Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2170 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ali Darmawan
"Karena dianggap lebih ekonomis, bahan baku yang biasa digunakan dalam dunia industri pengecoran aluminium di Indonesia cenderung menggunakan scrap. Akan tetapi penggunaan scrap tersebut mempunyai efek negatif, mengingat di dalam scrap tersebut terdapat banyak unsur pengotor seperti Fe. Terdapatnya Fe tersebut sangat merugikan mengingat dapat membentuk fasa intermetalik yang cenderung mempunyai sifat negatf baik terhadap sifat mampu cor (castability) maupun sifat mekanis dari paduan yang dihasilkan.
Penelitian ini menggunakan ingot Al-7wt%Si yang diberi unsur Fe sebesar 1.2, 1.4, dan 1.6 wt %. Paduan tersebut ditambahkan modifier Sr sebesar 0.015, 0.03, dan 0.045 wt % dan kemudian diukur jenis dan kuantitas fasa intermetalik yang terbentuk menggunakan SEM dan XRD dan kemudian datanya diolah menggunakan perangkat lunak (software) Piscara®, PowderX®, dan XPowder® sehingga akan dapat mengetahui pengaruh penambahan Fe dan Sr terhadap morfologi, jenis, dan kuantitas fasa intermetalik yang terbentuk.
Dengan penambahan Fe dan/atau Sr terlihat adanya perubahan morfologi, jenis, dan fasa intermetalik yang terbentuk. Pada konsentrasi 1.2 wt% Fe dengan penambahan 0.015 wt% Sr, konsentrasi fasa α-Al8Fe2Si sebesar 0.96 % dan pada penambahan 0.03 wt% Sr, konsentrasi fasa α-Al8Fe2Si sebesar 1.96 %, sedangkan pada penambahan 0.045 wt% Sr, konsentrasi fasa α-Al8Fe2Si yang terbentuk menjadi 19.03 %. Pada konsentrasi 0.015 wt% Sr, dengan penambahan 1.2 wt% Fe, konsentrasi fasa α-Al8Fe2Si yang terbentuk sebesar 1.31 %, pada konsentrasi 1.4 wt% Fe konsentrasi fasa α-Al8Fe2Si yang terbentuk sebesar 0.96 %, sedangkan pada konsentrasi 1.6 wt% Fe konsentrasi fasa α-Al8Fe2Si yang terbentuk sebesar 0.81 %.
Because more economically feasible, scrap is often used as raw material in casting industries in Indonesia. The use of scrap has negative effect because it has many impurities such as Fe. Fe content is not desirable because it could form intermetallic phase which has negative effect on castability and mechanical properties.
This research used Al-7wt%Si ingot which has been given Fe content for 1.2; 1.4; and 1.6 wt. %. This alloy was added with 0.015, 0.03, and 0.045 wt % Sr modifier and then the quantity and form of intermetallic phases that occurred was observed with SEM and XRD, the data was processed with Piscara®, PowderX®, and XPowder® software to study effect of Fe and Sr addition on morphology, form, and quantity of intermetallic phases that occurred.
With the addition of Fe and/or Sr there are changes in morphology, form, and intermetallic phases that occurred. On 1.2 wt% Fe content with 0.015 wt% Sr addition, α-Al8Fe2Si phase concentration was 0.96 % and with the addition of 0.03 wt% Sr, α-Al8Fe2Si phase concentration was 1.96 %, and with 0.045 wt% Sr addition, α-Al8Fe2Si phase concentration was 19.03 %. On 0.015 wt% Sr with the addition of 1.2 wt% Fe, α-Al8Fe2Si phase concentration was 1.31 %, and with 1.4 wt% Fe content, α-Al8Fe2Si phase concentration was 0.96 %. With the addition of 1.6 wt% Fe, α-Al8Fe2Si phase concentration was 0.81 %.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41681
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Syakur
"Besi merupakan pengotor alami yang umum ditemukan dalam paduan hasil coran alumunium yang banyak digunakan dalam industri otomotif. Unsur besi bersifat merugikan pada alumunium karena dapat menurunkan sifat mekanis dan mampu cor paduan dengan membentuk fasa kedua intermetalik. Untuk mengantisipasi sifat yang merugikan tersebut dilakukan modifikasi menggunakan Sr yang nantinya dapat merubah morfologi dan persebaran fasa intermetalik yang berkontribusi dalam memperbaiki sifat mekanis dan mampu cor alumunium. Sehingga nantinya dapat digunakan paduan alumunium dengan toleransi kadar Fe yang tinggi.
