktian hipotesis. Pertama apakah ada pengaruh faktor perubahan nilai tukar rupiah atas US dollar, perubahan suku bunga dan inflasi terhadap pasar saham (BET). Kedua apakah faktor perubahan nilai tukar rupiah atas US dollar suku bunga dan inflasi memberi pengaruh yang berbeda pada perusahaan dengan debt to equity ratio berbeda. Ketiga apakah perubahan nilai tukar rupiah atas US dollar, suku bunga dan inflasi memberi pengaruh yang berbeda pada industri yang berbeda.
Untuk menganalisis permasalahan penelitian digunakan model multi faktor (APT) sebagaimana yang digunakan Roll dan Ross (1986) dengan memakai model regresi multi variate. Analisis mengambil lokasi di Bursa Efek Jakarta (BET) dengan mengambil waktu pengamatan dari 1993 sampai 1998. Data harga saham dan Indeks Pasar (IHSG), suku bunga dan inflasi secara berturut turut diambil dari publikasi lembaga yang berkompeten yaitu BEJ, Bank Indonesia dan Biro Pusat Statistik. Semua series data yang digunakan sebagai variabel penelitian berbentuk time series karena itu variabel dalam penelitian terlebih dahulu dilakukan uji stasionaritas untuk menghindari diperolehnya hasil yang menyesatkan. Pengujian atas koefisien regresi parsial dan simultan menggunakan uji t dan uji F. Dan untuk menguji perbedaan struktur regresi digunakan Chow test, sementara untuk menguji bentuk hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung digunakan Granger causality test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan nilai tukar rupiah atas US dollar pada level, lag l dan lag 3, jumlah uang yang beredar (M2) sebagai indikator inflasi memberi pengaruh pada harga saham 1 indeks pasar (IHSG) secara signifikan pada taraf α=0.05. Dari uji Granger menunjukkan bahwa balk nilai tukar rupiah atas US dollar maupun M2 signifikan berpengaruh pads indeks pasar (IHSG). Sementara perubahan suku bunga ( nil ) tidak memberi pengaruh yang signifikan pada perubahan harga saham J indeks pasar (IHSG) baik dilihat dari uji t dari koefisien regresi maupun uji Granger.
Studi juga menemukan bahwa perubahan nilai tukar rupiah atas US dollar, suku bunga dan inflasi (M2) memberi pengaruh yang berbeda pada emiten yang memiliki struktur modal berbeda yang diukur dengan tingkat debt to equity ratio (ER). Kesimpulan ini diperoleh dari hasil uji struktur regresi dari 2 kelompok observasi yang dibedakan DER tinggi dan DER. rendah dengan menggunakan Chow test menghasilkan nilai F hitung sebesar 717.97 yang lebih besar dari F tabel = 2.51 untuk taraf Selanjutnya hasil pengamatan terhadap return 7 portfolio yang diregresikan dengan variabel nilai tukar rupiah atas US dollar, suku bunga dan inflasi (variabel prediktor) menunjukkan terdapat perbedaan sensitivitas dan pengaruh yang signifikan antara industri yang berbeda terhadap perubahan tiga variabel prediktor. Secara keseluruhan hasil analisis dengan menggunakan model APT ini memiliki kemampuan untuk melakukan estimasi sehingga model yang dihasilkan layak untuk digunakan sebagai model dalam penilaian aset."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Thirtha M. K.
"Pada akhir tahun 2005 di Bursa Efek Jakarta telah tercatat 432 emiten, dimana dari semua saham yang ada memiliki nilai kapitalisasi dan tingkat likuditas, serta menawarkan tingkat pengembalian dan tingkat risiko yang berbeda-beda. Nantinya hal-hal tersebut akan menjadi pertimbangan investor ketika memilih saham dan menginvestasikan dananya.
