Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 87866 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Blessy Trynandha
"Skripsi ini membahas adanya representasi identitas budaya tertentu yang disampaikan melalui humor dalam karikatur karya Loriot yang terangkum di buku Männer und Frauen passen einfach nicht zusammen. Pembahasan ini dilakukan secara deskriptif dan bersifat argumentatif, dengan menggunakan metode studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kumpulan karya Loriot ini terdapat representasi identitas budaya berdasarkan gender dan kelas sosial, serta kritik terhadap stereotip yang menyertai kedua identitas budaya tersebut. Kritik yang dimaksud disampaikan melalui ironi dan satir yang menimbulkan humor sehingga menarik perhatian pembacanya, sekaligus mengajak pembacanya untuk merefleksikan kembali penerapan stereotip-stereotip tersebut di masyarakat.

The focus of this study is on the representation of cultural identity in Loriot?s work: Männer und Frauen passen einfach nicht zusammen, which presented in the form of caricatures. The purpose of this study is to prove that Loriot used humor to represent the cultural identities based on gender and social class, and eventually criticize it. His critic served in the form of irony and satire, which are funny and in the same time make the readers of his work conscious about the stereotypes and reconsider the application of stereotypes in community. This study will use the framework of analyze."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S14598
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Wulandari Ratnaningsih
"Kemampuan yang dimiliki oleh perempuan untuk melahirkan, demikian juga dengan keahlian mengurus rumah tangga, telah dijadikan suatu penanda untuk membedakan laki-laki dan perempuan. Hal ini lalu dijadikan alat untuk mengidentifikasi identitas dan pribadi peermpuan sebagai individu. Kapasitas yang dimiliki perempuan terkait dengan peran domestiknya juga sering dikaitkan dengan karakter perempuan yang cenderung tidak kompetitif dan berbagai persepsi lainnya yang bersifat merendahkan. Penilaian ini kemudian dianggap sebagai suatu yang alamiah Dalam hal ini, alam dijadikan alat legitimasi utuk mempertahankan status quo bahwa perempuan itu inferior. Mengingat alam berada di luar kendali manusia, maka tidak ada yang dilakukan untuk mengubah sesuatu yang bersifat alamiah. Kapasitas reproduksi perempuan semakin mendekatkan perempuan dengan peran dan fungsi domestiknya dalam kehidupan rumah tangga dan dijadikan alat untuk menentukan peran dan kedudukan perempuan secara sosial di dalam masyarakat. Skripsi ini membahas masalah identifikasi dan representasi perempuan terkait dengan peran mereka sebagai ibu atau istri dalam suatu relasi domestik khususnya dalam lingkup masyarakat patriarkal.

Womens ability to bear and suckle children, as well as to maintain the household, has been seen as not only marking out their difference from men, but also as generating within women a distinctively female identity and personality. Women_s reproductive capacity is also linked with character traits of nurturance, lack of competitiveness, and so on. Nature is frequently invoked to account for womens difference from men, but also to set up a natural link between bearing a child and bringing up that child. Women_s reproductive capacity, therefore, is seen to determine their proper social roles. Nature in this sense is a powerful legitimating tool for maintaining the status quo. Since nature is outside of human control, this type of argument suggests, there is nothing that can be done to alter it. Thereby motherhood is still largely as a given fact rather than as the possible outcome of specific social processes because it is often seen as a natural outcome of biologically given gender differences. This thesis is concerned with the identification, representation of women with motherhood, with the links made between being a woman and being a mother or a wife doing domestic activities within the household, especially in the male dominated culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S14973
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Yuniawati
"Kripsi ini menggunakan teori representasi sebagai alat analisis. Skripsi ini berusaha untuk menjawab pertanyaan: bagaimana identitas budaya dan diaspora imigran Turki dipresentasikan dalam masyarakat Jerman. Dalam novel Yildiz Heisst Stern digambarkan bahwa representasi identitas budaya imigran Turki sangat terkait dengan Stereotip-stereotip mereka yang dipandang sebagai 'kebenaran' oleh masyarakat Jerman (kelompok mayoritas). Pada akhrirnya, stereotip-stereotip ini menjadi 'pemisah' antara imigran Turki sebagai kelompok minoritas dan masyarakat Jerman. Imigran Turki kemudain membentuk komunitas sendiri, yang disebut 'komunitas diaspora'. Mereka menggunakan komunitas ini sebagai simbol dari eksistensi budaya mereka, yaitu budaya Turki. Dalam skripsi ini, mereka disebut ;generasi kdua' yang terdiri dari anak atau cucu dari imigran Turki pertaman yang datang ke Jerman sebagai 'pekerja tentu'. Beberapa 'kejadian' yang menimpa mereka di dalam lingkungan Jerman, seperti diskriminasi, telah membangkitkan 'mitos bersama' dan identitas budaya mereka sebagai orang Turki sehingga akhirnya, mereka menjadi 'komunitas diaspora'.