Peneltian ini bertujuan untuk mengidentifikasi fasa intermetalik pada paduan Al-11%Si dengan variabel modifier stronsium (0,015%; 0,030%; dan 0,045%) dan unsur besi (0,6%; 0,8%; dan 1% Fe). Pembuatan sampel dilakukan dengan melebur ingot Al-11%Si serta master alloy Al-80%Fe dan Al-10%Sr melalui perhitungan material balance terlebih dahulu sebelumnya. Setelah komposisi sesuai, pengambilan sampel dilakukan menggunakan alat uji fluiditas melalui pipa tembaga agar didapatkan kecepatan pendinginan yang sama. Kemudian preparasi sampel metalografi dilakukan agar dapat dilakukan pengamatan struktur mikro menggunakan SEM. Pengujian menggunakan XRD dilakukan untuk mengidentifikasi fasa intermetalik yang terbentuk. Perhitungan fraksi area fasa intermetalik dilakukan menggunakan software PICSARA. Sedangkan untuk mengidentifikasi dan menghitung kosentrasi fasa intermetalik digunakan software PowderX dan XPowder.
Hasil penelitian menunjukan bahwa morfologi struktur silikon yang terbentuk akan semakin halus dan tersebar merata seiring dengan penambahan modifier stronsium. Kemudian nilai fraksi area, panjang maksimal, dan kosentrasi fasa intermetalik yang terendah dicapai saat penambahan 0.03% Sr. Hal ini menunjukan bahwa penambahan modifier Sr yang sesuai dapat memodifikasi morfologi dan distribusi fasa intermetalik menjadi lebih halus serta dapat meningkatkan nilai mampu alir paduan. Sedangkan semakin tinggi unsur besi yang ditambahkan, maka nilai fraksi area, panjang maksimal, dan kosentrasi fasa intermetalik juga akan semakin tinggi yang berakibat pada menurunnya nilai mampu alir paduan.

Iron is a natural impurity which is commonly found in aluminum casting alloys that has been used for automotive industries. Iron element has unfavorable characteristic by forming second phase intermetallic. So it is necessary to modify the aluminum alloy by combining Sr modifier that can improve morphology and distribution of inter-metallic phase to increase castability and mechanical properties of aluminum alloys, consequently goals of this research, that aluminum alloys with highly contained Fe impurities still can be used with higher tolerance in casting process, can be achieved.
The goal of this research is to identify intermetallic phase in eutectic aluminum silicon alloy in addition of strontium modifier (0,015%; 0,030%; and 0,045%) and iron elements (0,6%; 0,8%; and 1%) as variables. Samples prepared by melting Al-11%Si ingot subsequently Al-80%Fe and Al-10%Sr master alloys. This process counted by using the material balance formula. After the appropriate chemical composition is achieved, the sample was taken at 720°C by using fluidity testing machine through a copper pipe in order to get the same cooling temperature rate in all chemical compositions. Then samples are prepared metallographically to observe microstructures using SEM. Observations using XRD is also had been done to identify intermetallic phase quantitatively and qualitatively.
