Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15503 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"A lot of problems that found in analog broadcasting necessitate Ditjen Postel as the telecomunication regulator in Indonesia to promply decides the time to migrate from analog to digital broadcasting..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tito Ilyasa
"Banyaknya permasalahan yang ditemukan pada penyiaran analog menyebabkan Ditjen Postel sebagai regulator telekomunikasi di Indoneisa memutuskan sudah waktunya untuk melakukan migrasi dari penyiaran analog ke penyiaran digital. Standar penyiaran digital untuk televisi yang akan diimplementasikan di Indonesia adalah DVB-T. Dalam merencanakan jaringan yang akan digunakan untuk layanan DVB-T dapat digunakan metode SFN. Keuntungan penyiaran digital dengan menggunakan DVB-T diantaranya adalah bandwidth yang lebih efisien, lebih tahan terhadap noise, serta konsumsi energy yang lebih rendah. Perencanaan jaringan dengan menggunakan SFN akan menghasilkan efisiensi spektrum dan location probability yang lebih tinggi, serta adanya network gain yang dapat mengefisienkan penggunaan daya.
Tujuan yang ingin dicapai dengan pembuatan skripsi ini adalah mendapatkan spesifikasi jaringan SFN regional untuk layanan DVB-T dengan coverage yang optimal. Untuk mencapainya, perlu dilakukan sinkronisasi transmitter yang mencakup variasi parameter time delay dan ERP, serta penambahan fill-in Tx sebagai repeater. Aspek perancangan yang dipertimbangkan mencakup skema modulasi, code rate, mode carrier, guard interval, kanal frekuensi, bandwidth, mode penerimaan, coverage probability, serta referensi jaringan yang akan digunakan.
Perancangan ini dilakukan dengan menggunakan software Chirplus_BC di Ditjen Postel. Penempatan Tx dilakukan berdasarkan referensi jaringan, sedangkan parameternya disesuaikan dari aspek perencanaan. Setelah dilakukan sinkronisasi, didapatkan spesifikasi jaringan yang tepat untuk coverage yang optimal dan bebas interferensi.

A lot of problems that found in analog broadcasting necessitate Ditjen Postel as the telecommunication regulator in Indonesia to promptly decides the time to migrate from analog to digital broadcasting. Digital broadcasting standard for television that will be implemented in Indonesia is DVB-T. When planning a network for DVB-T service, SFN method can be implemented. The advantanges of using DVB-T as digital broadcasting are more efficient bandwidth, increased robustness from noise, and lower energy consumption.
Using SFN for network planning also directs to higher spectrum effieciency and location probability, as well as network gain that leads to power efficency.
The purpose of this final paper is to get the regional SFN specification for DVB-T sevice with optimal coverage. To achieve that, the transmitters need to be synchronized, that includes time delay and ERP parameters variation, and fill-in Tx as repeater addition. The designing aspects which are considered include modulation scheme, code rate, carrier mode, guard interval, frequency channel, bandwidth, reception mode, coverage probability, and network reference.
This designing will be executed using the Chirplus_BC software at Ditjen Postel. Tx placement done based on network reference, while the parameters are adjusted according to designing aspects. After synchronization is done, the result is proper network specification for optimal coverage and free from interference."
