Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5865 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Dinas Pemadam kebakaran DKI Jakarta, 2008
MEBUPEK
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Stefan Antonio Suteja
"Pos pemadam kebakaran merupakan infrastruktur yang penting dalam suatu komunitas. Betapa pentingnya kehadiran pos pemadam kebakaran dalam setiap komunitas juga adalah untuk menghadirkan layanan yang sigap dan cepat tanggap dalam keadaan darurat. Dengan kemacetan yang ada di Jakarta, hal ini dapat dilakukan dengan memperbanyak pos pemadam kebakaran, khususnya pada daerah padat penduduk. Dengan adanya pengembangan baru transit oriented development (TOD) di Manggarai, komunitas baru ini dapat dilayani dengan lebih baik dengan adanya Pos Pemadam Kebakaran Manggarai.

Fire stations are crucial infrastructures in any community. Its importance is to provide a prompt and quick response to emergencies. With the traffic jam in Jakarta, this can be done by increasing the number of fire stations, especially in densely populated areas. With the new transit oriented development (TOD) in Manggarai, the new community can be served better with the addition of Manggarai Fire Station."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Mahyudi
"Mengingat kota Banjarmasin sangat rentan terhadap bencana kebakaran dengan frekuensi dan jumlah kerugian yang tinggi sedangkan pemerintah kota Banjarmasin kurang mampu melindungi warganya terhadap bencana kebakaran tersebut maka masyarakat kota bersama-sama fihak swasta berinisiatif untuk melindungi diri sendiri terhadap bencana kebakaran tersebut dengan menyediakan sendiri secara swadaya barang publik pemadam kebakaran yang disediakan untuk kepentingan umum dengan pendanaan yang dikelola sendiri baik secara mandiri maupun dengan sumbangan dari donatur dengan peralatan dan sumber daya manusia yang masih jauh dari memadai. Jumlah perusahaan/barisan pemadam kebakaran tumbuh dengan sangat pesat bahkan sudah kebanyakan sehingga menyulitkan koordinasi antar barisan pemadam kebakaran tersebut.
Adanya kegiatan tersebut membuat pemerintah kota Banjarmasin mengambil kebijakan untuk mengurangi biaya pengadaan barang publik pemadam kebakaran dengan mengurangi peran pemerintah dalam operasional pemadam kebakaran. Banyak aset mobil-mobil pemadam kebakaran (fire fighting truck) milik pemerintah kota yang diserahkan pengelolaannya kepada pemadam kebakaran swasta/swadaya masyarakat yang dinilai mampu dengan status dipinjam pakaikan dan pemerintah kota Banjarmasin hanya bertindak sebagai koordinator saja.
Perlindungan masyarakat kota Banjarmasin sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena banyak warga kota Banjarmasin yang berprofesi sebagai pedagang dan tata kota Banjarmasin yang rentan terhadap bahaya kebakaran, disamping itu keberadaan pemadam kebakaran swasta/swadaya masyarakat itu untuk jangka panjang diragukan kemampuannya untuk tetap eksis, mengingat mahalnya biaya pengadaan dan operasional barang publik pemadam kebakaran dan perlu sumber daya manusia yang terampil serta perlu adanya koordinasi dengan instansi-instansi lainnya seperti PLN, PT. Telkom. PRAM dan Kepolisian/DLLAJ, penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian mengenai kebijakan pemerintah kota Banjarmasin tersebut apakah sudah tepat ataukah tidak tepat.
Menurut pemikiran penulis dan berdasarkan teori-teori ekonomi mikro tentang barang publik, barang publik pemadam kebakaran terutama fungsinya untuk memadamkan kebakaran merupakan barang publik murni, oleh karena itu tidak bisa dijadikan barang swasta karena sulitnya menentukan tarif karena kebakaran itu bersifat insidentil, frekuensinva tidak tentu, bersifat non rivalry dan non excludable, karenanya akan sulit/mahal dan kurang bermoral untuk membatasi hanya meraka yang membayar yang berhak mendapatkan pelayanan. Oleh karena itu barang publik pemadam kebakaran harus disediakan oleh pemerintah dengan dibiayai oleh anggaran dari pajak, sehingga menghindari adanya free rider. Bila hal itu dipaksakan dikelola oleh masyarakat sendiri seperti di Banjarmasin akan terjadi efek-efek negatif seperti in efisiensi alokasi sumber daya, free rider, kurangnya koordinasi dan kurangnya kualitas baik peralatan maupun sumber daya manusia sehingga efektivitas pemadam kebakaran menjadi rendah.
