Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122005 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Theresia Budiyanti
"Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat membuat komputer semakin banyak digunakan sebagai alat bantu dalam menjalankan kegiatan industri dan bisnis. Piranti lunak yang digunakan oleh komputer memegang peranan yang sangat penting. Jika penggunaan piranti lunak tersebut menghasilkan galat (error), maka dunia industri atau bisnis tersebut dapat mengalami kerugian. Untuk menjamin bahwa piranti lunak tersebut bebas dari galat, maka pengembangan piranti lunak tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode B. Metode B adalah suatu metodologi formal yang digunakan dalam pengembangan piranti lunak, mulai dari spesifikasi sampai dengan implementasi piranti lunak. Dari suatu spesifikasi awal yang bersifat abstrak dan modular, akan dilakukan beberapa tahap refinement sampai mencapai suatu model yang lebih konkrit, yang merupakan kode programnya. Spesifikasi awal tersebut dikembangkan secara matematik sesuai dengan spesifikasi awalnya, sehingga kebenaran piranti lunak tersebut dapat dijamin. Fokus pada tugas akhir ini adalah menelaah refinement dengan metode B dan menerapkannya terhadap suatu studi kasus aplikasi perbankan yang diajukan oleh Martin B¨uchi. Penerapan metode B ini menggunakan alat bantu Atelier B. Hasil penerapan refinement dengan metode B pada studi kasus aplikasi perbankan itu menguatkan bahwa penerapan metodologi formal pada suatu aplikasi dapat menjamin kebenaran aplikasi tersebut. Walaupun penerapan refinement dengan metode B membutuhkan lebih banyak biaya, aplikasi yang dihasilkan dapat dijamin bebas dari galat yang dapat mengakibatkan kerugian besar."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Franova Herdiyanto
"Dewasa ini proses pembuatan spesifikasi dan verifikasi perangkat lunak kurang begitu diperhatikan. Para pengembang sekarang ini lebih fokus kepada hasil akhir tanpa memperhatikan segala kemungkinan-kemungkinan yang tidak baik di kemudian hari. Proses pembuatan spesifikasi dan verifikasi-lah yang dapat menghindarkan pengguna perangkat lunak akibat kerugian yang akan ditanggungnya saat perangkat lunak tersebut mengalami kerusakan. Kerugian akibat kerusakan ini dibedakan menjadi dua yaitu kerugian langsung akibat rusaknya perangkat lunak tersebut dan kerugian biaya perbaikan perangkat lunak tersebut.
Lingu dan LinguSQL adalah suatu jawaban atas kebutuhan dukungan terhadap proses pembuatan spesifikasi dan verifikasi. Lingu yang merupakan bahasa spesifikasi, dapat digunakan untuk spesifikasi perangkat lunak yang dikhususkan pada aplikasi transaksi basis data. Sementara itu, LinguSQL adalah suatu alat verifikasi bahasa Lingu dengan berbantukan theorem prover HOL. Selain melakukan verifikasi LinguSQL juga dapat mentransformasikan bahasa Lingu menjadi bahasa Java.
Dalam tugas akhir ini akan digunakan studi kasus aplikasi perbankan dalam melakukan pembuatan spesifikasi dan pelaksanaan verifikasi terhadap perangkat lunak tersebut. Proses pembuatan spesifikasi dan verifikasi ini dijalankan dengan menggunakan Lingu dan LinguSQL. Setelah kegiatan tersebut dilakukan, selanjutnya proses pembuatan spesifikasi dan verifikasi yang dijalankan dengan menggunakan Lingu akan dibandingkan dengan Metode-B. Metode-B adalah bahasa spesifikasi yang sudah umum digunakan dalam melaksanakan proses pembuatan spesifikasi dan verifikasi terhadap perangkat lunak.
Hasil dari tugas akhir ini adalah kesimpulan tentang perbandingan antara Lingu dan LinguSQL dengan Metode-B dan Atelier-B. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa Lingu mempunyai fasilitas dukungan terhadap aplikasi basis data. Selain itu, Metode-B didapatkan juga terjamin handal untuk melakukan refinement terhadap suatu perangkat lunak.

