Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117283 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elizabeth Zoraya Paskarini
"Sejak terbangunnya hubungan pendatang Cina di Nusantara dengan masyarakat setempat (sekitar tahun 206 SM-220M, saat zaman dinasti Han di Cina) hingga saat ini, sempat terjadi beberapa proses sejarah perubahan istilah penamaan etnik Cina. Dalam masyarakat dewasa ini juga masih terlihat adanya perbedaan pandangan mengenai istilah penyebut etnik Cina, baik yang bermakna peyoratif maupun yang tidak. Hal tersebut mempengaruhi masyarakat, baik yang berketurunan Cina maupun bukan, kaum tua maupun kaum mudanya, dalam memilih kata yang tepat untuk menyebut golongan Cina ketika berinteraksi dengan lingkungannya.
Skripsi ini secara etimologis mencari asal-usul dan memaparkan ragam beserta makna dari istilah penamaan etnik Cina di Indonesia untuk kemudian dianalisis pengenalan dan penggunaannya dalam lingkungan kaum muda Indonesia yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya. Dari hasil analisis lapangan dapat terlihat pandangan dan kecenderungan kaum muda dalam menggunakan istilah-istilah tersebut di masa kini. Metode yang dipakai dalam menyusun penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan di bidang linguistik dan sosial dan penelitian lapangan dengan melakukan survei dengan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.
Di akhir penelitian terlihat bahwa kaum muda Jakarta cenderung menggunakan istilah berbahasa Inggris (china dan chinese) yang dianggap lebih netral dibandingkan dengan istilah dari sumber bahasa lainnya. Hasil survei juga menunjukkan adanya variasi bahasa yang dibuktikan oleh penyesuaian penggunaan istilah dengan lingkungan tempat berinteraksi kaum muda Jakarta. Contohnya, jika berada di lingkungan formal (pendidikan dan pekerjaan) kaum muda cenderung menggunakan istilah yang dianggap netral (biasanya berbentuk bahasa Inggris, seperti china dan chinese), dan ketika berada di lingkungan non-formal (keluarga dan pergaulan sosial yang akrab) cenderung memakai istilah yang lazim dikenal dan dipakai lingkungan tersebut, seperti cina dan cokin."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S13090
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hudiyekti Prasetyaningtyas
"Sentuh bahasa sebagai salah satu aspek peristiwa sentuh budaya berpengaruh terhadap istilah kekerabatan sapaan masyarakat etnik Cina khususnya sub etnik Hokkian di Jakarta Pusat dalam penelitian ini di wilayah Bungur dan Kemayoran. Penelitian dilaksanakan dengan sistem wawancara terbuka dan juga penelitian pustaka untuk memperoleh istilah-istilah kekerabatan sapaan yang asli baik dalam bahasa Cina dialek Hokkian maupun bahasa Betawi.Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sentuh bahasa Cina-Betawi dapat dikatakan tidak mengakibatkan perubahan yang berarti di dalam kosakata istilah kekerabatan sapaan masyarakat etnik Cina kecuali adanya pemakaian istilah yang sama untuk hubungan kekerabatan yang berbeda. Namun dapat dikatakan berpengaruh besar dalam bidang fonetik, yaitu dengan munculnya bunyi-bunyi nasal di awal istilah-istilah sapaan tersebut, Juga adanya pencampuran istilah bahasa-bahasa tersebut yang membentuk makna tertentu dalam suatu istilah."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13030
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S8307
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abduh
"Bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat dipengaruhi oleh maksud dan tujuan penggunaannya. Tiap-tiap kelompok masyarakat memiliki bahasanya sendiri untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan dirinya. Setiap masyarakat yang berinteraksi dengan bahasa mereka sendiri disebut sebagai guyub tutur."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S10928
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusup Salam
"Masalah premanisme dan kondisi tata ruang yang tidak beraturan di Pasar Tanah Abang seolah telah menjadi masalah yang tidak berujung, masalah tersebut tidak bisa hanya diliahat dari pengaruh aspek fisik namun juga perlu dilihat pengaruh dari aspek interaksi sosial yang ada di dalamnya, terutama kelompok etnik Betawi dan Cina yang merupakan kelompok etnik yang dominan di Tanah Abang karan perjalanan sejarah terbentuknya Tanah Abang yang terikat dengan dua kelompok etnik tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif studi kasus, dengan menganalisis secara mendalam interaksi sosial yang dilakukan kelompokn etnik Betawi dan Cina di pasar Tanah Abang serta faktor apa saja yang mempengaruhi munculnya masalah premanisme dan perubahan penggunaan lahan di Tanah Abang. Ditemukan bahwa etnik Cina memiliki pengaruh yang cukup besar atas penataan ruang yang tidak beraturan di pasar Tanah Abang karna telah memberikan dampak perubahan penggunaan lahan di kawasan sekitar pasar Tanah Abang, sementara etnik Betawi telah memberikan pengaruh besar terhadap muncul masalah premanisme di Tanah Abang karna adanya pola intekasi bisnis keamanan dengan para pedagang dan pemilik bisnis di Tanah Abang.