Penelitian ini dilakukan dengan analisis data baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan lebih banvak bersifat kualitatif, dimana untuk mengetahui bagaimana kualitas pemadam kebakaran yang ada di Banjarmasin baik yang disediakan oleh swasta/swadaya masyarakat maupun pemerintah beserta permasalahannya, penulis menggunakan analisis studi kasus dari tulisan dan berita yang ada di media masa mengenai kasus kebakaran di Banjarmasin dan tulisan mengenai pemadam kebakaran beserta penmasalahannya serta di dukung dengan wawancara terhadap beberapa responden korban kebakaran sebagai pendukung. Untuk menganalisa apakah kebijakan pemerintah kota Banjarmasin mengurangi perannya dalam perlindungan masyarakat terhadap bencana kebakaran apakah sudah tepat atau kurang tepat, penulis menggunakan alat analisis kebijakan publik berupa rasio efektivitas, rasio efektivitas-biaya/biaya efektivitas dan rasio biaya-manfaat untuk menguji asumsi yang ada. Kemudian di bandingkan dengan standar pemadam kebakaran yang ada di Indonesia sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia No.11/IKPTS/2000 serta membandingkannya dengan pemadam kebakaran yang dikelola oleh pemerintah yaitu pemadam kebakaran kota Bogor.
Untuk menganalisis kebijakan yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah kota Banjarmasin penulis menggunakan pendekatan manajemen strategik dengan membuat daftar pertanyaan terbuka yang digabung dengan kuesioner SWOT yang ditujukan pada 10 responden yang terdiri dari, Pejabat/Staf PNS di lingkungan Pemerintah Kota Banjarmasin terutama Dinas Kesbang & Linmas, Dinas Sosial Pemuda dan Olah Raga Kota Banjarmasin, Dinas Pemukiman dan Prasarana Kota Banjarmasin, Bappeko Banjarmasin, Bagian Kuangan Sekretariat Kota Banjarmasin, dan Bagian Humas Sekretariat Kota Banjarmasin. Untuk responden di luar pemerintah kota Banjarmasin berjumlah 66 responden yang terdiri dari : Anggota DPRD tingkat 11 Kota Banjarmasin dan anggota Parpol. Pengurus/anggota Barisan Pemadam Kebakaran Swasta/Swadaya Masyarakat, tokoh masyarakat, masyarakat profesional seperti pengacara, Polisi, Persatuan Wartawan Indonesia, Pengajar Akademis di Perguruan Tinggi Negeri/Swasta di Banjarmasin, pengusaha, pegawai BUMN/BUMD (PLN, PDAM dan SUCOFINDO), dan masyarakat korban kebakaran. Jumlah keseluruhan responden adalah 76 orang. Analisis SWOT digunakan untuk menentukan rencana kebijakan yang berupa grand strategy pemerintah kota Banjarmasin dengan 10 responden internal pemerintah kota dan analisis TOWS digunakan untuk hal yang sama dengan 66 responden eksternal pemerintah kota, baik jangka pendek maupun jangka panjang di masa yang akan datang.
Lokasi penelitian dilakukan di kota Banjarmasin Kalimantan Selatan pada Dinas Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Kota Banjarmasin yang menangani masalah bencana kebakaran, Dinas Sosial Pemuda & Olah Raga Kota Banjarmasin, Barisan Pemadam Kebakaran Swasta/Swadaya Masyarakat di Banjarmasin dan pada UPTD Kebakaran Kota Bogor sebagai pembanding dengan didukung data kuantitatif dari BPS baik Pusat Propinsi maupun Kota.
Dari penelitian yang dilakukan terdapat temuan-temuan sebagai berikut :
- Banyaknya tumbuh pemadam kebakaran swasta/swsadaya masyarakat di kota Banjarmasin karena jumlah armada pemadam kebakaran pemerintah kota Banjarmasin (sisi penawaran) tidak bisa memenuhi kebutuhan armada pemadam kebakaran di kota Banjarmasin (sisi permintaan) akibatnya masyarakat dan swasta berswadaya menyediakan sendiri kebutuhannya akan pemadam kebakaran.
