Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169769 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lila Kesuma Hairani
"Tahun 2001-2004, angka insiden demam berdarah dengue (DBD) di kecamatan Cimanggis melonjak dengan tajam. Upaya pemberantasan penyakit DBD terus dilakukan hingga kini.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran epidemiologi DBD dan faktor-faktor yang mempengaruhi angka insidennya di Kecamatan Cimanggis tahun 2005?2008. Jenis penelitian adalah desain observasional (studi deskriptif korelasi/ekologi). Hasil penelitian menyebutkan proporsi kasus terbesar pada kelompok umur ≥15 tahun sedangkan insiden tertinggi pada 5?9 tahun. Kasus terbesar terjadi pada Kelurahan Tugu, sedangkan insiden tertinggi terjadi pada Kelurahan Curug dengan cenderungan terjadi pada awal hingga pertengahan tahun dengan puncak sekitar bulan Januari? Maret. Hasil bivariat menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara kepadatan penduduk, fogging, temperatur, curah hujan, dan kelembaban dengan angka insiden DBD di Kecamatan Cimanggis (p<0,05). Berdasarkan hasil tersebut maka peneliti menyarankan program pemberantasan dan pengendalian yang sudah berjalan ditingkatkan keefektifannya dan masyarakat diharapkan mampu cepat tanggap menghadapai bahaya DBD dengan melakukan usaha?usaha pencegahan secara mandiri.

Incidence of dengue haemorrhagic fever (DHF) has increased by the year 2001-2004 in Cimanggis, Depok. DHF prevention and control program has been developed until now. This study investigated epidemiology of DHF and risk factors of DHF incidence in Cimanggis from 2005 until 2008. This was observational design with correlation study. The result revealed that case were highest by the age ≥15 and also highest in Tugu. Incidence were highest by the age 5 ? 9 and highest in Curug which occurred in the early to mid-year with a peak around January until March. The result also revealed were there significant correlation between population density, fogging, temperature, presipitation, and humidity with DHF incidence (p < 0,05). Based on these study, DHF prevention and control program should the effectiveness and hopefully they can prevent the danger of DHF independently."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuda Triyuni Sakdiah
"Penelitian ini untuk melihat gambaran faktor sosiodemografi menurut orang (umur, jenis kelamin), tempat (kelurahan), waktu (bulan, tahun), penyelidikan epidemiologi (PE), fogging fokus (FF) dan hubungan angka bebas jentik (ABJ) dengan kejadian kasus DBD di Kecamatan Tanjungkarang Timur Kota Bandar Lampung tahun 2005-2008. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan disain korelasi. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Data sekunder berasal dari Dinas Kesehatan Kota, Kantor Kecamatan Tanjungkarang Timur dan BPS Kota Bandar Lampung. Hasil penelitian didapatkan: angka insiden tertinggi pada kelompok umur 5-14 tahun (487 per 100.000 penduduk), jenis kelamin laki-laki (320 per 100.000 penduduk), Kelurahan Rawa Laut (346 per 100.000 penduduk), bulan Januari tahun 2007 (56 per 100.000 penduduk).
Hasil kegiatan PE telah mencapai 100 % sementara hasil kegiatan FF dan PJB masih di bawah standar (31,6 % - 58,9 % untuk FF dan 47% - 92% untuk PJB). Hubungan ABJ dengan kejadian kasus DBD tahun 2005-2007 menunjukkan hubungan tidak bermakna sedangkan tahun 2008 didapatkan hubungan bermakna. Semua analisis berpola negatif artinya semakin tinggi ABJ semakin rendah AI. Disarankan untuk lebih memfokuskan penanggulangan dan pencegahan DBD pada kelompok umur 5-14 tahun (usia sekolah) dengan mengaktifkan PSN melalui UKS. Kelurahan Rawa Laut diharapkan selalu melaksanakan PSN bekerjasama dengan lintas sektoral agar pelaksanaan PE dapat ditindaklanjuti dengan FF. Pemilihan lokasi pada PJB dengan randomisasi dan pemeriksaan dilakukan di dalam rumah dan di luar rumah serta TTU. Sosialisasi Promkes dilakukan dengan distribusi leaflet dan lembar balik serta lebih mengaktifkan peran Pokja/Pokjanal.

