Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132348 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Retno Sulistyowati
"Tesis ini membahas dampak IHSG, nilai tukar rupiah terhadap USD (Kurs USD) dan harga komoditi dunia yang diwakilkan dengan harga emas dunia dan harga CPO dunia terhadap return reksadana syariah campuran. Dengan menggunakan data sekunder mingguan dalam periode penelitian sejak tanggal 13 Januari 2006 sampai dengan tanggal 07 Desember 2007. Penelitian ini kuantitatif dengan menggunakan uji regresi linier dan model distributed lag terhadap obyek penelitian yaitu empat reksadana syariah campuran yang eksis pada periode penelitian.
Hasil penelitian menyarankan agar Investor dalam mengantisipasi pergerakan return reksadana syariah khususnya yang berbasis campuran agar memperhatikan pergerakan harga komoditi dunia yang diwakili oleh emas dan CPO disamping pergerakan IHSG dan Kurs USD. Karena sampai saat ini sektor perkebunan dan pertambangan merupakan kapitalisasi terbesar dalam reksadana di Indonesia termasuk reksadana syariah.

The focus of this study is about the impact of Jakarta Composite Index, Exchange Rate and Commodities Price in the International Market that are represented by Gold and Crued Palm Oil (CPO) to the Return of Mixture Shariah Mutual Fund. By using weekly secondary data during the research period from the 13th January 2006 until 07th December 2007. This research is quantitave by using linear regression test and distributed lag model to the research objects namely from Mixture Shariah Mutual Fund which exist in the research period.
The research result suggested the investor in anticipating the movement of the return shariah mutual fund, especially which is based on mixture type, to pay attention the movement of commodities price in the international market, represented by Gold and Crued Palm Oil (CPO) beside the movement of Jakarta Composite Index and Exchange Rate."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25345
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
M. Herman Sulistyo
"Hubungan dinamis antara pasar modal suatu negara dan pergerakan nilai tukar mata uang negara tersebut menjadi bahan studi yang menarik untuk diteliti. Topik tersebut menjadi makin menarik untuk diteliti setelah adanya krisis ekonomi yang dialarni oleh negara-negara di kawasan asia pasifik. Krisis tersebut diawali dengan jatuhnya mata uang baht thailand pada bulan agustus 1997, yang juga mengakibatkan runtuhnya pasar modal di negara tersebut, yang akhirnya menyebar ke negara-negara tetangganya sehingga mengakibatkan hampir semua negara di kawasan tersebut mengalami krisis moneter.
Penelitian ini dimaksudkan untuk menyelidiki dan menguji adanya hubungan kesetimbangan jangka pendek dan hubungan kesetimbangan jangka panjang (short run and long run equilibrium relationship) serta menyediakan bukti empiris terhadap hubungan Pasar Modal Indonesia dengan alat tukar rupiah terhadap beberapa mata uang negara-negara asia pasifik (USA, Jepang, Malaysia, dan Thailand) berkaitan dengan dampak krisis moneter. Pengujian hipotesis dilakukan dengan pendekatan unit root, cointegrasi, impulse response, variance decomposition, Vector Error Correction Model (VECM), dan Vector Auto Regressive (VAR).
Fenomena krisis yang melanda di kawasan Asia Pasifik temyata ditanggapi secara berbeda oleh otoritas moneter di negara-negara tersebut. Respon yang diberikan pemerintah Indonesia dan Thailand umumnya seragam yaitu menerima kehadiran IMF, mengambangkan kurs mata uangnya (floating exchange rate) dan melepaskan batas kepemilikan bagi investor asing di pasar modal. Walaupun sesama anggota ASEAN, respon yang diberikan oleh otoritas moneter Malaysia temyata sangat bertolak belakang dengan kedua negara tetangganya tersebut. Kebijakan yang ditempuh malaysia adalah menolak kehadiran IMF, melakukan kontrol devisa, dan tetap mematok nilai tukar ringgit malaysia terhadap US dollar. Fenomena inilah yang menarik perhatian penulis untuk meneliti lebih lanjut mengenai pergerakan kurs di kawasan ASEAN (atau Asia Pasifik bila melibatkan US dan Jepang) terutama dalarn merespon krisis ekonomi. Hasil penelitian ini menunjukkan kekuatan ringgit malaysia dalam mempertahankan nilainya terhadap mata uang negara lain. Lebih jauh menunjukkan bahwa ringgit malaysia sudah mulai mampu menggerakkan pasar (seperti US dollar) khususnya di Asia Tenggara.
