Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22503 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Susanna
"Kandungan protein yang tinggi dalam Spirulina platensis dapat dimanfaatkan sebagai sumber Protein Sel Tunggal (PST). Dengan menggunakan mencit (Mus musculus), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan biomassa kering Spirulina platensis sebagai suplemen Protein Sel Tunggal (PST) dengan mengukur pertumbuhan berat badan mencit. Sebanyak 30 ekor mencit jantan, dengan berat antara 30-50 gram, dan umur antara 5-7 minggu. Sebanyak 25 ekor sebagai Perlakuan yaitu dengan membuat perbandingan antara biomassa kering dan pelet sebagai makanan tikus sebesar 10 %, 20 %, 30 %, 40 %, dan 50 %, dan 5 ekor sisanya sebagai Kontrol tanpa diberi biomassa (100 % pelet). Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari, data dianalisis denga menggunakan t-test dan analisis varians.
Hasil penelilitan menunjukkan bahwa pemberian biomassa kering S. platensis kepada mencit (Mus musculus) dapat mempengaruhi kenaikan berat badan pada pengamatan dari hari pertama sampai hari kedua belas, tetapi menurun pada hari ke-tiga belas sampai hari ke-empat belas, dan mengalami kestabilan sampai hari ke-tujuh belas. Ada perbedaan yang bermakna antara berat badan sebelum pemberian dan setelah pemberian biomassa kering S. platensis selama 17 hari. Perbedan terjadi pada Minggu I dan II, tidak semua konsentrasi biomassa mempunyai pengaruh yang sama terhadap pertambahan berat badan mencit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagai biomassa kering ganggang hijau biru bersel tunggal yang banyak mengandung protein yang dapat berpengaruh terhadap kenaikan baerat badan mencit, maka dapat diasumsikan bahwa biomassa S. platensis dapat dianggap sebagai sumber protein sel tunggal (PST) mencit (Mus musculus) pada konsentrasi yang tertentu.

The using of Spirulina platensis as Supplement of Single-Celled Protein (SCP) to Mice. High protein in Spirulina platensis can be used as a source of Single-Celled Protein. By using mice (Mus musculus) as a animal laboratory, the objective of this research is to know the influence of Biomass S. platensis to the increase of body weight of mice. The name of species is Mus musculus, strain is Swiss derivate. Utilized mice were male, 30-50 weighing gram, and 5-7 weeks of age. Treatment group was given by palette and given by biomass of S. Platensis, while control also fed palette but did not give biomass of S. platensis. Yielded biomass was used as food mixed with palette with composition of dry biomass S. platensis with palette was 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, and 50%. Data analysis was conducted by using t-tes and analysis of variance.
The results showed that by giving of dry biomass of S. platensis affected to the increasement of body weight from the first day until twelfth day of observation, and decrease on the thirteenth and fourteenth day. Pursuant to result of statistic, there is a significant difference (p < 0,05) between before giving and after giving of dry biomass S. platensis during 17 day. By giving dry biomass of S. platensis to mice (Mus musculus) at first and second week, it was found the difference of average mice body weight among six concentrations of biomass but did not at the third week. It means that not all concentration of biomass have same effect to the increase of mice body weight as a Single-Celled Protein."
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia; Pusat Studi Lingkungan Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Safrina Dewi Ratnaningrum
"Penelitian prcxiuksi β-karoten pada Spirulina platensis (Norstedt) Geitler (1925) di dalam medium Zarouk p.a. (proanalisis) dan teknis telah diiakukan dl Lab. Akuakultur, Puslitbang Bioteknologi LIPI, Cibinong. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan produksi β-karoten pada S. platensis yang dipeiihara di dalam medium Zarouk p.a. dan teknis. Selain itu, juga diiakukan analisis biomasa, klorofil a, dan karotenoid sebagai data penunjang. Rancangan pdhelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 2 perlakuan yaitu: medium Zarouk p.a. dan teknis, dengan 3 ulangan pada masing-masing perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi β-karoten tertinggi dicapai keduanya pada ts (180 jam) sebanyak 0,1608 pg/ml (medium Zarouk p.a.) dan 0,1837 pg/ml (medium teknis)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S31084
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Zahra Fitriani
"Penggunaan listrik di dunia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan populasi manusia sehingga dibutuhkan energi berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk menghasilkan listrik, salah satunya pemanfaatan Biological Photovoltaic Cell (BPV). Sel BPV memanfaatkan sifat fotosintetik mikroalga untuk memproduksi arus listrik. Sistem BPV akan mengambil elektron yang terbentuk pada mikroalga yang sedang berfotosintesis.
