Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87411 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Karmila
"Jakarta dengan perkembangan yang terjadi menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan fisik, ditandai dengan berkurangnya ruang hijau dan bertambahnya kuantitas gas polutan di udara. Interpretasi citra landsat ETM7 dan ALOS melalui indeks vegetasi, dikaitkan dengan model allometri biomassa digunakan untuk mengetahui ketersediaan karbon di Jakarta. Pola ketersediaan karbon di Jakarta dari utara (ke arah Tanjung Priok dari Monas) menuju ke selatan Jakarta (dari Monas menuju kea rah Cilandak) menunjukkan peningkatan jumlah, artinya semakin ke selatan semakin banyak dan rapat jumlah vegetasi yang ada. Pola ketersediaan karbon di Jakarta tahun 2001 ke tahun 2006 menunjukkan penurunan di beberapa daerah yakni tepatnya di Kecamatan Kebayoran Lama dan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan dan Kecamatan Makasar Kotamadya Jakarta Timur.

Development that is happening in Jakarta, causing environment physical degradation which marked by decreasing number of green spaces and increasing quantity of pollutant gasses in the air. Interpretation of Landsat ETM7 and ALOS images through vegetation index connected to the allometry biomass model used to knowing the carbon suitability in Jakarta. Carbon suitability pattern in Jakarta from north (to Tanjung Priok from Monas) to the south (form Monas to Cilandak) of Jakarta, show increasing number of carbon suitability, which is mean more south of Jakarta, more number and density of vegetation. Carbon suitability pattern in Jakarta from 2001 to 2006 showed decrease number, this happen in a few area in south and east of Jakarta, precisely on Kebayoran Lama district dan Jagakarsa district, South Jakarta and Makasar district East Jakarta."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S34140
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Donokusumo
"ABSTRAK
Jalak Bali merupakan satwa endemik Pulau Bali dan masuk kategori hewan yang dilindungi. Penurunan populasi jalak bali disebabkan faktor alih fungsi lahan sehingga sumber makan dan tempat bersarang di Taman Nasional Bali Barat berkurang. Persyaratan hidup jalak bali untuk kesesuaian habitat meliputi variabel wilayah ketinggian, jarak dari sungai, tipe vegetasi, jarak dari permukiman dan jarak dari jalan. Dengan menentukan indeks kesesuaian dibantu dengan metode pembobotan dan analisis overlay akan didapatkan wilayah kesesuaian habitat jalak bali. Wilayah yang paling sesuai memiliki karakteristik dataran rendah, berupa vegetasi hutan musim dan savana, dekat dengan sungai dan jauh dari permukiman dan akses jalan.

ABSTRACT
Bali starling is a species endemic of the Bali Island and in the category of protected animals. Bali starling population declines due to land conversion factor so that the source of food and nesting places in the Bali Barat National Park is reduced. Bali starling life requirements for habitat suitability covering altitude region, distance from the river, vegetation type, distance from settlements and distance from the road variable. By determining the suitability index and aided by the weighting method and overlay analysis will be obtained suitability region of Bali starling?s habitat. The most suitable areas for the Bali starling?s habitat has the characteristics of the lowland areas, such as monsoon forest vegetation and savanna, close to the river and away from settlements and roads access."
2015
S59604
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"In order to investigate spatial and temporal variability of dissolved organic carbon 9DOC) and particulate organic carbon (POC) , several samples were collected from five estuaries,inner part and outer part of jakarta Bay...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Azaria
"Pada tahun 1990-an sekitar dua pertiga dari emisi CO2 berasal dari negara-negara maju, namun emisi CO2 berasal dari negara berkembang seperti Indonesia yang merupakan negara nomor enam penghasil emisi terbesar di dunia. Kota Jakarta yang menjadi pusat kegiatan membuat kota Jakarta memiliki penduduk yang semakin banyak dan jumlah kendaraan yang meningkat. Kegiatan manusia salah satunya dalam dapat menghasilkan karbon dioksida dalam jumlah yang besar namun juga dapat menyerapnya kembali dengan adanya keberadaan RTH.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan sebaran ruang terbuka hijau serta hubungannya dengan daya serap emisi karbon dioksida dan emisi karbon dioksida sisa. Metode yang digunakan untuk pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan menetapkan titik sampel emisi di sepuluh kecamatan di Jakarta Selatan dan verifikasi nilai indeks vegetasi. Sebaran ruang terbuka hijau di tiap kecamatan di Jakarta Selatan menggunakan indeks fragmentasi. Variabel daya serap didapatkan dari luas tajuk vegetasi yang didapatkan dari Indeks Vegetasi yaitu LAI Leaf Area Index.