PVECM di saat sebelum terjadi krisis menunjukkan adanya fenomena yang sangat menarik dimana hanya Dbaht (nilai tukar rupiah terhadap baht Thailand) dan Dusd (nilai tukar rupiah terhadap dollar US) yang menunjukkan pergerakan jangka pendek yang signifikan. Sedangkan variabel yang lain {Dihsg (indeks barga sabam gabungan indonesia), Dyen (nilai tukar rupiah terhadap yen Jepang), Dring (nilai tukar rupiah terhadap ringgit Malaysia) } sama sekali tidak menunjukkan pergerakan yang signifikan dalam jangka pendek. Hipotesis awal yang diajukan adalah bahwa pada masa sebelum krisis (5 januari 1996 - 8 Agustus 1997) , pergerakan mata uang baht Thailand sudah mempengaruhi ketidakseimbangan jangka pendek antar negara (Indonesia, Jepang, Malaysia), sedangkan mata uang yang lain tidak terlalu ekspansif dalam pergerakan antar negara (lebih banyak bergerak di dalam negeri). Lebih jauh penulis ingin mengatakan bahwa fenomena krisis yang diawali dari merosotnya nilai tukar baht Thailand terhadap US dollar Amerika kemungkinan sudah bisa diramalkan dari agresifnya baht thailand dalam mempengaruhi ketidakseimbangan jangka pendek antar negara. Apabila hipotesis ini temyata terbukti benar, maka model PVECM ini dapat digunakan sebagai `peringatan dini' terhadap krisis (preliminary warning system) untuk melihat kesetimbangan / ketidaksetimbangan suatu kawasan (antar negara).
Dari test weak erogeneity menunjukkan hasil yang cukup konsisten dimana exchange rate menunjukkan hasil yang lebih kuat daripada pasar modal. Untuk ketiga periode yang dilakukan tes menunjukkan bahwa ihsg adalah weak exogen. Sedangkan usd dan ringgit Malaysia menunjukkan pengaruh yang dominan dalam memberikan kontribusi pada persamaan jangka panjang. Hal itu mendukung kesimpulan bahwa: exchange rate adalah leading indikator terhadap pasar modal.
Dalam analisis ketidaksetimbangan jangka pendek (short-run disequilibrium relationship) menggunakan PVECM (Parsimonius Vector Error Correction Model) menunjukkan fenomena yang berbeda-beda tergantung dari periode pengamatan. Basil PVECM pada periode total menunjukkan adanya trivariate granger causality pada model antara Dusd, Dying dan Dbaht dengan arah dan besarnya koefisien regresi (magnitude of regression coefficients) yang jauh sangat berbeda. Adanya fenomena trivariate granger causality pada PVECM ini menimbulkan hipotesa (dugaan) penulis bahwa ada hubungan yang menarik antara mata uang ketiga negara tersebut sebagai dampak dari krisis moneter: Amanita sebagai faktor yang menggerakkan pasar (faktor yang sangat dominan dan merupakan negara donor utama IMF), Thailand sebagai negara yang tertnnpa krisis moneter pertama kali (negara yang rrienyebarkan `contagion effect' ke negara-negara tetangganya), menerima kehadiran IMF, menghapus kurs tetap, meliberalisasi pasar modalnya dan Malaysia sebagai negara yang berperilaku berbeda (menyimpang) dengan negara tetangga lainnya yaitu menolak kehadiran IMF, menerapkan kurs tetap dan kontrol devisa. Dalam ketidaksetimbangan jangka pendeknya, krisis yang melanda thailand segera menyebar (`contagion effect') dan mempengaruhi hubungannya dengan negara tetangganya (termasuk malaysia, indoonesia). Sedangkan aliran dana US dollar clan amerika ke IMF selanjutnya ke Thailand direspon oleh negara-negara di kawasan tersebut Sedangkan kebijakan otoritas moneter Malaysia yang berbeda dengan negara lain, direspon secara langsung oleh negara¬-negara di sekitarnya. Dan hipotesis tersebut menunjukkan bahwa suatu krisis, aliran dana, suatu inforrnasi, ataupun suatu sikap/kebijakan yang berbeda dari otoritas moneter dapat mempengaruhi kesetimbangan jangka pendek pada suatu kawasan.
