Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137810 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Yusron Effendi
"Pisang adalah buah yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia. Satu dari lima jenis pisang lokal yang terbanyak dikonsumsi adalah pisang ambon (Musa AAA `Pisang Ambon`). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya aktivitas antioksidan pada ekstrak daging pisang ambon dan membandingkan hasilnya dengan senyawa yang diketahui memiliki aktivitas antioksidan, yakni vitamin A, vitamin C, dan katekin dengan mengukur bilangan peroksida. Terdapat 5 kelompok perlakuan, yakni minyak goreng, minyak goreng yang ditambahkan Vitamin A, vitamin C, katekin, dan ekstrak daging pisang ambon. Tiap kelompok akan dioksidasi dengan cara pemanasan 60oC selama 1 hari dilanjutkan oksidasi udara terbuka pada suhu kamar (27oC) selama 7 hari, dengan pengulangan sebanyak 6 kali. Peroksida yang terbentuk dari oksidasi tersebut akan dihitung dengan melakukan titrasi dengan Natrium Tiosulfat (Na2S2O3) 0,1 N. Peroksida yang dihasilkan minyak yang ditambahkan ekstrak daging pisang ambon secara bermakna (p < 0.05) lebih sedikit dibandingkan peroksida yang dihasilkan minyak goreng, minyak goreng yang ditambahkan vitamin A, dan minyak goreng yang ditambahkan vitamin C, namun masih lebih besar dibandingkan minyak goreng yang ditambahkan katekin. Sebagai kesimpulan, ekstrak daging pisang ambon terbukti memiliki aktivitas antioksidan karena mampu mengurangi pembentukan peroksida. Aktivitas antioksidan tersebut lebih baik daripada vitamin A, dan vitamin C, namun tidak sebaik katekin.

Banana is the most consumed fruit by Indonesian. One of the top five most consumed species of the banana is Ambon banana (Musa AAA `Pisang Ambon`). The objectives of this research were to discover if there was antioxidant effect in the pulp of Ambon banana (Musa AAA `Pisang Ambon`) and to compare the result with some antioxidant substances, such as vitamin A, vitamin C, and catechin by measuring the peroxide number. There were five experiment groups, which were cooking oil , cooking oil added with vitamin A, cooking oil added with vitamin C, cooking oil added with catechin, and cooking oil added with Ambon banana pulp extract. Sample of each group was oxidized by heating at 60oC for one day continued with open air oxidation at room temperature (27oC) for seven days. This experiment was repeated six times. Peroxide formed by this oxidation reaction was measured by titrating the samples with Natrium tiosulphate (Na2S2O3) 0,1 N. Peroxide formed by oxidation of cooking oil added with banana pulp extract was significantly (p < 0.05) less than those formed by oxidation of cooking oil , cooking oil added with vitamin A, and cooking oil added with vitamin C, but still more than cooking oil added with catechin. As the result, it was proven that there was antioxidant activity in Ambon banana pulp extract due to the capability of reducing peroxide formation. This antioxidant activity was better than the activity of vitamin A and vitamin C, but was still worse than the activity of catechin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S09051fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Widia Dinagunata
"Di Indonesia, pisang memiliki nilai konsumsi tinggi dan dapat dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat serta diketahui memiliki kandungan antioksidan didalamnya. Tujuan penelitian ini ialah membandingkan aktivitas antioksidan pada ekstrak daging pisang mas dengan senyawa lain yang telah diketahui sebagai senyawa antioksidan. Metode penelitian yang digunakan yaitu studi eksperimental dengan sampel pisang mas yang diambil dari Pasar Rawasari, Jakarta Pusat melalui penghitungan bilangan peroksida. Dari hasil penelitian, nilai penghitungan bilangan peroksida pisang mas lebih tinggi dari nilai penghitungan bilangan peroksida katekin namun lebih rendah dibandingkan nilai penghitungan vitamin A dan vitamin C. Sehingga dapat disimpulkan bahwa didalam ekstrak daging pisang mas terdapat aktivitas antioksidan.