Penerapan reaktor BPV tanpa membran dan tanpa biofilm pada bioanoda meskipun memiliki laju transfer elektron yang relatif kecil dapat tetap dilakukan dan produksi listrik masih dapat ditingkatkan, diantaranya dengan meningkatkan densitas sel dan mengatur intensitas cahaya pada reaktor BPV. Oleh karena itu, pada penelitian kali ini telah dilakukan variasi intensitas cahaya dan densitas sel mikroalga pada BPV tanpa mediator. Mikroalga yang akan digunakan adalah Spirulina platensis.
Pada penelitian ini, Open Circuit Voltage terbesar yang dihasilkan adalah 320 mV pada saat kondisi Optical Density sel S. platensis bernilai 0,9 dengan intensitas cahaya 1700 lux. Densitas daya yang dihasilkan 1,5 mW/m2 masih relatif kecil dibandingkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan densitas sel dan pengaturan konfigurasi intensitas cahaya dapat meningkatkan listrik yang dihasilkan dan perlu dilakukan hal-hal lain untuk meningkatkan produksi listrik seperti menambah permukaan elektroda dan membuat biofilm mikroalga agar BPV nantinya dapat digunakan digunakan secara komersial sebagai sumber energi listrik terbarukan yang ekonomis dan ramah lingkungan.

Electricity consumption in the world is increasing along with the increasing needs and the human population, then we need sustainable and environmentally friendly energy to produce electricity, one of the application is Biological Photovoltaic Cell (BPV). BPV cells utilizing the properties of photosynthetic microalgae to produce electric current. BPV system will take the electrons that produced by photosynthetic microalgae.
The application of BPV reactor without membrane and without biofilm on bioanoda yielding a low rate of electron transfer, but still can be done and electricity production can be improved, such as by increasing the cell density and adjust the light intensity at the reactor BPV. Therefore, the present study has been done variations of light intensity and density of microalgae cells in BPV without mediators. Microalgae to be used is Spirulina platensis.
In this study, the Open Circuit Voltage generated the largest is 320 mV when the condition Optical Density S. platensis cells is about 0.9 with 1700 lux light intensity. The resulting power density of 1.5 mW/m2 is still relatively small compared to studies conducted earlier.
From this study it can be concluded that the increase in cell density and configuration settings light intensity can improve the electricity is generated and the other things needs to be done to increase electricity production, such as increasing the electrode surface and makes biofilm microalgae so that BPV later can be used in commercial use as a source of electrical renewable energy that economically and environmentally friendly.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62410
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zarahmaida Taurina
"ABSTRAK
Mikroalga Spirulina platensis berpotensi untuk dikembangkan karena dapat memproduksi senyawa kimia esensial berupa pigmen fikosianin yang dapat dijadikan sebagai sumber antioksidan alami. Pertumbuhan mikroalga dan produksi fikosianin sangat bergantung pada ketersedian nutrisi dalam medium kultur. Penelitian ini menggunakan variasi ketersediaan nutrisi dalam medium kultur sebagai alternatif mahalnya medium Zarrouk. Variasi medium kultur berupa ekstrak tauge 4 , 6 , dan 8 v/v dengan penambahan pupuk urea 80, 100, dan 120 ppm pada masing-masing konsentrasi ekstrak tauge, serta medium Zarrouk 10 mL/L sebagai kontrolnya. Tiap medium akan dilihat pengaruhnya terhadap profil pertumbuhan serta kandungan fikosianin. Kultivasi pada masing-masing variasi medium akan dilakukan pada reaktor 1 L dengan aerasi secara terus menerus, intensitas cahaya sebesar 3000-4000 lux, dan suhu 27-30oC. Fikosianin diperoleh dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan buffer fosfat pH 7, dan diuji kandungannya menggunakan spektrofotometer UV-VIS. Pada penelitian ini, densitas sel tertinggi diperoleh pada kultur mikroalga Spirulina platensis dalam medium ekstrak tauge 8 v/v dengan penambahan 120 ppm pupuk urea. Kandungan fikosianin tertinggi diperoleh pada kultur mikroalga Spirulina platensis dalam medium ekstrak tauge 8 v/v dengan penambahan 100 ppm pupuk urea dengan konsentrasi fikosianin sebesar 257,12 mg/L.

