Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 129114 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ery Murniasih
"Pembangunan sektor kehutanan secara komersial dan besar-besaran mulai dilakukan pada akhir tahun 1960-an dan paling tidak hingga sebelum krisis ekonomi melanda Indonesia mulai pertengahan tahun 1997, industri berbasis kehutanan tumbuh dengan pesat. Salah satu industri berbasis kehutanan yang paling berkembang diantara industri pengolahan kayu adalah industri kayu lapis.
Pada awalnya pertumbuhan output yang dihasilkan oleh industri ini mampu melebihi kapasitas terpasang produksinya. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, pertumbuhan produktivitas yang terjadi menunjukkan hasil yang menurun. Penelitian ini mencoba untuk menganalisa faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi pertumbuhan produktivitas total faktor (TFP) pada industri kayu lapis di Indonesia selama periode 1993-1999. Berdasarkan regresi yang dilakukan dengan menggunakan hasil perhitungan pertumbuhan TFP dengan metode growth accounting, dapat disimpulkan bahwa pendapatan perkapita, inflasi, penjualan, umur perusahaan, harga kayu lapis untuk pasar domestik maupun untuk pasar ekspor secara statistik mempengaruhi pertumbuhan TFP industri kayu lapis di Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Estriastuti Nur Aisyah
"Industri mebel Klender adalah salah satu sentra produksi mebel yang berada di Jakarta. Penelitian ini mengkaji pola keruangan klaster industri mebel Klender berdasarkan tiga klasifikasi industri mebel yaitu industri mebel besar, sedang dan kecil menggunakan variabel jumlah dan asal tenaga kerja, asal bahan baku industri mebel, lokasi usaha pendukung, dan modal usaha. Dalam penelitian ini, dengan menggunakan teknik Stratified Random Sampling menghasilkan 104 sampel.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pengklasteran industri mebel Klender belumlah sesuai dengan teori yang dikemukakan Porter. Asal tenaga kerja industri mebel Klender berasal berasal luar klaster Klender. Modal usaha hanya berasal dari masing masing pengusaha mebel. Hubungan yang terbentuk di dalam klaster mebel Klender adalah hubungan horizontal dan hubungan secara tidak langsung yang terjalin dalam penggunaan fasilitas maupun proses pemenuhan kebutuhan industri. Berdasarkan hal tersebut, maka klaster belum dapat memberikan dampak pada masing masing industri mebel besar, sedang dan kecil.

Klender furniture industry is one of the furniture production center was known in Jakarta. This study examines spatial patterns of industrial clusters based on three classification Klender furniture furniture industry furniture industry is large, medium and small using a variable amount and origin of labor, raw materials from the furniture industry, supporting the business locations and venture capital. In this study, using Stratified Random Sampling technique to produce 104 samples.
The results show that clustering is not yet appropriate Klender furniture industry. Originally Klender furniture industry workforce comes from outside the cluster Klender. Venture capital only from each employer furniture. Relationships formed within the furniture cluster Klender is horizontal linkages and indirect relationships that exists in the use of facilities and processes meet the needs of industry. Based on this, the cluster has not been able to affect the furniture industry each large, medium and small.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S851
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Talitha Fauzia Chairunissa
"Eksistensi industri rokok semakin menimbulkan dilema. Tidak dapat dipungkiri bahwa industri rokok secara konsisten menyumbangkan porsi yang cukup besar bagi APBN Indonesia dari tahun ke tahun, dengan jumlah yang besar, yaitu lebih kurang 40 triliun rupiah untuk tahun 2007 ini, ditambah lagi dengan penyerapan tenaga kerja yang tidak sedikit. Namun, kenyataan bahwa produk rokok adalah produk yang berbahaya dan menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan, karena menjadi penyebab dari 5 juta kematian per tahun, membuat dunia tidak dapat menutup mata. Menanggapi permasalahan tersebut, WHO pada tahun 1999, menginisiasikan Framework Convention of Tobacco Control (FCTC), yang merupakan kesepakatan internasional mengenai pengaturan dan pengendalian tembakau bagi negara-negara anggotanya. Namun, Indonesia sebagai salah satu negara produsen dan konsumen rokok terbesar di dunia, menolak untuk menandatangani dan meratifikasi poin-poin FCTC, bahkan