Nowadays, software specification and verification process is still lacking. Recent developers turn focus more to result without emphasizing any negative possibilities that could be occured next time. However, specification and verification process is able to minimize software failure so that a financial loss caused by either missing functionality or software alteration cost can be reduced.
Lingu and Lingu SQL provide support for specification and verification process. Lingu is specification language for database transaction aplication purpose, while LinguSQL is Lingu's verification tool assisted by HOL theorem prover. In addition, LinguSQL transforms Lingu into Java programming language.
Research reported here used banking case study. Specification and verification process was run by using Lingu and LinguSQL. Then, result of this process was compared with similar one that had been executed by B-Metode, a previous research by Theresia (2005).
This final assignment produces a conclusion of the comparison between Lingu and B-method. Through this research, we conclude that Lingu has a supporting facility for an application that use database. Beside that, we also found that B-method is absolutely reliable for doing refinement on software."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat pada abad ini membawa dampak yang sangat signifikan terhadap dunia pendidikan, di mana proses peralihan dari abad industrialisasi ke abad pengetahuan menuntut setiap bidang dalam kehidupan berubah sangat cepat dan harus dapat beradaptasi dengan cepat. Begitu pula dengan pendidikan, karakteristik umum model pembelajaran abad pengetahuan berbeda dengan karakteristik pembelajaran abad industrialisasi. Model praktik pendidikan yang dianggap menguntungkan pada abad industrial, seperti belajar fakta, drill dan praktik, kaidah dan prosedur digantikan dengan belajar dalam konteks dunia nyata, otentik melalui problem dan proyek, inkuiri, discovery, dan invensi dalam praktik abad pengetahuan. Akan tetapi pola belajar yang diterapkan pada masa industrialisasi sudah dianggap tidak cocok lagi di abad pengetahuan, di mana perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berkembang begitu pesat, dan teknologi tersebut merupakan katalis penting untuk gerakan menuju metode belajar di abad pengetahuan. Makalah ini akan membahas perancangan model pembelajaran abad 21 dengan cara mengintegrasikan model pembelajaran Project Based Learning, Project Oriented Learning, dan Cooperative Learning dengan teknologi informasi Web 2.0."
Lengkap +
TEKNODIK 19:1 (2015) (1)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anugrah Dwi Handayu
"Amplifikasi DNA virus hepatitis B (VHB) dari sampel plasma sulit dilakukan apabila kadar DNA VHB <10.000 kopi/ml. Sehingga, langkah awal ekstraksi menjadi penting bagi keberhasilan amplifikasi dan sekuensing. Peningkatan konsentrasi DNA dalam jumlah yang cukup dan berkualitas baik memerlukan metode isolasi yang optimal. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan teknik isolasi DNA yang optimal untuk menghasilkan DNA VHB dalam jumlah yang cukup sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan genetik gen polimerase VHB terkait resistensi obat antivirus pada kasus hepatitis B kronik. Optimasi prosedur penanganan sampel untuk mengekstraksi partikel DNA VHB dilakukan dengan mengisolasi sampel plasma dengan kadar virus 105 kopi/ml menggunakan delapan perlakuan yang berbeda yaitu 1 ml dan 200 µL plasma disentrifugasi 4000xg selama 20 menit pada suhu 25°C (P1 dan P2), 1 ml dan 200 µL plasma disentrifugasi 16000xg selama 1 jam pada suhu 4°C (P3 dan P4), 1 ml plasma disentrifugasi 21000xg selama 1 jam pada suhu 4°C (P5), 1 ml plasma dalam PEG6000 20% diinkubasi semalaman pada 2-8°C kemudian disentrifugasi 21000xg selama 1 jam pada suhu 4°C (P6), 1 ml plasma dalam PEG6000 20% dan NaCl 0.5M diinkubasi semalaman pada 2-8oC kemudian disentrifugasi 21000xg selama 1 jam pada suhu 4°C (P7), dan 200 µL sampel plasma tanpa penambahan perlakuan (P8). Kadar virus diukur menggunakan kuantitatif realtime PCR, dan hasil dari setiap perlakuan sampel dibandingkan dengan kontrol (P8). Uji simulasi dilakukan pada sampel plasma dengan kadar virus 105; 104; 103 dan 102 kopi/ml yang diberikan perlakuan 3 (P3) yang dipilih berdasarkan hasil sebelumnya, DNA kemudian disekuensing untuk dianalisis mutasi resistensinya terhadap obat antivirus dan hasilnya dibandingkan dengan sampel yang tanpa diberikan perlakuan.