Apabila dianalisis lebih lanjut menunjukkan bahwa respon Dring Malaysia selalu berbeda (berlawanan arah) dengan gerakan yang dilakukan oleh Dusd. Hal ini menunjukkan bahwa Dying Malaysia selalu melawan pengaruh kebijakan yang dilakukan oleh Dusd Amerika. Analisis terhadap Dyen menunjukkan bahwa Dyen tidak punya pengaruh sama sekali dalam jangka pendek. Ada hipotesis yang diajukan penulis bahwa perekonomian Jepang sudah lama stagnant (memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat rendah), sehingga mata uangnya =darting tidak menimbulkan gejolak dibandingkan mata uang negara lain. Sedangkan pergerakan jangka pendek ihsg adalah sangat kecil pengaruhnya (koefisien regresinya) bila dibandingkan nilai tukar mata uang negara lain."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T20192
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panji nurfirman
"ABSTRAK
Pertukaran mata uang dan pergerakan nilai tukar mata uang asing, khususnya US Dollar,
sangat mempengaruhi hampir semua sisi kegiatan bisnis. Sehingga sangat penting bagi pelaku
bisnis untuk melakukan analisa dan proyeksi atas pergerakan nilai tukar dalam setiap perencanaan
dan pengambilan keputusan bisnis.
Analisis pergerakan nilai tukar dilakukan dengan menganalisa pola pergerakan nilai tukar
dan volatilitasnya dan hubungan nilai tukar dengan variabel ekonomi domestik dan suku bunga US
Dollar di pasar uang internasional. Sebagai alat analisa digunakan model ekonometrik seperti:
Regresi, ARIMA dan ARCH dan GARCH. Periode waktu yang dianalisa dalam karya akhir ¡ni
adalah Januari 1994 ? Desember 1999, khusus untuk data mingguan adalah Minggu ke-1 Januari
1996 hingga Minggu ke-4 Desember 1999.
Dalam analisa pergerakan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar ditemukan adanya
perubahan struktur (structure break) sejak Agustus 1997, saat Bank Indonesia mencabut band
intervensi, karena fluktuasi gerakan nilai tukar yang sangat tinggi dibandingkan gerakan normal
sebelumnya. Volatilitas yang tinggi terlihat terutama pada gerakan mingguan sehingga harus
digunakan model ARCH dan GARCH untuk mengakomodasi volatilitas tersebut. Volatilitas yang
tinggi ini menunjukkan tingginya resiko dalam transaksi pertukaran rupiah dan US Dollar. Analisa
atas model ARIMA dan ARCH dan GARCH menunjukkan bahwa suatu model peramalan yang
handal tidak dapat dicapai dengan hanya menggunakan variabel nilai tukar ¡tu sendiri saja,
dibutuhkan variabel lain sebagai regressor.
Berdasarkan kajian teori diidentifikasi empat variabel ekonomi yang mempengaruhi
perubahan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar: Perubahan jumlah uang beredar, inflasi, suku
bunga dan neraca pembayaran. Perubahan jumlah uang beredar merupakan variabel ekonomi yang
memiliki korelasi paling besar dengan perubahan nilni tukar. Sebagai mata uang lunak (soft
Currencies), setiap penambahan jumlah rupiah yang beredar hamp?r seluruhnya akarm diserap olch
perekonomian dalam negeri, karena Rupiah bukan rnerupakan cadangan internasional
(international reserves) bagi negara lain. Oleh karena itu setiap penambahan jurnlab rupiab yang
heredar, yang berarti peningkatan penawaran rupiah, akan langsung mendororig melemahnya nilai
tukar rupiah. Perubahan jumlah uang beredar sebagai variabel bebas dapat menjelaskan lebih dari
85 persen variasi perubahan nilai tukar bulanan sehingga bandai untuk dipakai sebagai model
perarnalari perubahan nilai tukar bulanan.
Analisis regresi menunjukkan tidak ada korelasi yang cukup besar antara inflasi dan
perubahan niiai tukar pada bulan yang sama. Gerakan inflasi justru lebih cenderung mengikuti
gerakan perubahan nilai tukar bulan sebelumnya. Dalam hal ini inflasi terjadì karena meiemahnya
nilai tukar rupiah yang menyebabkan meningkatnya semua unsur biaya dalam mata uang asing
sehingga inendorong terjadinya inflasi di balan berikutnya. Dalam jangka waktu yang lebih
panjang, triwulanan, terdapat korelasi yang cukup kuat antara inflasi dan perubahan nilai tukar,
Sementara suku bunga dan neraca pembayaran tidak memiliki korelasi yang cukup kuat dengan
perubahan nilai tukar rupiah. Model peramalan perubahan nilai tukar triwulanan yang signifikan
dan handal didapat dengan menggabungkan tiga variabel bebas: Perubahan jumlah uang beredar,
inflasi dan neraca pembayaran.