The problem of thuggery and irregular spatial conditions at Tanah Abang Market seems to have become an endless problem, this problem cannot only be seen from the influence of the physical aspect but also needs to be seen from the influence of the aspects of social interaction in it, especially the Betawi ethnic group and The Chinese are the dominant ethnic group in Tanah Abang because of the historical course of the formation of Tanah Abang which is tied to the two ethnic groups. This study uses a qualitative case study approach, by analyzing in depth the social interactions carried out by ethnic Betawi and Chinese groups in the Tanah Abang market and what factors influence the emergence of the problem of thuggery and changes in land use in Tanah Abang. It was found that the Chinese ethnicity had a considerable influence on the irregular spatial planning at the Tanah Abang market because it had an impact on changes in land use in the area around the Tanah Abang market, while the Betawi ethnicity had a major influence on the emergence of thuggery problems in Tanah Abang due to the pattern of security business integration with traders and business owners in Tanah Abang."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Igor Hermando
"Hiperrealitas kerap direpresentasikan dalam bentuk produk hiburan seperti, taman bermain, film, dan karya seni. Selain dalam produk hiburan hiperrealitas juga terjadi pada institusi agama. Institusi agama yang dimaksud adalah salah satu megachurch di Jakarta yang diminati oleh jemaat kaum muda kelas menengah atas. Berbeda dengan gereja arus utama, gereja tersebut memiliki berbagai karakteristik yang mendukung konsumerisme, dan terbentuknya hiperrealitas.
Beberapa studi sebelumnya membahas mengenai komodifikasi produk simbolis namun dalam artikel ini penulis menganalisis simulakra dan proses simulasi melalui ideologi khotbah, artis simbol gereja, oleh para petugas gereja setempat, fasilitas gereja seperti alat musik.
Dalam artikel ini penulis berargumen bahwa salah satu megachurch di Jakarta adalah sebuah hiperrealitas yang menawarkan produk simbolis untuk dikonsumsi oleh jemaat yang dapat memberikan efek kepuasan simbolis kepada jemaat secara khusus kaum muda. Dalam tulisan ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan mewawancarai sembilan informan yang merupakan jemaat salah satu megachurch di Jakarta.

Beside the entertaiment world, hyperreality is also practised in the religious institution. Religious institution is megachurch in Jakarta that is attended by middle-upper class youth. Unlike the mainline church, the megachurch has various characteristics that support consumerism, and the formation of hyperreality. Previous studies have discussed the commodification of symbolic products.
This study focuses on the commodification of religion by analyzing simulacra and simulation processes through ideology sermons, artists church symbols, by local church officials, church facilities such as musical instruments.