In Indonesia, banana have high consume value and can be consume by all of people, and it is known to be contain of antioxide in it. The aim of this research is compare antioxide effect of "Mas" banana pulp extract with other substance that known as antioxidant. The method of reseach is eksperimental study with "Mas" banana samples, were collected on "Pasar Rawasari" , Central Jakarta. From this research, value of peroxide number "Pisang Mas" higher than value of peroxide number catechin but lower than value of vitamin A and vitamin C. As a conclusion, there is antioxidant activity in ?Mas?banana pulp extract."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurhidayah bt. Pazil
"Pisang (Musa Acuminata) merupakan jenis buah yang mengandung banyak senyawa kimia yang bersifat antioksidan dan antibakteri, salah satunya adalah pisang raja (Musa AAB ?Pisang Raja'). Pisang raja merupakan kultivar lokal dan populer di Indonesia, mudah ditemukan, memiliki harga yang relatif murah, serta merupakan jenis pisang yang bisa langsung dimakan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan akivitas antioksidan ekstrak daging pisang raja dengan antioksidan lain yaitu vitamin A, vitamin C, dan katekin melalui penghitungan bilangan peroksida. Bilangan peroksida ditentukan dengan cara titrasi iodometri.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna pada bilangan peroksida yang terbentuk pada sampel minyak saja dan minyak yang ditambah katekin jika dibandingkan dengan sampel minyak yang ditambah dengan ekstrak daging pisang raja. Namun pada sampel minyak yang ditambah dengan vitamin A dan C tidak menunjukkan adanya bilangan peroksida yang berbeda bermakna jika dibandingkan dengan sampel minyak yang ditambah dengan ekstrak daging pisang raja. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan efek antioksidan ekstrak daging pisang raja sama baiknya dengan vitamin A dan vitamin C namun tidak sebaik katekin.

Banana (Musa Acuminata) is a type of fruit that contains a lot of chemical substances that work as antioxidant and antibacterial, one of these is ?pisang raja'. ?Pisang Raja' is a local cultivar banana that is popular among Indonesian which is easy to get with relevant price, and it is a type of banana that can be served directly.
The aim of this research is to compare the antioxidant effect of Pisang Raja's pulp extract with other antioxidant such as vitamin A, vitamin C and catechin by calculating the peroxide number. Peroxide number was determined by iodometri titration method.
The result showed that there is a significance difference in peroxide number which formed in oil sample and in oil which has been added with catechin if it is compared to oil which has been added with Pisang Raja's pulp extract sample. However, in oil which has been added with vitamin A and C showed no significance difference in their peroxide number if it is compared to oil which has been added with Pisang Raja's pulp extract sample. Based on this result, it can be concluded that the antioxidant effect of Pisang Raja's pulp extract is as good as vitamin A and C but not as good as catechin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syah Abdaly
"Pisang Raja Sere (Musa AAB ?Pisang Raja Sere?) memiliki banyak kandungan gizi termasuk senyawa antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan aktivitas antioksidan pada ekstrak daging pisang Raja Sere dengan vitamin A, vitamin C dan katekin. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental melalui penghitungan bilangan peroksida. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bilangan peroksida sampel minyak yang ditambahkan ekstrak daging pisang Raja Sere, lebih kecil dibandingkan sampel minyak yang ditambahkan vitamin A maupun vitamin C, namun lebih besar dibandingkan dengan sampel minyak yang ditambahkan katekin. Secara statistik, perbedaan bilangan peroksida ini bermakna karena nilai p<0,05; sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak daging pisang Raja Sere terbukti lebih baik dibandingkan vitamin A dan vitamin C, tetapi tidak sebaik katekin.