tidak memasukkan isu tersebut ke dalam Program Legislasi Nasional selama masa pemerintahan berjalan, dan mengesampingkan kenyataan bahwa lebih dari setengah anggota DPR-RI telah menyetujuinya. Adapun alasannya adalah karena pemerintah khawatir akan banyak tenaga kerja yang kehilangan pekerjaannya, dan akan berkurangnya pemasukan dari cukai, karena salah satu poin dalam kesepakatan FCTC adalah menaikkan cukai dan pelarangan beriklan bagi perusahaan rokok.Melalui penelitian ini, penulis mencoba menganalisis pengaruh cukai dan kebijakan pengendalian tembakau terhadap kinerja, pertumbuhan dan kemampuan perusahaan dalam industri rokok untuk bertahan. Penetapan cukai dan kebijakan pengendalian tembakau yang efektif, secara umum akan berdampak negatif dan signifikan terhadap kinerja, pertumbuhan dan ketahanan dari perusahaan. Di dalam penelitian ini, ditemukan bahwa penetapan cukai selama ini cukup efektif, karena memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kemampuan perusahaan untuk bertahan, namun tidak pada tingkat pertumbuhan, tak terkecuali labor growth. Hal tersebut menjawab kekhawatiran pemerintah mengenai banyaknya pekerja yang akan kehilangan pekerjaannya. Penetapan kebijakan pengendalian tembakau justru terbukti tidak efektif, karena memiliki pengaruh yang positif (beberapa di antaranya) signifikan terhadap kemampuan perusahaan untuk bertahan, serta hanya memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap productivity growth perusahaan. Terdapat juga penemuan-penemuan lain di dalam penelitian ini, seperti kecenderungan perusahaan rokok putih untuk memiliki kemampuan untuk bertahan yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan rokok kretek, adanya dugaan kerja sama antara perusahaan-perusahaan dalam industri rokok dengan BPPC, dan tidak berpengaruhnya pendidikan tinggi masyarakat terhadap pertumbuhan dan kemampuan perusahaan untuk bertahan. Secara umum, penelitian ini menerima teori Evans, Jovanovic, dan Dunne-Hughes. Di samping itu, teori Gibrat juga tidak terbukti di dalam penelitian ini."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rusmaina Lenggogeni
"IPTN sebagai ujung tombak industri strategis di Indonesia ternyata tidak menunjukkan kinerja yang memuaskan. Fasilitas proteksi yang diberikan pemerintah, yang tentu saja menimbulkan distorsi dalam perekonomian, tidak memacu IPTN untuk berkembang secara internasional. Karena itu skripsi ini mencoba menganalisis keberadaan IPTN sebagai salah satu industri strategis di Indonesia, apakah industri ini memang feasible untuk didirikan di Indonesia dan apakah proteksi yang diberikan penierintah memang layak. Untuk itu, penulis menggunakan beberapa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan Direktorat Komersial, Direktorat Teknologi dan Bagian Humas IPTN, sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai sumber kepustakaan yang ada. Untuk mengnalisis permasalahan ini, maka penulis menggunakan kerangka teori industri strategis yang disusun oleh Paul Krugman dan Barbara J. Spencer, serta didukung oleh teori persaingan kompetitif dari Michael Poater. Dari basil penelitian yang dilakukan, terdapat tiga point penting. Pertama, dari analisis keuangan yang dilakukan ternyata kemampuan IPTN untuk menciptakan keuangan sangat rendah. Hal ini ditunjukkan dengan rasio Return On Investment yang hanya sebesar 0,23%. Yang kedua merupakan analisis pengembangan sumber daya manusia. Sebagai industri strategis, ternyata IPTN tidak cukup didukung oleh tenaga-tenaga trampil yang dibutuhkan. Pegawainya, sampai September 1994, masih didominasi oleh lulusan SMA (58%). Untuk memecahkan masalah itu, IPTN banyak melakukan program pelatihan ke luar negri maupun program pendidikan dan latihan di dalam negri. Selain itu, juga diadakan technical assistance dari perusahaan-perusahaan besar seperti Boeing. Sedangkan analisis yang ketiga, yaitu analisis pengalihan teknologi, IPTN berusaha mengembangkan sektor penelitian dan pengembangannya. Selain itu, juga diadakan program technical assistance Bari perusahaan-perusahaan internasional. Namun pengembangan teknologi di IPTN belum sempurna selama tidak didukung oleh pengembangan sumber daya yang tidak optimal. Karena pengalihan teknologi yang bait: membutuhkan kesiapan sumber daya manusia di negara pengimpor teknologi untuk menerima, menyesuaikan dan kemudian mengimplementasikannya sesuai dengan kondisi di dalam negeri. Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa IPTN belum feasible dilaksanakan di Indonesia. Ada beberapa saran penulis sehubungan dengan hal tersebut. Pertama, membuka keran impor bagi industri pesawat di dalam negri. Kedua, melibatkan pihak swasta dalam pengembangan IPTN selanjutnya sehingga perkembangan komersial IPTN lebih terpacu. Yang terakhir adalah membatasi kegiatan IPTN sebagai suatu proyek penelitian dan pengembangan, sehingga apabila IPTN ingin berkembang selangkah lebih maju lagi, paling tidak dukungan infrastruktur teknologi dan sumber daya manusianya lebih kuat."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18818
