Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169740 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Burnout is a psychological term for the experience of long -term exhaustion and diminished interest, usually in the work context. Previous research showed that doctor and nurses seem to be more prone to have burnout syndromes than others...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yuki Ruchimat
"Tesis ini membahas tentang fenomena burnout  dan aliensi dari petugas pelayanan dan rehabilitasi sosial di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional, yang berada di KEcamatan Cigombong, Lido, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Fenomena burnout dan aliensi yang dilihat adalah selama mereka menjadi staf. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyarankan bahwa Balai Besar Rehabilitasi BNN manajemen waktu kerja yang fleksibel, supervisi yang tepat dan berkala, melakukan upaya pengembangan profesi pekerjaan sosial di bidang rehabilitasi bagi pecandu, penyalahguna, dan korban penyalahguna narkoba. Selain itu, dalam upaya meminimalisir terjadinya burnout dan alienasi dari petugas, perlu dikembangkan standar etika dan profesi pekerjaan sosial di bidang rehabilitasi adiksi narkoba, peningkatan kesejahteraan yang tidak hanya bersifat material saja, serta memberikan dukungan kepada para pegawai recovering addict yang sedang dalam proses pemulihan (recovery)

This thesis discusses the phenomenon of burnout and alienation from social services of social rehabilitation officer at the Center for Rehabilitation of the National Narcotics Agency, which is located in District Cigombong, Lido, Bogor, West Java. The phenomenon of burnout and alienation which seen was that happens to those who are assigned as a staff. This study is a qualitative research with descriptive design. Results of the study suggest that BNN Rehabilitation Center should provide flexible working time management, proper and periodic supervision, develop the social work profession in the field of rehabilitation for addicts, abusers, and victims of drug abusers. Additionally, in an effort to minimize the occurrence of burnout and alienation, BNN Rehabilitation Center should needs to be developed ethical standards and the social work profession in the field of drug addiction rehabilitation, improvement of well-being that is not merely material, as well as providing support to employees recovering addict who is in the process of recovery.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reza Gifari Akbar
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh job demand dan polychronicity terhadap burnout yang dimediasi oleh multitasking pada pekerja periklanan di wilayah Jabodetabek. Terdapat tujuh hipotesis yang dirumuskan dalam studi ini. Dengan menggunakan pendekatan Structural Equation Modelling (SEM), penelitian ini mengumpulkan data dari 209 responden yang bekerja di agensi periklanan di Jabodetabek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa job demand memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap multitasking dan burnout pada pekerja agensi periklanan di Jabodetabek. Selain itu, polychronicity juga memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap multitasking dan burnout pada pekerja agensi periklanan di wilayah tersebut. Lebih lanjut, variabel multitasking diketahui memediasi hubungan antara job demand dan polychronicity terhadap burnout pada pekerja agensi periklanan di Jabodetabek. Kesimpulannya, penting bagi perusahaan untuk memperhatikan tingkat job demand dan polychronicity dari pekerja mereka, terutama di agensi periklanan di Jabodetabek, untuk mengendalikan tingkat multitasking dan burnout pekerja.

This research aims to evaluate the influence of job demand and polychronicity on burnout mediated by multitasking in advertising workers in the Jabodetabek area. There are seven hypotheses formulated in this study. Using a Structural Equation Modeling (SEM) approach, this research collected data from 209 respondents who worked at advertising agencies in Jabodetabek. The research results show that job demand has a significant positive influence on multitasking and burnout in advertising agency workers in Jabodetabek. Apart from that, polychronicity also has a significant positive influence on multitasking and burnout in advertising agency workers in the region. Furthermore, the multitasking variable is known to mediate the relationship between job demand and polychronicity on burnout among advertising agency workers in Jabodetabek. In conclusion, it is important for companies to pay attention to the level of job demand and polychronicity of their employees, especially in advertising agencies in Jabodetabek, to control the level of employee multitasking and burnout."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nikmatul Hidayah
"Pandemi Covid-19 telah menyebar secara global, sistem pelayanan kesehatan dihadapkan pada tantangan besar dan perawat sebagai garda terdepan dalam penanganan Covid-19 berisiko mengalami burnout. Burnout adalah kelelahan fisik, kelelahan emosional, dan kelelahan mental yang disebabkan oleh stres yang berkepanjangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan burnout pada perawat selama masa pandemi covid-19 di RS X Kota Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitaif dengan desain cross-sectional dan dilakukan pada 12 Juli - 20 Juli 2022. Sampel pada penelitian ini sebanyak 171 perawat pelaksana yang bekerja di Ruang Rawat Inap RS X Kota Bogor. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Maslach Burnout Inventory-Human Services Survey (MBI-HSS) dan analisis data menggunakan uji statistik chi-square. Hasil penelitian menunjukkan 43,9% perawat mengalami burnout rendah dan 56,1 perawat mengalami burnout sedang. Variabel yang berhubungan dengan burnout yaitu jenis kelamin (p=0,037), stres kerja (p=0,000), beban kerja (p=0,036), dan kondisi kerja (p=0,003), sedangkan umur (p=0.490), pendidikan (p=0,170), lama bekerja (p=0,356), status pernikahan (p=0,751), dan dukungan sosial (p=0,408) tidak berhubungan dengan burnout. Kesimpulan penelitian ini adalah perawat mengalami burnout rendah dan sedang sehingga diperlukan upaya preventif untuk mengurangi risiko burnout pada perawat.

