Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 239889 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jefri Riyadi Kusuma
"Perusahaan mempunyai kecenderungan untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan yaitu dengan internal equity. Apabila internal equity dianggap tidak mencukupi baru menggunakan external finance. Penggunaan external finance sendiri menggunakan hutang, dan apabila hutang tidak mencukupi baru kemudian perusahaan menggunakan external equity. Internal equity yang diperoleh dari laba ditahan merupakan sumber pendanaan yang lebih baik dibanding hutang karena tidak mempunyai risiko. Hutang merupakan sumber dana yang lebih baik dibandingkan penerbitan saham baru. Meskipun keduanya mempunyai risiko, tetapi risiko hutang lebih kecil dibandingkan dengan penerbitan saham baru. Apabila suatu investasi perusahaan tersebut sebagian besar didanai dari internal equity, maka akan mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Semakin besar investasi yang dilakukan maka semakin berkurang dividen yang akan dibagikan. Sebaliknya bagi perusahaan yang cenderung menggunakan sumber dana dari luar untuk mendanai tambahan investasi akan membagikan dividen yang lebih besar. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang.
Kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan dividen yang mencapai keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang dan memaksimumkan harga saham perusahaan.
Investment Opportunity Set (IOS) menguraikan pengertian perusahaan yaitu sebagai suatu kombinasi antara aktiva riil (asset in place) dan opsi investasi masa depan. Opsi investasi masa depan tidak hanya ditunjukkan dengan adanya proyek ? proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja namun juga kemampuan perusahaan dalam mengekploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibanding dengan perusahaan sejenis dalam kelompok industrinya. Bentuk yang membedakan pilihan investasi atau pertumbuhan adalah nilai perusahaan itu tergantung pada kebebasan pemilihan pengeluaran yang ditentukan oleh manajer dimasa depan. Faktor utama yang menentukan IOS adalah faktor industri seperti rintangan untuk masuk dan daur hidup produk. Faktor tersebut memungkinkan perusahaan untuk membuat investasi yang dapat meningkatkan rintangan untuk masuk (substitusi modal untuk tenaga kerja yang merupakan hasil dari skala ekonomi). Peluang pertumbuhan tidak hanya diwujudkan dalam proyek baru yang didukung oleh penelitian dan aktivitas pengembangan yang luas, tetapi juga mempunyai pilihan yang lebih untuk melaksanakan proyek baru.
Pada penelitian ini, perusahaan akan dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu: perusahaan yang tumbuh dan perusahaan yang tidak tumbuh. Dengan memperbandingkan dengan unsur-unsur realisasi pertumbuhan. Prediksi awal yang diajukan adalah proksi-proksi pembentuk IOS tidak memiliki korelasi terhadap unsur-unsur pertumbuhan perusahaan. Proses lebih lanjut yang dilakukan pada penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi perbedaan antara kebijakan pendanaan dan kebijakan dividen antara perusahaan tumbuh dan perusahaan yang tidak tumbuh. Prediksi awal yang diajukan yaitu: tidak ada perbedaan antara Perusahaan yang tumbuh dan perusahaan yang tidak tumbuh dalam melakukan kebijakan pendanaan, dan tidak ada perbedaan antara Perusahaan yang tumbuh dan perusahaan yang tidak tumbuh dalam melakukan kebijakan dividen.