ABSTRACT
Spirulina platensis has the potential to be developed because of essential chemical compounds in the form of phycocyanin that can be used as an antioxidant. The growth of microalgae and phycocyanin depends on the availability of nutrition contained in culture medium. This study used variations of nutrition contained in culture medium as alternatives to the expensive Zarrouk medium. Microalgae is cultured in variations medium which are bean sprout extract medium 4 , 6 , and 8 v v with the addition of urea fertilizer 80, 100, and 120 ppm , and Zarrouk 10 mL L as the control in order to know effect on the growth profile and phycocyanin content. The cultivation will be carried out at 1 L reactor with continuous aeration, light intensity is 3000 4000 lux, and temperature is 27 30oC. Phycocyanin is obtained by liquid liquid extraction method using phosphate buffer pH 7. Phycocyanin test performed by using UV Vis spectrophotometry. The result show that the highest dry biomass is obtained on bean sprout extract medium 8 v v with the addition of urea fertilizer 120 ppm. The highest content of phycocyanin is obtained on bean sprout extract medium 8 v v with the addition of urea fertilizer 100 ppm with phycocyanin concentration of 257.12 mg L."
2017
S67807
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Noviasari
"Plastik yang dapat terbiodegradasi merupakan salah satu solusi dalam upaya mengurangi limbah plastik. Plastik dapat diproduksi dari mikroalga dengan kandungan protein yang tinggi, seperti Spirulina platensis. Mikroalga dicampur dengan polimer; dalam penelitian ini polivinyl alkohol digunakan sebagai polimer untuk menghasilkan bioplastik. Material lain yang dibutuhkan yaitu gliserol sebagai plasticizer untuk meningkatkan fleksibilitas dan maleat anhidrida sebagai compatibilizer untuk memperkuat ikatan antara mikroalga dan polimer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan plastik biodegradable dengan sifat mekanik yang mirip dengan plastik komersial, yaitu dengan kuat tarik sebesar 26,4 kgf/cm2 dan elongasi 222,5.
Dalam penelitian ini, hal yang divariasikan adalah jumlah maleat anhidrida, yaitu 0 wt, 2 wt, 4 wt, dan 6 wt dan jumlah gliserol, yaitu 15 wt, 20 wt, 25 wt, dan 30 wt. Sifat mekanik, seperti kuat tarik dan elongasi, dan morfologi permukaan dengan menggunakan SEM telah dianalisis. Dari percobaan ini diperoleh konsentrasi optimal compatibilizer adalah 6 wt dan konsentrasi optimal plasticizer adalah 30, menghasilkan kuat tarik film bioplastik 27,7 kgf/cm2dan elongasi 66. Morfologi permukaan yang terbentuk dilihat dengan SEM menunjukkan bahwa film bioplastik yang menggunakan compatibilizer memiliki permukaan yang lebih homogen dibandingkan dengan film bioplastik tanpa compatibilizer.

Biodegradable plastics are one of the breakthrough in the effort to reduce plastic waste. Plastic can be produced from microalgae with a high protein content, such as Spirulina platensis. Microalgae were mixed with polymer polyvinyl alcohol was used in this research to produce the bioplastics. Other materials were glycerol as plasticizer to increase flexibility and maleic anhydride as compatibilizer to strengthen the bond between the microalgae and polymer. The aim of this research is to produce biodegradable plastic with mechanical properties similar to commercial plastics, i.e. tensile strength of 26,4 kgf cm2and elongation of 222,5.