Result of the research shows that the silicon structure morphology could form finer structures and spread evenly along with addition of Strontium modifier. The minimum value of % area fraction, maximum length, and concentration of intermetallic phase were achieved when 0,030% Sr added to alloys. The result also gives information that the appropriate strontium addition to alloys would modify the morphology and distribution of intermetallic phase which improve the fluidity of the alloy. The higher iron element added, the more value of % area fraction, maximum length, and concentration of inter-metallic phase which caused poor fluidity."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41678
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Faiza Dini Hanifah
"ABSTRACT
Plastik merupakan sebuah benda sekaligus material yang dapat dengan mudah ditemukan dalam kehidupan seharihari. Pada umumnya plastik hanya digunakan untuk fungsi yang tidak lama, namun sejatinya plastik memiliki jangka waktu hidup yang cukup panjang. Plastik dapat menjadi permasalahan lingkungan jika setelah selesai masa pemakaian tidak ditangani dengan bijak karena karakteristik plastik yang cenderung sulit dicerna kembali oleh bumi. Maka recycle dihadirkan sebagai salah satu cara yang dapat memberi plastik bekas pakai kesempatan hidup kedua. Recycle dapat mengalami downcycle; yaitu terjadinya penurunan nilai suatu benda atau material setelah dilakukan recycle, atau upcycle; yaitu adanya kenaikan nilai suatu benda atau material setelah dilakukan recycle. Salah satu upaya untuk membuat recycle plastik menjadi upcycle plastik adalah dengan menjadikan plastik bekas pakai sebuah benda yang mempunyai fungsi lebih besar, krusial, dan dipakai dalam jangka waktu yang panjang seperti pengaplikasian dalam bangunan sebagai elemen struktur. Plastik bekas pakai dapat dipakai menjadi material elemen struktur selama dapat memenuhi sifat yang dibutuhkan oleh material struktur pada umumnya yaitu sifat brittle dan ductile. Material plastik bekas pakai yang mengalami upcycle menjadi material elemen struktur diterapkan pada rumah plastik Conceptos Pl sticos di Kolombia dan jembatan plastik Sungai Tweed, Skotlandia. Agar dapat memenuhi sifat brittle dan ductile yang dibutuhkan oleh struktur, jenis plastik yang dipakai harus merupakan campuran dari beberapa jenis plastik. Kedua struktur tersebut menggunakan sistem struktur non-form active karena saat ini eksplorasi terhadap plastik bekas pakai yang didaur ulang menjadi elemen struktur masih terbatas pada struktur yang sederhana.

ABSTRACT
Plastic is a material that we could easily find on daily basis. Plastic usually only being used for a short period time but plastic actually can last for a long time. Plastic could be a problem for environment if it is not being handled properly after its use, because plastic couldn rsquo t degrade easily in biosphere. To solve the problem, recycle is done as a way to give used plastic a second life chance. Used plastic that have been through recycle process could be considered as downcycle object rsquo s or material rsquo s decreasing value occurred after recycling, or upcycle object rsquo s or material rsquo s rising value occurred after recycling, depending of what it becomes. An effort to make recycled plastic becomes an upcycled plastic is to make the used plastic have a bigger, more crucial, and longer living function than it was before, such as application in buildings as a structural element. Used plastic could be applied as material for structural element in building as long as it fulfill structural material behavior that is brittle and ductile. Used plastic that has been upcycled as structural element could be seen in Conceptos Pl sticos rsquo s House in Colombia and Plastic Bridge above Tweed River, Scotland. To fulfill material behavior that a structure should have that is brittle and ductile, used plastic that is going to be used must be a mixture from several kinds of used plastics. Both structure in the precedent only used non form active structural system because for now the exploration that had been done are still limited to simple structural systems."
Lengkap +
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adira Shifana Putri
"Permasalahan mengenai sampah plastik kini menjadi fokus bagi berbagai kalangan. Perilaku membuang sampah berkaitan dengan bagaimana masyarakat memaknai lingkungannya yang dijelaskan melalui teori sense of place. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola perilaku membuang sampah plastik rumah tangga dan sense of place masyarakat sempadan terhadap Sungai Ciliwung masyarakat untuk mengidentifikasi kesadaran masyarakat sempadan terhadap lingkungannya. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap masyarakat dan personel lainnya di wilayah terkait serta observasi. Analisis yang digunakan merupakan spasial deskriptif dengan pembagian segmen tidak seragam. Mayoritas masyarakat sempadan di dalam segmen telah mengelola sampahnya melalui petugas kebersihan dan tidak pernah membuang sampah ke sungai sejak adanya intervensi dari pemerintah dan Satgas Ciliwung. Tingkat sense of place positif dimiliki oleh masyarakat segmen tengah, dengan masyarakat segmen lainnya termasuk dalam tingkat netral yang dipengaruhi oleh karakteristik tepian sungai dan aktivitas yang dilakukan masyarakat di Sungai Ciliwung. Diperlukan upaya pemeliharaan sungai berbasis masyarakat untuk meningkatkan sense of place masyarakat terhadap Sungai Ciliwung demi menumbuhkan partisipasi aktif menjaga sungai.