This article argues that the megachurch in Jakarta regulates hyperreality by offering symbolic products to congregation. The congregation provides symbolic satisfactions towards the youth. In this paper, the researcher applies a qualitative approach by interviewing nine informers who are part of the megachurch congregation
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Vica Bachriyani
"Penelitian ini mengenai bagaimana pengaruh kebijakan pemerintah terhadap pendidikan etnik Cina di Malaysia 1945-1970. Etnik Cina merupakan etnik minoritas di Malaysia yang selalu berjuang mendapat hak-hak sebagai warga negara termasuk dalam aspek pendidikan. Kedatangan imigran-imigran Cina ke Malaysia adalah untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Perkembangan komunitas Cina semakin stabil sehingga aspek-aspek sosial seperti pendidikan semakin diperhatikan.
Sejak Zaman kolonial, Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah berdampak terhadap pendidikan etnik Cina. Pernerintah kolonial membatasi pendidikan etnik Cina karena ketakutan akan ideologi komunis dan anti-imperialisme. Kedatangan Jepang ke Malaysia membuat sekolah Cina di Cutup karena sentimen Jepang terhadap Cina.
Pada saat Malaysia merdeka pun pendidikan untuk etnik Cina mendapat kendala dari kebijakan pemerintah yang dikeluarkan terutama dalam penggunaan bahasa. Ditetapkan bahasa nasional Malaysia yaitu bahasa Melayu, yang harus di implementasikan dalam seluruh sekolah sebagai bahasa pengantar utama. Kebijakan ini menimbulkan kontra dalam pendidikan etnik Cina di Malaysia. Pengumpulan bahan-bahan menggunakan studi literatur, sumber-sumber tertulis hanya ditemukan dalam buku-buku dan artikel-artikel. Sumber arsip, dokumen, tidak digunakan karena penulis mengambil kajian Asia tenggara (Malaysia) sehingga kesulitan untuk ditemukan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S12557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neni Kurniawati
"Pada era globalisasi ini, setiap kelompok masyarakat dituntut untuk bergerak dan berpikir dinamis sesuai dengan keadaan zaman. Begitu pula halnya dengan masyarakat etnis Cina yang sudah dikenaI dengan nilai-nilai budaya yang telah berusia ribuan tahun lamanya. Berbagai perubahan atau penyesuaian pun dilakukan untuk bisa bertahan hidup dalam kelompok masyarakat yang majemuk dengan peraturan-peraturan yang ada di dalamnya. Ada kalanya nilai-nilai yang sudah dipertahankan selama ribuan tahun harus diubah dan disesuaikan dengan keadaan masyarakat di lingkungan tempat tinggal mereka atau bahkan dihilangkan sama sekali karena berbagai faktorDalam tulisan ini, kasus yang penulis ambil sebagai bahan tulisan adalah Persepsi Kaum Muda Etnis Cina di Bandung Tentang Tradisi Ritual Qing Ming. Data-data yang diperoleh untuk tulisan ini diambil dengan dua cara atau metode, yaitu kepustakaan dan wawancara. Wawancara dilakukan setelah dilakukannya studi pendahuluan dengan menggunakan kuesioner, Sample yang diambil berjumlah 25 orang dengan dua puluh orang berasal dari golongan muda dengan rentang usia 15hingga 30 tahun, yang dipilih secara acak dari beberapa sekolah negeri dan swasta di kota Bandung, dan beberapa orang yang tinggal atau beraktivitas di sekitar wilayah Pecinan di Bandung. Bagaimana persepsi baru yang muncul pada kaum muda etnis Cina ini dan faktor-faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah beberapa masalah yang akan dibahas dalam tulisan iniHasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan persepsi kaum muda etnis Cina di Bandung mengenai tradisi ritual Qing Ming dan berbagai hal yang berkaitan dengan tradisi tersebut. Ada dua faktor yang penulis anggap sebagai penyebab terjadinya perubahan persepsi ini, yaitu lingkungan sosial budaya dan peninggalan sejarah. Karena faktor-faktor inilah, maka akhirnya terjadi perubahan nilai dan persepsi yang sudah ada dalam masyarakat Cina serta nilai-nilai yang telah ditanamkan oleh orang tua pada pada informan, terutama mengenai tradisi ritual Qing Ming..."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
S12986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zahra Aghnia
"Restoran etnik merupakan salah satu industri yang semakin berkembang di Jakarta. Kesuksesan restoran etnik ialah dapat merepresentasikan dan menyampaikan etnik tersebut terhadap konsumennya. Salah satu caranya melalui elemen interior, yaitu warna. Penggunaan warna disesuaikan agar dapat memasukkan konteks etnik dengan aktivitas pengguna didalamnya. Salah satu etnik yang menjadikan warna sebagai simbol ialah Cina. Sehingga pada skripsi ini akan membahas restoran Cina yang ditinjau dari segi historis dan modern.