2008
S40547
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eufrasia Inti Alphatia Putri
"Penelitian ini membahas tentang antena aktif MIMO yang terintegrasi dengan penguat di bagian penerima atau Low Noise Amplifier. Penggunaan antena aktif terintegrasi dapat memenuhi kebutuhan transmisi jarak jauh dimana membutuhkan gain yang tinggi dalam pengiriman sinyal. Antena aktif dapat diintegrasikan dengan dua jenis amplifier yaitu jenis low noise amplifier dan jenis low noise amplifier. Perbedaan yang paling mendasar pada kedua jenis ini adalah power amplifier (PA) diletakkan pada sisi pengirim dan low noise amplifier (LNA) diletakkan pada sisi penerima. Pemasangan amplifier LNA dan PA ini dapat meningkatkan gain, bandwidth dan mengurangi loss yang terjadi pada saluran transmisi jika penguat tidak terintegrasi langsung dengan antena. Pada skripsi ini dilakukan perancangan antena penerima aktif mikrostrip MIMO 2x2 pada frekuensi 2,35 GHz dengan menggunakan amplifier LNA. Low noise amplifier diletakan pada port 2 dan port 4 yaitu pada sisi penerima. Hasil perancangan menghasilkan bandwidth sebesar 733 MHz pada port 2 dan 710 MHz pada port 4, pada port 2 bekerja pada frekuensi 2076-2809 MHz, dan pada port 4 bekerja pada frekuensi 2097-2807 MHz. Adapun gain yang dihasilkan adalah sama pada port 2 sebesar 23,88 dB dan port 4 sebesar 24,09 dB. Noise figure dari hasil perancangan menunjukkan hasil simulasi sebesar 0,561 dB dan faktor kestabilan LNA sebesar 1,195. Hasil pengukuran antena MIMO setelah di fabrikasi menunjukkan bandwidth pada antena 2 sebesar 422 MHz pada frekuensi 2330-2748 MHz, antena pada port 4 bekerja pada frekuensi 2339-2750 MHz dan bandwidth sebesar 413 MHz. Hasil pengukuran gain antena aktif pada port 2 pada frekuensi 2,35 GHz adalah 16,15 dB, dan antena aktif pada port 4 adalah 17,7 dB.
This research is about the design of active integrated antenna, which is amplified in the receiver by using Low Noise Amplifier. The use of active integrated antenna can meet the needs of long distance transmission which need the high gain in the transmission of signals. Active antenna can be integrated with two types of amplifiers, they are power amplifier and low noise amplifier. The most fundamental difference in these types is power amplifier (PA) is placed on the transmitter while the low noise amplifier (LNA) on the receiver. The use of LNA and PA can increase the gain, bandwidth and reduce the loss that occurs from the transmission line if the amplifier is not integrated directly to the antenna. This thesis is conducted to design of an active integrated microstrip antenna MIMO 2x2 receivers at frequency 2.35 GHz using LNA amplifiers. Low noise amplifiers are placed at port 2 and port 4. The simulated bandwidth result is 733 MHz on port 2 and 710 MHz on port 4, port 2 works at frequency 2076-2809 MHz, while port 4 MIMO antenna works at frequency 2097-2807 MHz. The resulting gain on port 2 is 23.88 dB, and 24.09 dB on port 4. Noise figure of the design show simulation results is 0.561 dB and the stability factor result is 1.195. The measurement results show that the bandwidth of the antenna on port 2 is 422 MHz at the frequency of 2330-2748 MHz, the antenna on port 4 show the bandwidth measurement is 413 MHz at the frequency 2339-2750 MHz. The gain measurement results show that the gain antenna on port 2 at the frequency of 2.35 GHz is 16,15 dB, and the active antenna on port 4 is 17,7 dB."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carr, Joseph J.
New York: TAB Books Division of McGRaw-Hill, 1994
R 621.384 CAR p
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmatyar Ridha
"Material substrat memegang peranan penting dalam desain antena, produksi dan penyelesaian dimana mempengaruhi performa dari suatu produk. Metode sederhana dapat dilakukan dengan cara mengganti performa dari suatu produk dimana biaya yang dikeluarkan dalam produksi antena sangat dipengaruhi oleh penggunaan substrat yang digunakan dalam desain. Dengan berkembangnya teknologi, maka kehadiran Flexible Substrat sangat berguna karena efisien, handal, ringan, bentuknya yang dapat dibengkokkan yang saat ini ditanam pada beberapa bahan lainnya seperti tekstil, stiker, bendable display.
Penelitian ini membahas desain fleksibel antena untuk aplikasi yang bekerja pada frekuensi 2,45 GHz dengan tebal 0,3 mm dengan dimensi 31,5 mm x 20 mm. Antena fleksibel ini menggunakan desain antena dipole lipat untuk ditempatkan pada tempat yang terbatas. Hasil pengukuran menunjukkan frekuensi kerja setelah dilakukan pada bahan FR-4 menunjukkan 2,46 GHz , return loss sebesar -24,10 dengan bandwidth 192 MHz untuk VSWR < 2 serta gain sebesar 1,52 dB.
