Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13866 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Meliala, Adrianus Eliasta, 1966-
"Penelitian ini bermaksud mengetahui profil kognisi mengenai polisi dari sudut kanak-kanak yang terbagi dalam tiga tahapan perkembangan usia. Dengan mengetahui perbedaan dan perbandingan struktur kognisi tersebut terhadap sosok polisi dan peran polisi, dihipotesakan bahwa kognisi dari kelompok kanak-kanak dengantingkat usia yang semakin tinggi akan menampilkan struktur yang lebih lengkap dan kompleks tentang obyek polisi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa gambaran struktur tersebut memang memperlihatkan pemerkayaan pada kelompok yang lebih tinggi.

The aim of this research is to investigate cognitive profile on police based on the view of children from three different developmental stages. It is hypothesized that the more older children are the more knowledgeable they are in relation to the police?s role and its typology and function. The result shows that the elder group of students indicate better knowledge and more understanding in terms of the police and what they normally do."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Meliala, Adrianus Eliasta, 1966-
"Penelitian ini bermaksud mengetahui profil kognisi mengenai polisi dari sudut kanak-kanak yang terbagi dalam tiga tahapan perkembangan usia. Dengan mengetahui perbedaan dan perbandingan struktur kognisi tersebut terhadap sosok polisi dan peran polisi, dihipotesakan bahwa kognisi dari kelompok kanak-kanak dengantingkat usia yang semakin tinggi akan menampilkan struktur yang lebih lengkap dan kompleks tentang obyek polisi. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa gambaran struktur tersebut memang memperlihatkan pemerkayaan pada kelompok yang lebih tinggi.

The aim of this research is to investigate cognitive profile on police based on the view of children from three different developmental stages. It is hypothesized that the more older children are the more knowledgeable they are in relation to the police’s role and its typology and function.The result shows that the elder group of students indicate better knowledge and more understanding in terms of the police and what they normally do."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Juliana Murniati
"Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap struktur kognisi diri pada masyarakat di Indonesia. Minat terhadap studi ini beranjak dari temuan Hosfstede di tahun 70-an yang mengungkapkan bahwa budaya-budaya bervariasi menurut individualisme-kolektivisme (III); dengan mendasarkan pada bentuk hubungan individu dengan individu lain dalam suatu masyarakat: jika hubungan antar individu dalam masyarakat itu erat berarti budaya kolektivisme; sebaliknya jika renggang, berarti individualisme. Bentuk kehidupan demikian berimplikasi terhadap struktur kognisi diri individunya: budaya individualisme akan membentuk struktur kognisi diri yang berorientasi pada pilihan dan prestasi personal; sementara budaya kolektivisme akan membentuk struktur kognisi diri yang berorientasi pada pilihan dan prestasi kelompok tempat ia menjadi anggota. Studi-studi mengenai kognisi diri telah banyak dilakukan dalam budaya individualisme maupun. kolektivisme, namun bukan di Indonesia, yang diindikasikan kolektivisme. Sejauh yang peneliti ketahui, belum ada penelitian intensif berkenaan dengan kognisi diri yang dilaksanakan dalam lingkungan Indonesia.
Penelitian ini berkiprah pada pandangan yang melihat self sebagai struktur kognisi. Hal ini berarti bahwa pembahasan akan beranjak dari pendekatan kognisi sosial, yakni kajian mengenai bagaimana individu memahami dirinya sendiri dan orang lain dalam situasi sosial. Struktur kognisi diri pada dasarnya adalah tampilan mental seseorang mengenai atribut-atribut pribadi, peran-peran sosial; pengalaman lampau, dan tujuan-tujuan mendatang.