Skripsi ini menghasilkan kesimpulan bahwa warna simbolik dapat dimasukkan kedalam restoran etnik dengan perlakuan interaksi yang berkaitan dengan prinsip dan elemen desain. Perlakuan interaksi yang berbeda maka akan menghasilkan pengalaman ruang yang berbeda pula. Namun pada akhirnya semua kembali kepada persepsi konsumen sebagai pengguna melalui pengalaman dan memori dalam memaknai ruang dalam restoran etnik.

Ethnic restaurant is one of the growing industries particularly in Jakarta. The success of ethnic restaurant itself can be achieved if it could present and delivered the ethnic to the consumers. One of the ways is trough interior element, which is color. The use of color can be adjusted thus it could interpret the ethnic context with the activity of users. One of ethnics who use color as their symbol is the infamous China. Therefore in this thesis the writer will discuss furthermore about Chinese restaurant from historical and modern point of view.
From this thesis we can conclude that a symbolic color can be interpreted to ethnic restaurants with behavior interaction that correlated with the principal and element of design. Different interaction treatment will produce different space experience as well. But in the end, it all goes back to consumers' perception as the user trough experience and memory when it comes to interpreting a space in ethnic restaurants.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rubiana Soeboer
"ABSTRAK
Penelitian mengenai persepsi ketidak adilan berdasarkan stratifikasi mayoritas-minoritas ini disusun berdasarkan konstruksi teoritik mengenai stratifikasi sosial yang ada di masyarakat (Jeffries dan Ransford, 1980). Menurut Jeffries dan Ransford, stratifikasi sosial di masyarakat secara hirarkis terdiri dari stratifikasi kelas (aset ekonomi, posisi pekerjaan, tingkat pendidikan, dan gaya hidup), etnik, jenis kelamin, dan usia. Stratifikasi sosial yang ada di masyarakat akan membedakan mereka yang berada pada posisi manoritas (kelompok yang menguasai surplus kekuasaan, kekayaan, previlegi, dan prestise) dan mereka yang berada pada posisi minoritas (kelompok yang kurang memiliki aset kekuasaan, kekayaan, previlegi, dan prestise). Secara obyektif diasumsikan bahwa mereka yang berada pada posisi minoritas akan merasakan adanya ketidak adilan yang berkaitan dengan distribusi sumber daya ini. Namun demikian, kondisi obyektif ini tidak selalu ada pada semua kelompok masyarakat. Pada masyarakat dengan budaya tertentu seperti budaya Jawa, persepsi ketidak adilan yang dirasakan oleh kelompok minoritas (kelas bawah) tergantung pada hubungan baik (kekerabatan) antara kelompok kelas ini dengan si pelaku.
Dalam studi ini, di samping kondisi obyektif dan subyektif, tipe "distribusi reward" serta sumber pertukaran dalam interaksi mayoritas-minoritas juga perlu dilihat. Alasannya adalah tipe "distribusi reward" yang ada di masyarakat terkait dengan setting kultural di mans individu tersebut berada. Dalam studi ini
diasumsikan bahwa subyek penelitian balk Jawa maupun Cina melakukan "ditribusi reward" yang equity. Bila "equity" dalam kelompok Jawa berarti adanya pola pertukaran yang tidak sejajar antara atasan bawahan sesuai dengan input yang diberikan oleh masing-masing pihak, maka dasar "equity" kelompok Cina adalah input yang berupa kapasitas pribadi (uang yang diiniliki, informasi, atau barang).