Hasil menunjukkan bahwa terjadi peningkatan konsentrasi DNA pada rerata sampel yang diisolasi menggunakan P3 jika dibandingkan dengan kontrol (P8). Sedangkan hasil sekuensing untuk analisis mutasi pada gen polimerase terkait resistensi terhadap obat antivirus dapat dilakukan pada sampel dengan kadar virus 105; 104; 103 kopi/ml baik yang diberikan perlakuan maupun tanpa perlakuan. Namun, sampel dengan kadar virus 102 kopi/ml hanya dapat dianalisis mutasi resistensinya pada sampel yang ditambahkan perlakuan 3 (P3).
Kesimpulan: 1 ml plasma yang disentrifugasi 16000xg selama 1 jam pada suhu 4°C (perlakuan 3) merupakan metode isolasi DNA yang mampu meningkatkan perolehan DNA secara optimal dari sampel plasma penderita hepatitis B kronik, sehingga analisis resistensi terhadap obat antivirus menggunakan teknik in-house assay dapat di lakukan pada sampel dengan kadar virus <10.000 kopi DNA/ml.

The amplification of hepatitis B virus DNA from plasma samples is difficult when HBV DNA levels <10.000 copies/ml. Thus, the initial step of extraction become crucial for the success of amplification and sequencing. Increasing concentrations of DNA in sufficient quantity and good quality need an optimal isolation method. The aim of this study is to obtain an optimal DNA isolation technique and generate HBV DNA in sufficient quantities, so that it can be used to detect genetic changes of HBV polymerase gene related to drugs resistance on chronic hepatitis B. The optimization of sample handling procedure for extracting HBV DNA particles were performed by isolating plasma samples with viral load 105 copies/ml using eight different kinds of treatment are 1 ml and 200 µL of plasma was centrifuged at 4000×g for 20 minutes at 25°C (P1 and P2); 1 ml and 200 µL of plasma centrifuged at 16000×g for 1 hour at 4°C (P3 and P4); 1 ml of plasma centrifuged at 21000×g for 1 hour at 4°C (P5); 1 ml of plasma in 20% PEG6000 were incubated overnight at 2-8°C then centrifuged at 21000xg for 1 hour at 4°C (P6), 1 ml of plasma in 20% PEG6000 and 0.5M NaCl were incubated overnight at 2-8oC then centrifuged at 21000xg for 1 hour at 4°C (P7), and 200 µL of plasma without treatment (P8). Hepatitis B virus level were measured using quantitative real-time PCR, and the results of each treatment compared to the control samples (P8). Simulation test performed on plasma samples with grading of virus level (i.e 105; 104; 103 and 102 copies/ml) were given treatment 3 (P3) were selected based on previous results, the DNA was sequenced and then analyzed for drugs resistance and the results were compared with samples without treatment.
Result showed that an increasing in average concentration of DNA samples was isolated using the P3 when compared with controls (P8). While the results of sequencing for analysis of mutations in polymerase gene associated with drugs resistance can be performed on samples with virus level 105; 104; 103 copies/ml were given either treatment or no treatment. However, samples with virus level 102 copies/ml can be analyzed only
on treatment samples.