This research varied the amount of maleic anhydride, which were 0 wt, 2 wt, 4 wt, and 6 wt and the amount of glycerol, which were 15 wt, 20 wt, 25 wt, and 30 wt. Mechanical properties, i.e. tensile strength and elongation and surface morphology with SEM have been analyzed. Based on the experiment, the optimum compatibilizer composition for bioplastic film is 6 wt and the optimum plasticizer composition is 30 wt, which shows the tensile strength at 27,7 kgf cm2and elongation at 66. Surface morphology comparison with SEM shows that bioplastic film with compatibilizer have more homogeneous surface than without compatibilizer.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firnanda Rizki Riasta
"ABSTRAK
Anemia merupakan peyakit yang menduduki urutan keempat dalam sepuluh besar penyakit di Indonesia akibat kekurangan zat besi. Salah satu sumber penghasil zat besi tinggi adalah Spirulina platensis. Selain zat besi, Spirulina juga memiliki fikosianin yang dapat menambah jumlah sel darah merah. Kandungan gizi S. platensis dipengaruhi oleh berbagai faktor tertutama nutrisi pada medium kulturnya. Sudah ada beberapa penelitian yang memanfaatkan penggunaan medium organik sebagai salah satu alternatif dari mahalnya medium anorganik bagi mikroalga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh medium tumbuh organik terhadap profil pertumbuhan, serta kandungan zat besi dan fikosianin S. platensis sehingga dapat menjadi salah satu bahan baku suplemen pencegah anemia. Alga dikultur dalam 3 media yaitu medium ekstrak tauge dengan konsentrasi 4%, 8%, dan 10% (v/v); Medium ekstrak daging dengan konsentrasi 4% dan 8% (v/v); serta medium Zarrouk (10 mL/L) sebagai kontrol. Kultivasi dengan tiga medium berbeda akan dilakukan pada kondisi reaktor yang sama. Aerasi dilakukan secara terus menerus dengan intensitas cahaya sebesar 800-1000 lux, suhu 27-300C, dan pemberian kultur Spirulina platensis 10% dari volume media kultur. Hasil pemanenan mikroalga kemudian dikeringkan dan diuji kandungan zat besi dan fikosianinnya. Pada hasil dari penelitian ini, profil pertumbuhan terbaik adalah S. platensis dalam medium ekstrak tauge 4% (v/v). Sementara kandungan tertinggi zat besi juga ada pada medium ekstrak tauge (423-885 mg/kg) dan kandungan fikosianin tertinggi terdapat pada medium ekstrak tauge 4% (v/v) (68,55 mg/g).

ABSTRACT
The fourth biggest symptom in Indonesia is Anemia that caused by iron prevelention. One of Iron Rich Food is Spirulina platensis. Besides, Spirulina also contain phycocyanin which can adding red blood cell. S. platensis? nutrient can be affected by a lot of factors, one of them is the medium culture. There are several researches that applied organic culture medium as one of the alternative to the expensive anorganic medium for microalgae. The purpose of this research is to find out the effect of organic culture medium to the growth rate, the iron content and phycocyanin content in S. platensis, so it can be the one of the anemia prevention supplement ingredients. Microalgae is cultured in three kind of medium which are bean sprout extract medium (4%, 6%, and 8% v/v), chicken meat extract medium (4% and 8% v/v), and Zarrouk (10 mL/L) as the control medium. The reactor condition is equally made. The aeration is continous with the light intensity is 800-1000 lux, temperature is 27-300C, and S. platensis given is 10% (v/v). Microalgae then harvested and dried before the iron and phycocyanin testing. The results show that the best S. platensis growth rate is the one that cultivated in bean sprout extract medium 4% (v/v), while the highest iron content is obtained in sprout bean extract medium (423-885 mg/kg) and the highest phycocyanin content is also available in sprout bean extract medium 4% (v/v) (68,55 mg/g)."