Investor dapat meminimalkan risiko yang ditanggungnya dan memaksimalkan tingkat keuntungan yang diperolehnya dengan Cara membentuk portofolio optimal. Periode dalam penelitian ini adalah Januari 2004-Oktober 2006, penelitian akan menggunakan model indeks tunggal untuk membentuk portofolio optimal dari seluruh saham yang telah dan masih tercatat selama periode penelitian (portofolio I) dan membentuk portofolio optimal dari sahamsaham yang konsisten terpilih sebagai penyusun I,Q45 selama periode penelitian (portofolio II). Sesuai dengan model indeks tunggal, pembentukan portofolio optimal dilakukan dengan memasukan saham-saham yang memiliki nilai excess return to beta (ERB) diatas cut-off rate.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan single index model dalam pembentukan portofolio optimal dan menganalisis kinerja dari portofolio tersebut. Model indeks tunggal yang dipergunakan yaitu apabila short sales tidak diperkenankan, sesuai dengan peraturan BE.T. Hipotesis yang hendak diuji adalah apakah kinerja portofolio II akan mengungguli portofolio I. Perbandingan kedua portofolio ini akan dilakukan berdasarkan return portofolio (In), beta portofolio (J) dan Treynor Measure. Penelitian juga akan melihat apakah ada saham yang masuk dalam portofolio optimal II tetapi tersisih dalam portofolio I.
Dari hasil penelitian, portofolio I terbentuk dengan komposisi 33 saham. Dimana saham Bank NISP tbk (NISP) memiliki proporsi dana terbesar yaitu 9303%. Portofolio II terbentuk dengan komposisi 8 saham, dimana saham Astra Argo Lestari tbk (AALI) memiliki proporsi dana terbesar yaitu 27.992%, sedangkan saham Astra International tbk (ASII) memiliki proporsi dana terkecil yaitu 0.473%. Terdapat 5 saham dalam portofolio 11 yang tidak masuk ke dalam saham penyusun portofolio I, yaitu United Tractors tbk (UNTR), Aneka Tambang tbk (ANTM), Bumi Resources tbk (BUMI), Tambang Batubara Bukit Asarn tbk (PTBA) dan Astra International tbk (ASH). Hal ini terjadi dikarenakan dalam perhitungan portofolio I ketiga saham tersebut mempunyai nilai ERB < unique cut-off point portofolio I. Sehingga dapat disimpulkan tidak selalu saham-saham yang berada dalam Indeks LQ45 dapat mengungguli saham-saham di luar LQ45.
Dari basil perbandingan, tingkat pengembalian portofolio II mengungguli portofolio I sebesar 2.4169%. Dan resiko portofolio II juga lebih tinggi dari portofolio II sebesar 0.341235. Hal ini menunjukkan hubungan antara risk dengan return, dimana semakin tinggi return yang diharapkankan maka akan semakin tinggi juga risiko yang harus diambil.
Nilai Treynor Measure portofolio II (0.034528032) lebih besar dart portofolio I (-0.005277947), sehingga slope (kemiringan) garis portofolio II dengan R f lebih besar daripada garis portofolio I dengan R f yang menandakan perbandingan antara return dan risk portofolio II lebih bail( dari portofolio I, sehingga dapat disimpulkan portofolio II lebih unggul kinerjanya dart portofolio I.

At the end of 2005, there had been 432 stocks that listed in Bursa Efek Jakarta (BEJ). Which from all the stock that listed, they had a different value of capitalization and liquidity, they also offered different rate of return and risk. Which this will be a factor for investor in choosing stocks for their investment.
Investor could reduce the risk they take and maximize the return they have by making an optimum portfolio. The periods of this research is January 2004 - October 2006, the research will use single index model for making optimum portfolio. Portfolio I will be selected from all the stocks that had and still active in BEJ in the period of research, while Portfolio II will be selected from the stocks that had been selected in LQ45 in the period of research. Based on single index model, the making of optimum portfolio will be executed by selecting the stocks that have excess return to beta (ERB) above the cut-off rate.
The goal of this research is to know how to use single index model in making an optimum portfolio, and to analyze the portfolio performance. The using of the model is based on the rule of BEJ, which there are no short sales allowed. The hypothesis that will be tested is; is portfolio II will outperformed portfolio I? The comparison of portfolio will be conducted based on the return of portfolio (R.p), beta portfolio (Op), and Treynor Measure. And in this research we will see if there is a stock that listed in portfolio II but not listed in portfolio I.
The result from the research, portfolio I is formed by 33 stocks, which Bank NISP tbk (NISP) has the largest proportion of funds with 9.303%. Portfolio II is formed by 10 stocks, which Astra Agro Lestari tbk (AALI) has the largest proportion of fund with 27.992%, while Astra International tbk (ASII) has the lowest proportion with 0.473%. There are 5 stocks in portfolio II that not included in portfolio I; they are United Tractors tbk (UNTR), Aneka Tambang tbk (ANTM), Bumi Resources tbk (BUMI), Tambang Batubara Bukit Asam tbk (PTBA) and Astra International tbk (ASII). This is because in they all had a value of ERB lower than the unique cut of point portfolio I. So, not all the stocks in LQ45 can outperform other stocks in BEJ.