Pengelompokan perusahaan tumbuh dan tidak tumbuh berdasarkan hasil dari analisis faktor. Untuk menyelidiki korelasi antara proksi-proksi IOS dengan unsur-unsur realisasi pertumbuhan, peneliti menggunakan analisis korelasi dengan menggunakan metode Sperman Rank. Penelitian selanjutnya, untuk mengidentifikasi perbedaan antara kebijakan pendanaan dan kebijakan dividen antara perusahaan tumbuh dan perusahaan yang tidak tumbuh, peneliti menggunakan metode analisis ANCOVA. Dimana faktor utama A: Pertumbuhan perusahaan dengan IA1:"Perusahaan Tumbuh" dan IA2: "Perusahaan Tidak Tumbuh"; faktor utama B: "Kebijakan Pendanaan" dengan IB1:"Book debt equity (BDE)" dan IB2: "Market debt equity (MDE)" dan faktor utama C: "Kebijakan Dividen" dengan IC1:"Dividen Payout (DP)" dan IC2: ? Dividen yield (DY)?, serta unsur-unsur realisasi pertumbuhan sebagai kovariat.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa hubungan korelasi yang terjadi berupa korelasi positif dan negatif. Korelasi yang positif menunjukkan hubungan yang searah antara proksi-proksi IOS dengan realisasi pertumbuhan, dimana peningkatan atau pertambahan nilai tiap proksi IOS akan diikuti dengan peningkatan atau pertambahan nilai unsur-unsur realisasi pertumbuhan yang berkorelasi dengan proksi IOS. Korelasi yang negatif menunjukkan hubungan yang tidak searah antara proksi-proksi IOS dengan realisasi pertumbuhan, dimana peningkatan atau pertambahan nilai tiap proksi IOS akan diikuti dengan penurunan atau pengurangan nilai unsur-unsur realisasi pertumbuhan yang berkorelasi dengan proksi IOS.
Hasil penelitian yang kedua, penelitian ini dapat membuktikan bahwa terdapat perbedaan mengenai kebijakan pendanaan antara perusahaan yang tumbuh dengan perusahaan yang tidak tumbuh. Kebijakan pendanaan yang melalui BDE lebih dominan pada perusahaan yang tumbuh (M=2,224) ketimbang pada perusahaan yang tidak tumbuh (M=2,147), sebaliknya kebijakan pendanaan yang melalui MDE lebih dominan pada perusahaan yang tidak tumbuh (M=2,500) ketimbang perusahaan yang tumbuh (M=2,150).
Hasil penelitian ketiga, penelitian ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan mengenai kebijakan dividen antara perusahaan yang tumbuh dengan perusahaan yang tidak tumbuh. Kebijakan dividen antara perusahaan yang tumbuh dan tidak tumbuh tidak memiliki perbedaan pada kebijakan dividen yang melalui dividen yield (Mtumbuh = Mtidaktumbuh = 2,500) namun pada kebijakan dividen yang melalui dividen payout terdapat perbedaan rata-rata, dimana perusahaan yang tidak tumbuh memiliki kebijakan dividen payout yang lebih dominan (M = 2,147) ketimbang perusahaan yang tumbuh (M=2,049).

Each company tends to use internal equity as its financing source. If the internal equity wasn?t enough to finance its activities, company would use external finance such as debt as an alternative way of financing. If debt wasn?t enough to finance its activities, then the company has other alternative way to finance their activities such using external equity. Company obtain internal equity from its retained earning which is risk free and better to finance its activities than debt. Yet comparing to reissuing new shares, debt is better than reissuing new shares as a financing source. Even both debt and reissuing new shares are risky; the risk of debt is less than reissuing new shares. If company used its internal equity to finance almost all its activities, it would have an effect to the distribution of dividend to the stockholders. The bigger the investment, the lesser the dividend distributed to the stockholders. Thus, the company is funded by external resources such as debt, it would distribute bigger dividend to its stockholders.
The dividend policy is a decision in using company?s profit whether to distribute it or to save it as retained earning and use it to invest in the future. Balancing the present dividend and future growth in order to maximizing company stock price is the optimum dividend policy.
Investment Opportunity Sets (IOS) describes the company is as a combination of real assets (assets in place) and future investment option. Future investment option is not just shown by the projects which are supported by researches and development activities, but also by company capability to explore the opportunity in taking advantage comparing to others among the industries.
Differentiations in investment option or growth depend on the freedom of company expenditure determined by the managers in the future. The main factor in determining IOS is industrial factors, such as entry barriers and product life cycle. This factor enables the company to make an investment which increases the level of entry barriers (capital substitution for human capital as a result of economic of scale). Growth opportunity in new projects is not only supported by sophisticated researches and development activities, but the more important is it also has more choices in doing the new project.
These research classified companies into two groups, growth companies and un-growth companies by comparing the growth realization factors. First assumption was the forming proxies of IOS weren?t related to the growth factors of the companies. The next process in this research is identifying the differences between financing policies and dividend policies among growth companies and un-growth companies. The proposed early assumption is that there are no differences between growth and un-growth companies in implementing financing and dividend policies.