Raja Sere banana (Musa AAB ?Pisang Raja Sere?) contains a lot of dietary components include antioxidant substances. This research was aimed to compare the antioxidant activity between Raja Sere banana pulp extract, vitamin A, vitamin C, and catechin. This research used experimental method through peroxide value counting. This research?s results showed that average peroxide value of the oil added with Raja Sere banana pulp extract sample was less than the oil sample which was added with either vitamin A or vitamin C, but bigger than the oil sample which was added with catechin. Statistically, this comparison is valuable because the ?p value? is <0,05. Thus, it could be concluded that Raja Sere banana pulp?s antioxidant activity is better than vitamin A and vitamin C, but not as good as catechin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Reinardi Wijaya
"Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam.Contohnya cabai, yang manaternyatamemegang peranan penting di rumah tangga Indonesia, baik sebagai komponen maupun pelengkap makanan.Melihat hal tersebut, terdapat potensi bagi cabai untuk menjadi sumber antioksidan yang lebih terjangkau dan mudah diakses masyarakat jika dibandingkan vitamin C sebagai suplemen antioksidan terpopuler. Pada penelitian ini akan dilakukan perbandingan potensi aktivitas antioksidan ekstrak etanol cabai hijau besar (Capsicum annuum Linnaeus) dengan vitamin C melalui uji DPPH. Pada kelompok perlakuan ekstrak etanol cabai hijau besar (Capsicum annuum Linnaeus), digunakan konsentrasi 10 μg/ml, 20 μg/ml, 50 μg/ml, 100 μg/ml, dan 200 μg/mlsebanyak 5 buah replikasi; sementara pada kelompok kontrol positif vitamin C, digunakan konsentrasi 0,7 μg/ml, 1,4 μg/ml, 3,5 μg/ml, 7 μg/ml, dan 14 μg/ml sebanyak 5 buah replikasi.Berdasarkan persamaan linear persentase inhibisi DPPH, nilai IC50 rata-rata dari ekstrak etanol cabai hijau besar sebesar 141,229±3,420 μg/ml,sedangkan nilai IC50 rata-rata dari vitamin C sebesar 6,951±0,049 μg/ml.Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol cabai hijau besar (Capsicum annuum Linnaeus) memiliki potensi antioksidan sedang sedangkan vitamin C memiliki potensi antioksidan sangat kuat, dengan perbedaan rerata 134,278 (p <0,001).

Indonesia is a country with bountiful natural resources. One example is chili, which held significant role inIndonesian household, either as component or complement to food. Therefore, the potential use of chili as affordable and accessible antioxidant source is indefinite compared to vitamin C as the most popular antioxidant supplement.In this research, the antioxidant activity potency of large green chili ethanol extract (Capsicum annuum Linnaeus) and vitamin C will be compared by DPPH assay.In the intervention group of large green chili ethanol extract (Capsicum annuum Linnaeus), concentration of 10 μg/ml, 20 μg/ml, 50 μg/ml, 100 μg/ml, and 200 μg/ml is used with 5 replications; while in the positive control group of vitamin C, concentration of 0.7 μg/ml, 1.4 μg/ml, 3.5 μg/ml, 7 μg/ml, and 14 μg/ml is used with 5 replications. From the linear equation of DPPH inhibition percentage, the average IC50 of large green chili ethanolextract is found to be 141.229±3.420 μg/ml, while the average IC50 of vitamin C is found to be6.951±0.049 μg/ml.By the result of this research, it can be concluded that large green chiliethanol extract (Capsicum annuum Linnaeus) has a moderate antioxidant potency while vitamin C has a very strong antioxidant potency, with mean difference of 134.278 (p<0.001)."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Nurhidayati
"Minimnya konsumsi serat dapat menyebabkan terjadinya berbagai penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk berbahan dasar buah dan kulit pisang (Musa paradisiaca) sebagai makanan alternatif sumber serat berupa donat yang dapat diterima masyarakat. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan metode rancangan acak lengkap. Panelis dalam penelitian ini adalah 50 mahasiswa FKM UI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa donat yang paling disukai panelis adalah donat 683 dengan substitusi buah dan kulit pisang (dry basis) sebesar 5,82% buah pisang dan 18,41% kulit pisang. Berdasarkan hasil uji laboratorium, donat 683 memiliki kandungan gizi yaitu energi 338,91 kkal; air 28,23 gram; abu 0,73 gram; lemak10,95 gram; protein 4,31 gram; karbohidrat 55,78 gram; serat pangan larut 2,13 gram; dan serat pangan tak larut 9,12 gram per 100 gram donat. Penambahan buah dan kulit pisang dengan kadar serat tinggi pada donat formulasi meningkatkan jumlah energi, kadar abu, lemak, karbohidrat, dan kadar serat pangan total (serat pangan larut dan tak larut).