- Barisan Pemadam Kebakaran yang disediakan oleh swasta/swadaya masyarakat di Banjarmasin dari segi kuantitas baik dari jumlah perusahaannya maupun jumlah anggotanya sudah sangat banyak, tetapi dari segi kualitas baik manajemen maupun dana masih sangat kurang, begitu juga sarana karena menggunakan peralatan rakitan yang sudah lama atau bekas pakai, jumlah yang terbanyak adalah pompa portabel dan trayler gandeng rakitan bukan unit fire fighting truck sesuai standar, sehingga malah banyak menimbulkan kemacetan, kurang koordinasi baik dengan sesama pemadam kebakaran maupun dengan instansi terkait lainnya dan kurang mempunyai keterampilan yang diperlukan/kurang terlatih, terutama untuk penyelamatan korban kebakaran dengan peralatannya seperti baju tahan api, masker oksigen dan lainnya tidak mereka miliki.
- Dibandingkan dengan standar pemadam kebakaran dari Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia No.11/KPTS/2000 dan pemadam kebakaran kota Bogor, pemadam kebakaran kota Banjarmasin dari segi rasio efektivitas biaya/biaya efektivitas, dan rasio biaya-manfaat lebih rendah. Kecuali untuk rasioefektivitas pemadam kebakaran kota Banjarmasin dan Bogor dari segi jumlah Fire Fighting Truck sama tetapi sama-sama di bawah standar Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum RI No.11/KPTS/2000.
- Kebijakan pemerintah kota Banjarmasin untuk mengurangi peran pemerintah dalam operasional pemadam kebakaran dan hanya berfungsi sebagai koordinator saja menurut rata-rata jawaban responden kurang tepat. Seharusnya pemerintah kota tetap mempunyai barisan pemadam kebakaran sebagai komando bagi pemadam kebakaran swasta/swadaya masyarakat di lapangan untuk melengkapi kekurangan yang ada di barisan pemadam kebakaran swasta/swadaya masyarakat dan untuk mengantisipasi kebutuhan peralatan pemadam kebakaran di masa yang akan datang. Keberadaan pemadam kebakaran swasta/swadaya masyarakat masih sangat diperlukan oleh karenanya pola kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat adalah kebijakan yang paling tepat.
- Untuk melindungi masyarakat terhadap bencana kebakaran di kota Banjarmasin, pemerintah kota dalam kebijakan jangka pendek harus mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) yang mengatur perlindungan masyarakat terhadap bencana kebakaran di perkotaan yang mengacu pada Keputusan Menteri Negara Pekerjaan Umum Republik Indonesia No. 11/KPTS/2000, mengatur keberadaan pemadam kebakaran swasta/swadaya masyarakat serta meningkatkan kemampuan mereka dan membuat Perda mengenai persyaratan pengamanan bangunan umum terhadap bahaya kebakaran dan retribusi atas pemeriksaan fasilitas pencegahan kebakaran di bangunan umum tersebut. Untuk kebijakan jangka panjang pemerintah harus menambah sarana dan prasarana pemadam kebakaran yang ada di Banjarmasin."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T4475
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Diandra Larasati
"Penelitian ini membahas pengelolaan retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran di Provinsi DKI Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis latar belakang pemungutan retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran, pengelolaan retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran di Provinsi DKI Jakarta dengan menggunakan teori administrasi pendapatan daerah yang dikemukakan McMaster, serta menganalisis permasalahan yang timbul dalam pengelolaan retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran di Provinsi DKI Jakarta.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode pengumpulan data secara studi lapangan dan studi literatur dengan teknik analisis data secara kualitatif.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pemungutan retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran dilatarbelakangi oleh dorongan untuk meningkatkan kesiapan masyarakat dalam antisipasi bencana kebakaran dan kontribusi penerimaan retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran bagi PAD Provinsi DKI Jakarta. Pengelolaan retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran di Provinsi DKI Jakarta tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku. Permasalahan yang timbul dalam pengelolaan retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran Provinsi DKI Jakarta antara lain kurangnya kesadaran dari pemilik/pengelola gedung akan pentingnya proteksi kebakaran, kurangnya jumlah sumber daya manusia, sarana yang belum memadai, serta prosedur pembayaran yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

The focus of this study is to analyze the management of fire protection?s inspection charge in DKI Jakarta Province. Recently, fire disaster is becoming one of urban?s serious problem. This is related with rapid increase of urban population. The synergy system between local government and population nearby is needed to overcome this problem and upgrade fire protection?s inspection service that could be financed from fire protection?s inspection charge.
The purpose of this study are to analyze the background of fire protection?s inspection charge, the management of fire protection?s inspection in DKI Jakarta Province based on theory of local tax and charge management by Mc.Master, and also analyze set of problems on fire protection?s inspection charge management.