Conclusion: 1 ml plasma were centrifuged at 16000xg for 1 h at 4°C (treatment 3) is a DNA isolation method that can improve the recovery of optimal DNA from plasma samples of patients with chronic hepatitis B, so that the analysis of drug resistance using in-house assay techniques can be done on samples with virus levels <10,000 copies/ml.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iis Haryono
"Java Remote Method Invocation (RMI) dan Java CORBA adalah salah satu cara alternatif untuk membangun aplikasi terdistribusi. Java RMI dan Java CORBA memungkinkan programmer untuk membuat aplikasi terdistribusi dimana dari remote objects dapat diminta (invoked) dari adapter yang berada pada host yang berbeda dalam suatu jaringan. Dalam tugas akhir ini penulis mendemonstrasikan Java RMI dan Java CORBA yang digunakan untuk mengimplementasi algoritma Integral Monte Carlo dan perkalian matrik (Matrix Multiplication) terdistribusi yang berjalan pada jaringan internet (menggunakan protocol TCP/IP). Hasil eksperimen menunjukkan akselerasi waktu eksekusi yang cukup signifikan untuk masing masing prosesor. Hasil ini diharapkan menjadi masukan bagi para pengguna dalam mengembangkan aplikasi berbasiskan komputasi terdistribusi."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wordsworth, J.B.
Harlow, England: Addison-Wesley, 1996
005.13 WOR s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Adilfi Lazuardi Ghufron
"Efisiensi penjerapan dari pembuatan etosom dengan metode cara dingin lebih kecil dari metode hidrasi lapis tipis. Oleh karena itu, perlu dipelajari lebih lanjut hal apa saja yang mempengaruhi efisiensi penjerapan. Metode pembuatan etosom dilakukan dengan cara dingin dan hidrasi lapis tipis dengan formulasi yang sama, kemudian suspensi etosom yang terbentuk dilakukan sonikasi. Efisiensi penjerapan masing-masing metode ditentukan dengan metode ultrasentrifugasi dan dilakukan secara tidak langsung serta karakterisasinya dilakukan dengan Confocal Laser Scanner Microscopy. Nilai rata-rata efisiensi penjerapan cara dingin adalah 77,51923 4,991208065 dan nilai rata-rata efisiensi penjerapan metode hidrasi lapis tipis 83,38473 2,138725.
Hasil karakterisasi dengan menggunakan Confocal Laser Scanner Microscopy menunjukkan bahwa kedua metode tersebut memiliki ukuran 200 nm dan bentuk vesikel yang sferis. Hal ini menunjukkan bahwa kedua metode tersebut memiliki hasil yang baik walaupun efisiensi penjerapan metode cara dingin lebih kecil dibandingkan metode hidrasi lapis tipis.

The entrapment efficiency of ethosome produced by the cold method is lower than thin layer hydration method, therefore, we must know about entrapment efficiency factors . The method to formulation of rhodamine B ethosome using cold method and thin layer hydration, the suspension of ethosome is sonicated. Entrapment efficiency determined using spectrofotometry uv vis and characterization of ethosome determined by confocal laser scanner microscopy. The average of cold method entrapment efficiency 77,51923 4,991208065 and The average of thin layer hydration entrapment efficiency 83,38473 2,138725.
