Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178994 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Endang Rochyatun
"Pengamatan terhadap kandungan logam berat dalam air laut dan sedimen telah dilakukan di perairan muara Sungai Cisadane pada bulan Juli dan November 2005. Kadar logam berat dalam air laut lebih rendah dibandingkan di dalam sedimen. Hasil tersebut memperlihatkan bahwa kadar semua logam berat masih sesuai dengan Nilai Ambang Batas baku mutu air laut yang ditetapkan oleh pemerintah bagi biota, selain itu ada indikasi bahwa logam berat tersebut terakumulasi dalam sedimen. Distribusi logam Pb pada bulan Juli dan logam Cu pada November dengan kadar yang tinggi ditemukan di dekat pantai dan menurun ke arah laut dan pada umumnya ditemukan di muka muara sungai yaitu Sungai Cisadane, Muara Saban dan Tanjung Pasir. Distribusi Pb dan Zn pada bulan November 2005 dengan kadar yang tinggi ditemukan hanya di muka muara Sungai Cisadane. Distribusi kandungan Cd di muara sungai Cisadane di semua stasiun merata, tetapi tidak menunjukkan korelasi antara kadar Cd dengan jarak stasiun terhadap muara. Terlihat bahwa kandungan Cd secara keseluruhan pada bulan Juli dan November 2005 kurang dari 0,001 ppm. Secara umum, kandungan logam berat antar stasiun di lokasi pengamatan menunjukkan distribusi yang seragam, baik stasiun yang berdekatan dengan muara sungai maupun stasiun yang jauh dari muara sungai.

Heavy Metallic Element Distribution in Cisadane River Estuary?s Water and Sediment. Observation of heavy metallic elements in Cisadane River Estuary has been done in July and November 2005. The results show that heavy metallic elements content in seawater is lower and still below the treshold value stated by government for fisheries. There was an indication of heavy metallic elements on sediment. Distribution of Pb on July and of Cu on November 2005 were found higher near the coast and decrease towards the sea, and commonly were found in front of estuary such as Cisadane, Muara Saban and Tanjung Pasir. High Pb and Zn distributions on November 2005 were found only in front of Cisadane estuary. Cd distribution of Cisadane estuary was constant at all station but did not show any correlation with the distance of station and estuary. The Cd content on July and November 2005 is lower than 0,001 ppm. Generally, heavy metallic elements content have a uniform distribution at all stations inspite of its distance to estuary."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lestari
"Pengamatan kadar logam berat dalam air laut di Teluk Jakarta telah dilakukan pada bulan Mei 2004. Logam berat yang diteliti adalah Hg, Pb, Cd, Cu, dan Ni. Pengamatan ini ada kaitannya dengan kematian massal ikan-ikan yang terjadi di Teluk Jakarta. Pengamatan ini dilakuan di pantai Ancol 1 (3 stasiun), muara Sungai Dadap (4 Stasiun), pantai Ancol 2 (4 stasiun) dan Cilincing (3 stasiun). Hasilnya menunjukkan kadar Hg, Cd dan Cu rerata di pantai Ancol 1 berturut-turut adalah <0.001 ppm, Pb 0.001 ppm, Zn 0.004 ppm, dan Ni 0.001 ppm. Di pantai Ancol 2 kadar Hg, Cd, dan Zn rerata berturut-turut adalah <0.001 ppm, Pb 0.002 ppm, dan Cu 0.001 ppm dan Ni 0.0017 ppm. Di Cilincing kadar Hg, Cd, dan Zn rerata adalah <0.001ppm, Pb dan Cu masing-masing 0.002 ppm, dan Ni 0.0045 ppm Di muara Sungai Dadap kadar Hg dan Cd masing-masing adalah 0.001 ppm, Pb dan Zn masing-masing adalah 0.0027 ppm, Cu 0.001 ppm, dan Ni 0.0012 ppm. Di pantai Ancol 3 kadar Hg rerata adalah 0.021 ppm, Pb 0.55 ppm dan Cd 0.1 ppm. Kadar keenam logam berat tersebut di pantai Ancol 1, 2, Cilincing, dan muara Sungai Dadap relatif lebih rendah dibandingkan dengan NAB yang ditetapkan oleh Kantor MNLH (2004) untuk biota laut yakni 0.001 ppm untuk Hg dan Cd, 0.008 ppm untuk Pb dan Cu, dan 0.05 ppm untuk Zn dan Ni, sedangkan di pantai Ancol 3 kadar Hg, Pb, dan Cd lebih tinggi dibandingkan dengan NAB tersebut. Dengan demikian kadar Hg, Pb, Cd, Cu, Zn, dan Ni di perairan pantai Ancol 1, 2, Cilincing dan muara Sungai Dadap belum berbahaya bagi kehidupan ikan-ikan di Teluk Jakarta, sedangkan di perairan Ancol 3 kadar Hg, Pb, dan Cd sudah berbahaya bagi kehidupan biota laut. Namun demikian kematian massal ikan-ikan di perairan ini bukan disebabkan oleh logam berat tersebut, akan tetapi oleh faktor lain yang salah satunya adalah ledakan mendadak fitoplankton beracun yang mengeluarkan toksin dimana air laut menjadi berwarna merah dan kejadian ini dikenal dengan pasang merah (red tide).