Penelitian ini berupaya mengungkap struktur kognisi diri pada budaya-budaya yang tergolong besar Indonesia, yakni Jawa, Sunda, Minang, dan Batak. Sampel penelitian terdiri dari siswa/i SMU dari empat suku bangsa itu, yaitu Jawa, Sunda, Minang, dan Batak, baik yang berdiam di daerah asal maupun yang berdiam di Jakarta sejak lahir, tetapi masih menggolongkan dirinya ke dalam salah satu dari keempat suku bangsa itu. Dalam penelitian ini, keempat suku bangsa yang berdiam di Jakarta dikategorikan sebagai golongan budaya tersendiri, yakni budaya Jakarta. Usaha ini ditempuh dengan Twenty Statements Test (TST) atau the I am technique, yang pada dasarnya merupakan instrumen bebas budaya untuk menggali kekayaan kognisi diri yang muncul secara spontan dan salient. Data-data kemudian diolah dengan menggunakan analisa multidimensional scaling (MDS), analisa kluster, dan analisa koresponden.
Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kognisi diri masyarakat Indonesia berada pada kontinuum privat-kolektif, yang juga berarti bahwa Indonesia berada dalam dimensi individualisme-kolektivisme, dan agaknya tepat berada di ambang individualisme. Meskipun tampaknya sedang terjadi pergeseran menuju individualisme, namun nilai-nilai budaya tampaknya masih cukup mengakar dalam kehidupan masyarakatnya. Tentu saja, ini adalah kesimpulan yang masih sangat dini, sehingga penelitian-penelitian lanjutan harus dilakukan.
Hasil analisa juga menunjukkan bahwa Jawa memiliki struktur kognisi diri publik, yang sangat concern dengan bagaimana orang lain menilai dirinya; Sunda cenderung ke struktur kognisi diri kolektif, yang mementingkan keanggotaan kelompok. Sementara Minang, Batak, dan Jakarta didekatkan satu sama lain oleh atribut-atribut psikologis yang menunjukkan struktur kognisi diri privat. Ketiga golongan budaya inilah yang tampaknya lebih condong pada individualisme. Tentu saja, kesimpulan ini masih dini, sehingga sangat diperlukan penelitian-penelitian lebih lanjut."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Widinarsih
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan karena fenomena penggunaan peron oleh pedagang kaki lima (selanjutnya disingkat PKL) mencerminkan terabaikannya hak-hak atas fasilitas kota yang baik dari para pengguna jasa kereta rel listrik (selanjutnya disingkat KRL) Jabotabek kelas ekonomi. Mengapa hal tersebut masih saja dibiarkan terjadi oleh para pengguna jasa tersebut sebagai pihak yang berhak atas penggunaan peron sebagai teritori untuk alctivitas menunggu, naik, dan turun dari KRL Jabotabek kelas ekonomi
Penelitian ini mengkaji permasalahan trsebut dengan menggunakan konsep teritorialitas dan teori keseimbangan/P-0-X Heider melalui metode gabungan antara pendekatan kualitatif dan kuantitatif Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data adalah skala interaksi antara pengguna jasa KRL .Jabotabek kelas ekonomi dengan PKL dalam hal penggunaan peron stasiun pemberhentian (selanjutnya disingkat SP).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dibiarkannya terjadi
penggunaan peron SP sebagai tempat dagang para PKL berkaitan dengan dialaminya keadaan psikologis yang seimbang dalam kognisi kebanyakan pengguna jasa KRL Jabotabek kelas ekonomi yang menjadi subyek penelitian ini.
Keadaan seimbang yang terjadi itu mayoritas berupa kombinasi hubungan P-O-X dengan konfigurasi + - -, Yaitu kombinasi dimana hubungan P-O berupa hubungan sentimen positif hubungan O-X berupa hubungan unit negatif, dan hubungan P-X berupa hubungan sentimen negatif Artinya, kebanyakansubyek penelitian ini kadang-kadang menyukai/membutuhkan PKL di peron tapi menilai sebenarnya
PKL tidak berhak menggunakan peron sebagai tempat berdagang sehingga para subyek tersebut sebenamya keberatan bila keberadaan dan situasi kondisi peron ketika digunakan sebagai tempat berdagang sampai menganggu aktivitasnya menunggu, naik dan turun dari KRL.