Issues about plastic waste has become a discussion focus by many. Waste disposal is linked towards how the public interpret their surroundings which explained through sense of place theory. The purpose of this study is to identify household plastic waste disposal behavioral pattern and sense of place of riverside community towards Ciliwung River to identify their awareness towards their environment. Primary data is collected through interview with the community and field observation. This study used descriptive spatial analysis based on ununiform divided segments. Majority of people in the segments has manage their plastic waste through waste officers and they never litter in the river again ever since interventions held by the government and Ciliwung Officer Unit. Positive sense of place is held by middle segment community, while the others had neutral sense of place based on the riverside characteristics and public activities on the river. Community-based river maintenance effort is needed to raise people’s sense of place towards Ciliwung River to raise their active participation in stewardship activities."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aleg Restu Pridana Putra
"Dengan semakin maraknya sampah plastik multilayer yang beredar di masyarakat, tantangan terbesar dalam daur ulang plastik adalah proses penyortiran sebelum dipisahkan untuk proses daur ulang selanjutnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menguji konsep sistem Eddy Current Separator dengan konfigurasi vertikal single magnetic disk menggunakan Halbach Array guna meningkatkan efisiensi pemisahan sampah plastik multilayer berlapis aluminium. Hasil simulasi menggunakan Ansys Maxwell menunjukkan bahwa konfigurasi Halbach Array menghasilkan medan magnet yang lebih kuat dan terfokus pada sisi atas single magnetic disk dibandingkan dengan Non-Halbach Array. Medan magnet statis maksimal adalah 214,85 mT untuk Halbach Array dan 182,77 mT untuk Non-Halbach Array. Kontur pada pengujian dinamis menunjukkan pola yang terfokus untuk arus eddy yang terinduksi pada sampel uji. Pengujian eksperimental menunjukkan bahwa Halbach Array menghasilkan gaya induksi yang signifikan lebih besar pada aluminium dibandingkan dengan Non-Halbach Array dengan titik optimal pada 7100 rpm. Hasil displacement Halbach Array dalam penyortiran sampel uji lebih stabil dan berbanding lurus dengan luas permukaan sampel uji, sementara ketebalan memiliki efek negatif terhadap displacement. Pengujian success rate menunjukkan bahwa konfigurasi Halbach Array mencapai tingkat keberhasilan 90%, lebih tinggi dibandingkan dengan Non-Halbach Array.

With the increasing prevalence of multilayer plastic waste in society, the biggest challenge in plastic recycling is the sorting process before the waste can be separated for further recycling. This study aims to develop and test the concept of an Eddy Current Separator system with a vertical single magnetic disk configuration using Halbach Array to improve the efficiency of separating multilayer plastic waste with aluminum layers. Simulation results using Ansys Maxwell show that the Halbach Array configuration produces a stronger and more focused magnetic field on the top side of the single magnetic disk compared to the Non-Halbach Array. The maximum static magnetic field is 214.85 mT for the Halbach Array and 182.77 mT for the Non-Halbach Array. The contour in the dynamic test shows a focused pattern for the eddy currents induced in the test samples. Experimental tests indicate that the Halbach Array generates significantly greater induced force on aluminum compared to the Non-Halbach Array with an optimal point at 7100 rpm. The displacement results of the Halbach Array in sorting test samples are more stable and directly proportional to the surface area of the test samples, while thickness has a negative effect on displacement. Success rate testing shows that the Halbach Array configuration achieves a success rate of 90%, higher than the Non-Halbach Array."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Lusiani
"ABSTRAK
Penambahan plastik pada pyrolysis tongkol jagung dapat dijadikan salah satu cara
untuk meningkatkan yield biooil dan kandungan senyawa non-oxygenate dalam
biooil. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek dari penambahan plastik
pada pyrolysis biomassa terhadap yield dan kualitas biooil serta pengaruh holding
time terhadap biooil hasil proses co-pyrolysis tongkol jagung dan limbah plastik
dalam reaktor unggun tetap. Temperatur maksimal yang digunakan adalah 500oC.