Berdasarkan asumsi teoritik di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah teori tersebut sesuai bila diterapkan pada kondisi masyarakat Indonesia khususnya Jakarta yang terpilah berdasarkan (1) variabel stratifikasi kelas, yaitu kelas menengah sebagai kelompok mayoritas dan kelas bawah kelompok minoritas, (2) variabel stratifikasi etnik, yaitu kelompok etnik Jawa sebagai kelompok mayoritas dan kelompok Cina sebagai kelompok etnik minoritas, dan (3) interaksi antara variabel stratifikasi kelas dan variabel stratifikasi etnik. Diasumsikan bahwa ketiga variabel penentu di atas akan berpengaruh terhadap persepsi subyek penelitian mengenai pengalaman yang dianggapnya tidak adil. Di samping pengaruh kondisi obyektif struktur mayoritas-minoritas, kondisi subyektif yaitu nilai-nilai budaya tradisional juga ikut berpengaruh terhadap persepsi subyek penelitian.
Sampel penelitian yang diambil adalah 200 sampel penelitian masyarakat Jakarta dewasa (berusia 21 tahun ke atas) dan telah bekerja. Jumlah sampel tersebut terbagi menjadi 100 subyek Jawa golongan menengah dan golongan bawah, dan 100 subyek Cina golongan menengah bawah.
Alat ukur disususun berdasarkan teori dan klasterisasi yang telah dibuat oleh Mikula dkk. (1990).
Secara keseluruhan hasil-studi ini menunjukkan bahwa:
Pada kelompok kelas menengah dan bawah persepsi subyek tidak semata-mata dipengaruhi oleh kondisi obyektif mereka dalam stratifikasi sosialnya, melainkan ia juga dipengaruhi oleh kondisi subyektif mereka yaitu nilai-nilai budaya tradisional yang
mengutamakan hubungan baik antara subyek dengan pelaku ketidak adilan. Pada kelompok Jawa, persepsi tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai subyektif budaya tradisional subyek yaitu nilai-nilai kekerabatan. Pada kelompok Cina, persepsi subyek dipengaruhi kondisi obyektif mereka dalam stratifikasi sosialnya. Pada masyarakat Jakarta baik kelompok Jawa maupun Cina, terdapat kecenderung untuk mempraktekkan "distribusi reward" negatif bilamana kelompok tersebut dalam interaksinya berada pada posisi super-ordinat.
Tujuan studi ini, selain untuk mengetahui masalah ketidak adilan pada masyarakat yang terstruktur berdasarkan stratifikasi mayoritas minoritas, studi ini juga dilakukan untuk membentuk klaster ketidak adilan yang khas Indonesia khususnya Jakarta.
Berdasarkan hasil studi ini, ternyata pertama, tipe ketidak adilan yang dominan muncul adalah adanya perlakuan sewenang-wenang atasan di tempat kerja, perlakuan sewenang-wenang figur otoritas pegawai pemerintah, dan perlakuan tidak adil oleh atasan di tempat kerja dalam hal distribusi barang dan keuntungan. Kedua,masalah diskriminasi seks bagi wanita dan diskriminasi etnik baik bagi kelompok etnik Jawa maupun.kelompok etnik Cina muncul sebagai salah satu tipe ketidak adilan yang ada di Jakarta.
Berdasarkan hasil studi ini, saran yang dapat diberikan mencakup dua hal, yang pertama saran yang dapat diberikan seandainya dilakukan penelitian berikutnya yang menyangkut topik penelitian ini, dan yang kedua saran aplikatif yang dapat diterapkan oleh pihak-pihak yang membutuhkannya.
"
1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>