Effect of Heavy Metals Pollution to Seawater Quality and Fishery Resources (Case Study on Fish Death in Jakarta Bay). Observation on heavy metals content in sea water were carried out in Jakarta Bay waters in May 2004. Heavy metals observed were Hg, Pb, Cd, Cu, Zn and Ni. This observation is conducted with fishes total death in this waters. Observation is done in Ancol beach 1 (3 stations), Ancol beach 2 (4 stations), Cilincing (3 stations), and Dadap River estuary (4 Station). The results showed that the average concentration of Hg, Cd and Cu in Ancol beach 1 were <0.001 ppm respectively, Pb is 0.001 ppm, Zn is 0.004 ppm, and Ni is 0.001 ppm. In Ancol beach 2 the average concentration of Hg, Cd, and Zn were <0.001 ppm, Pb is 0.002 ppm, Cu is 0.001 ppm and Ni 0.0017 ppm. In Cilincing the average concentration of Hg, Cd, and Zn were <0.001 ppm respectively, Pb and Cu were 0.002 ppm, and Ni was 0.0045 ppm. In Dadap River Estuary the average concentration of Hg and Cd were 0.001 ppm, Pb and Zn were 0.0027 ppm, Cu was 0.001 ppm, and Ni between 0.0012 ppm. The concentration of that sixth heavy metals in Ancol beach 1, 2, Cilincing, and Dadap River estuary still lower compared to the Threshold Value (TV) stated by The Office of State Ministry for Life Environment (2004) for sea biota namely 0.001 ppm for Hg and Cd, 0.008 ppm for Pb and Cd, 0.05 ppm for Zn and Ni. That way the concentration of Hg, Pb, Cd, Cu, Zn, and Ni in Ancol beach 1, 2, Clilincing and Dadap estuary not danger for sea biota, while in Ancol beach 3, the average concentration of Hg, Pb, and Cd has danger for sea biota. Thereby total death of fishes in this waters not caused by heavy metals, but by others factors, one of that factors is blooming toxic phytoplankton which produced toxin where sea water change to be red, and this phenomena known as red tide."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The Jakarta bay and and lada bay have been known as a polluted environment. The dominant polluted is heavy metals such as Pb, Cd, Cr ang hg...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anggito Abimanyu Arifin
"Penelitian ini menganalisis kandungan logam berat seng (Zn) pada mikroplastik yang ditemukan pada air, sedimen, dan ikan kembung Rastrelliger kanagurta di perairan Muara Angke dan Muara Karang, Teluk Jakarta. Pengambilan sampel air dan sedimen dilakukan pada 3 titik di tiap perairan. Sampel ikan diambil sebanyak 5 ekor pada tiap perairan dengan bobot ±259 gr dengan panjang ±27 cm. Saluran pencernaan di ekstraksi dari tiap ikan dan dihancurkan menggunakan reagen asam nitrat kuat (HNO3 65%). Sampel mikroplastik dilakukan dengan metode floating menggunakan NaCl jenuh dan diamati diatas kertas Whatman Cellulose Nitrate 0.47μm. Sampel mikroplastik dianalisis polimer menggunakan uji Micro-raman spectroscopic dan kandungan logam berat dengan uji AAS. Hasil penelitian menunjukkan kelimpahan mikroplastik pada sampel air berkisar 175.56—466.67 partikel L-1, pada sampel sedimen berkisar 494.22—790.76 partikel Kg-1, dan pada sampel ikan berkisar 98.5—159 partikel individu-1. Polimer mikroplastik yang teridentifikasi antara lain polyethylene (PE), polypropylene (PP), dan polystyrene (PS). Kandungan logam berat Zn pada mikroplastik pada sampel air memiliki rata–rata 79.47 mg Kg-1, pada sampel sedimen 153.09 mg Kg-1, dan pada sampel ikan 7.20 mg Kg-1. Uji korelasi Spearman menunjukan bahwa tidak adanya korelasi antara kelimpahan mikroplastik dengan kandungan logam berat Zn pada mikroplastik yang ditemukan.