This research aims to find out description of socio-demography factors based on people (age, sex), place (Sub-sub district), time (month, year), epidemiology investigation (PE) and fogging focus (FF) correlating to number of mosquito larva level (ABJ) with incident of DBD cases in Sub-District of East Tanjungkarang Timur Bandar Lampung City Year 2005-2008. Type of this research was descriptive with correlation design. Analysis used univariate and bivariate. Secondary data were obtained from Agency of City Health, Sub-District Bureau of East Tanjungkarang and Statistical Bureau Center (BPS) of Bandar Lampung City. Research results showed: number of high incidents at age group of 5-14 year (487 per 100,000 populations), male (320 per 100,000 population), Subsub district of Rawa Laut (346 per 100,000 population), January year 2007 (56 per 100,000 population).
Result of PE activities had reached 100% while result of FF and PJB are still under standard (31.6%-58.9% for F and 47%-92% for PJB). Correlation between ABJ and Incident of DBD cases year 2005-2007 showed meaningless relation while in year 2008 it was significant relation. All of analysis got negative pattern which meant higher mosquito larva level (ABJ) lower AI. It is suggest to the government to focus more in handling and preventing of DBD at age group of 5-14 year (school age) by activating PSN through UKS. Sub-sub district of Rawa Laut was expected to cooperate intensively with cross sectional communities, to hold PSN as implementation of PE could be operated together with FF. Choice of PJB location done by randomizing and investigating should be carried out either in or out of house and in public areas (TTU). Socialization of health promotion (Promkes) should be implemented using distribution of leaflets and sheets back papers and also activating roles of working group (Pokja)/Pokjanal.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Arif Amien
"Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditularkan oteh nyamuk Aedes Aegypti merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sering menimbulkan wabah dan menyebabkan kematian pada banyak orang. Vaksin dan obat untuk mencegah penyakit DBD belum ada, Cara tepat untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti adalah dengan memberantas jentik di tempat berkembang biaknya. Selama ini ada kecenderungan bahwa masyarakat hanya mengharapkah bantuan dan menuntut pemerintah untuk melakukan pemberantasan penyakit DBD di lingkungan pemukiman mereka. Selain itu masih ada anggapan pada masyarakat bahwa kesehatan merupakan tanggung jawab pemerintah. Padahal Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan pentingnya partisipasi masyarakat datam pembangunan kesehatan, namun sampai saat ini penyakit-penyakit menular yang berbasiskan kesehatan Iingkungan cenderung semakin tinggi, sehingga dapat diasumsikan partisipasi masyarakat di bidang kesehatan masih rendah.
Atas dasar hal itulah penelitian ini dilakukan, dengan tujuan ingin mengetahui faktor-faktor atau variabel apa raja yang mempengaruhi partisipasi masyarakat, dan faktor apa yang paling dominan. Dalam beberapa literatur diungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi seseorang, yaitu usia, lama menetap, pendidikan, pekerjaan, penghasilan (Angell, 1958; Ross & Lappin, 1967; Oscar Lewis, 1973; Andersen, 1995), intensitas informasi (Tjokroamidjojo, 1974; Depari, 1978) dan pengetahuan (Ross, 1970; Bambergers & Shams, 1989). Ketujuh faktor tersebut berhubungan secara positif terhadap partisipasi, artinya semakin tinggi faktor-faktor pengaruh tersebut, maka akan semakin tinggi pula partisipasi seseorang.
Pengumpulan data dilakukan melalui survai dengan teknik wawancara berstruktur, sampel penelitian adalah para ibu (istri) yang ditarik secara sistematis berdasarkan kerangka sampel yang telah dibuat sebelumnya, sedangkan analisis data menggunakan perhitungan regresi berganda logistik, dimaksudkan untuk memprediksi besamya peluang (probabilita) pengaruh ketujuh faktor diatas terhadap partisipasi.
Temuan penelitian menunjukkan hanya dua dari tujuh variabel yang signifikan, yaitu variabel pekerjaan dan intensitas informasi. Para ibu yang bekerja pada sektor formal berpeluang untuk berpartisipasi 4,1 kali dibandingkan para ibu yang bekerja pada sektor non formal, sedangkan para ibu yang intensitas informasinya banyak berpeluang untuk berpartisipasi 1,4 kali dibandingkan para ibu yang intensitas informasinya sedikit. Rekomendasi yang diusulkan adalah peningkatan pemahaman masyarakat melalui program peningkatan kualitas materi informasi, program penyediaan sarana informasi yang memadai, serta program penyusunan metode penyampaian informasi sesuai kelompok sasaran."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T591
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debbie Valonda S.
"Upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah dengan dibentuknya Juru Pemantau Jentik (Jumantik) yang bertugas melakukan pemeriksaan jentik secara berkala, sehingga diharapkan dapat mengurangi kejadian kasus DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Angka Bebas Jentik (ABJ) di Kelurahan Pejaten Timur Kecamatan Pasar Minggu Kota Administrasi Jakarta Selatan dengan metode pendekatan cross sectional dan melibatkan 131 Jumantik sebagai responden. Metode analis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor tingkat pendidikan (p = 0,026), tingkat pengetahuan (p = 0,023) dan kegiatan pelaksanaan PSN (p = 0,001) berhubungan dengan Angka Bebas Jentik (ABJ). Kesimpulan dari penelitian ini terdapat tiga variabel yang mempengaruhi ABJ di Kelurahan Pejaten Timur yaitu tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan kegiatan pelaksanaan PSN, meskipun perlu adanya penelitian lebih lanjut.
Efforts made by the Government of Jakarta in disease control Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is the establishment of larva monitoring (Jumantik) assigned to conduct periodic checks larva, which is expected to reduce the incidence of dengue cases. This study aims to determine the factors that affect Figures Non Larva (ABJ) in Sub Pejatentimur District of Pasar Minggu, South Jakarta Administration City with cross sectional method and involves 131 Jumantik as respondents. Method of data analysts using univariate and bivariate analyzes. The results showed that the factor of the level of education (p = 0.026), the level of knowledge (p = 0.023) and the activities of the implementation of PSN (p = 0.001) associated with figure Non Larva (ABJ). The conclusion of this study, there are three variables that influence in Sub Pejatentimur ABJ is the level of education, level of knowledge and implementation activities PSN, although the need for further research."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S58996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harisnal
"ABSTRAK
Infeksi virus dengue masih merupakan masalah kesehatan di
Indonesia saat ini termasuk di Kota Banjarmasin dengan angka kematian yang
tinggi, Tahun 2011 dilaporkan CFR 8,3% dimana sebagian besar pasien DBD ini
dirawat di RSUD ULIN dan RSUD Ansari Saleh Banjarmasin, sementara
penegakkan diagnosis sering sulit, apalagi dalam menilai apakah pada akhirnya
akan terjadi shock (Dengue Shock syndrome) atau tidak. Peningkatan hematokrit,
penurunan angka trombosit, leukosit dan serta perilaku pasien sebelum dirawat
(lamanya sakit, rujukan) biasanya terjadi sebelum demam turun dan sebelum
terjadinya shock. Hal ini merupakan diagnostik yang penting dan prognosis yang
berharga dalam mendeteksi Dengue Shock Syndrome. Sehingga dengan
mengetahui faktor resiko ini dapat mencegah/ mengurangi kematian
Metode: Penelitian bersifat observasional dengan disain kasus kontrol. Kasus
adalah penderita yang didiagnosis DSS berdasarkan diagnosis dokter yang
merawat. Sedangkan kontrol adalah penderita yang didiagnosis sebagai tersangka
DBD oleh dokter yang merawat. Data penelitian diperoleh dari data rekam medis
dan formulir Kewaspadaan Dini Rumah Sakit (KD-RS) yang dirawat di RSUD
ULIN dan RSUD Ansari Saleh dalam periode bulan April 2010 sampai Maret
2012. Rancangan analisis ditujukan untuk memperoleh nilai Odds Ratio (OR)
dilanjutkan dengan multivariat analisis untuk mengetahui faktor risiko yang dapat
mendeteksi DSS sejak dini.