Kecepatan alir N2 yang digunakan 700 ml/menit dan kecepatan pemanasan rendah
5oC/menit. Kecepatan alir N2 dan kecepatan pemanasan co-pyrolysis dibuat
rendah untuk mengakomodasi yield biooil yang tinggi dari pyrolysis plastik.
Tongkol jagung memiliki kandungan selulosa dan hemiselulosa sebesar 81,3%
dimana sangat potensial untuk menghasilkan biooil. Variasi rasio berat plastik
dalam campuran umpan adalah 0, 25, 50, 75, dan 100% dan holding time 0, 10,
30, 50, dan 70 menit. Yield biooil yang diperoleh pada co-pyrolysis tongkol
jagung dan plastik semakin menurun dengan semakin besarnya rasio berat plastik
pada campuran umpan, High Density Polyethylene (HDPE) sebesar 20,28, 17,70,
17,95, 10,45, dan 7,66 % berat dan Polypropylene (PP) sebesar 20,28, 20,80,
18,05, 8,10, 13,98 % berat. Tidak terjadi efek sinergitas untuk meningkatkan yield
biooil. Efek sinergitas terjadi menyebabkan peningkatan senyawa non-oxygenate
biooil hasil co-pyrolysis dengan rasio berat plastik terhadap campuran umpan
yang tinggi. Penambahan holding time pada co-pyrolysis tongkol jagung dan
plastik cenderung menurunkan yield biooil dan kandungan non-oxygenate biooil.

ABSTRACT
The addition of plastic on the pyrolysis of corn cobs can be one way to increase
the yield biooil and non-oxygenate compound in biooil. This study aimed to
evaluate the effects of adding plastic on pyrolysis of biomass to yield and quality
of biooil and the effect of holding time on biooil from co-pyrolysis corncobs and
plastic waste on a fixed bed reactor. The maximum temperature used is 500oC.
The flow rate of N2 used 700 ml/min and a low heating rate of 5°C / min. The
flow rate of N2 and co-pyrolysis heating rates are set low to accommodate biooil
high yields of pyrolysis plastic. Corncob contains cellulose and hemicellulose of
81.3% which is very potential to generate biooil. Variations in the weight ratio of
plastic in the feed mixture is 0, 25, 50, 75, and 100% and a holding time of 0, 10,
30, 50 and 70 minutes. Yield biooil obtained in co-pyrolysis of corn cobs and
plastics decreases with greater weight ratio of plastic in the feed mixture, the
mixture with High Density Polyethylene (HDPE) produced 20,28, 17,70, 17,95,
10,45, and 7,66% by weight biooil and with Polypropylene (PP) produced 20,28,
20,80, 18,05, 8,10, 13,98% by weight biooil. A synergy effects was not happened
to increase yield of biooil. Synergy effects occur causing an increase in nonoxygenate
compound biooil result of co-pyrolysis with a high weight ratio of
plastic to feed mixture. Addition holding time in the co-pyrolysis of corn cobs and
plastic tends to decrease the yield biooil and non-oxygenate content biooil."
Lengkap +
2016
T46301
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amaranggana Novianti
"Peningkatan jumlah sampah plastik di Jakarta menimbulkan beberapa permasalahan lingkungan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dibuat metode pengolahan sampah plastik khususnya polystyrene dengan metode pirolisis. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui karakteristik liquid oil produk pirolisis serta menganalisis perpindahan kalor pada reaktor dan cooling water serta kesetimbangan energi untuk mengubah polystyrene menjadi liquid oil. Pirolisis polystyrene dilakukan dengan memvariasikan temperatur reaksi 350 C-550 C serta dikondensasi menggunakan temperatur air dingin dan air biasa. Hasil liquid oil optimum berada di temperatur 500 C dengan air dingin. Liquid oil dapat digunakan sebagai bahan bakar dengan komposisi utamanya yaitu 60.33 berupa Benzocyclobutane serta memiliki nilai kalor sebesar 43.83 MJ/kg, dengan densitas 0.89 g/ml, serta viskositas kinematik 0.78 cSt.