Classification of growth and un-growth companies is a result of factor analysis. Rank Spearman method was used to investigate the correlation between proxies IOS and growth realization factors. For further analysis, ANCOVA analysis method was used to identify the differences among financing and dividend policies between growth and un-growth companies. This research used A as a main factor of growth which IA1: "Growth Company" and IA2: "Un-Growth Company"; B as a main factor of financing policy which IB1: "Book Debt Equity(BDE)" and IB2: "market Debt Equity (MDE)" and C as a main factor of dividend policy which IC1: "Dividend Payout (DP) and IC2: "Dividend Yield (DY)" and growth realization factors as covariant.
Positive and negative correlation is the first result of the research. Positive correlation showed a direct relation between IOS proxies and growth realization, which the growth or additional value for each IOS proxy will be followed by growth or additional value of growth realization factors correlating with IOS proxy. Negative correlation showed a indirect relation between IOS proxies with growth realization, which the growth or additional value for each IOS proxy won?t be followed by growth or additional value of growth realization factors correlating with IOS proxy.
The second result showed that there are differences in making financing policy between growth companies and un-growth companies. Financing policy with BDE is dominant to growth companies (M=2.224) compared to un-growth companies (M=2.147). On the contrary, the financing policy with MDE is dominant (M=2.500) to un-growth companies compared to growth companies (M=2.150).
The third result is to prove if there were differences between growth and un-growth companies in dividend policy. Dividend policy for growth and ungrowth companies has no differences in using dividend yield (Mgrowth = M un-growth = 2.500) but it has differences in using dividend payout which un-growth companies i (M=2.049)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25755
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Melia Deviana Raharjo
"Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan pembayaran dividen pada perusahaan; diantaranya adalah investment opportunity set dan pendanaan perusahaan. Beberapa penelitian sudah mengangkat topic mengenai kebijakan pendanaan namun sedikit sekali dalam Negara berkembang. Penelitian ini menganalisis pengaruh investment opportunity set dan pendanaan perusahaan pada kebijakan pembayaran dividen di Indonesia. Sampel terdiri dari 275 observasi dari sampel yang melakukan pembayaran dividen dari tahun 2001-2011. Variabel dependennya adalah pembayaran dividen diukur oleh dividen per saham dibagi dengan jumlah nilai ekuitas per saham. Variabel independennya adalah investment opportunity set dan pendanaan perusahaan. Market to book asset digunakan untuk mengukur profitabilitas dan jumlah utang terhadap jumlah ekuitas digunakan untuk mengukur pendanaan perusahaan. Proksi profitabilitas dan risiko sistematik digunakan sebagai variabel kontrol. Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan terhadap investment opportunity set dengan kebijakan pembayaran dividen. sedangkan pada variabel independen lainnya, yaitu pendanaan perusahaan tidak signifikan. Pada variabel control yaitu risiko sistematik yang diukur oleh beta saham dan profitabilitas dengan pengembalian dari investasi menunjukkan nilai yang tidak signifikan.

There are several factors that affect the company’s dividend payout policy; including investment opportunity set and corporate financing. Several studies have raised the topic of policy but little funding in developing countries. This study analysis the effect investment opportunity and corporate financing on dividend payout policy in Indonesia. The Sample consists of 275 observations of sample of the dividend payment from 2001 to 2011. The dependent variable measured by dividend payments of dividends per share divided by the total value of equity per share. Independent variable in this study is the investment opportunity ser and corporate financing. Market to book asset is used to measure the investment opportunity set; debt to equity and debt maturityis used to measure corporate financing. Profitability and systematic risk proxies are used as control variables. The result showed that there was a significant relationship to the investment opportunity ser with a dividend payout policy. While the other independent variables, which are not significant corporate financing. On the control variables, proxies by systematic risk as measured by beta stocks and profitability measured by return on investment indicates that the value is not significant."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52868
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Indah Sundari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalis hubungan antara
Investment Opportunity Set, Praktek Corporate Governance dan
Return On Equity. Data yang digunakan dalam penelitian adalah
laporan tahunan perusahaan bukan bank dan lembaga keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 ? 2008 dengan total
sampel sebanyak 64 perusahaan. Sampel diperoleh dengan
menggunakan metode purposive sampling. Metode pengujian
hipotesis yang digunakan adalah metode regresi linier berganda. Hasil
penelitian dalam penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan
negatif antara peluang pertumbuhan perusahaan (Investment
Opportunity Set) dengan kinerja perusahaan (Return On Equity) dan
variabel corpoarate governance antara lain: proporsi komisaris
Independen yang lebih tinggi, kepemilikan saham manajemen yang
lebih tinggi dan remunerasi manajemen yang lebih tinggi tidak
mempengaruhi hubungan negatif antara peluang pertumbuhan
perusahaan (Investment Opportunity Set) dan kinerja perusahaan
(Return On Equity).