Deficiency of dietary fiber can cause so many diseases. The main goals from this research are to make innovative product, especially donut, that made from fruit and peel of banana (Musa paradisiaca) and also to know the acceptance for this product. This research is an experimental research that using completely randomized design method. Panelists for hedonic test in this research are 50 students from Faculty of Public Health UI. The result of this research shows that the favorite donut is donut 683 that substituted by 5,82% banana fruit and 18,41% banana peel (dry basis). Based on laboratorium analysis, the nutrient contents of donut 683 are 338,91 kcal of energy; 28,23 gram of moisturize (water); 0,73 gram of ash; 10,95 gram of fat; 4,31 gram of protein; 55,78 gram of carbohydrate; 2,13 gram of soluble dietary fiber; and 9,12 gram of insoluble dietary fiber per 100 gram of donut. Addition of fruit and peel of banana, that contain with high fiber, can increase the content of energy , ash, fat, carbohydrate, and total dietary fiber (soluble and insoluble dietary fiber)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60321
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Irawati Soeria Santoso
"Angiogenesis dalam keadaan normal mempunyai peranan antara lain dalam pertumbuhan dan penyembuhan jaringan. Beberapa zat dapat mempengaruhi proses angiogenesis. Zat yang dapat merangsang keaktifan angiogenesis dapat dipakai untuk merangsang pertumbuhan atau penyembuhan jaringan. Sebaliknya, zat yang dapat menekan proses angiogenesis dapat dipergunakan untuk menghambat pertumbuhan sel-sel tumor. Zat antioksidan dapat menghambat kerusakan jaringan dengan menghambat pembentukan gugus radikal bebas yang berlebihan. Beberapa vitamin seperti vitamin A (beta karoten), vitamin C (asam askorbat) dan vitamin E (alfa tokoferol) mempunyai sifat sebagai antioksidan. Yang menjadi permasalahan ialah apakah vitamin A, vitamin E dan vitamin C mempunyai efek terhadap keaktifan angiogenik. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin A, vitamin C dan vitamin E yang mempunyai sifat antioksidan terhadap keaktifan angiogenik. Pada penelitian ini dipergunakan jaringan endometrium dari tikus putih (W Ct star) pada kehamilan hari ke 5. Saringan endometrium dari setiap tikus dibagi dalam 4 kelompok. Kelompok 1 direndam dalam RPMI 1640 + vitamin A, kelompok 2 direndam dalam RPMI 1540+ vitamin C dan kelompok 3 dengan RPMI 1640 + vitamin E. Kelompok 4 sebagai kontrol, jaringan direndam dalam RPMI 1640. Semua jaringan diinkubasi pada suhu 37 derajat C , 5 % C02 selama 60 menit. Pemeriksaan angiogenesis dilakukan dengan metoda Folkman. Eksplan jaringan endometrium yang dipotong-potong dengan ukuran kurang lebih 500 um , ditempatkan dalam matriks gel kolagen 3 dimensi yang berisi sel endotel (HUVEC) dalam media NCTC dan FCS. Eksplan tersebut dikultur selama 96 jam. Potensi angiogenik endometrium diukur dengan derajat migrasi sel endotel menuju jaringan yang ditanam ( skor 0 - 4 ). Skor aktifitas angiogenik adalah Mode dari skor angiogenik eksplan yang ditanam pada setiap cawan kultur. Untuk mengetahui perbedaan skor angiogenik setiap kelompok digunakan analisa dengan Chi-squared test dengan p t 0.05 dan derajat kebebasan (k-1)(b-1). Telah diperiksa aktivitas angiogenik 17 tikus. Dibandingkan dengan kontrol, maka pemberian vitamin A, vitamin C dan vitamin E memberikan skor aktivitas angiogenik yang lebih baik. Namun perbedaan ini tidak bermakna. Skor aktivitas angiogenik pada pemberian vitamin A dan C adalah 1 sedangkan vitamin E mendekati 1 dan pada kontrol lebih rendah sedikit dari pemberian vitamin E. Semula