This study analyzed the content of heavy metal zinc (Zn) in microplastics found in water, sediment, and mackerel Rastrelliger kanagurta in the waters of Muara Angke and Muara Karang, Jakarta Bay. Sampling of water and sediment was carried out at 3 points in each waters. Mackerel were taken 5 in each waters with a weight of ±259g and a length of ±27cm. The digestive tract was extracted from each fish and crushed using strong nitric acid reagent (HNO3 65%). Microplastics were carried out using the floating method using saturated NaCl and observed on 0.47μm Whatman Cellulose Nitrate paper. The microplastics were analyzed by polymer using Micro-raman spectroscopic test and heavy metal content by AAS test. The results showed that the abundance of microplastics in water ranged from 175.56-466.67 particles L-1, in sediment ranging from 494.22-790.76 particles Kg-1, and in mackerel ranging from 98.5-159 individual particles-1. The identified microplastic polymers are polyethylene (PE), polypropylene (PP), and polystyrene (PS). The heavy metal content in water has an average of 79.47 mg Kg-1, in sediment 153.09 mg Kg-1, and in mackerel 7.20 mg Kg-1. The Spearman correlation test showed that there was no correlation between the abundance of microplastics and the heavy metal content."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrajati Kohar
"Untuk meneliti kandungan Pb dalam tanaman kangkung telah dilakukan penelitian menggunakan kangkung darat (Ipomoea reptans) yang ditanam pada media hidroponik, dan disiram dengan Multigrow Complete Plant Food (2000 mg/L) larutan Pb (2 mg/L) dua kali sehari. Sampel kangkung diambil berdasarkan umur tanaman (3 dan 6 minggu), dan bagian tanaman (akar dan seluruh bagian tanaman tanpa akar). Digunakan Inductively Coupled Plasma Spectrometer (ICPS) Fison 3410+ untuk mengukur kandungan Pb dalam sampel. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa dalam tanaman akumulasi Pb terutama terdapat di akar.Pada tanaman kangkung yang berumur 6 minggu Pb terdapat dalam akar sebanyak 3.36 mg/kg sampel dan di bagian lain dari tanaman terdapat kandungan Pb sebesar 2.09 mg/kg sampel, dimana jumlah ini melampaui jumlah maksimum yang diperolehkan untuk dikonsumsi yang ditetapkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (maximum dietary allowance) yaitu 2 mg/kg; sedangkan pada tanaman yang berumur 3 minggu kandungan Pb nya dalam akar adalah 1.86 mg/kg sampel dalam bagian lain dari tanaman sebesar 1.13 mg/kg dan tidak melampaui batas yang ditetapkan oleh BPOM. Karena itu dianjurkan untuk memanen kangkung pada umur tidak lebih dari 3 minggu.