The increase of plastics waste in Jakarta has created some problems. Processing plastic waste, particularly polystyrene, using a pyrolysis method can be a solution to these problems. The purpose of this research is to obtain the characteristics of liquid oil as pyrolysis product and analyze heat transfer at the reactor and cooling water then the energy balance for producing liquid oil. The polystyrene pyrolysis method was done through temperature reactions varied from 350 550 C, also condensed by using low and normal temperature of water. The optimum result of liquid oil was produced in temperature reaction of 500 C using cold water. Utilization of this liquid oil can be used as fuel, with 60.33 Benzocyclobutane as the main composition and it has heating value equals to 43.83 MJ kg, with 0.89 g ml density, and 0.78 cSt kinematic viscosity.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
B. Arditya Jogha Pratama
"Kemasan plastik yang telah habis masa pakainya merupakan masalah lingkungan yang besar, dimana upaya untuk daur ulang merupakan salah satu pilihan untuk mengkonservasi nilai material. Paradigma lama mengenai disain produk hanya untuk memenuhi aspek fungsional sekali pakai, masih menjadi hambatan dalam upaya konservasi nilai material produk dalam konteks daur ulang. Riset ini mengambil contoh kemasan botol plastik HDPE untuk dievaluasi berdasarkan kriteria - kriteria disain konservasi material. Tinjauan literatur dilakukan terkait proses penyusunan kriteria-kriteria disain konservasi material untuk botol plastik HDPE. Hasil evaluasi disain produk yang ada menunjukan banyak terdapat ketidaksesuaian dengan kriteria disain untuk konservasi nilai material. Disain produk baru kemudian diusulkan berdasarkan kriteria disain konservasi nilai material.

Plastic packaging that has reached is intended end-of-life is a major environmental problem, where efforts to recycle are one of the options for conserving material values. The old paradigm of product design which is only to fulfill the functional aspects of single use product is still becomes obstacle in the effort to conserve the value of product material in recycling context. This research takes the example of HDPE plastic bottle packaging to be evaluated, based on material conservation design criteria. The literature review is carried out regarding the process of preparing material value conservation design criteria for HDPE plastic bottles. The evaluation result of existing product design showed that there are many discrepancies in comparison with the design criteria for conservation of material values. New product designs are then proposed based on material value conservation design criteria."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53402
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albi Rizky Fadhlika
"Penggunaan plastik sendiri sangat dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Kebiasaan menggunakan plastik inilah yang menyebabkan terjadinya penumpukan sampah plastik yang menyebabkan pencemaran di berbagai tempat. Pemerintah Indonesia menerapkan berbagai instrumen penataan lingkungan untuk mengurangi timbulan sampah plastik ini, seperti Voluntary Arrangement Instrument, Command-and-Control Instrument (CAC), hingga Environmental Economic Instrument. Penelitian ini sendiri bertujuan untuk menjajaki kemungkinan penerapan instrumen ekonomi pada plastik untuk mengurangi dan mengendalikan sumber timbulan sampah plastik. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif, yang dilakukan dengan melakukan penelitian terhadap bahan pustaka atau bahan sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa instrumen ekonomi lingkungan ini dapat diaplikasikan pada plastik sebagai instrumen pengendalian pencemaran sampah plastik. Instrumen ekonomi tersebut dapat diterapkan dalam bentuk instrumen fiskal atau pungutan yang terkait dengan lingkungan. Jika diterapkan di Indonesia, ada 3 kemungkinan yang bisa digunakan, yaitu Pajak, Cukai, dan PNBP. Dari hasil pungutan tersebut dapat dilakukan earmarking tax yang dananya akan dialokasikan kepada lembaga pengelola dana lingkungan yang dibentuk berdasarkan amanat Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Dana Lingkungan. Dana tersebut akan dikelola oleh badan tersebut untuk membiayai kegiatan pengelolaan dan pengendalian sumber timbulan sampah plastik.