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
D.N. Filia Dewi Arga
"Industri Televisi Berlangganan belum lama berkembang di Indonesia. Namun hadirnya lima provider dalam pasar nasional Indonesia saat ini dengan strateginya masing-masing membuat persaingan perebutan pelanggan menjadi panas. Strategi paling umum yang diterapkan oleh perusahaan televisi berlangganan adalah bundling, yaitu kombinasi lebih dari satu barang yang digabungkan ke dalam satu penawaran dengan harga yang lebih rendah dibandingkan harga individualnya. Dalam industri televisi berlangganan ada tiga jenis bundling yang biasa dilakukan, yaitu channel bundling ? menggabungkan beberapa channel ke dalam satu paket; package bundling?menawarkan paket tambahan yang dapat diambil dengan syarat mengambil paket utama sebelumnya; serta product bundling ?menawarkan produk lain seperti koneksi internet ke dalam penawaran produk televisi berlangganan. Ketiga jenis bundling tersebut merupakan aplikasi dari persaingan harga yang diterapkan secara berbeda oleh masing-masing perusahaan di dalam pasar oligopoli industri televisi berlangganan di Indonesia demi merebut pangsa pasar terbesar. Lalu, bagaimana profitabilitas dari penerapan strategi bundling pada industri televisi berlangganan di Indonesia? Serta bagaimana dampak dari strategi tersebut pada welfare masyakarat? Dua pertanyaan inilah yang akan dibahas dalam makalah ini.

Five players in the national Pay-TV Industry are tightening the competition with the execution of their own marketing strategies. The most common strategy to win the subscribers-snatch-away competition is the bundling strategy ?offering one deal for two or more products. Pay-TV Industry in Indonesia implements this strategy in three ways: Channel Bundling ?offering channels not individually but together in a package; Package Bundling ? offering an extended package which require the basic package to be bought formerly; and Product Bundling ?combining another product outside the Pay-TV product, such as an internet connection, together with the Pay-TV product. Each of them has their own profitability and of course an impact towards social welfare. How profitable are those bundling strategy implementation in the Indonesian Pay-TV Industry? And what are the impacts towards social welfare? These two questions are what the writer is going to answer in this paper."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putty Junia Mirzasari Hermawan
"Dicanangkannya target swasembada gula untuk tahun 2014 mengharuskan industri gula di Indonesia untuk meningkatkan produksinya. Namun, kondisi industri gula yang beberapa dekade terakhir ini mengalami penurunan produktifitas menimbulkan ancaman bagi tercapainya target swasembada gula tersebut. Maka dari itu, dilakukan suatu analisis mengenai produktifitas dengan menggunakan pendekatan total factor productivity (TFP) melalui pengaplikasian metode growth accounting beserta analisis mengenai determinan yang mempengaruhi pertumbuhan TFP dengan menggunakan pengolahan data panel.
Dari hasil analisis ditemukan bahwa memang keadaan industri gula di Indonesia pada periode penelitian 1993-2011 mengalami penurunan produktifitas akibat dari macetnya adopsi teknologi yang membuat suatu proses produksi menjadi lebih produktif. Selain itu, sesuai dengan sifat industri gula di Indonesia yang bersifat capital intensive, variabel yang signfikan mempengaruhi terjadinya perubahan teknologi : investasi mesin dan pemakaian listrik (kwh).

The establishment of sugar self-sufficiency target for 2014 requires sugar industry in Indonesia to boost its production. However, for the last few decades sugar industry in Indonesia is experiencing decreased in productivity that pose a threat to the achievement of self-sufficiency target. This paper analyzes productivity in sugar industry by using the approach of total factor productivity (TFP) through the application of growth accounting methods as well as an analysis of determinants that affect TFP growth using panel data methods.