Abstract
using the representation theory as the tool to analyze, this thesis try to answer this question: how the cultural identity and diaspora of the Turkish immigrant in German siciety are represented. the novel "Yildiz Heisst Stern" by Isolde Heyne describes, the representation of the Turkish immigrants's cultural identity related to their stereotypes. These stereotypes are seen as 'the truth' by the German society (major society). In the end, these stereotypes will cause the Turkish immigrant (minor society) and the Germn society to seperate. As the result, the Turkish immigrants use this community, called 'community of diaspora'. The Turkish immigrants use this cummunity as the symbol of their cultural existence. In this community, every Turkish immigrant retains their cultural root, which is Turkish culture. Here, they are called 'the second generation'. They are the children or grand children of the first Turkish immigrants, who came to Germany as guestworkrs. They belong to the community of diaspora because certain events that happened to them, for example discrimination, have awaked their 'joint myth' and cultural identity as the Turkish immigrant."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S15015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nevo Kurniawati
"Skripsi ini membahas tentang representasi dan identitas budaya imigran Turki yang tinggal di Jerman. Data utama yang dianalisis dalam skripsi ini adalah novel satir yang berjudul Lieber Onkel _mer: Briefe aus Alamanya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kepustakaan. Teori utama yang digunakan adalah teori Identitas Budaya oleh Stuart Hall. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa identitas budaya imigran Turki bersifat cair dan tidak tetap. Identitas budaya mereka akan selalu berubah untuk memudahkan mereka beradaptasi dengan keadaan.

This study is about the representation of cultural identity of the Turkish immigrants who lived in Germany. The main data used in this study is a satirical novel entitled Lieber Onkel _mer: Briefe aus Alamanya. Literature research is used to analyze the problem on this study is. The main theories used is Cultural Identity by Stuart Hall. The result shows the fluidity and inconstancy of cultural identity of Turkish immigrants. Their cultural identity will always change, therefore they can adapt with certain situation easier."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S14974
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzi Kindy Budiyono
"ABSTRAK
Penelitian ini berfokus pada sebuah artikel berjudul Mesut Ozil und Ikay Gundogan: nicht besonders schlau yang ditulis oleh Christian Spiller dalam surat kabar Jerman, die Zeit, pada tanggal 14 Mei 2018 di laman daringnya. Penelitian ini menggunakan teori analisi wacana kritis model Teun A. van Djik untuk menganalisis wacana serta elemen elemen linguistik yang ada di dalamnya, penelitian ini menampilkan ujaran kebencian terhadap Ozil dan Gundogan, serta kritik terhadap mereka, baik dalam bentuk eksplisit maupun implisit. Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini selain adanya ujaran kebencian terdapat juga beberapa kritik yang memojokan Ozil dan Gundogan yang dipengaruhi oleh wacana rasisme, serta wacana imigran di Jerman.

ABSTRACT
This study focuses on an article entitled Mesut Ozil und Ikay Gundogan: nicht besonders schlau written by Christian Spiller in the German newspaper, Die Zeit, on May 14, 2018 on its online page. This research uses Teun A. van Djik s theory of critical discourse analysis to analyze the discourse and elements of linguistic elements in it, this research shows the utterance of hatred towards Ozil and Gundogan, as well as criticism of them, both in explicit and implicit forms. The conclusions obtained from this study in addition to the existence of hate speech there are also some criticisms which discredit Ozil and Gundogan which are influenced by the discourse of racism, as well as the discourse of
immigrants in Germany."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gratz, Frank
Munchen : Wilhelm Heyne Verlag, 1974
Jer 331.4 Gra b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Pratama
"Kuliner tidak hanya menjadi sekedar makanan dan minuman saja tetapi lebih dari itu bertransformasi menjadi sebuah kajian gastronomi kuliner yang menitikberatkan pada aspek sejarah, nilai nilai, filosofi, cita rasa dan komponennya. Pengkajian permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini terkait identitas budaya gastronomi kuliner Jawa dalam kelima lagu karya Ki Narto Sabdo. Metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan objektif terhadap penerapan teori Gastronomi Kuliner Santich, dan Representasi Identitas Budaya Stuart Hall. Hasilnya, representasi identitas budaya gastronomi kuliner Jawa terbangun atas komponen gastronomi kuliner seperti bahan, cara pembuatan, bentuk, cita rasa, warna, nilai nilai dan manfaat. Kelima kuliner tidak mengandung semua komponen tersebut dalam satu lagu melainkan hanya beberapa komponen. Komponen gastronomi dalam setiap lagu menjadi ciri khas tersendiri pada kuliner tersebut. Selain itu, representasi identitas budaya gastronomi kuliner Jawa juga terepresentasikan dalam ekspresi diri masyarakat Jawa melalui unen-unen dan wewaler. Kesimpulannya ialah representasi identitas budaya gastronomi kuliner Jawa dalam lagu tersebut terbangun atas kecerdasan berpikir masyarakat Jawa yang tertuang dalam unen-unen dan wewaler yang terafiliasi dengan keunikan serta ciri khas masing-masing kuliner menjadikan keberagaman khazanah kuliner Jawa.