ABSTRACT
This study aims to analyze the correlation between the Investment
Opportunity Set, Corporate Governance Practices and Return On
Equity. The data used in the study were non-bank company's annual
report and financial institutions listed on the Indonesia Stock
Exchange in the year 2007 - 2008 with a total sample of 64
companies. Samples obtained using the method of purposive
sampling. Hypothesis testing method used is multiple linear regression
method. The results in this study indicate that there is a negative
relationship between firm growth opportunities (Investment
Opportunity Set) and firm performance (Return On Equity) and
corporate governance variables include a higher proportion of
independent commissioners, higher management shareholdings,
higher management remuneration does not affect the negative
relationship between firm growth opportunities (Investment
opportunity Set) and firm performance (Return On Equity).
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dias Estu Kinasih
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh investment opportunity set terhadap kebijakan dividen dengan struktur kepemilikan sebagai variabel dummy. Sampel yang digunakan adalah perusahaan non-keuangan terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2011 yang memberikan dividen selama periode penelitian. Variabel yang digunakan sebagai proksi dari investment opportunity set adalah market to book value of equity dan dividend payout ratio sebagai proksi dari dividend payout policy. Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji t statistik, uji f statistik, dan koefisien determinasi R2 dan Adjusted R2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara investment opportunity set terhadap kebijakan dividen. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa investment opportunity set pada perusahaan kontrol keluarga dan perusahaan pemerintah tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan-perusahaan tersebut.

This research examines the effect of investment opportunity set on dividend payout policy with ownership structure as dummy variable. The sample used is non-financial sector companies listed in Indonesia Stock Exchange for the period of 2006-2011 which share its dividend during research period. Variables used are investment opportunity set using market to book value of equity as its proxy and dividend payout policy using dividend payout ratio as its proxy. The analyses of this research were performed using t-test, f-test, and coefficient of determination R2 and adjusted R2. The results showed that there is no significant effect between investment opportunity set and dividend payout policy. Moreover, this research found that there is no significant effect between investment opportunity set and dividend payout policy in family control company and government company."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"This research is aimed to know and analysis influence af fundamental factor IOS partially and simultaneously to the manufacturing company of stock price and ROA, ROE, EPS, PER, and IOS as independend variable. This result shows fundamental factors that is ROA, ROE, EPS, PER, and IOS simultanly there are the influence significant to the manufacturing company of stock price in Indonesia stock exchange. Partially show only return on equity (X2), Earning per Share (X3) and price earning ratio (X4). Variable with explained by variation the expressed in adjusted R2 equal to 33,2% is while the test equal to 66,8% influenced by other variable which is not explained by this research model. Where as other variable not influence with models is IOS.