The Covid-19 has spread globally and healthcare system faced major challenges in terms of human resources. Nurses, as the front line of handling Covid-19 are at risk of having burnout. Burnout is defined as physical exhaustion, emotional exhaustion, and mental exhaustion caused by prolonged stress. This study aims to determine factors that potentially associated with burnout in nurses during the Covid-19 pandemic at RS X Bogor City. This study is a quantitative study with a cross-sectional design and was conducted in 12 July – 20 July 2022. The sample in this study was 171 nurses who worked in the Inpatient Room of RS X Bogor City. Data collection using the Maslach Burnout Inventory-Human Services Survey (MBI-HSS) questionnaire and data analysis using the chi-square statistical test. The results showed that 43.9% of nurses experienced low burnout and 56.1% nurses experienced moderate burnout. Variables related to burnout were gender (p=0.037), work stress (p=0.000), workload (p=0.036), and working conditions (p=0.003), while age (p=0.490), education (p=0.170), length of work (p=0.356), marital status (p=0.751), and social support (p=0.408) were not associated with burnout. In conclusion, preventive efforts are required to handling the burnout risks, particularly for nurses with low and moderate burnout’s level."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grandi Esra Jeremy S.
"Skripsi ini membahas gambaran faktor organisasional penyebab burnout pada pekerja garis depan di Puskesmas. Peneltian dilaksanakan di Puskesmas X diwilayah Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya beberapa faktor organisional penyebab burnout ditemukan diantara pekerja garis depan di Puskesmas X. Namun, apabila tindakan preventif tidak segera dilaksanakan, faktor-faktor organisasional yang lain akan berkembang dan menghambat kemampuan puskesmas dalam memberikan layanan-layanan kesehatan.

This undergraduate thesis discusses an overview of organizational factors as the cause of burnouts to front-line workers at primary health center. This research is conducted at a primary health center located in Jakarta. This research uses a qualitative method with a descriptive design. The results of this study shows only a few of these factors have been found among front-line workers. However, if preventive measures aren’t implemented, other factors will grow and hinder public health center’s ability to provide healthcare services."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Nabeela
"Burnout sering terjadi di kalangan tenaga kesehatan, terutama pada perawat. Pekerjaan perawat, yang membutuhkan tenaga, perhatian, serta waktu yang banyak, rentan menyebabkan work-family conflict (WFC). Penelitian ini bertujuan melihat peran work-family conflict (WFC) terhadap burnout pada perawat di Rumah Sakit Kelas A di Jakarta. Subjek penelitian didapatkan sebanyak 124 dengan teknik convenience sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Work Family Conflict Scale (WAFCS) dan Oldenburg Burnout Inventory (OLBI). Hasil analisis dilakukan menggunakan SPSS v.25 dan hasil menunjukkan bahwa terdapat peran work-family conflict (WFC) terhadap burnout. Dapat disimpulkan bahwa work-family conflict (WFC) memprediksi terjadinya burnout pada perawat di Rumah Sakit Kelas A di Jakarta.