Hasil Penelitian: Variabel yang signifikan secara statistik dan di masukkan ke
dalam prediksi model akhir adalah Jenis Kelamin perempuan (OR=3,250 95%
CI=1,178-8,970), hematokrit ≥25,97% (OR=7,86 95% CI=2,748-22,500) ,
leukosit ≤ 4764,47 (OR=3,826 95% CI=1,375-10,647), lama sakit ≥4 hari
(OR=3,146 95% CI=1,179-8,397) dan rujukan dari puskesmas (OR=4,543 95%
CI=1,700-12,139).Variabel yang paling dominan yang berhubungan dengan
kejadian Dengue shock syndrome adalah hematokrit. Dari hasil tersebut
disarankan agar tenaga kesehatan dan akademisi perlu meningkatkan standar
pelayanan penyakit yang lebih efektif dan efesien yang berisiko terjadinya
Dengue Shock Syndrome.

ABSTRACT
DHF is still a health problem in Indonesia is currently included in
Banjarmasin city with a high mortality rate in 2011 was reported CFR 8.3% where
the majority of dengue patients are treated at the Ulin Hospital and Ansari Saleh
Hospital Banjarmasin, while the diagnosis is often difficult, especially in
assessing whether it will eventually happen shock (dengue shock syndrome) or
not. This is an important diagnostic and prognostic value in the detection of
Dengue Shock Syndrome. So that by knowing these risk factors can prevent /
reduce mortality.
Methods: The study is an observational with case-control design. Cases are those
who hospitalized and diagnosed as suspect Dengue haemorrhagic fever by
clinicans using WHO criteria.Controls are those who hospitalized and diagnosed
as suspect Dengue Haemorrhagic fever by the clinicans. Data were collected from
medical records and (KD-RS) are treated in Ulin Hospital and Ansari Saleh
Hospital in the period from April 2010 until March 2012. Analysis design is done
to obtain Odds Ratio (OR) and followed by using multivariate logistic regression
to determine risk factors that can detect early DSS.
Consclusion: The significant variables in statistic manner and put into the final
model predictions are increasing Female sex (OR=3,250 95% CI=1,178-8,970),
haematocryt ≥25,97% (OR=7,86 95% CI=2,748-22,500) leukopenia ≤4764,47
(OR=3,826 95% CI=1,375-10,647), lengh of hospital ≥4 days (OR=3,146 95%
CI=1,179-8,397) and referrals from Health centers (OR=4,543 95% CI=1,700-
12,139). From these results it is suggested that health professionals and academics
need to improve service standards diseases more effectively and efficiently at risk
of Dengue Shock Syndrome."
2012
T30786
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Toni Wandra
"Hingga dewasa ini demam berdarah dengue (DBD) masih merupakan masalah kesehatan yang utama di Indonesia, karena masih banyak menimbulkan kesakitan dan kematian yang tinggi serta menimbulkan berbagai dampak yang sangat merugikan keluarga baik ditinjau dari aspek sosial maupun ekonomi. Cara yang dianggap tepat untuk memberantas sarang nyamuk DBD atau untuk mencegah DBD adalah membasmi jentik Aedes aegypti dengan cara 3M (M1: Menguras tempat penampungan air seperti bak airlwc, tempayan, dan drum ;M2 : Memberi tutup yang rapat pada tempat penampungan air; dan M3 : Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas, sehingga tidak menjadi sarang atau tempat bertelur dan berkembang-biaknya nyamuk penular penyakit DBD) dan ini sangat memerlukan partisipasi seluruh masyarakat/keluarga. Kegiatan 3M yang bertujuan untuk membasmi jentik nyamuk penular penyakit DBD tersebut dikenal dengan istilah pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue atau disingkat PSN DBD.
Di Indonesia upaya pemberantasan DBD belum berhasil karena kita menghadapi masalah yang luas dan kompleks. Partisipasi keluarga dalam pemberantasan tempat-tempat perindukan vektor DBD, baik yang berada di dalam rumah maupun di luar rumah masih kurang. Kenyataan ini dilaporkan oleh berbagai survei entomologi dan perilaku yang pernah dilakukan oleh Departemen Kesehatan. Hal ini juga terbukti dengan adanya penelitian pendahuluan yang dilaksanakan di salah satu RW di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas pada tahun 1998, sebagian besar dari 50 keluarga yang diteliti (80%) belum berpartisipasi dalam PSN DBD atau dengan kata lain hanya 20% saja yang berpartisipasi dalam PSN DBD. Atas dasar penelitian terdahulu, terdapat faktorfaktor yang mungkin ada hubungannya dengan partisipasi keluarga dalam PSN DBD di salah satu RW di Kelurahan Depok tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi keluarga yang berpartisipasi dalam PSN DBD, anggota keluarga yang menjadi pengambil keputusan (decision maker) dalam keluarga dalam hal PSN DBD dan faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi keluarga dalam PSN DBD di tiga buah RW di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas, Kabupaten Bogor tahun 1999.