The quality of ethosome characterization by confocal laser scanner microscopy show that formulation of cold method and thin layer hydration vesicle size are 200 nm and vesicle morphology is spheric. This is show that the quality of cold method is as good as thin layer hydration method, although cold method of entrapment efficiency less than thin layer hydration method.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harykin Muliono
"Telah dilakukan penentuan karakteristik sumber beta 90Sr/90Y dengan menggunakan simulasi Monte Carlo BEAMnrc yang berbasiskan metode Monte Carlo serta penghitungan BEAMDP dan FLURZnrc terutama fluks dan energi-fluks sebagai fungsi posisi, distribusi energi-fluks, distribusi energi spektral, serta distribusi energi rata-rata. Energi rata-rata radiasi elektron yang dihasilkan berkisar 0,75 MeV dan foton pada 0,15 MeV. Partikel radiasi elektron masih dominan dengan jumlah partikel lebih dari 54% jumlah total partikel radiasi (berdasarkan fluks vs posisi, dan distribusi energi spektral), dan energi-fluks maksimumnya sekitar 1,9x10-5 partikel.MeV (87%). Distribusi energi-fluks menunjukkan nilai maksimum di sekitar 7x10-6 partikel.MeV pada energi 0,96 MeV untuk elektron, dan 3,9x10-6 partikel.MeV pada energi 0,10 MeV untuk foton. Juga diperoleh kepastian ketidakhadiran positron. Besar dosis keluaran (menggunakan DOSXYZ) sumber radiasi di sekitar permukaan sumber adalah 3,6x10-13 Gy dan menurun secara eksponensial ketika menjauhi sumber.

A Monte Carlo study has been done on 90Sr/90Y beta source using BEAMnrc protocol including BEAMDP and FLURZnrc calculation to determine flux and energy-flux as a function of positions, energy-flux and energy spectral distribution, and also average energy. Average electron energy was found to be 0.75 MeV and average photon energy at 0.15 MeV. The domination of electron were shown by more than 54% in number (based on flux vs. position, and energy spectral distribution), and the maximum of energy-flux was about 1.9x10-5 particle.MeV (87%). Energy-flux distribution showed that the maximum value was about 7x10-6 particle.MeV at 0.96 MeV for electron, and 3.9x10-6 particle.MeV at 0.10 MeV for photon. There is a definite absence of positron. Dose around the surface were found using DOSXYZ source to be 3.6x10-13 Gy and it is exponentially decayed at distance."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
T21081
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ediyana
"Imunisasi Hepatitis B adalah salah satu program imunisasi yang sudah di uji pada bayi dan anak sebagai usaha untuk melindungi mereka dari infeksi penyakit hati (virus Hepatitis B). Penyakit ini adalah salah satu penyebab paling penting terhadap morbiditas dan mortalitas yang di sebabkan oleh infeksi.
Hasil program imunisasi ini, di Pulau Lombok menunjukkan bahwa angka prevalensi menurun dari 7% menjadi 1,6%, karena itu integrasi program infeksi Hepatitis B pada program pengembangan imunisasi di Indonesia diharapkan dapat menurunkan prevalensi penyakit ini secara Epidemiologi, di Bengkulu program imunisasi ini telah dilaksanakan dengan cakupan dan 20% di tahun 1994 hingga 79,3% pada tahun 2000. Keberhasilan program ini sangat tergantung pada Para ibu, karena peran mereka dalam mengimunisasi anak-anaknya.
Rancangan penelitian ini adalah case control yang digunakan untuk mencari faktor-faktor yang berhubungan dengan status imunisasi Hepatitis B pada anak berusia 6-23 bulan. Analisis statistik yang digunakan adalah univariat, bivariat, multivariat.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa tempat persalinan, status KB, dan penghasilan keluarga mempunyai hubungan yang kuat terhadap status imunisasi Hepatitis B pada anaknya. Variabel yang paling dominan terhadap status imunisasi Hepatitis B adalah tempat persalinan dengan nilai OR = 4,992 (95% Cl; 1,833 - 13,598), pada ibu yang memilih pelayanan kesehatan sebagai tempat persalinan memiliki peluang 5 kali iebih besar untuk mengimunisasi anaknya dengan lengkap dari pada mereka yang tidak.
Dengan melihat hasil penelitian ini saya menyarankan program ini seharusnya di terapkan pada setiap tingkatan dan berbagai pelayanan kesehatan baik di kota maupun di pelosok desa.

Factors related to immunization status of Hepatitis B in children at Public Health Center of Pasar Ikan, Teluk Segara sub district, Bengkulu Province.
Immunization of Hepatitis B is one of immunization program which had been tested to infants and children in order to protect them from infection of liver disease (Hepatitis B virus). The disease is on of the most important cause of morbidity and mortality caused by infection.