From the comparison of portfolio, the return of portfolio II outperform portfolio I with 2.416%. And the risk of portfolio II is also bigger than portfolio I with 0.341235. This result showed that there is a connection between risk and return, the higher ther return we expected, the higher the risk we must take.
Portfolio II has a higher Treynor Measure than portfolio I with 0.0398059 (0.034528032-(-0.0052779), which this can showed that portfolio II have a better risk and return ratio than portfolio I. So the conclution of the research is; portfolio II is outperformed portfolio I."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Arimbi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi apakah rekomendasi saham dari perusahaan efek yang dimuat dalam harian Bisnis Indonesia dapat mempengaruhi return, volatilitas return dan volume perdagangan.
Untuk mengukur abnormal return digunakan metode event study. Volatilitas return diukur dengan return kuadrat, dan volume perdagangan diukur dengan aggregate turnover.
Berdasarkan hash pengujian ditemukan adanya abnormal return yang signifikan pada sate hari sebelum rekomendasi bell, sedangkan untuk saham yang mendapat rekomendasi jual, ditemukan adanya abnormal return negatif pada periode sebelum rekomendasi diterbitkan. Walaupun rekomendasi mempengaruhi volume perdagangan dan volatilitas return, namun secara statistik tidak signifikan.

The objective of this study is to examine whether the stock recommendations, given by the brokerage houses and published in Bisnis Indonesia Daily, have any effect on return, return volatility, and trading volume activity.
The abnormal return is measured using the event study methodology. Return volatility is measured by squared return, dan trading volume activity is measured by using aggregate turnover formula. To measure the abnormal return, we use daily trading data, whereas intraday trading data is used to measure return volatility and trading volume activity.
The results show that there is significant abnormal return one day before buy recommendations are published. Negative abnormal return is found preceding the published sell recommendations. Eventhough those recommendations affecting trading volume activity and return volatility, but the effects are not statistically significant.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayadeyaka Raditya Riseanggara
"Tesis ini menganalisa pengaruh perubahan regulasi fraksi harga saham dan jumlah lot saham terhadap pola return intraday, volatilitas return, dan volume transaksi saham di Bursa Efek Indonesia. Bipotesis awal diharapkan dengan adanya perubahan regulasi tersebut dapat meningkatkan volume transaksi dan menurunkan risiko volatilitas return saham di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan hasil pengamatan intraday yang dilakukan dengan interval waktu 15 menit terhadap seratus sampel data saham periode 1 Oktober 2013 - 28 Maret 2014, rata-rata volume transaksi meningkat dari 1.205.184 menjadi 1.269.715.
Hasil uji statistik t-paired dengan tingkat kepercayaan 95% menyimpulkan bahwa perubahan fraksi harga saham dan jumlah lot saham berpengaruh signifikan terhadap rata-rata volume transaksi di Bursa Efek Indonesia. Basil pengamatan pada periode yang sama menunjukkan penurunan volatilitas return dari 0.0005% menjadi 0.0004%. Namun hasil uji statistik t-paired dengan tingkat kepercayaan 95% menyimpulkan bahwa perubahan fraksi harga saham dan jumlah lot saham tidak berpengaruh signifikan terhadap rata-rata volatilitas return di Bursa Efek Indonesia. Pola return intraday tidak mengalami perubahan dengan adanya regulasi fraksi harga saham dan jumlah lot saham yang baru, dimana rata-rata return intraday tertinggi pada akhir periode perdagangan di Bursa Efek Indonesia.

This research analyzes the effect of regulatory changes and the fraction of the stock price of the stock and also lot size to patterns intraday returns, volatility return, and volume of stock transactions in Jakarta Stock Exchange. Expected with the initial hypothesis that regulatory changes could increase the volume of transactions and lowering the risk of stock return volatility in the Jakarta Stock Exchange. Based on observations made with the intraday 15-minute time interval of the one hundred shares data samples period October 1, 2013- 28 March 2014, the average transaction volume increased from 1,205,184 into 1,269,715.