Nilai tukar rupiah juga akan dipengaruhi oleh perbandingan antara tingkat pengembalian
(rate of return) rupiah dengan tingkat pengembalian US Dollar. Sebelum Juli 1997 pada saat faktor
resiko memegang rupiah belum menjadi sangat tinggi, selisih suku bunga rupiah dan US Dollar
mendekati perubahan nilai tukar rupiah terhadap US Dollar sebagaimana yang dinyatakan dalam
teori International Fisher Effect (IFE). Namun sejak akhir 1997, tingginya voiatilitas nilai tukar
dan krisis ekonomi dan politik yang berkepanjangan telah meningkatkan resiko memegang rupiah
menjadi sangat tinggi. Tingginya resiko ini menyebabkan selisih suku bunga tidak mampu lagi
mendekati perubahan nilai tukar, perbedaan selisih suku bunga dan perubahan nilai tukar menjadi
sangat besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa IFE dapat dipakai sebagai alat peramalan nilai
tukar jika faktor resiko dan kondisi ekonomi dan politik normal, namun jika resiko menjadi sangat
tinggi maka IFE tidak dapat dipakal sebagai alat peramalan.
"
2001
T4983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Triana
"Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui besarnya risiko nilai tukar yang ditimbulkan dalam penggunaan mata uang dollar AS, euro dan dinar dalam denominasi rupiah jika digunakan sebagai investasi dan alat tukar dalam perdagangan dunia; (2) Membuktikan mata uang yang lebih stabil diantara dollar AS, euro dan dinar dalam denominasi rupiah; (3)Menemukan solusi mata uang yang baik digunakan untuk investasi dan alat tukar perdagangan dunia (alat lindung nilai).
Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber lain. Data nilai tukar dolar AS dan euro dalam rupiah diperoleh dari Bank Indonesia yang diakses melaui situs www.bi.go.id. Sedangkan data perkembangan harga emas diperoleh dari situs internet www.kitco.com yang melaporkan perkembangan harga emas di Bursa London (The London Fix Gold). Sementara data Indeks Harga Konsumen (IHK) diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) melalui situs www.bps.go.id. Rentang waktu pengamatan adalah 84 bulan (Januari 2002 ? Desember 2008).
Metodologi penelitian yang digunakan untuk mengukur besarnya risiko yang ditimbulkan dari mata uang dolar AS, euro dan dinar emas adalah pendekatan Value at Risk (VaR) dengan menggunakan metode risk metric. Untuk mengetahui stabilitas dolar AS, euro dan dinar emas diukur dengan standar deviasi dan pembuktiannya dengan Uji Kesamaan Variansi.
Beradasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disimpulkan bahwa pertama, perusahaan menanggung risiko paling kecil jika menggunakan euro sebagai alat tukar perdagangannya. Kedua, dari rata-rata ketiga nilai tukar tersebut terhadap rupiah, dinar emas paling tidak stabil, sementara yang paling stabil adalah euro. Ketiga, penggunaan euro sebagi alat tukar perdagangan internasional dan investasi perlu dipertimbangkan karena penggunaan euro dalam perdagangan internasional masih membutuhkan hedging yang sesuai prinsip syariah untuk melindungi nilai tukar. Hal ini disebabkan euro merupakan uang kertas yang nilai intrinsiknya tidak sesuai dengan nilai nominalnya.

This research aims to (1) Know the exchange value risk which appear in using US dollar, euro and dinar in rupiah denomination if it is used as investment and exchange rate in the world trade; (2) Prove which the most stabil currency among US dollar, euro and dinar in rupiah denomination; (3) Find the good currency for investment and exchange rate in the world trade (hedgeing).
The data used in this research is secondary data taken from other source. The data of US dollar and euro in rupiah are taken from Bank Indonesia which accessed by www.bi.go.id. And the data of fluctuate of gold price is taken from www.kitco.com which report fluctuate of gold price in The London Fix Gold. And the data of Consumer Price Index (CPI) is taken from Badan Pusat Statistik (BPS) by www.bps.go.id. The time period of observation is 84 months (January 2002 ? December 2008).