The result of this immunization in Lombok Island showed that prevalence rate decrease from 7% to 1,6% Therefore. The integration of immunization of Hepatitis B to immunization development program in Indonesia could be expected to decline the prevalence of the disease Epidemiologically, in Bengkulu this program had been performed since 1994. The coverage has increased from 20% in 1994 to 79,3% in 2000. The success of this program is really depend on mother because of their role to immunize their children.
The design of this research was case control in order to search factors related to immunization status of Hepatitis 13 in Children of 6-23 months. Statistical analysis used were univariate, as well as bivariate, multivariate.
The result of this research indicate that the place of delivery, family planning status and also family income had strong relationship with the status of immunization of Hepatitis 13 in children. The most dominant variable to the status of the immunization is the place of delivery with OR = 4,992 (95% CI = 1,833 - 13,598). Those mothers who choose health care as place of delivery has opportunity 5 times bigger to immunize their children completely than those who were not.
Considering the result of this research, I suggest that this program should be adopted in every level and various health care both in urban and rural area."
Lengkap +
2001
T1703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Idwar
"Di dunia saat ini diperkirakan terdapat 350 juta pengidap virus hepatitis B, dimana hampir 78% di antaranya tinggal di Asia Tenggara. Menyangkut Indonesia yang mempunyai geograiis sangat luas dengan perilaku dan budaya yang beranekaragam, angka prevalensi hepatitis B di Indonesia sangat bervariasi antara 2,50 - 36,17% (Sulaiman dkk, 1993). Dengan pervalensi ini Indonesia termasuk dalam kelornpok negara endemisitas sedang sampai dengan tinggi. Makin tinggi prevalensi infeksi hepatitis B pada suatu fempat, maka makin banyak anak-anak dan bayi yang akan terinfeksi oleh virus tersebut. Program imunisasi hepatitis dengan cakupan imunisasi sebesar 90 % dapat berkontribusi menurunkan angka kesakitan dan kernatian sebesar 80 % - 90 % (Soewandiono, 1996). Penurunan yang tajam di Dati II Aceh Besar terutama terlihat pada kontak pertama tahun 1997 yaitu 56 % turun menjadi 26,5 % pada tahun 1998, penurunan tajam untuk cakupan kontak pertama irnunisasi hepatitis B akan menimbulkan masalah kesehatan yang serius bagi masyarakat yang dapat menyebabkan meningkamya angka prevalensi hepatitis B dan pada akhimya akan bertambah penderita kronik yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati. Tujuan dari penelitian ini adalah diketaiiuinya gambaran status imunisasi hepatitis B (kontak pertama) pada bayi 0-11 bulan dan faktor - faktor yang berhubungan dengan status imunisasi hepatitis B pada bayi 0 - 11 bulan di Kabupaten Aceh Besar Propinsi Daerah Istirnewa Aceh pada Tahun 1998/ 1999. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Aceh Besar Propinsi Daerah istimewa Aceh terhadap 210 ibu rumah tangga yang mempunyai bayi berumur 0 - 11 bulan (yang lahir 1 April 1998 sampai dengan 31 Mamet 1999). Rancangan penelitian berbentuk cross-sectional yaitu dengan survei cepat (Rapid Survey) dan bersifat deslciptif analitilc Populasi Penelitian adalah semua ibu rumah tangga yang mempunyai bayi berumur 0 - ll bulan (Lahir 1 April 1998 - 31 Maret 1999) di Kabupaten Aceh Besar Propinsi Daerah Istimewa Aceh. Rancangan Sampel Kluster dna tahap. Pengolahan dan analisis menggunakan komputer dengan program Epi Info (C Sample) untuk univariat dan bivariat, dan stata untuk multivariat, derajat kepercayaan yang digunakan adalah 95 % dengan batas nilai kemalmaan = 0,05. Sebanyak 124 orang bayi (59,0 %)te1ah mendapatkan imunisasi hepatitis B. Dengan derajat kesamaan sebesar 0,14 berarti cakupan imunisasi hepatitis B di antara desa di Dati II Aceh Besar pukup merata. 