Culinary not only becomes just food and drink but more than that transformed into a study of culinary gastronomy that focuses on aspects of history, values, philosophy, taste and its components. The study of the problems discussed in this research is related to the cultural identity of Javanese culinary gastronomy in the five songs by Ki Narto Sabdo. Descriptive qualitative method with an objective approach to the application of Santich's Culinary Gastronomy theory, and Stuart Hall's Cultural Identity Representation. As a result, the representation of Javanese culinary gastronomy cultural identity is built on culinary gastronomy components such as ingredients, method of preparation, shape, taste, color, value and benefits. The five cuisines do not contain all these components in one song but only some components. The gastronomic components in each song characterize the culinary. In addition, the representation of Javanese gastronomic cultural identity is also represented in Javanese self-expression through unen-unen and wewaler. The conclusion is that the representation of Javanese culinary gastronomic cultural identity in the song is built on the intelligence of Javanese thinking contained in unen-unen and wewaler which is affiliated with the uniqueness and characteristics."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Izza Namira
"Terlepas dari perkembangannya yang pesat hingga saat ini, jurnalisme perjalanan masih dianggap tidak serius dibandingkan dengan karya jurnalisme lainnya. Padahal, jurnalisme ini memiliki satu dimensi yang membedakannya dengan yang lain, yaitu representasi budaya. Jurnalisme perjalanan memiliki fungsi untuk menggambarkan budaya dari tempat yang dikunjungi kepada khalayaknya. Namun, fungsi ini masih belum sepenuhnya dijalankan. Berbagai literatur dan penelitian terdahulu mengatakan bahwa jurnalis masih sering mengabaikan dimensi ini dalam karya mereka. Melihat kecenderungan tersebut, jurnal ini membahas bagaimana representasi budaya yang seharusnya dijalankan oleh para jurnalis. Melalui studi literatur yang dilakukan, terdapat empat aspek utama dari representasi budaya, yaitu memberikan suara kepada masyarakat lokal, mendeskripsikan destinasi, menjelaskan kebudayaan dan maknanya, serta memperbaiki stereotip dan prasangka. Keempat aspek tersebut diiringi dengan perspektif yang kritis dalam mindset jurnalis untuk dapat membuat karya jurnalisme perjalanan yang akurat dan dapat memberikan pendidikan kepada publiknya. Dengan demikian, karya tersebut dapat membantu khalayak untuk memahami budaya dan keunggulan dari tempat yang dikunjungi, serta mengurangi perasaan 'us' versus 'them'.

Despite the rapid development until today, travel journalism is still being seen less serious than other kind of journalism. However, this journalism actually has one different dimension, that is cultural representation. Travel journalism has a function to depict the culture from where the journalist travel to. In contrary, this function has not yet fully implemented in many of travel journalism works. Many literatures and researches explain that journalists often ignore this dimension in their works. Seeing this trend, this journal will discuss how cultural representation should be done by journalists. Based on the literature studies that has been done, there are four main aspects of cultural representation. Those are giving voice to the locals, describing destinations, explaining the cultures and its meaning, and ameliorating stereotypes and prejudices. Those four aspects should be accompanied by critical perspective in journalists’ mindset in order to make more accurate travel journalism works and also provide education to the public. Therefore, it can help the public to understand other cultures as well as the destinations, and to decrease the feeling of 'us' versus 'them'."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Sherien Sabbah
"Tesis ini membahas permasalahan nama dan identitas budaya dalam konteks keberagaman budaya. Masalah identitas dalam konteks keberagaman budaya terjadi karena adanya perbedaan budaya dan benturan antara budaya imigran dengan budaya dominan. Krisis identitas terjadi akibat konflik dalam memaknai identitas di tengah perbedaan budaya. Novel ini menunjukkan bagaimana di tengah keberagaman budaya, setiap tokoh pada akhirnya dapat melakukan negosiasi, mengalami perubahan dan pembentukan identitas baru serta melakukan perpindahan secara dinamis.

The Focus of this study is about naming and cultural identity in a cultural diversity context. Identity problem occurs in a cultural diversity world because of differences that exist and cultural clashes that happens between the imigrant culture and the dominant culture in a multicultural world. Conflict in defining identity in the midst of cultural difference causes identity crisis. In the end, this novel shows how each character can negotiate differences, reinvent identity and move dynamically between spaces."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T25305
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Dwika Artati
"Makalah ini merupakan analisis identitas budaya dalam “De Veertigste Dag” Karya Frans Lopulalan. Tujuan makalah ini memaparkan bagaimana identitas budaya generasi kedua orang Maluku di Belanda, yang digambarkan melalui tokoh utama ik (Frans) dalam ”De Veertigste Dag”. Makalah ini menggunakan teori identitas budaya being and becoming dari Stuart Hall.

This paper is an analysis of cultural identity in Frans Lopulalan’s “De Veertigste Dag”. The Purpose of this paper explain about cultural identity of the Moluccas’ second generation in The Netherland, described by the protagonist ik (Frans) in “De Veertigste Dag” . This paper uses theory being and becoming of cultural identity from Stuart Hall
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>