Untuk pengujian fleksibilitas antena, maka antena dilakukan pengukuran dalam kondisi menempel pada permukaan rata dan melengkung sebesar 45 derajat pada material polycarbonate. Pengukuran pada permukaan rata menunjukkan frekuensi yang dihasilkan bergeser menjadi 2,32 GHz dengan return loss -18,88 dB serta ketika dilakukan pada permukaan melengkung didapatkan frekuensi sebesar 2,33 GHz dengan return loss -36,36 dB serta pengaruh material polycarbonate sangat mempengaruhi gain pada kondisi permukaan rata dan juga pada permukaan melengkung yang membuat gain semakin kecil.

Substrate material plays an important role in antenna design, which effect the performamce of each antenna. A simple method can be used to change the performance of the antenna and also the cost for antenna manufacture. The method is by using different substrate for antenna design. With the present of flexible substrate, this has many advantages such as efficient, reliable, light, shaped can be bent which in this era it can be placed in other materials such as textile, sticker, and bendable display.
This research describe the design of flexible antenna for application at resonant frequency 2.45 GHz with thickness 0.3 mm and dimension of the antenna 31.5 mm x 20 mm. Using the folded dipole antenna design to meet for integration in circuit which have limited space. The measurement result show the frequency center with FR-4 materials is 2.46 GHz, return loss -24.10 with bandwidth 192 MHz for VSWR < 2 and gain 1.52 dB.
To understand the flexibility of the antenna, therefore the measurement of the antenna is placed on top of polycarbonate material that from a planar and on the materials with a 45o curved plane. The results of planar measurement show that the frequency has shift to 2.32 GHz with return loss -18.88 dB and when the antenna has been placed on curved plane the frequency is 2.33 GHz with return loss -36.36 dB. Polycarbonate materials has reduce the gain on planar condition and also on the curved plane.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56227
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Widi Astuti
"Antena slot substrate integrated waveguide (SIW) menawarkan solusi dari permasalahan besar dan beratnya dimensi antena pemandu gelombang (waveguide) konvensional dengan kualitas yang bagus. Namun, implementasi antena slot waveguidepada bahan substrat menghadirkan permasalahan persentase lebar pita (fractional bandwidth) yang kecil dikarenakan sifat alami dari tebal substrat yang cuma beberapa mm saja. Antena slot SIW juga menawarkan kemudahan dalam miniaturisasi dimensi antena yaitu dengan cara pemotongan dinding magnetik secara simetris yaitu mempergunakan mode setengah (half mode), seperempat (quarter mode), seperdelapan (eigth mode) dan seterusnya dari dimensi penuh SIW. Namun, semakin kecil dimensi antena slot SIW yang dipergunakan maka kecil persentase lebar pita yang dihasilkan pada resonansi tunggal. Sehingga terdapat analysis gap dari miniaturisasi antena slot SIW dan peningkatan persentase lebar pita. Peningkatan lebar pita dapat dilakukan dengan membuang substrat, kopling antara patch antena dan menggabungkan berberapa mode frekuensi resonansi yang berdekatan menjadi satu.Penelitian yang menggabungkan miniaturisasi antena dan peningkatan persentase lebar pita secara bersamaan masih jarang ditemukan. Masih sedikit juga penelitian yang mendapatkan persentase lebar pita ultra wideband. Sehingga penelitian ini mengembangkan peningkatan persentase lebar pita pada struktur antena SIW mode setengah (HMSIW) dengan menghasilkan empat buah resonansi secara berdekatan. Struktur antena SIW mode setengah dapat memberikan miniaturisasi sampai 50% dari dimensi penuh SIW sedangkan menggabungkan beberapa mode frekuensi resonansi yang berdekatan pada dua rongga SIW mode setengah dapat meningkatkan persentase lebar pita diatas 30%. Penelitian pertama yang telah dilakukan untuk meningkatkan persentase lebar pita adalah menggabungkan mode TE101 dan TE102 pada struktur SIW mode penuh. Penggabungan kedua mode tersebut diperoleh dengan cara