The research?s approach is the quantitative approach, the method data?s collection is field research and literature research, the analyze data is qualitative.
The result of this study suggest that there are two arguments of fire protection?s inspection charge. First, providing an encouragement to residents to anticipate fire disaster and second, the need for contributions to DKI Jakarta?s province local own revenue. The management system is not accordance with enforce government rule. The problems on fire protection?s inspection charge are careless of fire protection system, lack of human resources, limited amount of facilities, and also different procedure of payment which is not accordance with government rule."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eric Gunawan
"Serangkaian penelitian dilakukan di lingkup dapur untuk mempelajari mekanisme dan efektivitas pemadaman kabut air terhadap kebakaran minyak goreng di kompor. Penelitian dilakukan pada pengembangan alat pemadam kebakaran yang dapat diintegrasikan dengan menggunakan sensor suhu dan dikendalikan secara otomatis oleh micro controller. Serangkaian percobaan juga dilakukan untuk mengetahui temperatur sekitar kompor ketika minyak goreng terbakar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebakaran minyak goreng sangat sulit untuk dipadamkan, karena minyak goreng memiliki suhu pengapian yang tinggi dan memiliki sifat auto ignition dimana minyak goreng dapat terbakar sendiri setelah melalui fase flash point. Sistem kabut air yang dikembangkan dalam penelitian ini bertujuan untuk mencegah terjadinya re-ignition dari minyak goreng yang terbakar agar tidak menyebabkan kebakaran yang lebih besar. Respon waktu antara sensor temperatur dan pengaktifan sistem water-mist adalah faktor penting untuk menentukan efektivitas sistem kabut air ini dalam menangani kebakaran minyak goreng di kompor.

A series of studies conducted in the scope of the kitchen to study the mechanisms and effectiveness of water mist suppression of fires on the stove cooking oil. The study was conducted on the development of a fire extinguisher that can be integrated by using a temperature sensor and automatically controlled by a micro controller. A series of experiments are also performed to determine the temperature of the stove when cooking oil burned.
The results showed that cooking oil fires are very difficult to extinguish, because oil has a high ignition temperature and have the property where the auto ignition of cooking oil can ignite itself after it pass the flash point fase. Water mist systems developed in this study aims to prevent re-ignition of cooking oil that burned so it can't cause a bigger fire. Response time between the sensor temperature and water-mist system activation is an important factor to determine the effectiveness of water mist system in dealing with cooking oil fires in the stove.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1748
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Zakaria
"Kebakaran adalah bencana perkotaan yang khas terjadi dalam kejadian yang kejadiannya sering terjadi pada kota-kota besar. Keadaan ini dapat terlihat pada Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta nomor 8 tahun 2008 tentang penanganan kebakaran sebagai gambaran kejadian kebakaran yang mengalami keberlanjutan. Kejadian di Provinsi DKI Jakarta pada rentan tahun 2018 sampai 2020 mengalami kejadian konstan dengan kasus tertinggi pada tahun 2019 yang dimana kejadian kebakaran paling banyak menyasar pada objek bangunan rumah dan instalasi luar Gedung. Untuk menggambarkan optimalisasi layanan dibutuhkan Point Density untuk melihat kerapatan kejadian kebakaran, Analisa Service Area berdasarkan Panjang jalan 2,5 km untuk melihat jangkauan yang di konversi menjadi waktu optimal, dari Analisis service area mendapatkan wilayah blank spot dimana wilayah tersebut tidak mendapatkan jangkauan jarak service area 2,5 km, dan kemudian dilakukan Analisa routing dengan Travelling Salesman Problem untuk menggambarkan waktu dan jarak optimal. Distribusi kebakaran DKI Jakarta tahun 2018-2020 didominasi oleh penyebab listrik dengan objek paling banyak adalah Bangunan perumahan. Munculnya daerah dengan konsentrasi kebakaran menunjukan adanya daya tarik wilayah yang memunculkan hunian padat. Distribusi pelayanan pemadam di tingkat kelurahan masih kurang 49% dari total kelurahan, terdapat 18% jalan di DKI Jakarta tidak dapat diakses oleh pemadam kebakaran. Jangkauan service area pemadam berdasarkan panjang jalan mencapai 80%. Rute Pos Pemadam terpilih ke lokasi Blank Spot menunjukan jarak dan waktu yang tidak proporsional dalam kondisi kejadian kebakaran. Dapat ditarik hasil bahawa keberadaan Blank Spot menjadi indikator terdapat wilayah sebanyak 20% yang tidak optimal waktu untuk perjalanan kendaraan pemadam kebakaran. Dengan hasil tersebut untuk menciptakan waktu yang optimal harus memahami karakteristik daerah wilayah perkotaan dengan karakteristik jalan dan bentuk pemukiman agar dapat menciptakan waktu optimal perjalanan kendaraan pemadam kebakaran.

