Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 109243 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agung Andriwidyatmoko Sunarno
"Tesis ini berupaya menggali diskursus nasionalisme Indonesia pasca Reformasi. Di saat rezim otoriter berkuasa, diskursus nasionalisme merupakan alat untuk menyatukan bangsa dan melanggengkan kekuasaan atas nama pembangunan. Setelah reformasi terjadi, transisi demokrasi pun menjadi pintu masuk untuk mengembangkan wacana nasionalisme yang bermula dari kesadaran masyarakat. Persoalannya adalah bagaimana wacana nasionalisme yang berkembang setelah itu.
Penelitian ini menggunakan dua pintu teoritik: teori tentang nasionalisme dan teori tentang transisi demokrasi. Teori tentang nasionalisme dikembangkan dari Castells (1997) yang menyatakan bahwa proyek nasionalisme tidak selalu berbasis pada tujuan pendirian negara bangsa. Teori itu menggiring penelitian ini pada teori Calhoun (2007) tentang ?nasionalisme sebagai sebuah diskursus.? Teori ini menjawab pertanyaan tentang bagaimana nasib bangsa setelah rezim negara-bangsa yang kuat telah runtuh. asumsinya, nasionalisme lebih merupakan sebuah formasi diskursif daripada suatu proyek identitas. Sementara teori tentang transisi demokrasi mengandaikan bahwa setelah runtuhnya rezim otoriter, sebuah negara memasuki fase transisi demokrasi. Dalam fase ini aktor yang paling banyak berperan adalah civil society. Persoalannya adalah bagaimana diskursus nasionalisme Indonesia diproduksi oleh OKP sebagai bagian dari civil society.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan wawancara mendalam, studi dokumen, dan studi pustaka. Fokus studi adalah pada empat OKP berbasiskan dari gerakan mahasiswa ekstra kampus. OKP yang dipilih berdasarkan kategorisasi gerakan nasionalis (GMNI), mahasiswa minoritas (KMHDI), Islam moderat (KAMMI), dan Islam fundamentalis (GP). Diskursus nasionalisme mengalami perubahan signifikan. Pada Orde Lama, doktrin nasionalisme diterapkan melalui doktrin anti asing dan kolonialisme. Sedangkan Orde Baru diterapkan melalui doktrinasi tafsir tunggal Pancasila. Sementara itu, nasionalisme pasca reformasi bersifat konstruktifis atau kesadaran. Nasionalisme dikendalikan faktorfaktor yang lebih luas; baik internal maupun eksternal. Secara internal ia ditandai oleh negara yang lemah, desentralisasi, demokratisasi, dan bangkitnya kekuatan kesukubangsaan tertentu. Sementara secara eksternal, ia dipengaruhi oleh globalisasi, neoliberalisme, dan gagasan-gagasan baru tentang keterbukaan. Pendefinisian Nasionalisme Indonesia dan indentitas kebangsaan oleh pemerintah RI maupun OKP memiliki kesamaan dan perbedaan. Kesamaan tersebut antara lain: Indonesia adalah negara yang plural, dibentuk dari beragam budaya, suku, dan agama. Nasionalisme merupakan alat, strategi, dan taktik untuk mencapai tujuan organisasi. Pemerintah, KAMMI, KMHDI, dan GMNI memandang bahwa indentitas nasional dibingkai dalam UUD 1945, Pancasila, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Adapun perbedaannya yaitu: OKP Gema Pembebasan memandang bahwa indentitas nasional Indonesia adalah Islam karena Indonesia merupakan negara yang mayoritas Islam.

This thesis attempts discourses of nationalism post-reform in Indonesia. When the authoritarian regime in power, discourses nationalism is a tool to unify the nation and preserve power in the name of development. After the reform occurs, the democracy transition is the entrance to the discourse of nationalism that began from the public awareness. The problem is how the discourse of nationalism developed after that.