diduga bahwa vitamin A akan menekan proses angiogenesis namun dalam penelitian ini pemberian vitamin A memberikan hasil meningkatkan skor aktivitas angiogenesis. Mungkin hal ini disebabkan oleh dosis vitamin yang diberikan dan sifat vitamin A yang dapat menghambat pertumbuhan sel endotel (retinol babas) dan merangsang pertumbuhan sel (beta karoten dan retinol yang berikatan dengan protein -karier). Sebagai kesimpulan dalam penelitian ini ialah vitamin yang mempunyai sifat sebagai antioksidan walaupun tidak bermakna namun dapat memperbaiki skor angiogenesis dan mungkin dapat dikembangkan sebagai terapi tambahan disamping terapi konvensional pada beberapa penyakit di klinik.

Angiogenesis is an important physiologic process, which plays an essential role in normal tissue growth or repair. Several substances have been known to modulate angiogenic activity and can therefore be used either to stimulate or inhibit angiogenesis. Antioxydants are known to check tissue injury by inhibiting the formation of free radicals. vitamins A (beta carotene), C (ascorbic acid.), and E (alpha tacopherol) have antioxydant properties. The problem is to determine if these vitamins can also affect angiogei is activity. The purpose of this study is to investigate whether the antioxydant properties of vitamins A, C, and E can affect angiogenesis. Endometrial tissue samples were obtained from white rats (Wistar) on the fifth day of pregnancy. Samples from each rat were divided into 4 portions. The first portion was put into a solution of RPMI 1640 and vitamin A, the second into RPMI 1640 and vitamin C, and the third into RPMI 1640 and vitamin E. The last portion, as control, was put into a solution containing only RPMI 1640. All portions.were incubated at 37°C with 5% C02 for 60 minutes. Angiogenic assay followed the Folkman method. Explants from endometrial tissue were finely chopped into pieces smaller than 500 um and placed in a 3 dimensional collagen gel matrix containing endothelial cells (HUVEC) in NCTC and FCS media. the explants were cultured for 96 hours. Endometrial angiogenic potential were quantified by the degree of endothelial cell migration towards the explants, with a possible score of 0 - 4. The angiogenic activity score is the mode of the explant angiogenic score in each culture dish. Statistical analysis by using the chi-squared test with p<0.OOF. and a degree of freedom of (k-l) (b-1) was used to determine the difference in angiogenic score of each portion. The angiogenic activity of samples from 17'female white rats was evaluated. Vitamins A, C, and E was found to produce a higher score when compared to control. The difference was however not statistically significant. In samples given vitamins A and C the score was 1, while in samples with vitamin E the score was slightly less than 1. The score in the control batch was a little bit less than the vitamin E score. It was thought that vitamin A will inhibit angiogenesis, but this study showed that vitamin A enhanced angiogenic activity. This is probably caused by incorrect dosage, or the characteristics of vitamin A itself. Free retinal has been known to inhibit endothelial cell growth, while beta carotene and retinal bound to protein carriers may stimulate cell growth. From this study it can be concluded that vitamins with antioxydant properties can slightly increase angiogenic scores, and may be developed into an adjuvant tc conventional clinical therapy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sheira Taflah Putri Handana