Jenis disain penelitian ini adalah cross sectional study, dengan jenis data primer yang diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner dan pengamatan. Dari data yang sudah terkumpul dihitung proporsi keluarga yang berpartisipasi dalam PSN DBD dan anggota keluarga yang menjadi pengambil keputusan dalam keluarga dalam hal PSN DBD. Kemudian dihitung distribusi frekuensi keluarga menurut kategori variabel penelitian serta dianalisis hubungannya dengan partisipasi keluarga dalam PSN DBD menggunakan analisis bivariat dan multivariat.
Peneliti menyimpulkan bahwa partisipasi keluarga dalam PSN DBD di tiga buah RW di Kelurahan Depok, Kecamatan Pancoran Mas masih rendah, sedangkan anggota keluarga yang paling menentukan perlu tidaknya keluarga melakukan PSN DBD (pengambil keputusan) adalah ibu rumah tangga. Pada umumnya pengetahuan ibu rumah tangga yang menjadi pengambil keputusan ini terhadap pemberantasan vektor DBD masih rendah dan hampir seluruhnya mempunyai tingkat pendidikan menengah kebawah. Oleh karena itu untuk meningkatkan partisipasi keluarga dalam PSN DBD dimasa datang, ibu rumah tangga merupakan sasaran penyuluhan yang sangat strategis di lapangan.
Materi penyuluhan seyogyanya disesuaikan dengan tingkat pendidikan dan disampaikan di tempat-tempat serta dengan Cara yang lebih efektif. Dalam kaitan itu, maka keberhasilan program peningkatan partisipasi keluarga dalam PSN DBD tergantung pada sejauh mana pecan yang dapat diberikan oleh tokoh masyarakat. Hal ini karena tokoh masyarakat diyakini mampu meningkatkan pengetahuan ibu rumah tangga terhadap pemberantasan vektor DBD dan sekaligus sebagai tokoh yang dapat mendorong partisipasi ketuarga datam PSN DBD."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwit Gemiwati
"Dalam lima tahun terakhir, Pekanbaru merupakan kota endemis demam berdarah dengue (DBD) dengan kejadian kasus setiap bulan dengan angka insiders yang melebihi angka nasional (20 per 100.000 penduduk). Keberadaan tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor demam berdarah diduga dipengaruhi oleh keadaan seperti curah hujan, hari hujan, indeks hujan, kelembaban dan suhu. Dalam studi ini diteliti hubungan iklim sebagai faktor risiko dengan angka bebas jentik (ABJ) dan dengan angka insiden demam berdarah dengue.
Untuk menganalisis faktor-faktor risiko iklim terhadap ABS dan angka insiden demam berdarah dilakukan studi ekologi di Kota Pekanbaru Propinsi Riau. Data lklim (curah hujan, hari hujan, indeks hujan, suhu dan kelembaban) selama 7 tahun terakhir (1995-2001) dikumpulkan dari Badan Meteorologi dan Geofisika Balai Wilayah I Stasiun Meteorologi Pekanbaru, sedangkan ABJ insiden DBD diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru dan Dinar Kesehatan Propinsi Riau. Hubungan iklim dengan angka bebas jentik, angka bebas jentik dan angka insiden dan iklim dengan angka insiden DBD dengue dianalisis menggunakan uji korelasi, regresi linier sederhana dan regresi linier ganda dengan metoda backward untuk mendapatkan prediksi model hubungan. Karena data ABJ tersedia dalam triwulan maka data iklim yang semula tersusun sebagai data bulanan diubah menjadi data triwulan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa ABJ mempunyai hubungan bermakna dengan suhu (p = 0,044) yang berpola positif dengan keeratan sedang (r = 0,383) dan kelembaban (p = 0,017) yang berpola negatif dengan keeratan sedang (r = -0,446). Selanjutnya regresi liner menunjukkan bahwa model hubungan suhu dengan ABJ adalah ABJ = 73,6 + 0,76 x suhu, sedangkan model hubungan kelembaban dengan ABJ adalah ABJ = 124,3 -- 0,36 x kelembaban. Namun, ABJ dengan angka insiden DBD dan iklim dengan angka insiden DBD tidak mempunyai hubungan bermakna. Disimpulkan bahwa sebagian variabel iklim merupakan faktor risiko ABJ tetapi tidak terbukti bahwa ABJ merupakan faktor risiko DBD.