"
JEBUHN 2:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Prasetyo
"Tujuan dari penelitian ini adalah meneliti pengaruh corporate governance terhadap kebijakan dividen dan pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Penelitian dilakukan pada perusahaan nonkeuangan yang terdaftar di BEI periode 2006-2007, dengan sampel sebanyak 388 perusahaan dan menggunakan metode regresi linier berganda. Corporate governance diproksikan dengan variabel ukuran direksi, ukuran komisaris, persentase komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusi, dan kepemilikan keluarga, kebijakan dividen diukur dengan dividend payout ratio, sedangkan Tobin's q ratio sebagai proksi nilai perusahaan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ukuran direksi berpengaruh positif secara signifikan terhadap kebijakan dividen, sementara ukuran komisaris dan kepemilikan institusi berpengaruh negatif secara signifikan pada kebijakan dividen. Sedangkan variabel persentase komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan keluarga tidak berpengaruh secara signifikan pada kebijakan dividen. Selain itu, ditemukan bukti bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

The purpose of this study is to investigate the effect of corporate governance on dividend policy and the effect of dividend policy on firm value. Samples used in this study are 388 non financial companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) on the year period 2006-2007. The analysis tool used in this study is multiple linier regressions. Corporate governance is measured using director size, commissioner size, the percentage of independent board, managerial ownership, institutional ownership, and family ownership, dividend policy is measured using dividend payout ratio, and Tobin's q ratio as a proxy of firm value. The results of regression show that director size has positive and significant effect on dividend policy. Commissioner size and institutional ownership have negative and significant effect on dividend policy. The other variables such as the percentage of independent board, managerial ownership, and family ownership have no effect on dividend policy. Results also show that dividend policy has no effect on value of the firm."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26616
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan perusahaan yang penting karena dapat menjadi sinyal bagi investor untuk melihat nilai perusahaan. Penelitian dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan deviden serta dampaknya terhadap firm value. Faktor yang diperkirakan mempengaruhi kebijakan deviden dan firm value adalah profitabilitas, likuiditas, set kesempatan investasi, dan corporate governance. Penelitian ini menggunakan dua model penelitian. Model penelitian pertama meneliti mengenai pengaruh profitabilitas, likuiditas, set kesempatan investasi, dan corporate governance terhadap kebijakan deviden. Model penelitian kedua meliputi mengenai pengaruh profitabilitas, likuiditas, set kesempatan investasi, corporate governance, dan kebijakan deviden terhadap firm value. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang membagikan dividen berturut-turut selama periode pengamatan yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Pengolahan data dilakukan menggunakan statistical packages for social sciences (SPSS) versi windows. Dari data sampel sebanyak 160 perusahaan pada model penelitian pertama, menemukan hasil yang menunjukkan bahwa profitabilitas. Set kesempatan investasi, dan corporate governance memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan deviden. Dari data sampel sebanyak 165 perusahaan pada model penelitian kedua menemukan hasil yang menunjukkan bahwa likuiditas dan set kesempatan investasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan"
TEMEN 10:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tafsir Nurchamid
"Kebijakan perpajakan sebagai unsur penting dari kebijakan publik pemerintah telah berkontribusi lebih dari 60 % penerimaan negara berasal dari penerimaan pajak. Adanya kebijakan perpajakan yang berbeda terhadap unsur biaya pendanaan (cost of fund) atas bunga pinjaman diperlakukan sebagai deductible expenses sedangkan atas dividen sebagai cost of equity tidak diperkenankan sebagai pengurang pendapatan (non deductible expenses). Pemerintah juga mengenakan pajak dividen berganda. Secara teoritis, akibat perbedaan perlakuan tersebut terdapat kecenderungan perusahaan untuk memperbesar pinjaman dibanding menggunakan dana internal sendiri, maka beban pajak berkurang. Disisi lain, bila perusahaan dibiayai pinjaman bila tidak dilakukan dengan hati-hati dapat membawa kesulitan akibat adanya beban bunga. Berkenaan dengan fenomena tersebut peneliti tertarik untuk menjawab pertanyaan: pertama, apakah terdapat konsistensi perlakuan perpajakan atas bunga dan dividen, kedua, bagaimanakah pilihan keputusan pendanaan perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia: apakah lebih banyak menggunakan pinjaman (static trade off theory) atau menggunakan dana internal perusahaan (pecking order theory), dan ketiga bagaimanakah implikasi perpajakan yang timbul akibat pilihan keputusan pendanaan perusahaan yang terdaftar di BEI. Untuk menjawab pertanyaan penelitian, peneliti menggunakan metode penelitian gabungan kuantitatif dan kualitatif dengan objek penelitian pada perusahaan publik yang terdaftar di BEI Tahun 2000 ? 2007 berjumlah 109 perusahaan publik. Peneliti menganalisis konsistensi perlakuan perpajakan secara bertahap dari waktu ke waktu, menguji teori yang berlaku dalam pilihan keputusan pendanaan serta implikasi perpajakan sebagai akibat pilihan keputusan pendanaan.