2016
S63421
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelvina Hartono
"Penelitian mengenai pengaruh pencahayaan LED merah terhadap laju pertumbuhan dan fiksasi CO2 mikroalga Spirulina platensis masih terus dikembangkan hingga saat ini, dimana mikroalga telah banyak dikenal sebagai organisme yang sangat efisien dalam menyerap karbon dioksida secara biologis dan mikroalga telah digunakan untuk memperbaiki kualitas udara dengan mengurangi kadar karbon dioksida dan meningkatkan jumlah oksigen. Pada penelitian ini, mikroalga Spirulina platensis dikultivasi menggunakan lampu LED merah dengan variasi intensitas cahaya (1000 lux, 3000 lux, dan 5000 lux) dan inokulum sel awal (OD 0,2, OD 0,3, dan OD 0,5) untuk mengetahui pengaruhnya terhadap jumlah biomassa kering, laju pertumbuhan, kemampuan fiksasi CO2, kandungan fikosianin, dan kandungan klorofil. Analisis menunjukan bahwa berat kering biomassa tertinggi dan laju pertumbuhan tertinggi didapatkan pada OD 0,5 dengan intensitas 5000 lux menggunakan lampu LED merah sebesar 0,069 mg/ml dan 0,0374 mg/hari. Lalu, fiksasi CO2 tertinggi didapatkan sebesar 0,00110 mg/mg alga menggunakan lampu LED merah pada intensitas 5000 lux. Kandungan fikosianin tertinggi didapatkan menggunakan lampu LED putih pada intensitas 3000 lux sebesar 0,033 mg/mg alga dan kandungan klorofil tertinggi didapatkan menggunakan lampu LED merah pada intensitas 3000 lux sebesar 0,883 mg/mg alga.

Research on the effect of red LED lighting on the growth rate and CO2 fixation of Spirulina platensis microalgae is still ongoing. Microalgae are well-known organisms that are highly efficient in biologically absorbing carbon dioxide. They have been used to improve air quality by reducing carbon dioxide levels and increasing oxygen levels. In this study, Spirulina platensis microalgae were cultivated using red and white LED lights with variations in light intensity (1000 lux, 3000 lux, and 5000 lux) and initial cell density (OD 0.2, OD 0.3, and OD 0.5) to determine their effect on dry biomass, growth rate, CO2 fixation ability, phycocyanin content, and chlorophyll content. The analysis showed that the highest dry biomass weight and growth rate were obtained at OD 0.5 with an intensity of 5000 lux using red LED lights, which were 0.069 mg/ml and 0.0374 mg/day, respectively. The highest CO2 fixation was obtained at 0.00110 mg/mg algae using red LED lights at an intensity of 5000 lux. The highest phycocyanin content was obtained using white LED lights at an intensity of 3000 lux, which was 0.033 mg/mg algae. The highest chlorophyll content was obtained using red LED lights at an intensity of 3000 lux, which was 0.883 mg/mg algae. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Maya Indraputri
"Peningkatan jumlah penduduk dunia berdampak terhadap peningkatan kebutuhan di berbagai aspek seperti makanan bergizi dan obat-obatan.Untuk memenuhi peningkatan kebutuhan tersebut, salah satu sumber daya yang dapat digunakan adalah mikroalga.Mikroalga mampu menghasilkan berbagai jenis senyawa fungsional.Salah satu mikroalga yang banyak dibudidayakan adalah Spirulina platensiskarena kemampuannya untuk bertumbuh dengan cepat serta kegunaan dari senyawa yang dikandungnya.
Fikosianin adalah salah satu senyawa yang terkandung dalam Spirulina sp dan banyak digunakan dalam aspek kesehatan, salah satunya sebagai antioksidan.Walaupun demikian, metode ekstraksi fikosianin yangumum diterapkan masih belum berkerja secara optimum.Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan metode ekstraksi, waktu ekstraksi dan jenis pelarut yang sesuai agar dapat mengoptimalkan hasil ekstraksi.