From the analysis, it was found that during 1993-2011 sugar industry in Indonesia experiencing a decreased in productivity as a results from lack of technology adoption that makes production process more productive. In addition, to the nature of sugar industry in Indonesia which is capital intensive, there are two variables that significant affecting the change of technology : machinery investment and electricity (kwh)."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55806
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puput Kurniati
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S26377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Banu Muhammad Haidir
"Setiap negara yang kini sedang dianggap terbelakang, sesungguhnya memiliki kemampuan untuk berkembang dan mengejar ketertinggalannya terhadap negara maju, yaitu ketika mereka mampu menggerakkan industrinya. Sejarah ekonomi modern membuktikan hal tersebut. Jepang dan Korea Selatan adalah dua negara yang kini dianggap maju, sementara dulunya adalah negara yang terbelakang. Cerita sukses Jepang dan Korea Selatan ini, seperti yang dinyatakan oleh Chao (1993) adalah disebabkan oleh kemampuannya dalam memilih, mendapatkan, menerapkan, dan meng-up grade teknologi yang mereka ambil dan luar negeri secara efektif dan efisien. Jadi, kunci sukses mereka terletak pada kemampuan teknologinya (technological capabilities) , yakni kemampuan dalam menghasilkan dan memenej proses perubahan teknologi. Dan titik itulah mereka mampu melakukan proses industrialisasi yang cepat dan mampu mengejar ketertinggalannya dan negara yang sudah lebih dulu maju. Namun, tingkat penguasaan teknologi suatu perusahaan sangat terkait dengan usaha pembelajaran yang dilakukan oleh perusahaan tersebut, dan usaha pembelajaran, memiliki banyak faktor yang mempengaruhinya Bagaimana gambaran penguasaan teknologi di Indonesia? Untuk mengetahui hal ini, dilakukan sebuah penelitian tentang kondisi penguasaan teknologi dan proses pembelajaran perusahaan-perusahaan di Indonesia. Untuk penelitian ini, dilakukan investigasi terhadap 86 industri Kecil Menengah di bidang logam dan Permesinan. Ternyata, pada industri ini bisa dikatakan telah terjadi penguasaan teknologi yang cukup baik. Tapi kenapa Indonesia belum bisa mengejar ketertinggalannya dan negara lain? Karena ada beberapa permasalan lain yang juga mesti segera diselesaikan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
S19430
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisabeth Sandra Dewi O.
"Industri mebel kayu merupakan salah satu industri yang sangat berkembang dan diunggulkan Indonesia. Namun pada kenyataannya, banyak permasalahan yang dihadapi oleh industri mebel kayu indonesia. Walaupun begitu, perkembangan perusahaan mebel kayu Indonesia selalu bertambah setiap tahunnya. Oleh karena itu, penelitian ini ingin melihat performa dinamis perusahaan-perusahaan dalam industri mebel kayu berdasarkankarakteristik yang dimiliki industri ini. Dan untuk melihat performa perusahaan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan analisis pertumbuhan perusahaan dan kemampuannya bertahan dalam industri mebel kayu Indonesia. Berdasarkan hasil analisis mengenai pertumbuhan perusahaan di industri mebel kayu Indonesia, yang mempengaruhi pertumbuhan perusahaan secara signifikan adalah variabel usia perusahaan (negatif), ukuran perusahaan (negatif), pangsa pasar perusahaan (positif), dan ekspor perusahaan (positif). Sedangkan hasil analisis mengenai kemampuan perusahaan dalam bertahan di industri mebel kayu Indonesia menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi probabilitas perusahaan dapat bertahan secara signifikan adalah variabel usia perusahaan (positif), ukuran perusahaan (positif), pangsa pasar perusahaan (negatif), dan roduktivitas tenaga kerja perusahaan (positif)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S6174
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Nugroho
"Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh dampak kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk membuka kembali ekspor kayu bulat terhadap pertumbuhan dan kemampuan bertahan perusahaan di industri penggergajian kayu. Kemudian apa sajakah faktor-faktor baik internal maupu eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan dan kemampuan untuk bertahan suatu perusahaan dalam industri pengergajian kayu. Adapun variabel yang digunakan oleh penulis untuk sebagai variabel yang mempengaruhi pertumbuhan dan kemampuan bertahan perusahaan adalah variabel variabel umur perusahaan, ukuran perusahaan, nilai input perusahaan, produktifitas perusahaan, dan lokasi dari perusahaan.
The aim of this research is analyzing the impact of banned export log to firms growth and survival in sawmill industry. The research also analyze internal and external factor that influence the firm growth and survival in sawmill industry. The author uses various variables such as age, size, input, productivity, and location as an internal and external factor that influence firm growth and survival."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>