Burnout is often observed among healthcare professionals, particularly nurses. The demanding task of nursing requires significant energy, attention, and time, which can lead to work-family conflict (WFC). This study aims to examine the role of work-family conflict (WFC) in burnout among nurses at a Class A Hospital in Jakarta. A total of 124 subjects were recruited using convenience sampling. The measurement tools used were the Work Family Conflict Scale (WAFCS) and the Oldenburg Burnout Inventory (OLBI). Analysis was conducted using SPSS v.25, revealing a significant relationship between work-family conflict (WFC) and burnout. It can be concluded that work-family conflict (WFC) predicts the occurrence of burnout among nurses at a Class A Hospital in Jakarta."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fernando Donovan Hariyanto
"Tujuan dari penelitian ini untuk mengeksplorasi peran perceived social support pada burnout terhadap perawat di rumah sakit X kelas A di Jakarta. Penelitian ini mengolah data dari 124 partisipan yang berstatus perawat berusia 22-53 tahun, bekerja di rumah sakit X kelas A di Jakarta, dan durasi lama bekerja dari 1 hingga lebih dari 10 tahun. Pengukuran tingkat perceived social support  dan burnout dilakukan dengan menggunakan alat ukur Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) dan Oldenburg Burnout Inventory (OLBI) keduanya dalam bentuk short form. Hasil analisis korelasi (r=-0.203, p<0.05) dan regresi (r=-0.203, p<0.05) terbukti bahwa terdapat peran perceived social support secara signifikan pada burnout. Dengan kata lain, makin tinggi perceived social support maka akan makin rendah tingkat burnout yang dialami oleh perawat. Pada penelitian ini juga menemukan bahwa dimensi dari perceived social support yang paling berpengaruh pada burnout adalah dimensi keluarga (p=0.003), jika dibandingkan dengan kedua dimensi yang lainnya, seperti teman (p=0.650), dan sosok yang spesial (p=0.610). Dengan demikian, hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa perceived social support memiliki peran protektif terhadap burnout.

The objective of this study is to explore the role of perceived social support on burnout among nurses at Class A Hospital X in Jakarta. This research processes data from 124 participants who are nurses aged 22-53 years, working at Class A Hospital X in Jakarta, with a working duration ranging from 1 to over 10 years. The measurement of perceived social support and burnout levels was conducted using the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) and the Oldenburg Burnout Inventory (OLBI), both in short form. The results of the correlation analysis (r=-0.203, p<0.05) and regression analysis (r=-0.203, p<0.05) showed that perceived social support has a significant role in burnout. In other words, the higher the perceived social support, the lower the level of burnout experienced by nurses. This study also found that the dimension of perceived social support that most influences burnout is the family dimension (p=0.003), compared to the other two dimensions, such as friends (p=0.650), and significant others (p=0.610). Thus, these results are consistent with previous research indicating that perceived social support has a protective role against burnout."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maharani Dhien Santoso
"Burnout menjadi masalah yang persisten dan memprihatinkan bagi tenaga keperawatan akibat beban kerja dan tuntutan yang besar. Terdapat sejumlah faktor yang berperan terhadap burnout, salah satunya adalah resiliensi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran resiliensi terhadap burnout pada perawat. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Partisipan dalam penelitian ini adalah 126 perawat dengan rentang usia 22–53 tahun (M = 33.7; SD = 7.50) dengan minimal lama bekerja 1 tahun. Variabel resiliensi pada penelitian ini diukur menggunakan Connor–Davidson Resilience Scale (CD-RISC-10) dan variabel burnout diukur menggunakan Oldenburg Burnout Inventory (OLBI). Pengambilan data penelitian dilakukan menggunakan kuesioner dan disebarkan pada rumah sakit yang telah menyetujui untuk dijadikan tempat pengambilan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa resiliensi mampu memprediksi dan menjelaskan 14.1% varians pada burnout dalam konteks perawat. Oleh karenanya, pihak rumah sakit dapat merancang berbagai metode atau strategi-strategi khusus agar dapat mendorong terbentuknya resiliensi yang tinggi pada perawat.