Research methodology used to measure the value risk which appeared from US dollar, euro and gold dinar is the Value at Risk (VaR) approach with using risk metric method. To know the stability of US dollar, euro and gold dinar is by measuring deviation standard and to prove it is by Variance Similar Test.
Base on the result of the research, it is concluded that first, the company will have the lowest risk if it uses euro as exchange rate in its trade. Second, from the average of those three currencies to rupiah, gold dinar is the most instable, but the most stable is euro. Third, the using of euro as exchange rate in international trade and investment still need to be considered since the using of euro need hedging which comply to sharia principles to protect the exchange value. It is because euro is paper money, which the intrinsic is value not same with its nominal value."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erlina Putri Wijayanti
"Pada pertengahan tahun 1997, terjadi krisis yang melanda Thailand dan menimbulkan dampak terhadap negara - negara Asia lainnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami masalah yang cukup serius akibat dampak krisis finansial dan neraca pembayaran yang dimulai di Thailand pada bulan Juli 1997. Nilai tukar rupiah terhadap US dollar mengalami depresiasi sebesar 67 persen antara Juli dan Desember 1997 dan terdepresiasi kembali sebesar 118 persen antara Desember 1997 dan Desember 1998. Meskipun nilai tukar mengalami apresiasi sebesar 27 persen antara Januari 1998 sampai dengan April 1998, nilai tukar rupiah kembali terdepresiasi sekitar 83 persen antara April 1998 sampai dengan Juli 1998. Hal ini menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah berfluktuasi cukup besar sejak terjadinya krisis ekonomi. Fluktuasi bulanan nilai tukar rupiah terhadap US dollar antara Januari 1997 sampai dengan Januari 2001 dapat dilihat pada Grafik 1.1. Krisis nilai tukar tersebut menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Salah satu indikatornya adalah penurunan pertumbuhan PDB riil dari 9.3 persen pada tahun 1996 menjadi 4.5 persen pada tahun 1997. Pada triwulan pertama tahun 1998, PDB mengalami kontraksi sebesar 13.2 persen, dimana hampir seluruh sektor mengalami pertumbuhan negatif kecuali sektor pertanian."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T20330
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Nurunnisa
"Penelitian ini mengangkat isu terkini di Indonesia yang mengaitkan permasalahan ketidakstabilan nilai tukar dan fenomena deindustrialisasi. Keterkaitan ini belum pernah diteliti secara langsung dalam penelitian - penelitian terdahulu. Menggunakan metode 2SLS, penelitian ini menemukan bahwa kedua permasalahan tersebut saling terkait dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Permasalahan deindustrialisasi di Indonesia, yang dijelaskan dengan penurunan ekspor manufaktur, penurunan produktivitas tenaga kerja manufaktur, defisit neraca perdagangan dan perpindahan investasi keluar dari sektor tradabel (manufaktur), secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi nilai tukar. Implikasi dari penelitian ini adalah pemerintah juga sebaiknya memperhatikan sektor manufaktur Indonesia dalam menyelesaikan permasalahan nilai tukar.

This study raised the current issues in Indonesia that linked the instability of exchange rates and deindustrialization phenomenon. This association has not been studied directly in previous researches. Using 2SLS method, the study found that these problems are interrelated and cannot be separated each other. Deindustrialization problems in Indonesia, which are explained by the decline of manufacturing exports, decline in manufacturing labor productivity, trade balance deficit and investment displacement from the tradable sector (manufacturing), are directly and indirectly affect exchange rate. The implication of this study is government should pay attention to Indonesian manufacturing sector in solving exchange rate problem."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S60769
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fetnayeti
"ABSTRAK
Memperahankan nilai tukar ini BI sering melakukan operasi pasar sehingga
dikhawatirkan cadangan devisa akan terkuras untuk operasi pasar tsb. Akhirnya BI
menetapkan sistem nilal tukar mengambang terkendali dengan memberikan toleransi
devaluasi rupiah terhadap US$ sebesar 3-5%.
Tujuan dari tulisan ini adalah untuk mengetahui kinerja nilai tukar rupiah
terbadap mata uang negara mitra dagang utama. Negara mitra dagang utama yang
diambil adalah lima negara yaitu Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Singapura dan
China yang diambil dari laporan Litbang Depperindag.