Hasil penelitian menyimpulkan: pertama, perlakuan bunga pinjaman secara konsisten dianggap sebagai beban yang dapat mengurangi biaya walaupun secara implisit untuk periode 1925-1983. Bunga pinjaman secara eksplisit disebutkan sebagai salah satu unsur biaya yang dapat dikurangkan dalam menghitung penghasilan kena pajak untuk periode 1984-sekarang. Pembagian laba berbentuk dividen yang dilakukan, oleh setiap perusahaan baik yang terdaftar di bursa atau tidak, bukan merupakan biaya. Ketentuan tersebut pengaturannya secara implisit tertuang dalam UU Pajak dari 1925-1983. Perundang-undangan perpajakan telah secara jelas dan eksplisit menyebutkan bahwa dividen yang dibayarkan oleh perusahaan bukan biaya yang dapat mengurangi penghasilan bruto (non deductible expenses) untuk periode 1983-sekarang.
Kedua, perusahaan publik di Indonesia dalam pilihan keputusan pendanaanya cenderung mengikuti pecking order theory daripada static trade off theory, artinya lebih banyak menggunakan dana internal perusahaan dalam keputusan pendanaannya. Hasil seluruh periode untuk seluruh sektor yang terdapat dalam klasifikasi BEI diuji kembali pada masing-masing sektor dengan hasil mengkonfirmasi temuan utama: pilihan keputusan pendanaan perusahaan cenderung menggunakan dana internal sebelum sumber pendanaan lainnya. Dengan demikian, tidak ada kecenderungan memperbesar pinjaman yang dapat mengurangi beban pajak. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah untuk menunda kebijakan Debt Equity Ratio pada Tahun 2000 - sekarang bagi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia menjadi sangat relevan karena kecenderungan memperbesar pinjaman pinjaman pada perusahaan publik tidak terbukti. Ketiga, implikasi kebijakan perpajakan atas cost of capital, pemerintahan menganut classical system yang menganggap dividen yang dibayarkan terkena pemotongan pajak oleh pihak pembayar dan tetap akan diperhitungkan kembali sebagai penghasilan ditingkat pemegang saham dengan memperlakukan pemotongan pajak pihak pembayar sebagai kredit pajak.

The tax policy had been one of the most important issues which government of Indonesia had designed and implemented, due to its major contribution of tax revenue to our national account approximately sixty percent of total government budget. Indonesia had performed two different approach to cost of fund and cost of equity. The tax discrimination was occurred in the term of deductibility of interest and non deductibility of dividend that was acknowledged as Tax Discrimination Treatment Between Interest and Dividend. Beside tax discrimination, Indonesia also implemented Double Taxation that would burden the tax payer twice. The double taxation of dividend relied on the classical system of tax regime that separate legal entity from the owner of the firm and the corporation as different business entity. Nevertheless, in theory tax discrimination would forced companies to increase their debt rather than their own equities and would be outcome in decreasing tax expenses. On the other side, if the company used more loan to finance its business as well as company?s expansion without prudency and carefulness, the cost of financial distress might be increased because it should pay higher interest.
In order to observed two factual research problems, the researcher was interested: firstly to analyse tax treatment on interest and dividend payment had been consistent or inconsistent throughout times. Secondly, the research aim is to observed financing decision of public listed companies at Indonesia Stock Exchange: using more loan (follow the static trade off theory) or using more company internal fund (follow the pecking order theory) and thirdly, the researcher was interested to describe tax implication that was implied after the companies performed their finance decision specially for the Indonesian public listed companies. To answer the three research questions, the researcher plan to conduct mixed approach research design. The research object was public listed companies at Indonesian Stock Exchange for the period of 2000-2007 with total sample of 109 companies. The researcher analyzed tax treatment consistency throughout times, to examined the theory of financing decision and to describe tax implication which related to public companies financing decision. The research main findings were as follows: firstly, tax treatment on interest was consistent categorized as expenses to decrease tax burden implicit for the period of 1925-1983. Interest was stated as one of deductible tax expense for calculation of taxable income for the period of 1984 up to now. The income distribution of dividend from public listed or private company could not stated as expenses for calculation tax payment of corporate income tax for the period of 1925-1983. the regulation of dividend payment was stated implicit in Indonesian Tax Law. Those tax laws had explicit and was stated obvious dividend payment of corporation was not expenses which decreased company gross income (non deductible expense) for the period of 1983 up to now.