106 orang ibu-ibu (50,5%) di Dati II Aceh Besar berumur muda atau kurang dari sama dengan 29 tahun. Tingkat pengetahuan ibu, sebanyak 115 orang (54,8%) berpengetahuan baik, Sebesar 54,3% merniliki sikap yang positif terhadap imunisasi hepatitis B pada bayi 0-11 bulan. Tingkat pendidikan yang pemah dilalui oleh ibu yang terbanyak atau 107 orang (5l,0%) adalah maksimal tamat SD/sederajat. Sebagian besar atau 178 orang (84,8%) ibu tidak bekelja atau sebagai ibu rumah tangga. Untuk jarak antara tempat tinggal ibu dengan tempat pelayanan imunisasi untuk kategori dekat berjumlah 96 omg (45,7%) Sedangkan persentase ierkecu ada pada jmk kategori jauh 53 omg (25,2%) dan sisanya adalah tennasuk jarak sedang. Sebanyak 175 orang ibu (33,3%) tidak memberikan bayaran terhadap jasa pelayanan imunisasi hepatitis B. Sebanyak 103 orang (49,1%) telah mendapatkan informasi tentang hepatitis B sebelum membawa bayinya ke pos pelayanan imunisasi. Umur ibu yang lebih tua lebih banyak yang mengimunisasikan bayinya sebesar 2,164 kali dibandingkan ibu yang lebih muda karena lebih banyak pengalaman dan infozmasi yang telah didapat tentang manfaat imunisasi. Terdapat risiko 40,786 kali lebih besar untuk mengimuniaasikan bayinya pada ibu yang pengetahuannya baik tentang imunisasi dibandingkan ibu yang pengetahuannya kurang karena pengctahuan mempakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku. Ibu yang mempunyai sikap positif terhadap imunisasi meempunyai risiko 1,55 kali untuk rnengimunisasikan bayinya dibandingkan ibu yang mempunyai sikap negatiff Sikap yang positif dapat menjadi faktor predisposing atau pencetus yang menyebabkan ibu membawa bayinya Untuk diimunisasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu maka makin besar peluang untuk mengimunisasikan bayinya yaitu 2,215 kali untuk pendidikan tamat SLTA/sederajat ke atas dan 0,961 kali untuk pendidikan tamat SLTP/sederajat. Ibu yang berpendidikan meinpunyai pengertian lebih baik tentang pencegahan penyakit dan kesadaran lebih tinggi terhadap masalah-masalah kesehatan yang sedikit banyak telah diajarkan di sekolah. Ibu yang bekeija mempunyai risiko 2,324 kali untuk mengimunisasikan bayinya dibandingkan dengan ibu yang tidak bekeija disebabkan kurangnya informasi yang diterima ibu rumah tangga dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Ada hubungan yang bermakna antara status imunisasi dengan jarak ekonomi dekat dibandingkan yang jauh sebesar 1,01 kali, Sedangkan untuk jarak ekonomi sedang dibandingkan dengan jarak ekonomi jauh tidak terlihat adanya hubimgan yang bermakna. Ibu akan mencari pelayanan kesehatan yang terdekat dengan rumahnya karena pertimbangan akivitas lain yang harus diselesaikan yang terpaksa ditunda. Ibu-ibu yang membayar irnunisasi lebih banyak yang mengirnunisasikan bayinya sebesar 86,43 kali dikarenakan bahwa ibu-ibu tersebut telah menyadari pentingnya pelayanan kesehatan preventif dalam hal ini imunisasi bagi bayinya sehingga mau membayar. Terdapat risiko 4,89 kali lebih besar pada ibu yang telah mendapatkan infdfmasi sebelumnya untuk mengirnunisasikan bayinya. Terdapat hubungan yang kuat terhadap status imunisasi hepatitis B yaitu pengetahuan, biaya imunisasi, Informasi yang diterima ibu. Perlunya peningkatan status imunisasi hepatitis B pada bayi 0-11 bulan dengan cara memberlkan informasi yang lebih banyak kepada ibu-ibu di Dati II Aceh Besar khususnya ibu rumah tangga oleh petugas kesehatan setempat melalui pengajian-pengajian sedangkan untuk biaya hendaknya semurah mungkin sehingga tidak menjadi beban bagi ibu.