"Air susu ibu adalah sumber nutrisi paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi, yang mengandung banyak komponen penting salah satunya antioksidan enzimatik yaitu Superoksida Dismutase (SOD). Sebagai antioksidan lini pertama, SOD berfungsi mengkatalisis superoksida menjadi hidrogen peroksida dan selanjutnya hidrogen peroksida diubah menjadi air dan alkohol oleh katalase (CAT) dan Glutation Peroksidase (GPx). Vitamin E sebagai antioksidan eksogen dari luar tubuh akan membantu kerja SOD untuk mencegah keadaan stres oksidatif.  Fungsi vitamin E adalah mencegah terjadinya kerusakan lemak pada membran sel. Vitamin E akan bekerja secara sinergis dengan vitamin C yang akan mengubah kembali vitamin E menjadi bentuk non radikal. Asupan vitamin E dan vitamin C di Indonesia masih belum jelas terutama pada ibu laktasi sehingga perlu diteliti lebih lanjut. Penelitianini merupakan penelitianpotong lintang yang dilakukan di Puskesmas Grogol Petamburan dan Puskesmas Cilincing pada 60 orang ibu laktasi berusia 20-40 tahun yang menyusui bayi berumur 1-6 bulan. Penelitian ini berlangsung sejak bulan Maret hingga April 2019 yang bertujuanuntuk melihat korelasi antara asupan vitamin E dan vitamin C dengan aktivitas total SOD eritrosit dan ASI. Aktivitas total SOD eritrosit dan ASI dinilai menggunakanRansod kit 125 dengan metode spektrofotometri. Median aktivitas total SOD eritrosit sebesar 423,73 (242-858) U/ml, sedangkan median aktivitas total SOD ASI 58,34 U/ml(24,86-287,79) U/ml. Asupan vitamin E yang diperoleh pada penelitian ini adalah 91,7% subjek memiliki asupan vitamin E yang rendahsedangkan 70% subjek memiliki asupan vitamin C yang cukup. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya korelasi bermakna antara asupan vitamin E dan C dengan aktivitas total SOD eritrosit dan ASI (p>0,05).

Human milk is the best nutrition for infant's growth and development. Human milk contains many components, one of them is superoxide dismutase (SOD). As a first line antioxidant, SOD plays a role to convert superoxide into hydrogen peroxide and furthermore will continue with catalase (CAT) and gluthathione peroxide (GPx) to change hydrogen peroxide into water and alcohol molecule. Vitamin E as an exogenous antioxidant will help SOD to prevent oxidative stress. Vitamin E inhibits lipid peroxidation in membrane cell. Vitamin C helps vitamin E back into non radical molecule. Vitamin E and vitamin C intake in Indonesia still unclear especially among lactating mothers. This cross sectional study conducted in Grogol Petamburan and Cilincing Health Centre in 60 lactating mothers aged 20-40 yo whose feeding 1-6 months infants. Study was held from march until April 2019 to assess correlation between vitamin E and C intake of lactating mothers with erythrocyte and brestmilk SOD total activity. Total SOD activity in erythrocyte and human milk were analyzed with Ransod kit 125with spectrophotometry method. Median SOD total activity in erythrocyte was 423,73 (242-858)U/ml, meanwhile SOD total activity in breastmilk has median value 58,34 U/ml (24,86-287,79) U/ml. Subjects with low vitamin C intake were 91,7% and 70% subjects had adequate vitamin C intake. There were no significant correlation between vitamin E and vitamin C intake in lactating mothers with erythrocyte and breastmilk SOD total activity (p>0,05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55566
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Exaudi Ebennezer
"Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terbukti kaya akan kandungan xanton yang memiliki potensi aktivitas antioksidan yang sangat tinggi. Pada penelitian ini digunakan metode peredaman DPPH (2,2-Difenil-1-pikrilhidrazil) untuk mengetahui IC50 dari ektrak etanol kulit buah manggis dan sediaan serum. Penelitian ini merupakan aplikasi dari ekstrak kulit buah manggis dalam sediaan likuid dengan sedikit pelarut dan banyak komponen bioaktif, yang dalam istilah kosmetik disebut sebagai serum. Penelitian ini bertujuan untuk menguji stabilitas fisik dan pengaruh dari vitamin C terhadap aktivitas, stabilitas dan daya penetrasi ekstrak etanol kulit buah manggis pada serum antikerut. Selanjutnya ekstrak diformulasikan ke dalam tiga jenis sediaan yang terdapat variasi vitamin C sebagai peningkat penetrasi dan satu sediaan tanpa ekstrak dan vitamin C. Ketiga sediaan diuji daya penetrasinya secara in vitro dengan sel difusi Franz menggunakan membran abdomen tikus betina galur Sprague-Dawley. Nilai IC50 ekstrak etanol kulit manggis adalah 15,27 ppm, sedangkan sediaan formula 1, 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 109.347,45; 13.275,86; 2014,18 dan 126,52 ppm. Jumlah kumulatif xanton total yang terpenetrasi dari sediaan formula 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 15,79±0,18; 26,85±1,03 dan 61,05±2,53%. Fluks dari sediaan formula 2, 3 dan 4 berturut-turut adalah 0,15±0,003; 0,37±0,01 dan 0,92±0,03 μg/cm2.jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya vitamin C akan meningkatkan daya penetrasi sediaan serum. Seluruh sediaan menunjukkan kestabilan secara fisik.

Mangosteen pericarp (Garcinia mangostana L.) has been proved to have plenty of xanthone with high antioxidant. This study was done using DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl) to determine the IC50 of ethanolic extract of mangosteen pericarp and serum preparations containing extract. This study is an application of mangosteen pericarp extract in liquid preparations with a little solvent and many bioactive components, which in terms of cosmetics called serum. The aims of this study are to test the physical stability and the effect of vitamin C on the activity, stability and penetration ability of ethanolic extract of mangosteen pericarp on antiaging serum. Furthermore, ethanolic extract formulated into three variations in preparation of vitamin C as a penetration enhancer and one preparations without extract and vitamin C. The three preparations were examined their penetration ability by in vitro Franz diffusion cell using rat abdominal skin as diffusion membrane. IC50 values of ethanolic extract of mangosteen pericarp were obtained at 15,27 ppm, whilst the preparations formula 1, 2, 3 and 4 were 109.347,45; 13.275,86; 2014,18 and 126,52 ppm, respectively. Total cumulative penetration of total xanthone from formula 2, 3 and 4 were 15,79±0,18; 26,85±1,03 and 61,05±2,53%, respectively. Flux of total xanthone from formula 2, 3 dan 4 were 0,15±0,003; 0,37±0,01 and 0,92±0,03 μg/cm2.hour, respectively. Based on these results, it can be concluded that the presence of vitamin C will increase the penetration ability of serum preparation. All preparations showed physical stability.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
S47083
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masdi Mufrodi
"Latar belakang: Penggunaan obat hemostatik pada hemoptisis masih kontroversial, sebagian ahli meragukan manfaat obat-obat ini, namun sebaiknya diberikan karena berbagai penelitian menunjukan obat ini berpengaruh pada mekanisme penghentian perdarahan. Untuk efektifitas karbazokrom belum ada penelitian penggunaannya pada pasien hemoptisis.
Tujuan: Mengetahui efektivitas pemberian karbazokrom (cromeR) 3x50 mg iv ditambah vitamin K 3x10 mg iv dan vitamin C 3x200 mg dibanding dengan vitamin K 3x10 mg iv ditambah vitamin C 3x200 mg iv dalam mengontrol batuk darah.