Study on Pb Content in 3 Week and 6 Week Old Kangkung (Ipomoea reptans Poir) Planted in Pb containing Media. A study on the content of Pb in kangkung has been conducted. Land kangkung (Ipomoea reptans) was used as the sample, and was planted in hydrophonic media, and watered with Multigrow Complete Plant Food (2000 mg/L) and Pb solution (2 mg/L) twice a day. Samples were taken based on the age (3 and 6 week old), and part of the plant (root and all parts without root). Inductively Coupled Plasma Spectrometer (ICPS) Fison 3410+ was used to measure the Pb content. It was shown that in the plant the accumulation was mostly happened in the root. The 6 week-old plant contained Pb not just in the root (3.36 mg/kg sample) but also in the other part of the plant (2.09 mg/kg sample) and those were exceeded the maximum dietary allowance (2 mg/kg sample) regulated by the Indonesian FDA; while in the 3 week-old plant the Pb content in the root was 1.86 mg/kg sample and in the other part of the plan was 1.13 mg/kg, which is not exceeded the dietary allowance. So it is advisable to harvest the kangkung vegetable at the most of 3 week-old."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2005
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Pandu Ernowo
"Pada studi ini, logam berat tembaga (Cu) dan seng (Zn) pada tanah diukur menggunakan ekstraksi bertahap dan metode diffusive gradient in thin films (DGT), selain itu penyerapan logam tersebut pada tanaman kangkung darat diinvestigasi. Spesiasi Cu dan Zn pada tanah asli (non spike) dan tanah spike 200, 400, 600, dan 800 mg kg-1 tanah dievaluasi dengan ekstraksi bertahap yang didasari prosedur Tessier (1979), diperoleh distribusi logam pada fraksi yang berbeda-beda. Cu dan Zn pada tanah asli ditemukan terutama pada fraksi Mn oksida, Fe oksida dan residu. Sangat sedikit ditemukan pada fraksi exchangeable yang merupakan fraksi logam paling mobile dan diasosiasikan sebagai bioavailabel. Pada tanah yang diberi spike Cu dan spike Zn juga ditemukan terutama pada fraksi Mn oksida dan Fe Oksida, terlihat peningkatan cukup signifikan pada fraksi karbonat, dan khusus untuk tanah yang diberi spike Zn terlihat peningkatan cukup signifikan terhadap fraksi exchangeable.
Metode DGT digunakan untuk menentukan konsentrasi efektif (CE) dari Cu dan Zn pada tanah. Hubungan antara CE dari Cu dan Zn oleh DGT dan serapan Cu dan Zn pada kangkung darat yang ditumbuhkan dalam rumah kaca dievaluasi. Hubungan CE dari Zn terhadap serapan Zn pada kangkung darat berkorelasi secara signifikan pada pemberian konsentrasi spike Zn2+ 0 (kontrol) 200, 400, 600, dan 800 mg kg-1 tanah (R2 = 0,97) dan memberikan hubungan linear yang positif. Namun, pada variasi konsentrasi spike Cu2+ yang sama, CE dari Cu tidak berkorelasi terhadap serapan Cu pada kangkung darat (R2 = 0,43) dan memberikan hubungan linear yang negatif. Hal ini kemungkinan disebabkan konsentrasi spike Cu yang digunakan terlalu tinggi atau berada pada level toksik.

In this study, heavy metals copper (Cu) and zinc (Zn) in soil were measured using the method of sequential extraction and diffusive gradient in thin films (DGT), in addition to the absorption of these metals in Ipomea reptans Poir. were investigated. Speciation of Cu and Zn in native soil (non-spike) and spiked-soil 200, 400, 600, and 800 mg kg-1 soil were evaluated by the sequential extraction procedure based on Tessier (1979), obtained the metal distribution in different fractions. Cu and Zn in the native soil is found mainly in the fraction of Mn oxides, Fe oxides and residues. Very little was found in exchangeable fraction which is the most mobile metal fraction and associated bioavailable. In spiked-soil, Cu and Zn were also found mainly in the fraction of Mn oxides and Fe oxides, seen a significant increase in the fraction of carbonate, and specifically for a given soil Zn spike seen a significant increase in the exchangeable fraction.