Dengan keadaan psikologis yang seimbang tersebut maka kognisi para pengguna jasa KRL berada dalam kognisi yang konsisten, yang tidak menimbulkan tekanan/dorongan untuk mengubah struktur kognisi dalam hubungannya dengan PKL dan peron SP yang digunakan sebagai tempat berdagang PKL. Komponen hubungan unit dan sentimen pada kognisi Pengguna jasa KRL, berhubungan satu sama lain secara harmonis dan tidak ada tekanan untuk berubah.
Namun secara teoritis, kombinasi hubungan P-O-X dengan konfigurasi + - - meski menimbulkan keadaan seimbang bukanlah yang ideal- Kombinasi ideal yang menimbulkan keadaan konsisten dalam kognisi sehingga menghasilkan keadaan psikologis yang lebih menyenangkan adalah kombinasi hubungan P-0-X dengan konfigurasi + + +. Untuk mencapai hal itu maka ada upaya yang bisa dilakukan sebagai saran teoritik. Upaya yang bisa dilakukan antara lain adalah pengaturan dan penataan peron sena pemasangan tanda (prompt) agar peron dapat digunakan sebagaimana mestinya sehingga baik pengguna jasa KRL maupun PKL dapat berhubungan dengan lebih baik, tidak saling mengabaikan hak dan kewajiban."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38228
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reed, Stephen K.
Jakarta: Salemba Humanika, 2011
153 STE ct (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Samiah
"Skripsi ini menganalisis usaha anak memperoleh informasi untuk membangun kognisi melalui pemicu cerita Sahabat Baik. Tujuannya adalah mengidentifikasi perkembangan kognisi yang terjadi pada anak umur 51 bulan dan mendeskripsikan cara-cara yang digunakan anak umur 51 bulan untuk mengembangkan kognisi dengan pemicu cerita Sahabat Baik. Anak diceritakan Sahabat Baik sebanyak tiga kali. Dari penelitian ini diperoleh perkembangan kognisi anak dari penceritaan pertama sampai penceritaan ketiga. Anak mengembangkan kognisi tersebut dengan menggunakan kalimat interogatif dan kalimat deklaratif.

Abstract
This thesis analyzes the child's efforts to obtain information to build up the cognition through Sahabat Baik story as the trigger medium. The purpose of this research is to identify the development of the cognition that occurs in a child aged 51 months and to describe the ways the child develops the cognition through Sahabat Baik story as its trigger medium. The story of Sahabat Baik is told to the child three times. The result of this study shows the cognition development of the child from the first telling to the third telling. The child develops the cognition by using the interrogative phrase and declarative sentences."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S497
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widya
"Tesis ini membahas pepatah-petitih berbahasa Minangkabau _ tentang kepemimpinan, khususnya sifat-sifat kepemimpinan ideal. Tujuan penelitian ini untuk menemukan pepatah-petitih yang gayut dengan konsep kepemimpinan dan menganalisis maknanya sehingga konsep kepemimpinan ideal Minangkabau dapat dirumuskan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teori yang digunakan untuk menganalisis data adalah teori metafora. Analisis juga dilengkapi dengan validasi data dengan melihat penggunaan kata dalam konteks budaya Minangkabau. Hasil analisis menunjukkan bahwa pepatah-petitih mengandung butir-butir kearifan tentang sifat kepemimpinan ideal. Kearifan budaya terlihat dari kecerdasan dalam memilih ciri-ciri positif ranah sumber yang dijadikan sebagai lambang ranah target.