Secara umum kinerja nilai tukar rupiah terhadap lima negara mitra dagang
utama cenderung melemah, kecuali untuk nilai tukar rupiah terbadap Rmb China
dimana nilai tukar rupiah cenderung menguat Kondisi ini terliliat dari perbandingan
hasil ramalan nilai tukar yang diperoleh dari perhitungan melalui Purchasing power
Parity (PPP) dan Interest Rate Parity (IRP) dengan nilai tukar rupiah yang
sesungguhnya terjadi di pasar. Keadaan membalik terjadi sejak tahun 1995 dimana
nilai tukar rupiah terlihat cenderung menguat terhadap US$, Yen, DM maupun dolar
Singapura.
Namun apa yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 adalah rupiah
mengalami goncangan di pasar sehingga menyebabkan kepanikan pelaku ekonomi
dan otoritas moneter di Indonesia. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi ini
telah menimbulkan rentetan penistiwa yang menimbulkan kerugian ekonomi baik
mikro maupun makro. Kondisi ini yang pada akhirnya otoritas moneter menetapkan
sistem nillai tukar mengambang dimana nilai tukar sepenuhnya diserahkan pada
kekuatan pasar.
lmplikasi dengan melemahnya rupiah terhadap mata uang asing terutama
US$ seharusnya memberikan momen yang tepat untuk meningkatkan ekspor
Indonesia. Karena salah satu permasalahan yang memperparah krisis mata uang
sekarang adalah buruknya kinerja neraca perdagangan, sedangkan cadangan devisa
merupakan kunci utama untuk mencegah kemelut mata uang.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
S19342
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Arita Halim
"[Penelitian ini menguji validitas teori Purchasing Power Parity di Indonesia dengan lima mitra dagang terpilih dengan menggunakan data berfrekuensi bulanan. Pengujian dilakukan dengan metode kointegrasi Engle-Granger kemudian apabila terbukti terdapat hubungan kointegrasi antara nilai tukar dan tingkat harga antara Indonesia dan mitra dagangnya maka selanjutnya dibentuk model koreksi kesalahan untuk melihat dinamika jangka pendeknya. Hasil peneltian menunjukkan bahwa terdapat hubungan kointegrasi pada kasus Indonesia-AS, Indonesia-Inggris dan Indonesia-Jepang pada periode Januari 2000-Januari 2015. Sedangkan pada jangka pendek kondisi PPP tidak berlaku, karena banyak faktor lain yang menjelaskan perubahan pada nilai tukar selain tingkat harga, dan karena tingkat harga pada jangka pendek cenderung bergerak lebih lambat dibandingkan nilai tukar.
;This research aims to test the validity of the Purchasing Power Parity theory in Indonesia with five selected trading partners, using monthly data. Engle-Granger cointegration test is used to know whether there is a cointegrating relation between Indonesia and its trade partner?s exchange rate and price level, and if cointegration relation existed then the error correction model will be formed in order to observe the short-run dynamics of the variables. The result shows that there is a cointegrating relation between Indonesia-US and Indonesia-UK and Indonesia-Japan in the long-run but no PPP relation in the short-run. This result explains that there are other factors that define the movement of exchange rate in the short run other than the price level, and the price level moves slower than the exchange rate.
;This research aims to test the validity of the Purchasing Power Parity theory in Indonesia with five selected trading partners, using monthly data. Engle-Granger cointegration test is used to know whether there is a cointegrating relation between Indonesia and its trade partner?s exchange rate and price level, and if cointegration relation existed then the error correction model will be formed in order to observe the short-run dynamics of the variables. The result shows that there is a cointegrating relation between Indonesia-US and Indonesia-UK and Indonesia-Japan in the long-run but no PPP relation in the short-run. This result explains that there are other factors that define the movement of exchange rate in the short run other than the price level, and the price level moves slower than the exchange rate.
, This research aims to test the validity of the Purchasing Power Parity theory in Indonesia with five selected trading partners, using monthly data. Engle-Granger cointegration test is used to know whether there is a cointegrating relation between Indonesia and its trade partner’s exchange rate and price level, and if cointegration relation existed then the error correction model will be formed in order to observe the short-run dynamics of the variables. The result shows that there is a cointegrating relation between Indonesia-US and Indonesia-UK and Indonesia-Japan in the long-run but no PPP relation in the short-run. This result explains that there are other factors that define the movement of exchange rate in the short run other than the price level, and the price level moves slower than the exchange rate.
]"
2015
S61083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>