Metode: Penelitian ini merupakan studi eksperimental (uji klinis), randomisasi, tersamar ganda, dilakukan mulai bulan Juli 2012 s/d Desember 2013 di RSUP Persahabatan Jakarta. Kelompok perlakuan mendapat karbazokrom (cromeR) 3x50 mg iv ditambah vitamin K 3x10 mg iv dan vitamin C dan kelompok kontrol mendapatkan vitamin K 3x10 mg iv ditambah vitamin C 3x200 mg iv saja. Dilakukan pengamatan sampai bebas batuk darah 1x24 jam atau maksimal 7 hari.
Hasil: Subjek dalam penelitian ini diperoleh 134 orang dengan rata-rata usia 45 tahun, laki-laki 72,4 %, perempuan 27,6% dan diagnosis terbanyak adalah Tb paru 58% kemudian bekas TB 25%. Kelompok perlakuan batuk darah yang terkontrol 95,7%, sedangkan kelompok kontrol 66,7% dengan nilai p<0.001. Kelompok perlakuan lama perdarahannya lebih singkat rata-rata 2 hari sedangkan kelompok kontrol 4 hari dengan nilai p<0.001. Laju perdarahan pada kelompok perlakuan secara bermakna lebih cepat berkurang jumlah perdarahannya dibandingkan kelompok kontrol dengan nilai p<0.001.Tidak ditemukan efek samping pada kedua kelompok subyek. Biaya obat hemostatik tiap hari dikalikan lama batuk darah lebih besar pada kelompok perlakuan rata-rata Rp172.760,- sedangkan kelompok kontrol Rp 118.400,-.
Kesimpulan: Pemberian karbazokrom (cromeR) 3x50 mg iv ditambah vitamin K 3x10 mg iv dan vitamin C 3x200 mg iv lebih efektif dalam mengontrol batuk darah dibanding dengan vitamin K 3x10 mg iv ditambah vitamin C 3x200 mg iv.

Background: Use of hemostatic drugs on hemoptysis remains controversial, some experts doubt the benefits of these drugs, however, it should be given because some research shows these drugs give influence to the mechanisms of haemostasis. There is no research about the effectiveness of carbazochrome for patient with hemoptysis.
Objective: To find out the effectiveness of the provision carbazochrome (cromeR) 3x50 mg iv plus vitamin K 3x10 mg iv and vitamin C 3x200 mg iv compared with vitamin K 3x10 mg iv plus vitamin C 3x200 mg iv to controlling hemoptysis.
Methods: This study was a randomized double-blind controlled trial conducted from July 2012 until December 2013 in the Persahabatan Hospital of Jakarta. The treatment group received carbazochrome (cromeR) 3x50 mg iv plus vitamin K 3x10 mg iv and vitamin C 3x200 mg iv, whereas control group obtained vitamin K 3x10 mg iv and vitamin C 3x200 mg iv only. Observed up to free of hemoptysis 1x24 hours or up to 7 days.
Results: Subjects in this study were obtained 134 people with an average age of 45 years, men 72.4%, women 27.6% and is the highest diagnosis of pulmonary Tuberculosis (Tb) 58% and post Tb25%. Treatment group was 95.7% controlled results, whereas the control group 66.7% with p <0.05. Treatment group have shorter bleeding time, on average 2 days, while the control group is 4 days with p< 0.001. The rate of bleeding in the treatment group significantly reduced faster than the control group with p < 0.001. No adverse reactions in the two groups. Hemostatic drug costs per day times hemoptyis long-time was greater in the treatment group average of Rp 172.760,- while the control group Rp 118.400,-
Conclusion: Giving carbazochrome (cromeR) 3x50 mg iv plus vitamin K 3x10 mg iv and vitamin C 3x200 mg iv more effective to control hemoptysis than vitamin K 3x10 mg iv and vitamin C3x200 mg iv.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>