Emisi transportasi didapat dengan mengkonversi jumlah kendaraan dengan persamaan dan emisi dari pernapasan manusia didapatkan dari data jumlah penduduk. Variabel emisi sisa didapatkan dari total emisi dikurang oleh daya serap. Kemudian variabel sebaran ruang terbuka hijau dengan daya serap emisi karbon dioksida dan emisi karbon dioksida sisa dilakukan analisis korelasi menggunakan metode spearman rank untuk mengetahui ada atau tidak hubungan antar variabel.
Hasil dari penelitian ini yaitu adanya hubungan sebaran ruang terbuka hijau yang cenderung mengumpul dengan daya serap emisi karbon dioksida secara signifikan dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.79 tetapi antara sebaran ruang terbuka hijau dan daya serap emisi karbon dioksda dengan emisi karbon dioksida sisa tidak memiliki hubungan yang signifikan dan memiliki hubungan yang negative yang berarti semakin mengumpul ruang terbuka hijau, maka semakin besar daya serap emisi karbon dioksida dan semakin sedikit emisi karbon dioksida sisa.

In the 1990s about two thirds of CO2 emissions came from developed countries, but CO2 emissions come from developing countries like Indonesia, which is the world 39 s sixth largest emitters. The city of Jakarta which became the center of activity makes the city of Jakarta has a growing population and the number of vehicles increased. Human activities are one of them in producing large amounts of carbon dioxide but can also reabsorb it in the presence of green space.
This study aims to determine the relationship of green open space distribution as well as its relationship with the absorption of carbon dioxide emissions and residual carbon dioxide emissions. The method used for sampling is purposive sampling by setting emission sample point in ten sub districts in South Jakarta and verification of vegetation index value. Distribution of green open spaces in each sub district in South Jakarta using fragmentation index. The absorption variable is obtained from the vegetation canopy area obtained from Vegetation Index that is LAI Leaf Area Index.
Transport emissions are obtained by converting the number of vehicles with equations and emissions from human respiration obtained from population data. The residual emission variables obtained from total emissions are reduced by absorption. Then the variables of green open space distribution with the absorption of carbon dioxide emission and residual carbon dioxide emission are done by correlation analysis using spearman rank method to know whether or not the relationship between variables.
The result of this study is the relationship of green open spaces that tend to accumulate with the absorption of carbon dioxide emissions significantly with the value of correlation coefficient of 0.79 but between the green open space distribution and absorption capacity of carbon dioxide emissions with residual carbon dioxide emissions have no significant relationship and have a negative relationship which means getting the green open space, the greater the absorption capacity of carbon dioxide emissions and the less carbon dioxide emissions remaining.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lintang Ayu Kencana
"Sel tunam merupakan salah satu energi alternatif yang potensial untuk dikembangkan mengingat potensi dan jenis sumber energi yang terbarukan. Salah satu jenis sel tunam adalah Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell (PEMFC). Pada PEMFC terdapat komponen penting yang disebut dengan pelat bipolar. Pelat bipolar memiliki prosentase terbesar dalam berat dan biaya pembuatan sel tunam. Pada penelitian ini dibuat pelat bipolar karbon komposit dengan 80%wt matriks dan penguat yang terdiri dari 90-100% wt grafit dapur busur listrik (EAF) dan 0-10% wt carbon black FEF 550 dan 20%wt polimer sebagai pengikat yang terdiri dari epoksi resin dan pengeras dengan perbandingan 1:1. Pembuatan pelat bipolar ini dengan variabel penambahan 0-10%wt carbon black FEF 550 yaitu 0;2,5;5;7,5 dan 10%wt carbon black FEF. Proses pencampuran menggunakan pengaduk berkecepatan tinggi dengan kecepatan 28.000 rpm dan dicetak menggunakan metode cetak kompresi dengan tekanan 55 MPa, suhu 100°C, selama 4 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi optimum terdapat pada 10%wt carbon black FEF 550 dimana dihasilkan nilai densitas sebesar 2,34 gr/cm3, porositas 2,39%, kekuatan fleksural 30,06 MPa, dan konduktivitas listrik 6,52 S/cm.