The use of plastic itself is very close to everyday human life. The habit of using plastic is what causes a buildup of plastic waste which causes pollution in various places. The Indonesian government implements various environmental structuring instruments to reduce the generation of plastic waste, such as Voluntary Arrangement Instruments, Command-and-Control Instruments (CAC), to Environmental Economic Instruments. This research itself aims to explore the possibility of applying economic instruments to plastics to reduce and control the source of plastic waste generation. This research is a normative juridical research, which is carried out by conducting research on library materials or secondary materials. The results of this study indicate that this environmental economic instrument can be applied to plastics as an instrument for controlling plastic waste pollution. These economic instruments can be applied in the form of fiscal instruments or levies related to the environment. If implemented in Indonesia, there are 3 possibilities that can be used, namely Taxes, Excise, and PNBP. From the results of these levies an earmarking tax can be carried out whose funds will be allocated to environmental fund management institutions established based on the mandate of Presidential Regulation Number 77 of 2018 concerning Environmental Fund Management. The funds will be managed by the agency to finance management and control activities for the source of plastic waste generation."
Lengkap +
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Prabawati
"Dari sekitar 4,8-12,7 juta metrik ton sampah plastik laut global yang dihasilkan tiap tahun, 60% beradal dari negara-negara Asia, seperti, China, Indonesia, Filipina, Thailand dan Vietnam. Masalah dalam penelitian ini komposisi sampah laut terdiri dari 59% plastik di pesisir utara Jakarta Sampah plastik membahayakan kesehatan lingkungan, dan makhluk hidup di dalamnya termasuk kesehatan manusia, sehingga diperlukan pengelolaan sampah plastik dengan pendekatan ekonomi sirkular untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Ekonomi sirkular menjadi pendekatan baru untuk pengelolaan sampah plastik, karena memberikan keuntungan finansial dan membuka peluang kerjasama antarmitra. Sayangnya, data para pihak yang terlibat dalam pengelolaan sampah plastik di Jakarta Pusat masih sangat minim. Tujuan penelitian adalah merancang konsep penguatan kemitraan dalam pengelolaan sampah plastik untuk mendukung ekonomi sirkular. Metode yang digunakan adalah abungan (mix method) dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan analitycal hierarchy process (AHP) guna menentukan bentuk kemitraan terbaik dan paling mungkin dijalankan di Jakarta Pusat. Hasil penelitian adalah skema kemitraan antara pemerintah dengan swasta adalah kemitraan terbaik untuk mengelola sampah plastik guna meningkatkan keuntungan secara ekonomi. Kesimpulan penelitian ini adalah pengelolaan sampah plastik di Kecamatan Kemayoran, Kota Administrasi Jakarta Pusat masih menggunakan kemitraan berdasarkan transaksi jual beli dan belum mengandalkan platform KSBB Persampahan untuk meningkatkan keuntungan finansial melalui jejaring kemitraan.

The estimated 4.8-12.7 million metric tons of global marine plastic debris generated each year, 60% comes from Asian countries, such as China, Indonesia, the Philippines, Thailand and Vietnam. On the north coast of Jakarta, the composition of marine debris consists of 59% plastic. The circular economy is a new approach to plastic waste management, as it provides economic benefits and opens up opportunities for cooperation between partners. Unfortunately, data on the parties involved in plastic waste management in Central Jakarta is still very minimal. This study aims to design a strategy to strengthen partnerships, increase economic benefits and optimize the performance of circular economy-based waste management. A mixed method with a quantitative approach was used in this research. This research used analitycal hierarchy process (AHP) to determine the best and most feasible form of partnership in Central Jakarta. Plastic waste management in Kemayoran Sub-district, Central Jakarta Administrative City still uses partnerships based on buying and selling transactions and has not yet relied on the KSBB Persampahan platform to increase economic benefits through partnership networks. The results of this study show that a government-private partnership is the best scheme that can be implemented in Central Jakarta, as it allows for economic benefits and well-managed plastic waste.

"
Lengkap +
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>