Results of paired t-test statistic with 95% confidence level conclude that the change in the fraction of the stock price and stock lot size significantly influence the average transaction volume in the Jakarta Stock Exchange. Observations during the same period showed a decrease in return volatility from 0.0005% to 0.0004%. However, the results of paired t-test with a statistical confidence level of 95 % concluded that the change in the fraction of the stock price and stock lot size does not significantly influence the average return volatility in the Jakarta Stock Exchange. lntraday return pattern does not change with the regulations fractions stock price and lot size, where the highest average intraday return happened at the end of the trading period in Jakarta Stock Exchange
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhi Iman Perkasa
"Penelitian yang dilakukan kali ini mempunyai tujuan untuk menguji secara empiris ada tidaknya pengaruh return on assets (ROA), price earning rasio (PER), rasio harga wajar, kondisi pasar dan reputasi penjamin emisi pada abnormal return 1hari, 15 hari dan 30 hari sesudah IPO.
Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 64 perusahaan yang melakukan penawaran umum di Bursa Efek Jakarta pada tenggang waktu 2000-2002. Analisis data menggunakan regresi berganda dengan metode stepwise untuk menguji pengaruh dari ROA, PER, rasio harga wajar, kondisi bursa dan reputasi penjamin emisi terhadap abnormal return.
Adapun hasil analisis menunjukkan bahwa hanya variabel rasio harga wajar dan variabel ROA yang berpengaruh signifikan terhadap abnormal return, sehingga hal ini mengindikasikan kemungkinan variabel rasio harga wajar dan ROA digunakan investor untuk menilai harga saham di pasar perdana. Begitu pula terhadap abnormal return 15 hari dan 30 hari, hanya variabel rasio harga wajar yang berpengannh signifikan.

The objective of this study is to examine empirically whether ROA, PER, fair price ratio, condition market (KOND) and underwriter reputation are associated with abnormal return, 15 day and 30 day abnormal return after IPO.
There are 64 firms, listed in Jakarta Stock Exchange from period 2000 to 2002 as samples and selected by purposive sampling. The analysis of data 13 using multiple regression with stepwise method to examine the effect of ROA, PER, fair price ratio, condition market (KOND), and underwriter reputation on abnormal return.
The empiric result states that only proper price ratio and ROA that give the positive effect significantly to abnormal return. It is also happened to 15 day and 30 day abnormal return after IPO,the fair price ratio has also given the positive effect."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T16984
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evodius Purwoko
"Elton, Gruber dan Padberg memperkenalkan metode sederhana penentuan kombinasi aktiva yang optimum dan metode ini dikenal dengan nama Simple Ranking Device yang terdiri atas dua model yalcni model Single Indeks (Single Index Model - SLM dan model Korelasi Konstan (Constant Correlation - CC). Penelitlan ini bertujuan untuk mencari kombinasi saham yang optimum dari saham-saham likuid yang tercantum dalam indeks LQ45 Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan metode simple ranking device.
Dengan dasar model pasar sederhana Sharpe, nilai beta masing-masing saham dihitung dengan menggunakan metode regresi linier sederhana. Data penelitian diperoleh dari data indeks harian saham individual (IHSI) dan indeks harian LQ45 Bursa Efek Jakarta. Perhitungan beta dilakukan dengan piranti lunak SPSS versi 10 sementara perhitungan nilai CutOff Rate kedua model baik Single lndeks Model maupun Constant Correlations menggunakan spreadsheet Excel yang sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan sederhana Simple Ranking Device dengan model SIM menghasilkan 12 saham yang terpilih untuk masuk dalam portfolio sedangkan model CC mendapatkan 8 saham terpilih. Evaluasi perbandingan expected return portfolio menunjukkan bahwa portfolio Model SIM menghasilkan return yang lebih baik tapi tingkat risiko yang lebrh besar dibandingkan dengan portfolio Model CC. Evaluasi kinerja dengan Treynor Measme dan Sharpe Measure menunjukan preferesi portfolio yang tidak konsistert Treynor Measure menunjukkan relum portfolio bentukan model SIM lebih baik daripada model CC, tapi Sharpe Measure menunjukan yang sebaliknya. Evaluasi kinerja portfolio dengan menggunakan data 1 dan 2 tahun berikutnya menunjukkan bahwa dengan model SIM saham-saham terpilih memberikan return yang lebih kecil daripada saham-saham tidak terpilih. Untuk model Constant Correlation, saham-saham terpilih menghasilkan return portfolio yang lebih besar dibandingkan dengan saham-saham yang tidak terpilih."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T16995
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>