Fuel cell is one of the potentially alternative energy to be developed due to its potential and kind as renewable energy sources. Fuel cell has many types and one of them is PEMFC (Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell). Bipolar plate is one of main components in PEMFC which have the largest percentage in fuel cell weight and production cost. In this study, the bipolar plate materials made from carbon composites. Constituent materials carbon composites are 80wt% matrix and reinforcement, consist of 95wt% Graphite EAF (Electric Arc Furnace) and 0-10%wt carbon black FEF 550 and 20% polymer as binder consist of epoxy resin and hardener with ratio 1:1. The addition variabels 0-10%wt of carbon black FEF 550 are 0;2,5;5;7,5 and 10%wt. The mixing process used high-speed mixer with mixing speeds 28.000 rpm and to form the plate used compression molding with pressure 55 MPa, 100°C, for 4 hours. The test results showed that the maximum composition was 10%wt carbon black FEF 550 which values are density 2,34 gr/cm3, porosity 2,39%, flexural strength 30,06 MPa and electric conductivity 5,52 S/cm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S53503
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Kartika Sari
"Karbon aktif kulit buah pisang dapat digunakan sebagai prekursor CNT dikarenakan kandungan karbon pada kulit buah pisang sebesar 41,37%. Pada penelitian ini, campuran karbon aktif kulit buah pisang dan minyak mineral 2% disintesis menjadi CNT dengan melibatkan deposisi katalis Fe. Metode sintesis CNT yang digunakan adalah metode pirolisis yang difokuskan pada pengaruh suhu dan waktu reaksi. CNT dianalisis dengan menggunakan Fourier Transform Infra Red (FTIR), X-Ray Diffraction (XRD), dan Transmission Electron Microscopy (TEM). Suhu reaksi 1200°C menyebabkan minyak mineral tidak berfungsi dengan baik dan katalis teracuni. Waktu reaksi yang lebih dari 60 menit menyebabkan terjadinya deaktivasi katalis Fe. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suhu dan waktu reaksi terbaik untuk sintesis CNT adalah 1100°C dan 60 menit.

Banana peel activated carbon can be used as CNT’s precursor because it has carbon content of 41, 37%. In this experiment, banana peel activated carbon mixed with 2% mineral oil is synthesized to produce CNT which involves Fe catalyst deposition. CNT were synthesized by pyrolysis method which focused on reaction temperature and time effect. CNT were analyzed by Fourier Transform Infrared (FTIR), X-Ray Diffraction (XRD) and Transmission Electron Microscopy (TEM). Mineral oil is not functioning properly and catalyst poisoning at 1200°C. Furthermore, especially under reaction time more than 60 minutes make Fe catalyst to deactivate. These results demonstrate that the best reaction temperature and time for CNT synthesis were 1100°C and 60 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54591
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Wahyu Untari
"Konsumsi rumah tangga memberikan kontribusi sebesar 72% terhadap emisi GRK global sehingga diperlukan upaya pengendalian, salah satunya melalui studi jejak karbon rumah tangga. Penelitian yang dilakukan di Kecamatan Kelapa Gading ini bertujuan untuk menghitung rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Kelapa Gading, mengidentifikasi aktivitas dan faktor yang mempengaruhi jejak karbon rumah tangga tersebut, serta memberikan rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan kalkulator Carbon Footprint Ltd. yang memperhitungkan aktivitas konsumsi energi, transportasi, serta konsumsi barang dan jasa. Pengumpulan data dilakukan secara random-purposive sampling menggunakan kuesioner dimana data kemudian dianalisis secara statistik deskriptif dan regresi linear berganda. Penelitian dilakukan selama masa pandemi COVID-9 dengan pemberlakuan kebijakan PPKM tingkat 3. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata jejak karbon rumah tangga di Kecamatan Kelapa Gading sebesar 1,77 MT CO2e per rumah tangga per bulan dengan dominasi oleh sektor energi (0,71 MT CO2e per rumah tangga per bulan) diikuti oleh sektor konsumsi barang dan jasa (0,66 MT CO2e per rumah tangga per bulan) serta transportasi (0,4 MT CO2e per rumah tangga per bulan). Jejak karbon rumah tangga tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain penghasilan keluarga (r = 0,54 ; Sig = 3,45 x 10-9), ukuran keluarga (r = 0,31 ; Sig = 0,02), dan pola makan (r = 0,37 ; Sig = 0,01). Penghasilan keluarga menunjukkan korelasi yang sedang (r = 0,54) terhadap jejak karbon rumah tangga sementara ukuran keluarga (r = 0,31) dan pola makan (r = 0,37) menunjukkan korelasi yang rendah terhadap jejak karbon rumah tangga. Beberapa rekomendasi pengendalian jejak karbon rumah tangga yang ditawarkan antara lain pembuatan kebijakan konsumsi energi, optimasi penggunaan sumber energi terbarukan, konsumsi ekoefisien, serta perubahan gaya hidup rumah tangga yang intensif karbon.

Household consumption contributes 72% to global GHG emissions. Thus, control efforts are needed, one of which is through a household carbon footprint study. This research, which was conducted in Kelapa Gading District, aims to calculate the average household carbon footprint in Kelapa Gading District, identify activities and factors that affect the household's carbon footprint, and provide recommendations for controlling the household carbon footprint. Calculations were made using a calculator from Carbon Footprint Ltd. which takes into account the energy consumption, transportation, and consumption of goods and services activities. Data was collected using a random-purposively using questionnaire where the data were then analyzed using descriptive statistics and multiple linear regression. The study was conducted during the COVID-9 pandemic with the implementation of the PPKM level 3 policy. Based on the results of the study, the average household carbon footprint in Kelapa Gading District was 1.77 MT CO2e per household per month with the dominance of the energy sector (0 ,71 MT CO2e per household per month) followed by the consumption of goods and services sector (0.66 MT CO2e per household per month) and transportation (0.4 MT CO2e per household per month). The household's carbon footprint was influenced by several factors, including household income (r = 0.54 ; Sig = 3.45 x 10-9), household size (r = 0.31 ; Sig = 0.02), and diet (r = 0.37 ; Sig = 0.01). Household income showed a moderate correlation (r = 0,54) to the household carbon footprint while household size (r = 0,31) and diet (r = 0,37) showed a low correlation to the household carbon footprint. Several recommendations for controlling household carbon footprints were offered, including making energy consumption policies, optimizing the use of renewable energy sources, eco-efficient consumption, and changing carbon-intensive household lifestyles."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mario Ernst Belseran
"Isu perubahan iklim menjadi perhatian dunia dimana salah satunya peningkatan suhu udara akibat dari emisi gas rumah kaca. Perubahan iklim ini diakibatkan oleh gas-gas dalam atmosfer salah satunya yaitu CO2. DKI Jakarta sebagai ibukota memiliki jumlah penduduk yang padat dengan berbagai macam penggunaan lahan yang ada. Penggunaan lahan yang di dominasi oleh permukiman mengakibatkan berkurangnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berfungsi untuk menyerap CO2 di atmosfer. Intepretasi citra SPOT-7 digunakan untuk mengetahui tingkat kehijauan vegetasi pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) dengan menggunakan indeks vegetasi NDVI, EVI, GNDVI dan OSAVI.
Pengukuran diameter dan tinggi pohon juga dilakukan untuk mendapatkan nilai biomassa yang akan dijadikan nilai serapan CO2. Nilai serapan CO2 yang tersebar di DKI Jakarta diklasifikasikan menjadi tiga kelas yaitu tinggi, sedang dan rendah. Pola sebaran dari nilai serapan CO2 pada RTH di DKI Jakarta di dominasi pada kelas sedang dengan pola persebaran berada di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Pola sebaran Ruang Terbuka Hijau (RTH) di DKI Jakarta tersebar secara acak dan lebih mendominasi di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.