Secondly, the public listed company in Indonesia was followed pecking order theory rather than trade off theory that means the company prefers to use internal fund in decide financing decision. The result of all years period was reexamined by sectoral approach and the result was confirm on main findings, company?s financing decision follows the pecking order prediction: prefer to use internal fund (retained earning) before other external fund (loan, debt/obligation, or equity/stock). Therefore, there was no tendency company to reduce taxable expenses. Thus, the government policy to postponed Debt to Equity Ratio policy in 2000 up to now for the public listed companies was relevant due to those companies tendency of funding more their capital with more loan was irrelevant (doubtful). Thirdly, tax implication on the cost of capital, government tax regimes emphasize classical system (no integration) which have assumed dividend payment as a subject of taxation and would be recalculate as income to the shareholders with certain tax treatment from tax payer which is tax credit."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
D627
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sinurat, Maudin
"Tujuan manajemen keuangan adalah meningkatkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran para pemegang saham yang diterjemahkan menjadi memaksimumkan harga saham biasa perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan pengambilan keputusan yang tepat, antara lain keputusan tentang kebijakan dividen dan leverage.
Sampai sekarang ini masih diperdebatkan oleh para ahli keuangan, apakah kebijakan dividen dan kebijakan leverage berpengaruh terhadap harga saham atau tidak. Naik turunnya harga saham itu sendiri ditentukan oleh faktor internal perusahaan dan faktor eksternal. Faktor eksternal bersifat "uncontrollable ", untuk itu dianggap "given". Dalam hal ini yang akan dibahas adalah faktor internal seperti kebijakan dividen dan kebijakan leverage.
Pengambilan keputusan yang tepat akan berdampak positif terhadap nilai perusahaan yang tercermin dengan peningkatan harga saham perusahaan.
Penelitian ini merupakan studi tentang korelasional, yaitu ingin mengetahui seberapa jauh pengaruh dividen dan leverage terhadap perkiraan harga saham di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Model yang dipergunakan adalah regresi berganda dengan pendekatan Logaritma Natural (ln).
Tujuan yang ingin dicapai dalam studi ini adalah untuk mengetahui apakah kebijakan dividen dan leverage mempunyai pengaruh terhadap harga saham, sedangkan manfaatnya berupa sumbangan pemikiran kepada emiten, investor dan pemerintah (BAPEPAM).
Hasil yang dicapai dalam studi ini menunjukkan bahwa tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05, hal ini berarti kebijakan dividen dan leverage secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham di BEJ. Demikian juga halnya dengan uji t terhadap koefisien regresi menunjukkan bahwa koefisien dividen dan juga leverage secara keseluruhan menunjukkan pengaruh yang signifikan, namun daya prediksi secara keseluruhan masih lemah hanya 24,6%.
Pengujian model dalam studi ini mempunyai asumsi dasar klasik Ordinary Least Square (OLS). Model ini tidak mengandung gejala multikolinearitas, autokolerasi maupun gejala heteroskedastisitas.
Studi ini memiliki implementasi bagi emiten maupun bagi investor. Bagi emiten Infrastruktur, rasa, dan investasi, Pertanian, dan Pertambangan diharapkan memperhatikan kebijakan dividennya, karena mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan harga saham. Manajemen juga dapat meningkatkan jumlah leveragenya, namun pada batas tertentu harus berhenti, sehingga akan diperoleh struktur modal yang optimal. Bagi investor walaupun leverage perusahaan tidak menjadi persoalan yang berarti, namun harus berhati-hati untuk memperhatikan kondisi keuangan perusahaan sebelum memutuskan investasinya, sebab bila proporsi hutang sudah melebihi yang semestinya, akan berisiko tinggi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T7404
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>