Penelitian ini menggunakan 2 metode ekstraksi yaitu sonikasi pada 37 kHz serta vortex dengan kecepatan 2000 rpm.Masing-masing metode dilakukan sebanyak 2 kali.Variabel bebasyang diamati dalam setiap metodeadalah jenis pelarut dan durasi ekstraksi.Fikosianin tertinggi dihasilkan dengan metode vortex selama 25 menit menggunakan pelarut buffer fosfat.Ekstrak tersebut menghasilkanyield sebesar 9,62 mg/g alga kering dengan kemurnian sebesar 0,74.

Increasing growth of world population will affect in increasing the needs in several aspects such as nutritious foods and drugs. In order to fulfill the increased needs, one of the prominent source is microalgae. Microalgae can produce various functional compounds. One of the commonly cultivated microalgae is Spirulina platensis because of its ability to grow fast and its compound product's functionality.
Phycocyanin is one of the essential compound that is produced by Spirulina sp.and has been widely used in health aspect, for example as an antioxidant. Unfortunately, the current phycocyanin extraction methods still need to be improved. Hence, this research aims to determine extraction method and its suitable operating condition such as extraction time and solvent type that will yield the optimum result.
This research use the extraction method of sonication at 37 kHz and vortex at 2000 rpm.Each method is done twice. The independent variables are process duration and solvent type. The highest phycocyanin content is produced by vortex at 25 minutes with solvent phosphate buffer. The yield and purity of the extract are 9,62 mg g dry algae and 0,74, respectively.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67034
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marvel Pratama Tjiaman
"Latar Belakang
Karbonil, yang merupakan produk sampingan dari oksidasi protein, sering kali meningkat seiring dengan penuaan. Spirulina platensis, alga mikroskopis yang kaya akan nutrisi dan antioksidan, telah menunjukkan potensi dalam mencegah akumulasi stres oksidatif di otak. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh pemberian Spirulina platensis terhadap kadar karbonil pada otak tikus Wistar berbagai usia, dengan harapan dapat memberikan wawasan mengenai manfaat Spirulina terhadap otak.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain studi eksperimental menggunakan sampel biologis tersimpan dari otak tikus Wistar yang telah diberikan ekstrak etanol Spirulina platensis selama 29 hari per oral. Sampel pada penelitian ini dibagi menjadi 6 kelompok, 3 kelompok kontrol dengan usia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu, serta 3 kelompok yang diberi ekstrak Spirulina platensis dengan usia 12 minggu, 18 minggu, dan 24 minggu. Parameter yang digunakan adalah kadar karbonil yang diukur menggunakan metode Allen.
Hasil
Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian Spirulina platensis menurunkan kadar karbonil otak, tetapi secara statistik tidak signifikan, pada semua kelompok usia dibandingkan dengan kelompok yang tidak menerima suplementasi. Penurunan paling menonjol antara kelompok akuades dengan yang diberi Spirulina platensis terjadi pada kelompok tikus dengan usia 18 minggu.
Kesimpulan
Suplemen Spirulina memiliki potensi sebagai sumber antioksidan yang dapat mengurangi stres oksidatif pada otak akibat penuaan meskipun penurunan karbonil yang terjadi tidak signifikan. Untuk menilai efek Spirulina terhadap otak, diperlukan kelompok tikus dengan usia yang lebih tua.

Introduction
Carbonyl, a byproduct of protein oxidation, often increases with aging. Spirulina platensis, a microscopic algae rich in nutrients and antioxidants, has shown potential in preventing the accumulation of oxidative stress in the brain. This study aims to evaluate the effect of Spirulina platensis administration on carbonyl levels in Wistar rats’ brain of various ages, with the hope of providing insight into the benefits of Spirulina on the brain.