Fire is an urban disaster that typically occurs in events that occur frequently in large cities. This situation can be seen in DKI Jakarta Provincial Regulation number 8 of 2008 concerning fire management as an illustration of ongoing fire incidents. Incidents in the Province of DKI Jakarta between 2018 and 2020 experienced constant occurrences with the highest cases in 2019 where the most fire incidents targeted residential buildings and outdoor installations. To describe service optimization, point density is needed to see the density of fire incidents, Service Area Analysis based on 2.5 km road length to see the range converted to optimal time, from service area analysis to get blank spot areas where the area does not get service area distance coverage 2.5 km, and then do a routing analysis with the Traveling Salesman Problem to describe the optimal time and distance. The distribution of DKI Jakarta fires in 2018-2020 was dominated by electrical causes with the most objects being residential buildings. The emergence of areas with concentrations of fires indicates the attractiveness of the area which gives rise to dense occupancy. The distribution of fire services at the kelurahan level is still less than 49% of the total kelurahan, there are 18% of roads in DKI Jakarta that cannot be accessed by firefighters. Fire extinguisher service area coverage based on road length reaches 80%. The selected Fire Station route to the Blank Spot location shows a disproportionate distance and time in the conditions of a fire incident. It can be concluded that the existence of a Blank Spot is an indicator that there is an area of ​​20% which is not optimal for the time for fire fighting vehicles to travel. With these results, in order to create the optimal time, it is necessary to understand the characteristics of urban areas with the characteristics of the roads and the form of settlements in order to create the optimal travel time for fire fighting vehicles."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Pratiwi
"Stres kerja merupakan respon tubuh yang disebabkan oleh tekanan pada pekerjaan yang dapat menimbulkan perubahan pada kesehatan fisik dan mental pekerja. Pemadam kebakaran dinilai sebagai pekerjaan yang mengalami tekanan tinggi karena harus bekerja secara cepat dan selalu siaga dalam situasi krisis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan antara faktor determinan yang meliputi usia, status pernikahan, pendidikan, masa kerja, tipe kepribadian, dan kepercayaan diri dengan stres kerja pada petugas pemadam kebakaran. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner. Sampel pada penelitian ini yaitu seluruh petugas pemadam kebakaran Jakarta Barat Sektor Palmerah dengan melibatkan 56 responden. Uji statistik untuk melihat hubungan antar-variabel menggunakan Uji Korelasi Gamma, Uji Chi Square, dan Uji t Independent.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden mengalami stres tinggi. Hasil uji statistik tidak menunjukkan adanya hubungan antara usia, status pernikahan, pendidikan, masa kerja dan tipe kepribadian dengan stres kerja. Namun terdapat hubungan yang kuat antara kepercayaan diri dengan stres kerja yang bepola negatif, artinya semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin rendah stres kerja. Untuk mengurangi stres kerja pada pemadam kebakaran perlu adanya kesadaran untuk mengenali stres dan strategi yang tepat untuk mengendalikan stressor pekerjaan.

Work stress is the bodys response in consequence of stress related work which can cause changes in the worker 39s physical and mental health. Firefighters are rated as high pressure jobs because they have to work quickly and are always alert in crisis situations. The purpose of this study is to explain the relationship between determinant factors that include age, marital status, education, work period, personality type, and confidence with work stress on firefighters. This research use cross sectional design and data collecting tool in the form of questionnaire. The sample in this research is all firefighters of West Jakarta Palmerah Sector involving 56 respondents. Statistical test to see the relationship between variables using Gamma Correlation Test, Chi Square Test, and Independent T Test.
The result showed most of respondents experienced high stress. The results of statistical tests did not show any relationship between age, marital status, education, work period and personality type with work stress. However there is a strong relationship between confidence with work stress which is negative pattern, means the higher the confidence the lower the work stress. To reduce work stress on firefighting needs to be aware to recognize stress and the right strategy to control job stressor.Key words work stress, firefighters, determinant factors "
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Lestari
"Tangki timbun BBM jenis Premium di Depot X memiliki risiko kebakaran dan ledakan karena Premium bersifat sangat mudah terbakar. Oleh karena itu, sebagai dasar upaya pengendalian risiko terhadap bahaya kebakaran dan ledakan, serta dalam upaya memenuhi tuntutan hukum, diperlukan penilaian terhadap potensi bahaya kebakaran dan ledakan pada tangki timbun Premium di Depot X. Penelitian ini menggunakan metode Dow?s Fire and Explosion Index. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai F&EI pada tangki Premium adalah sebesar 118,82 sehingga masuk dalam klasifikasi tingkat bahaya intermediate.