Currently, there are about 350 million people with hepatitis-B virus, which almost 78% among them live at South East Asia- As in Indonesia, the prevalences are vary among areas from 2,50-36,71% (Sulaiman et.al, 1993). These prevelanoes classify the country as moderate-to-high endemicity area. Further, this condition will consequently increase probability of babies being infected by the disease Hepatitis-B immunization program with a coverage of around 90% will significantly decrease morbidity and mortality rates up to 80-90% according to study by Soewandiono (1996). As reported in 1998, the immunization coverages decreasing from 56,0% in 1997 to just 26-5% in 1998. This trend will consequently increase the hepatitis-B prevalence, and iiirther increase patients with chronic hepatitis-B and cirrhosis hepatic disease. This study will therefore describe the hepatitis-B immunization status, i. e. iirst contact immunization, among babies O-11 month and find factors related to it at Kabupaten Aceh Besar- Respondents are 210 mothers of those babies, which bom between April 1998-March 1999. Design of the study is a cross sectional with a rapid survey approach. Sampling method used two staged cluster sampling. Collected data were analyzed using Epi Info (C Sample method) to achieve univariate and bivariate results. Confidence interval 95%with 5% level of significance were used. This study showed that 124 babies (59.0%) had been immunized. Homogeneity rate was 0.14, which means that the immunization program's coverages are homogenous among villages. Hundred and six mothers (50.5%) are young mother with less than 29 years old. From 210 respondents, 115 (54.8%) have good knowledge level on hepatitis-B immunization, and 54.3% have positive attitude to the immunization. Hundred and seven of them (51,o%) have finished elementary school and 178 of them (84.8%) are household mother and not economically work. Ninety six of them (45.7%) stay relatively close to the health service unit that provides the immunization. Only 53 of them (25.2%) responded 'far 'from the service unit'. There were 175 respondents (83.3%) informed that they did not pay or free for the immunization. Further, 103 of them (49.1%) had been given infomation about the immunization by the health care provider before they brought the babies for immunization. Those respondents with older age brought their babies for immunization 2,154 times greater than younger mothers. Mothers with good knowledge level brought their babies for immunization 76.179 greater than mothers with low level of knowledge. This concludes that knowledge is a very important factor for behavior. Furthemrore, mothers with positive attitude to the immunization will bring 6.205 times compare to not positive attitude mothers. Positive attitude can then be considered as predisposing or even precipitating factor for the mothers behavior. Futher result showed that the higher level of education the greater babies have opportunity to be immunized with Odds ratio of 4.609 between Senior High School level to Elementary School level, and with Odds ratio of 2.54 between Junior High School level compare to the Elementary School level. This study concludes that mothers with higher education will have higher understanding about health. This sandy surprisingly showed that mothers with economically job/activities brought their babies to be immunized 8.466 greater than mothers with no economically job. There is a significant relationship between distance and immunization status. Those mothers with close distance to the service unit brought their babies for immunization 4.740 greater than mothers with distance. Another surprising result is that those mothers who pay for the immunization have greater probabilities for immunization than those who did not pay with Odds ratio of 32.11. This is probably related to higher knowledge of important of the immunization among those who paid compare to those who did not. It is found that mothers with information before taking their babies for immunization had 11.57 times to have their babies immunized compare to those with no information.This study recommends that health care providers should strengthen their health care promotion to the mothers using religious meetings- Furthermore, although there is an indication of willing to pay for the immunization, still an accessible (economically) program is needed, so that it will not hinder mothers to bring their babies to be immunized."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T3175
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>