This thesis discusses about proverbs of leadership in Minangkabau language, especially the ideal leadership characteristics. The purpose of this research are to find some proverbs that are related to the concept of leadership and analyze their meanings so that the concept of ideal leadership in Minangakabau can be summarized. This research is a qualitative research. The theory used to analyze the data is the theory of metaphor. The analysis is also equipped with the validation of the data by looking at the use of words in the context of Minangkabau culture. The analysis shows that the proverbs contain details about wisdom of ideal leadership qualities. Cultural wisdom is demonstrated by the intelligence in choosing the positive features of the sources domain that serve as the symbol of the target domain.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T27808
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vitri Mardiati
"Kemampuan kognitif yang dimiliki kanak-kanak madya sudah jauh lebih kompleks dibandingkan anak usia prasekolah, namun belum mencapai kemampuan kognitif di usia remaja. Menurut teori perkembangan kognitif Piaget kanak-kanak madya telah masuk dalam tahap perkembangan concrete operational. Pada tahap ini anak sudah mampu membuat penalaran pada konsep konkret, salah satunya adalah makanan. Idealnya anak di tahap usia ini sudah membangun konsep makanan yang jauh lebih logis karena kemampuan kognitif di tahap ini adalah membuat penalaran yang sifatnya logis atau rasional. Maka dari itu, penelitian ini bertujuan untuk menggali konsep makanan yang dianalisis dengan teori perkembangan kognitif piaget.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggali informasi dari 4 orang kanak-kanak madya dan ibu dari masing-masing anak tersebut. Analisis dilakukan berdasarkan masing-maisng karakteristik kemampuan kognitif Piaget.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik kemampuan kognitif yang muncul saat anak menjelaskan konsep makanan adalah klasifikasi, kausalitas, transformasi, decenter, less egocentrism, dan reversibility, namun masih ditemukan tiga karakteristik yang ada di tahap perkembangan preoperasional yaitu centering, semilogical reasoning dan symbol dan sign. Hasil penelitian juga menemukan keterkaitan antara konsep makanan dengan kepercayaan yang termasuk dalam sociocentric. Ada dua faktor yang mempengaruhi konsep makanan yaitu sosial terutama ibu dan active experienc yang berasal dari eksplorasi anak terhadap makanan.

The cognitive abilities of middle childhood are much more complex than preschoolers, but have not achieved cognitive abilities in adolescence. According to the theory of cognitive development Piaget middle aged children have entered the stage of development of concrete operational. At this stage the child is able to make reasoning on concrete concepts, one of which is food. Ideally a child at this stage of age has already developed a more logical concept of food because the cognitive ability at this stage is to make logical or rational reasoning. Therefore, this study aims to explore the concept of food that is analyzed based on Piaget cognitive developmental theory.
This study is a qualitative study that digs information from 4 middle childhood and their mother. The analysis based on Piaget cognitive capability characteristics.
The results that the characteristics of cognitive abilities that emerged when the child explained the concept of food is classification, causality, transformation, decenter, less egocentrism, and reversibility, but still found three characteristics that exist in preoperational that is centering, semilogical reasoning and symbol and sign. The results also found an association between the concept of food and beliefs that are included in sociocentric. There are two factors that influence the concept of food that is social especially mother and active experience from children rsquo s exploration of food.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraisyah
"Skripsi ini membahas tentang makna kata sake dalam lirik lagu enka. Penelitian ini menggunakan sampel lima lagu populer yang mengandung kata sake karya Ishimoto Miyuki dan dinyanyikan oleh Hibari Misora. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menyatakan bahwa kata sake dalam lagu enka tidak hanya berarti minuman khas Jepang yang terbuat dari beras saja, tetapi mempunyai arti lain seperti lambang perpisahan, sebagai pelipur lara dan lain-lain.

The focus of this study is the meaning of sake word in enka’s lyrics. This study using a sample of five popular songs that contain the sake word, written by Ishimoto Miyuki and sung by Hibari Misora. This research is a qualitative study. The results of this study is the sake word in enka’s song is not just a Japanese drink made from rice, but it has a different meaning: a symbol of separation and others."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S43923
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>