DGT method used to determine the effective concentration (CE) of Cu and Zn in soil. The relationship between Cu and Zn from the CE by the DGT and the uptake of Cu and Zn in Ipomea reptans Poir. grown in a greenhouse were evaluated. The relationship CE of Zn with Zn abosrption by Ipomea reptans Poir. were significantly correlated to the spike concentration giving Zn2+ 0 (control) 200, 400, 600, and 800 mg kg-1 soil (R2 = 0.97) and provide a positive linear relationship. However, with the spike Cu2+ at the same variation of concentration, CE of Cu did not correlate to the absorption of Cu in Ipomea reptans Poir. (R2 = 0.43) and give a negative linear relationship. This is probably due to Cu spike concentration used is too high or are at toxic levels.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43361
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indrajati Kohar
"Kangkung termasuk sayuran yang banyak digemari, yang mudah tumbuh ditempat berair ataupun di dekat sungai, dan karena itu banyak ditanam di dekat sungai dan disirami dengan air sungai tersebut. Jika sungai tercemar dengan logam berat, maka kemungkinan besar tanaman yang tumbuh disitu juga tercemar. Suatu penelitian terhadap kangkung yang ditanam di media yang tercemar oleh Pb membuktikan bahwa kangkung tersebut juga mengandung Pb. Untuk mengetahui sejauh mana perebusan dapat mengurangi kandungan Pb dalam kangkung dilakukan penelitian dengan berbagai cara perebusan. Pada penelitian ini digunakan kangkung darat (Ipomoea reptans) sebagai sampel, dan ditanam secara hidrofonik, serta disiram dengan larutan Multigrow Complete Plant Food (2000 mg/L) dan larutan Pb (2 mg/L dua kali sehari. Kangkung dipanen pada usia 54 hari, kemudian daun dan batangnya direbus dengan berbagai cara. Perlakuan I: direbus dengan air saja, perlakuan II: direbus dengan penambahan NaCl, perlakuan III: direbus dengan penambahan asam asetat 25%. Perlakuan IV: sampel yang tidak direbus, sebagai kontrol. Untuk mengukur kandungan Pb digunakan alat Inductively Coupled Plasma Spectrometer (ICPS) Fison 3410+. Penambahan asam asetat ternyata tidak mengurangi kandungan Pb dalam daun dan batang kangkung sebanyak yang disebabkan oleh perebusan tanpa penambahan NaCl atau asam asetat, ataupun perebusan dengan penambahan NaCl. Perbedaan ini sangat signifikan pada batang kangkung, sedangkan pada daun tidak signifikan.

Study on The Content of Pb in Twigs And Leaves of Kangkung (Ipomoea reptans Poir) Boiled With The Addition of NaCl And Acetic Acid. Kangkung is a kind of favorable vegetables that used to grow near a river, and is cultivated and watered with water from the river. If the river is polluted by heavy metals, there is a risk that the plant is contaminated too. A study on the content of Pb in kangkung planted in Pb contaminated media has been conducted, and it was proven that Pb was found in the plant. Land kangkung (Ipomoea reptans) was used as sample, and was planted in hydrophonic media, and watered with Multigrow Complete Plant Food (2000 mg/L) and Pb solution (2 mg/L) twice a day. Samples were taken based on the age of 54 days, then the twigs and leaves were boiled in different ways: I. Boiled with no addition, II. Boiled with addition of NaCl , and III. Boiled with addition of acetic acid. IV. Unboiled sample as the control. Inductively Coupled Plasma Spectrometer (ICPS) Fison 3410+ was used to measure the Pb content. It was shown that boiling the kangkung reduced the Pb content in the leaves as well as in the twigs; however, the acetic acid addition showed the least effect. In the leaves the three different ways of boiling did not show significant different, while in twigs the different was significant."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tirta Angen Pangestu
"[Ligan para-di-2-(1-methyl-3-pyridyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-5-yl)benzena sudah berhasil disintesis melalui metode kondensasi Aldol. Hasil yang diperoleh dikarakterisasi menggunakanspektrofotometer UV-Vis, spektrofotometer inframerah dan spektrometer NMR. Aplikasi ligan ini adalah sebagai Sensor ion logam Pb2+dan dilakukan menggunakan spektrometer UV-Vis. Hasil dari studi sensor menunjukkan bahwa ligan mempunyai intensitas absorbansi yang kuat. Hal ini didukung oleh nilai absorptivitas molar (?) yang besar. Studi spektroskopi UV-Vis pada penambahan ion Pb2+ menunjukkan munculnya puncak baru pada daerah panjang gelombang 290 nm. Hal ini menunjukkan adanya pembentukan kompleks antara ion logam (Pb2+) dengan ligan para-di-2-(1-methyl-3-pyridyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-5-yl)benzena. Studi aplikasi sensor menunjukkan bahwa ligan ini dapat dijadikan sensoruntuk ion Pb2+ karena penambahan ion ini menyebabkan penurunan intensitas serapan absorbansi. Hasil studi efektivitas sensor menunjukkan bahwa ligan para-di-2-(1-methyl-3-pyridyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-5-yl)benzena merupakan sensor yang efektif terhadap penambahan ion Pb2+ pada panjang gelombang maksimum (?maks) 291 nm.