Burnout has become a persistent and concerning issue for nursing staff due to heavy workloads and high demands. However, there are factors that play a role in burnout, one of which is resilience. This study aims to examine the role of resilience in burnout among nurses. It is a quantitative study with a cross-sectional design. The participants in this study were 126 nurses from 22–53 years old (M = 33.7; SD = 7.50) with a minimum work experience of one year. Resilience was measured using the Connor–Davidson Resilience Scale (CD-RISC-10) and burnout was measured using the Oldenburg Burnout Inventory (OLBI). Data collection was conducted using questionnaires distributed in hospitals that had agreed to participate. The data from 126 participants were then analyzed using simple linear regression analysis. The results of this study indicate that resilience can predict and explain 14.1% of the variance in burnout among nurses. Therefore, hospitals can design various methods or specific strategies to foster high resilience among nurses."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alicia Meidy Savira
"Burnout merupakan sindrom yang sering terjadi pada tenaga yang bekerja di institusi pelayanan kesehatan tidak terkecuali apoteker. Burnout dapat berpengaruh pada kesehatan dan performa kerja apoteker, kualitas pelayanan, serta keselamatan pasien. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan burnout adalah faktor beban kerja. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran beban kerja pada kejadian burnout yang dialami oleh apoteker yang bekerja di rumah sakit. Penelitian ini menggunakan metode literature review atau tinjauan kepustakaan dengan menganalisis penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Analisis dilakukan pada dua jurnal terkait dengan burnout yang terjadi pada apoteker di rumah sakit. Faktor beban kerja yang diidentifikasi pada kejadian burnout yang dialami apoteker adalah kapasitas tempat tidur, jumlah pasien per hari, jenis kegiatan, jumlah kegiatan, dan waktu kerja. Burnout dibagi menjadi tiga kategori yaitu emotional exhaustion, depersonalization, dan personal accomplishment. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa apoteker mengalami burnout pada tingkat tinggi dan sedang. Kategori burnout dengan nilai yang paling tinggi adalah emotional exhaustion. Apoteker yang mengalami burnout lebih banyak terlihat bekerja pada rumah sakit dengan kapasitas yang lebih besar. Selain itu apoteker yang memiliki waktu kerja yang lebih lama beresiko untuk mengalami burnout. Sementara itu gambaran jumlah pasien, jenis serta jumlah kegiatan yang dilakukan apoteker belum dapat dibedakan pada apoteker yang mengalami burnout dengan apoteker yang tidak mengalami burnout.

Burnout is a syndrome which usually happens to health workers who work in a health service institution including pharmacists. Burnout can affect pharmacist health and work performance, quality of service given, and also endanger the patient safety. The purpose of this research is to get a picture about workload on burnout incidents that happen among pharmacists who work at a hospital. This research is using literature review method to analyze other research that has been done before. The analysis is performed on two journals related to burnout that happen to hospital pharmacists. Workload factors identified are bed capacity, daily patient number, type of activity, number of activity, and work hour. Burnout is divided into three categories which are emotional exhaustion, depersonalization, and personal accomplishment. Based on research results, pharmacists are experiencing high and moderate levels of burnout. Burnout category with the highest score is emotional exhaustion. Pharmacists who experience burnout mostly work in a hospital with larger bed capacity. Pharmacists who have more work time are at risk to experience burnout. On the other side, the description of patient workload, the types and amount of activity which is conducted by the pharmacist can not be distinguished between pharmacists who experience burnout and pharmacists who do not experience burnout.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bie Novirenallia Umar
"Penelitian ini menganalisis hubungan kejadian burnout syndrome pada perawat di unit rawat inap dan unit rawat jalan RS “X” Bandar Lampung tahun 2013. Disain penelitian ini potong lintang dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dari 239 perawat serta 5 orang informan. Kuesioner yang digunakan adalah Maslach Burnout Inventory dan survei diagnosis stres. Hasil penelitian didapatkan 21,8% perawat unit rawat inap dan 10,8% perawat rawat jalan mengalami burnout syndrome dan menunjukan tingginya kelelahan emosional dan rendahnya depersonalisasi. Kesimpulan : Sebagian besar perawat mengalami burnout syndrome derajat tinggi. Pengurangan kejadian burnout syndrome dapat dilakukan dengan cara peningkatan SDM, berupa peningkatan pendidikan dan pelatihan serta pengaturan jam kerja.

This research analyzed burnout syndrome on nurses worked in in-patient units and out-patient units in “X” Hospital in Bandar Lampung in 2013. This was cross-sectional study with quantitative and qualitative approaches. Data were collected through a questionnaire survey of 239 nurses and 5 informant. This research used Maslach Burnout Syndrome and Survey Diagnostic Stress questionnaire. The results showed 21,8% nurses in in-patient units and 10,8% nurses in out-patient units having burnout syndrome and exhibited higher emotional exhaustion and lower depersonalization. Conclusion: Majority nurses were experienced high level of burnout. To reduced burnout syndrome can be solved by increasing resources, such as improving training and skills also providing reasonable work hour."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>