Daftar bacaan : 40 (1986-2002)

The Relationship Between Climate Factors, Free Vectors Number, and Number of Dengue Incidences in Pekanbaru City Since 1995 Until 2001In the last five years Pekanbaru has been an endemic city of dengue hemorigic fever (DHF) where cases are found monthly with the incidence exceeded the national rate ( 20 per 100.000 population). The existence of breeding places of Aedes aegypti, a DHF vector, are believed to be associated with climate such as rainfall, rainy day, temperature and humidity. This study is aimed to explore association between climatic variables as environmental risk factor with Container Index (Cl, as free-larvae percentage) and with DHF incidence.
To analyze this association, an ecological study has been carried out in Kota Pekanbaru, the Province of Riau. Climate data (rainfall, rainy day, rain index, relative humidity, and temperature) during the last seven years (1995-2001) were collected from the Regional Division I of Meteorology and Geophysics Station, Pekanbaru, whereas CI and DHF incidence were obtained from Health District and Health Province Office, Pekanbaru. The association of climatic variables with CI, Cl with DHF incidence, and climate with DHF incidence were analyzed using correlation, simple linear regression, and multiple linear regression with backward method to generate prediction models. As the CI data were available in trimontly, the climate data were converted accordingly.
Statistical analyses show that CI has significantly associated with temperature (p = 0,044) positively and moderately ( r = 0,383) and with relative humidity (p = 0,017) negatively and moderately ( r = -0,446). Further, linear regression indicates that the association model of temperature with Cl is CI = 73,6 + 0,76 x temperature, while the association model of relative humidity with CI is CI = 124,3 - 0,36 x RR However, CI with DHF incidence and climate with DHF incidence are not significantly associated. It is concluded that particular climatic variables are risk factors of CI but it cannot be proved that CI is a risk factor for DHF incidence.
References: 40 (1986-2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 12730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Kusnadi
"Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue ( PSN-DBD ) merupakan kegiatan yang ditujukan dalam pemberantasan vektor DBD yang dilakukan oleh masyarakat secara kontinyu dan berkesinambungan. Kegiatan ini dikatakan berhasil jika dapat menurunkan populasi nyamuk, dengan mengunakan indikator Angka Bebas Jentik (ABJ) harus lebih atau sama dengan 95 % . Angka Bebas Jentik di Kota Padang khususnya didaerah endemis DBD belum mencapai target yang diharapkan (masih < 95 %), sebagai salah satu akibatnya resiko penularan DBD masih tinggi.
Berbagai teori dan penelitian terdahulu menyatakan bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat adalah faktor-faktor yang berpengaruh dalam upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD dalam menurunkan kasus DBD, di samping itu tak kalah pentingnya adalah penyuluhan kesehatan tentang PSN-DBD yang kurang, sikap tokoh masyarakat dan tim pokjanal DBD dalam melaksanakan PSN - DBD belum optimal.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD di Kecamatan Padang Barat Kota Padang pada tahun 2003 dengan desain penelitian Cross Sectional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam upaya PSN-DBD memiliki nilai median 6,90 pada nilai terendah 3,80 dan tertinggi 13,80, sedangkan penyuluhan, sikap tokoh masyarakat dan sikap tim pokjanal memperlihatkan bahwa sikap tim pokjanal dimasukkan kedalam kategori paling kurang. Dari hasil analisis bivariat diketahui penyuluhan, sikap tokoh masyarakat dan tim pokjanal DBD mempunyai hubungan yang bermakna terhadap gabungan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD. Dalam uji multivariat variabel sikap tokoh masyarakat mempunyai hubungan yang paling dominan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, disarankan agar peran serta tokoh masyarakat perlu ditingkatkan dalam upaya menurunkan kasus DBD dengan cara melakukan pertemuan kelompok, memberikan peyuluhan serta ikut mendukung kegiatan pokjanal DBD.