The Ligand para-di-2-(1-methyl-3-pyridyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-5-yl)benzene has been synthesized well by using Aldol condensation method. The result of synthesizing is characterized byUV-Visible spectrophotometer, Infrared spectrophotometer and NMR spectrometer. The application of this ligand as sensor for Pb2+ metal ions was studied by using UV-Visible spectrophotometer. Sensingstudiesindicatethat theligandhas astrongabsorbans intensity. This is supportedby alarge molarabsorptivity (?) value. UV-Vis spectroscopystudiesonthe addition ofPb2+ ions showedthe emergence ofa newpeakat290nmwavelength region. This indicatesthat thecomplexesformedbetweenmetalions(Pb2+) with para-di-2-(1-methyl-3-pyridyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-5-yl)benzene ligand. Application sensor studies showed that theseligandscanbe used assensorforPb2+ionsdue tothe addition oftheseionscauses a quenched inabsorbans intensity. The results ofthe study ofsensor efectivity showedthattheligandpara-di-2-(1-methyl-3-pyridyl-4,5-dihydro-1H-pyrazol-5-yl)benzeneissensorefectiveaddition ofPb2+ionsat themaximumwavelength(?max) 291 nm., 5he 1igand para-di-%-+!-rnethyl-(-pyridyl-*,3-dihydro-!:-pyra
has been synthesi
synthesi->isible spectrophotorneter, )n2rared
spectrophotorneter and NM? spectrorneter. 5he application o2 this ligand as
sensor 2or Pb%= rnetal ions was studied by using .>->isible spectrophotorneter.
Sensing studies indicate that the ligand has a strong absorbans intensity. 5his is
supported by a large rnolar absorpti$ity +@/ $alue. .>->is spectroscopy studies on
the addition o2 Pb%= ions showed the ernergence o2 a new peak at %A7 nrn
wa$elength region. 5his indicates that the cornpleCes 2orrned between rnetal ions
+Pb%=/ with para-di-%-+!-rnethyl-(-pyridyl-*,3-dihydro-!:-pyra
ligand. Application sensor studies showed that these ligands can be used as sensor
2or Pb%= ions due to the addition o2 these ions causes a Duenched in absorbans
intensity. 5he results o2 the study o2 sensor e2ecti$ity showed that the ligand paradi-%-+!-
rnethyl-(-pyridyl-*,3-dihydro-!:-pyra
addition o2 Pb%= ions at the rnaCirnurn wa$elength +BrnaC/ %A! nrn.]"
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S60637
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Teluk Kelabat merupakan perairan semi terutup yang dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu
Teluk Kelabat bagian Luar (T Luar) yang berbatasan langsung dengan laut Natuna dan Teluk
Kelabat bagian Dalam (T Dalam) berhadapan pemukiman penduduk dan lima muara sungai.
Penelitian tentang kandungan logam dalam tiga komponen ekosistem Teluk Kelabat (air,
sedimen dan biota) dilakukan pada bulan Maret 2006 (musim barat) dan Juli 2006 (musim
tenggara). Analisis logam berat terlarut, di sedimen dan biota menggunakan Spektofotometer
Serapan Atom dengan nyala (Flame AAS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa logam berat
terlarut umumnya relatif rendah dengan kisaran sebagai berikut, Pb (1,0 ? 26,0 µg L-1
), Cd
(<0,1? 3,0 µg L-1
), Cu (1?2,0 µg L-1
) dan Zn (1,0?4,0 µg L-1
). Konsentrasi rata-rata logam
berat dalam sedimen Pb (11.46 mg kg-1
), Cd (0,10 mg kg-1
), Cu (2,50 mg kg-1
) dan Zn (13,64
mg kg-1
). Konsentrasi logam Pb, Cu dan Zn di sedimen T Dalam dapat mencapai dua kali lipat
lebih tinggi dibanding T Luar, namun demikian ketiga konsentrasi logam tersebut tidak
dipengaruhi oleh musim. Sebaliknya, konsentrasi logam Cd cenderung merata di sedimen dan
sangat dipengaruhi musim. Konsentrasi logam Pb, Cd, Cu dan Zn pada ikan umumnya lebih
rendah dibanding pada jenis kerang-kerangan. Akumulasi Pb dan Cu tertinggi oleh siput
gonggong Strombus canarium, dan Cd dan Zn tertinggi oleh kerang darah Anadara sp."
620 JITK 3:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>