memodifikasi slot menjadi bentuk huruf T. Persentase lebar pita yang diperoleh sebesar 3%. Penelitian kedua mempergunakan struktur SIW mode setengah dengan slot segitiga untuk menggabungkan mode TE101 dan TE102. Fabrikasi desain antena ini memberikan hasil pengukuran lebar pita impedansi sebesar 380 MHz di frekuensi 3,66-4,04 GHz pada VSWR = 2, yang artinya antena ini memiliki persentase lebar pita sebesar 9,87%. Antena ini memiliki pola radiasi searah pada bidang H dan bidang E dengan gain pengukuran sebesar 4,2 dBi. Penelitian terakhir yang telah dilakukan adalah menggunakan slot cincin setengah segilima dan kombinasi dua rongga SIW mode setengah. Desain antena ini berhasil mendapatkan empat buah frekuensi resonansi yang terdiri atas kombinasi TE101-dalam, TE102-dalam, TE202-dalam dan TE202-luar. Hasil pengukuran membuktikan bahwa empat resonansi tersebut telah meningkatkan persentase lebar pita sampai 31,83% pada rentang frekuensi 9,14 – 12,6 GHz dengan koefisien pantulan dilebih kecil dari -10 dB. Antena ini memiliki pola radiasi omnidirectional pada bidang H dan unidirectional pada bidang E. Antena ini memiki polarisasi linier dan melingkar dengan gain maksimum pengukuran sebesar 7,62 dBi di frekuensi 10,48 GHz.

Antenna slot substrate integrated waveguide (SIW) offers a solution to the problem of large and heavy dimensions of conventional waveguide antennas with good quality. However, the implementation of the SIW presents the problem of a small fractional bandwidth due to the nature of the substrate thickness which is only a few mm. The SIW slot antenna also offers convenience in miniaturizing the antenna dimensions by symmetrically cutting the magnetic wall using half mode, quarter mode, eighth mode and so on from the full SIW dimension. However, the smaller the dimensions of the SIW slot antenna used, the smaller the fractional bandwidth is achieved at a single resonance. So there is a gap analysis of the antenna slot SIW miniaturization and an increase in fractional bandwidth. Bandwidth enhancement can be accomplished by substrate removal, coupling patch antennas and multi resonant.

Research that combines antenna miniaturization and increasing the fractional bandwidth simultaneously is still rarely found. There are still few studies that get the percentage of ultra wideband bandwidth. Thus, this research develops the fractional bandwidth enhancement in the half mode SIW antenna structure (HMSIW) by resulting four resonances close together. The half-mode SIW antenna structure can provide up to 50% miniaturization of the full SIW dimensions while combining several adjacent resonant frequency modes in two half-mode SIW ports can increase the bandwidth percentage above 30%. The first research that has been done to increase the fractional bandwidth is to combine the TE101 and TE102 modes in the full mode SIW structure. The combination of the two modes is obtained by modifying the slot into the shape of the letter T. The 3% of fractional bandwidth is achieved. The second study used a half-mode SIW structure with triangular slots to combine the TE101 and TE102 modes. The fabrication of this antenna design gives an impedance bandwidth measurement of 380 MHz at a frequency of 3.66-4.04 GHz at VSWR = 2, which means that this antenna has a fractional bandwidth of 9.87%. This antenna has a unidirectional radiation pattern in the H and E planes with a measurement gain of 4.2 dBi. The last research used a half pentagon ring slot and a combination of two half mode SIW cavities. This antenna design has four resonant frequencies that is combination of TE101-inner, TE102-inner, TE202-inner and TE202-outer modes. The measurement results prove that these four resonances have increased the fractional bandwidth up to 31.83% in the frequency range 9.14-12.6 GHz with a reflection coefficient of less than -10 dB. This antenna has an omnidirectional radiation pattern in the H plane and unidirectional in the E plane. This antenna has a linear and circular polarization with a maximum measurement gain of 7.62 dBi at a frequency of 10.48 GHz."

Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Karimah
"Pada jaringan seluler, diperkirakan lebih dari 50% layanan telepon dan lebih dari 70% layanan data berasal dari penggunaan di dalam ruangan. Femtocell, atau yang juga disebut home base station, merupakan access point pada jaringan seluler yang menghubungkan perangkat seluler standar dengan jaringan operator seluler menggunakan Digital Subscriber Line (DSL), koneksi kabel pita lebar fiber optik, maupun teknologi nirkabel. Antena untuk femtocell ini dirancang untuk bekerja pada frekuensi 2,3 GHz -2,4 GHz pada VSWR <2, memiliki impedance bandwidth sebesar 100 MHz, dan memiliki gain tinggi. Beberapa antena satu elemen yang sama disusun agar mendapatkan gain yang cukup tinggi. Hasil pengukuran parameter S11 antena satu elemen menunjukkan antena memiliki bandwidth sebesar 380 MHz pada rentang frekuensi 2,06-2,44 GHz. Hasil pengukuran antena susun memiliki bandwidth sebesar 380 MHz pada rentang frekuensi 2,08-2,46 GHz.

In cellular networks, it is estimated that more than 50% calls and over 70% of data services occur indoors. Femtocells, also known as home base station, are cellular network access points that connect standard mobile devices to a mobile operator’s network using residential Digital Subscriber Line (DSL), cable broadband connections, optical fibres or wireless last-mile technologies. This femtocell antenna is designed to work at frequency 2,3-2,5 GHz for VSWR <2, have 100 MHz Impedance bandwidth, high gain. Several identic single element antenna is arrayed to achieve high gain. From S11 parameter measurement single element has 320 MHZ bandwidth at frequency 2,12-2,47 GHz. From S11 parameter measurement array antenna has 380 MHz bandwidth at frequency 2,08-2,46 GHz."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55351
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Karimah
"Dalam sistem Long Term Evolution, kapasitas penggunaan jaringan telekomunikasi akan sangat meningkat. Peningkatan kapasitas dapat dilakukan dengan memperkecil jarak antara transmitter dan receiver pada sistem LTE. Antena dengan sistem MIMO merupakan salah satu komponen penting dalam sistem LTE.
Pada tesis ini telah dirancang antena MIMO 2x2 pasif dan aktif. Antena MIMO 2x2 pasif bekerja disekitar frekuensi 2,1-2,45 GHz dan memiliki gain sebesar 6,2 dBi. Pada antena MIMO 2x2 aktif, Low Noise Amplifier diintegrasikan dengan antena 3 sedangkan Power Amplifier dihubungkan dengan antena 4.

In Long Term Evolution system, the capacity utilization of telecommunications network will be greatly increased. Increased capacity can be done by minimizing the distance between the transmitter and receiver in the LTE system. Antennas with MIMO system is one of the important components in the LTE system.
In this thesis, is designed a 2x2 MIMO antenna passive and active. 2x2 MIMO antennas passive work around frequency 2.1 to 2.45 GHz and has a gain of 6.2 dBi. In the active 2x2 MIMO antenna, Low Noise aplifier integrated with the antenna 3 while the Power Amplifier is connected to the antenna 4."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T44534
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S39574
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Peranginangin, Ester Ulina Suranta
"Skripsi ini menguraikan hasil penelitian mengenai penatausahaan aset tetap yang dimiliki oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta. Di dalam Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) terdapat aplikasi Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK-BMN). Dengan menggunakan aplikasi SIMAK-BMN ini penatausahaan aset dapat dilakukan. Aset-aset yang dimiliki Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta dapat dicatat dengan baik. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi DKI Jakarta sudah melaksanakan pencatatan aset tetap di dalam aplikasi SIMAK-BMN tetapi belum dicatat dengan baik dan belum sesuai dengan kondisi yang sebenarnya sehingga belum dapat dilakukan penghapusan terhadap aset tetap yang tidak layak pakai lagi.

This is a qualitative research with descriptive design, looking at the administration of fixed assets owned by DKI Jakarta Regional Office of National Land Agency. Reffering to the Central Government Accounting System (SAPP), governmental fixed asset is to be managed in to the Management Information System & Public Good Accounting (SIMAK BMN). The research concludes that DKI Jakarta Regional Office of National Land Authority (BPN) has used SIMAK BMN in its fixed asset administration, yet the technique has not been applied optimally such that the accounting report of fixed assets may not completely reflect real situation, for example unuseable or damaged fixed assets are still not eliminated."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>