Factors Related to Community is Knowledge, Attitude, and Practice on Dengue Haemorrhogie Fever Vector Nest Control in Padang Barat Sub District, Padang Municipality 2004Dengue Hemorrhagic Fever control is a community action in order to control DHF vector through source reduction program that should be conducted in a continuous way. This action is considered success ful if it could reduce mosquito population indicated by Larvae-Free Rate (Angka Bebas Jentik=AJB) of ? 95%. The AJB rate in Padang municipality and particularly in Dengue Hemorrhagic Fever endemic area was still under 95% and might cause high risk of Dengue Hemorrhagic Fever transmission.
Community knowledge, attitude, and practice on Dengue Hemorrhagic Fever mosquito nest control are important factor to reduce prevalence of Dengue Hemorrhagic Fever case. Other important factors are health education on PSN-DBD, attitude of informal leader, and the implementation of PSNDBD by national Dengue Hemorrhagic Fever taskforce.
This study aimed to obtain information on factors related to knowledge, attitude, and practice of community regarding PSN-DBD in Padang Barat sub district, Padang City year 2003. This study was a cross-sectional study and data were analyzed in univariate, bivariate, and multivariate logistic regression analyzes.
The study shows that knowledge, attitude, and practice of community on PSNDBD was less than 6,90 while analysis on education, attitude of informal leader, and attitude of national Dengue Hemorrhagic Fever taskforce showed that the attitude of national Dengue Hemorrhagic Fever taskforce was the least category. Bivariate analysis indicated that education, informal leader's attitude, and national Dengue Hemorrhagic Fever taskforce's attitude were all significantly related to knowledge, attitude, and practice of community regarding PSN-DBD. Multivariate analysis showed that the most dominant factor was informal leader's attitude.
It is suggested to improve and increase the quantity and quality of health education, participation of informal leader, and participation of national DHF taskforce in order to reduce the prevalence of Dengue Hemorrhagic Fever case.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13059
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Winasis
"Penyakit demam berdarah dengue DBD masih merupakan masalah kesehatan yang serius di Indonesia karena hampir terjadi setiap tahun DBD juga masih menjadi masalah kesehatan di Kota Tangerang Selatan Incidence rate IR DBD di Kota Tangerang Selatan adalah sebesar 52 per 100 000 penduduk 2011 60 per 100 000 penduduk 2011 dan 54 per 100 000 penduduk 2013 Skripsi ini membahas mengenai gambaran penyakit demam berdarah dengue DBD menurut variabel epidemiologi yaitu variabel orang variabel tempat dan variabel waktu serta hubungannya dengan kepadatan penduduk dan angka bebas jentik di Kota Tangerang Selatan tahun 2011 - 2013 Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan studi ekologi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama 2011 - 2013 penderita DBD terbanyak adalah jenis kelamin laki laki pada golongan umur 15 tahun dan kasus tertinggi terjadi di bulan Desember 2011 dan bulan Juni 2012 dan 2013 Penelitian menunjukkan bahwa tidak cukup bukti untuk membuktikan bahwa antara kepadatan penduduk dan angka bebas jentik berhubungan dengan incidence rate IR DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2011 - 2013.

Dengue hemorrhagic fever (DHF) is still a serious health problem in Indonesia because almost happens every year. DHF is also still a health problem in Tangerang Selatan City. Incidence rate (IR) of DHF in Tangerang Selatan city was 52 per 100,000 inhabitants (2011), 60 per 100,000 inhabitants (2011) and 54 per 100,000 inhabitants (2013). This thesis discusses the overview of dengue hemorrhagic fever (DHF) according to the epidemiological variables (person, place, time) variables and its relation to population density and larvae-free numbers in Tangerang Selatan City in 2011-2013. This study is a descriptive research approach to ecological studies.
The results showed that during 2011 - 2013 is the highest DHF male gender, the age group > 15 years and the highest cases occurred in December (2011) and June (2012 and 2013). Research shows that there is sufficient evidence to prove that the population density and larvae-free numbers associated with incidence rate (IR) of DHF in Tangerang Selatan City in 2011-2013."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S57510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>