Method
This study employed an experimental design using stored biological samples from the brains of Wistar rats administered ethanol extract of Spirulina platensis orally for 29 days. The samples were divided into six groups: three control groups aged 12 weeks, 18 weeks, and 24 weeks, and three groups receiving Spirulina platensis extract at the same ages. The parameter measured was carbonyl content, assessed using the Allen method. Results
The analysis showed that Spirulina platensis administration reduced brain carbonyl levels, but statistically insignificant, in all age groups compared to the control groups that did not receive supplementation. The most noticeable reduction between the aquadest group and the group given Spirulina platensis was observed in the 18-week-old rats. Conclusion
Spirulina supplementation has potential as an antioxidant source to reduce oxidative stress in the brain due to aging, although the observed reduction in carbonyl levels was not significant. Older rat age groups are needed to assess Spirulina’s effects on the brain.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erien Tannur Wijaya
"Latar Belakang
Glutathione (GSH) adalah antioksidan endogen yang melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas. Seiring bertambahnya usia kadar GSH dalam tubuh, termasuk di otak cenderung menurun sehingga meningkatkan risiko penyakit neurodegeneratif. Spirulina platensis merupakan mikroalga kaya nutrisi dan antioksidan, yang berpotensi mencegah kerusakan oksidatif pada otak. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pengaruh Spirulina platensis terhadap kadar GSH pada otak tikus Wistar dari berbagai usia, untuk mengetahui potensinya sebagai antioksidan di jaringan otak tikus berbagai usia.
Metode
Penenelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan organ otak sebagai bahan biologis tersimpan dari 30 tikus jantan Wistar yang dibagi menjadi enam kelompok. Tiga kelompok kontrol usia 12, 18, dan 24 minggu diberi akuades, sementara tiga kelompok perlakuan pada usia yang sama diberi ekstrak Spirulina platensis dengan dosis 200mg/kgBB per oral selama 29 hari. Kadar GSH diukur menggunakan metode Ellman. Hasil
Kadar GSH otak total pada kelompok kontrol yang diberi akuades usia 12 minggu yaitu 0,142±0,012 μg/mg protein, kelompok kontrol usia 18 minggu yaitu 0,150±0,031 μg/mg protein dan kelompok kontrol usia 24 minggu yaitu 0,110±0,016 μg/mg protein. Pada kelompok perlakuan yang diberi Spirulina platensis usia 12 minggu yaitu 0,117±0,023 μg/mg protein, kelompok perlakuan usia 18 minggu yaitu 0,114±0,022 μg/mg protein, dan kelompok perlakuan usia 24 minggu yaitu 0,094±0,020 μg/mg protein. Kesimpulan
Pemberian ekstrak Spirulina platensis dosis 200 mg/kgBB selama 29 hari pada tikus Wistar berbagai usia belum mampu mencegah penurunan kadar Glutathione (GSH) otak yang terjadi seiring bertambahnya usia.

Introduction
Glutathione (GSH) is an endogenous antioxidant that protects cells from free radical damage. As age increases, GSH levels in the body, including the brain, tend to decline, raising the risk of neurodegenerative diseases. Spirulina platensis is a nutrient-rich microalga with antioxidant potential, which may prevent oxidative damage in the brain. This study aims to evaluate the effect of Spirulina platensis on brain GSH levels in Wistar rats of different ages, to explore its potential as an antioxidant in brain tissues.
Method
This experimental study used stored brain tissue from 30 male Wistar rats divided into six groups. Three control groups aged 12, 18, and 24 weeks received distilled water, while the three treatment groups of the same ages were given Spirulina platensis extract at a dose of 200 mg/kgBW orally for 29 days. GSH levels were measured using the Ellman method.
Results
The total brain GSH levels in the control group given aquadest at 12 weeks were 0.142±0.012 μg/mg protein, at 18 weeks were 0.150±0.031 μg/mg protein, and at 24 weeks were 0.110±0.016 μg/mg protein. In the Spirulina platensis-treated group, the GSH levels at 12 weeks were 0.117±0.023 μg/mg protein, at 18 weeks were 0.114±0.022 μg/mg protein, and at 24 weeks were 0.094±0.020 μg/mg protein.
Conclusion
Administration of Spirulina platensis extract at a dose of 200 mg/kgBW for 29 days to Wistar rats of various ages has not been able to prevent the decrease in brain Glutathione (GSH) levels that occurs with age.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>