The Potency of Fire and Explosion Hazard on Premium Oil Storage Tank at Depot X 2007. Premium oil storage tanks have fire and explosion risk because Premium oil is flammable liquid. Because of that, fire and explosion risk assessment on Premium oil storage tank at Depot X is needed as foundation to fire and explosion risk management, and comply with regulations. Method of this research is Dow?s Fire and Explosion Index. This research indicate that F&EI value for Premium oil storage tank is 118,82. Based on that F&EI value, level of risk at Premium oil storage tank is intermediate risk."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Pamungkas
"Kapal crew boat merupakan kapal yang digunakan untuk membawa para tenaga ahli yang bekerja di anjungan lepas pantai. Kapal ini mengutamakan kenyamanan dan keselamatan penumpang, terutama dari ancaman kebakaran. Sampai saat ini belum ditemukan kejadian kebakaran di kapal crew boat. Sistem di kapal ini sendiri diadopsi dari ketentuan IMO yang diamandemen, FSS Code, ISM dan SOLAS. Sedangkan di Indonesia belum ada peraturan khusus mengenai sistem keamanan kebakaran di kapal crew boat.
Oleh karena itu, penulis menganalisis sistem fire control plan pada kapal crew boat dengan mengambil contoh desain LOA 50 m kapasitas 200 penumpang yang mengacu pada desain LOA 35 m kapasitas 75 penumpang. Desain kapal menggunakan program Autocad dan Maxsurf sedangkan simulasi dilakukan dengan program Pyrosim.
Dari hasil simulasi didapatkan bahwa identifikasi bahaya kebakaran di ruang penumpang dan ruang mesin dapat diketahui dari heat detector dan smoke detector yang terpasang. Pemadaman kebakaran yang efektif di ruang penumpang menggunakan alat pemadaman portabel, sedangkan pemadaman yang efektif di ruang mesin menggunakan CO2. Selain itu, jalur evakuasi yang berada di tiap deck mempermudah evakuasi saat terjadi kebakaran di ruang penumpang dan ruang mesin.

Crew boat is the vessel that is used to bring the experts who worked on offshore platforms. This ship prioritizes comfort and safety of passengers, mainly from the threat of fire. Until now there has not been found fires in this ship. The system on the ship itself is adopted from the provisions of the amended IMO, FSS Code, ISM and SOLAS. Meanwhile, in Indonesia there are no specific regulations regarding fire safety system on the crew boat.
Therefore, the authors analyze the system of fire control plan on the crew boat with LOA 50 m sample design capacity of 200 passengers which refers to 35 m LOA design capacity of 75 passengers. Ship design using Autocad and Maxsurf while simulations done with the Pyrosim.
From the simulation obtained that the identification of fire hazards in the passenger room and the engine room can be seen from the heat detector and smoke detector. Effective fire suppression in the passenger room using portable extinguishing equipment, while the effective extinction in the engine room using CO2. In addition, evacuation routes those are in each deck makes evacuation during a fire in the passenger room and the engine room.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44331
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alma Nur Yulianisa
"ABSTRAK
The purpose is to design a building which is not only aesthetically pleasing but also most importantly, functional. The main focus is for the building to unction as a fire station, while it still brings the cultural, historical, and responds to its context. This project is gonna be seen as a catalyst to future development in the surrounding blocks; not just as the provision of an industrial facility. It would be appropriate for the building to exhibit some qualities.

ABSTRACT
Tujuannya adalah untuk merancang bangunan yang tidak hanya menyenangkan secara estetika tetapi juga yang paling penting, fungsional. Fokus utama adalah agar bangunan tidak terbakar sebagai stasiun pemadam kebakaran, sementara itu masih membawa budaya, sejarah, dan menanggapi konteksnya. Proyek ini akan dilihat sebagai katalis untuk pengembangan masa depan di blok sekitarnya tidak hanya sebagai penyediaan fasilitas industri. Itu akan sesuai untuk bangunan untuk menunjukkan beberapa kualitas sipil. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>