The issue of climate change become world attention where one of them increase in air temperature due to greenhouse gas emissions. This climate change is caused by gases in the atmosphere, one of which is CO2. DKI Jakarta as the capital has a dense population with a variety of existing land use. Land use that is dominated by settlements resulting in fewer green space, which functions to absorb atmospheric CO2. Image interpretation SPOT-7 is used to determine the level of greenness of vegetation on a green space using the vegetation index NDVI, EVI, GNDVI and OSAVI.
Measuring the diameter and height of trees were also performed to obtain the value of biomass that will be used as the CO2 absorption value. The CO2 absorption value that spread in Jakarta are classified into three classes: high, medium and low. The distribution pattern of CO2 absorption value at green space in Jakarta dominance in the medium class with the distribution pattern is located in South Jakarta, East Jakarta, North Jakarta and West Jakarta. The distribution pattern of green space in Jakarta scattered randomly and more dominate in East Jakarta and South Jakarta.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S65145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Cultured sporophytic thalli of Undaria pinnatifida were collected at different periods of the year from Okkirai Bay, northeastern Japan
.."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hitomi Hadinuryana
"Jakarta memiliki komitmen menurunkan emisi untuk mencapai tujuan menjadi kota dengan emisi rendah karbon. Pemerintah provinsi DKI Jakarta telah memiliki kebijakan Rencanan Pembangunan Rendah Karbon Daerah (RPRKD) dalam upaya menurunkan emisi gas rumah kaca untuk menjadikan Jakarta sebagai kota yang berkelanjutan. Namun saat ini Jakarta masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sistem energi nasional. Untuk itu perlu dilakukan riset pemodelan dekarbonisasi sistem energi dari sisi suplai dan permintaan dengan peningkatan bauran teknologi yang efisien dan penggunaan energi terbarukan agar Jakarta dapat menjadi kota yang memiliki emisi CO2 yang rendah. Pemodelan sistem energi dilakukan dengan pendekatan optimisasi teknologi bottom-up menggunakan perangkat lunak TIMES. Skenario Low Carbon Scenario (LCS) pada optimisasi penelitian ini dapat menurunkan emisi paling signifikan, dimana penurunan emisi mencapai 40,92% emisi sebesar 11.167 kt CO2 pada tahun 2050. Biaya investasi teknologi pada skenario LCS adalah sebesar 21.995 miliar USD pada tahun 2050, dengan peta jalan sisi pengguna yaitu penggunaan lampu LED untuk penerangan, AC inverter untuk pendinginan, kompor listrik untuk memasak, penerapan kebijakan bangunan hijau untuk sektor bangunan, kendaraan listrik pada sektor transportasi, penggunaan rooftop solar PV, pembangkit PLTSa, dan CCHP pada sisi suplai listrik.

Jakarta has a commitment to reduce emissions and become a low-carbon city. The provincial government of DKI Jakarta has implemented the Low Carbon Regional Development Plan (RPRKD) to lower greenhouse gas emissions and promote sustainability in the city. However, Jakarta still heavily relies on the national energy system. Therefore, research is necessary to model the decarbonization of the energy system, considering both the supply and demand sides. This research focuses on increasing the adoption of efficient technologies and renewable energy sources to achieve low CO2 emissions in Jakarta. The energy system modeling employs a bottom-up technology optimization approach using TIMES software. The Low Carbon Scenario (LCS) identified in this research optimization yields the most significant reduction in emissions. It predicts a decrease of 40.92%, equivalent to 11,167 kt CO2 emissions by the year 2050. The estimated investment cost for the required technologies in the LCS scenario is $21.995 billion in 2050. The roadmap for the LCS scenario encompasses the use of LED lighting, inverter air conditioners, electric stoves, the implementation of green building policies in the building sector, the high adoption of electric vehicles for transportation, the utilization of rooftop solar photovoltaic (PV) systems, Waste to Electricity (WtE) power plants, and Combined Cooling, Heating, and Power (CCHP) systems for electricity supply."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>