This research uses a two-door theoretic: the theory of nationalism and the theory of democratic transition. Theory of nationalism developed from Castells (1997) which states that the project of nationalism was not always based on the goals of the nation state. Theory that lead this research in the theory of Calhoun (2007) about "nationalism as a discourses." Theory is the question of how the fate of the nation-state regime after a strong nation has come a cropper. The assumption is, nationalism is a more discursive formation of a project identity. While the theory about the transition of democracy presuppose that the authoritarian regime after the fall, the country enters the phase transition of democracy. In this phase most of the actors who play a role is civil society. The problem is how nationalism discourses produced by OKP in Indonesia as part of civil society.
The research employs qualitative approach with in-depth interviews, documentary study, and literature study. The subjects taken by this study are the four OKP selected on the extra-campus movement students. The categorization of nationalist movement (GMNI), minority students (KMHDI), Islam moderates (KAMMI), and Islamic fundamentalists (GP) selected the OKP. Discourses of nationalism experienced significant changes. In the Old Order, the doctrine of nationalism applied through the doctrine of anti-colonialism and foreign. Meanwhile, the New Order is applied through a single doctrines Pancasila. Meanwhile, nationalism after reformation era, developed by constructivism awareness. Nationalism influenced widely factors, both internal and external. Internally marked by the weak of country, decentralization, democratization, and the rise of tribes. While externally, it is influenced by globalization, neo liberalism, and new ideas about openness. Nationalism definitions and nationality identity by Indonesian government and OKP has similarities and differences. Similarities are: Indonesia is a plural country, formed from a variety of cultural, ethnic, and religion; Nationalism is a tool, strategy, and tactics to achieve the goals of the organization; The Government, KAMMI, KMHDI, and GMNI looked the national identity are framed by the 1945 Constitution, Pancasila, NKRI, and Bhineka Tunggal Ika. And The differences are: Gema Pembebasan Exemption the national identities is Islam, because Indonesia is an Islamic majority country."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Cholis Ferdyawan Fauzi
"Tesis ini membahas efektivitas kerjasama kelembagaan kewirausahaan pemuda di Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga dengan pihak Ketiga terhadap keberhasilan program-program kewirausahaan pemuda. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih kurangnya kerjasama yang dilakukan oleh Asisten Deputi Kelembagaan Kewirausahaan terhadap dunia usaha bila dibandingkan dengan kerjasama dengan instasi pemerintah lainnya. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriftif analisis. Sedangkan teknik analisis data menggunakan pendekatan model analisis interaktif.
Banyaknya peluang kerjasama yang bisa dijalin dengan dunia usaha kurang bisa optimalkan oleh pihak Kemenegpora dalam membantu mensukseskan program kewirausahaan pemuda. Selama ini kerjasama Kemenegpora yang berhubungandengan kewirausahaan pemuda lebih cenderung ke sesama instansi pemerintah atau bersifat lintas sektoral. Wujud dari kerjasama lintas sektoral adalah berupa pelatihan-pelatihan atau kerjasama program. Biasanya pihak Kemenegpora menyediakan sumber daya manusianya berupa pemuda, sedangkan departemen atau kementerian yang terkait menyediakan programnya.
Berdasarkan pembahasan terhadap hasil penelitian ini, ditemukan bahwa kerjasama yang dilakukan Kemenegpora dengan instansi pemerintah atau lintas sektoral sudah terlaksana. Sedangkan untuk kerjasama antara Kemenegpora dengan dunia usaha ditemukan tidak efektif. Stakeholders berharap bahwa Kemenegpora dalam lebih aktif dan lebih banyak dalam menjalin kerjasama dengan dunia usaha. Pola kerjasama dengan dunia usaha yang bisa dikembangkan Kemenegpora adalah pola kemitraan dimana Kemenegpora mengambil peran sebagai pembina.

This thesis discusses the effectiveness of youth entrepreneurship institutional cooperation at the State Ministry of Youth and Sports with the third party to the success of the programs of youth entrepreneurship. This research is based on the lackness of cooperation undertaken by the Assistant Deputy of Institutional Entrepreneurship for the business when compared to the cooperation with other government institution. This research is a qualitative research method with deskriftif analysis. While the approach for technical data analysis is using the interactive model of analysis.
Many opportunities for collaboration that can be woven with the business world can be less by optimizing the Kemenegpora in succeeding to help the youth entrepreneurship program. The cooperation of Kemenegpora with third party that associated with youth entrepreneurship is tended to cooperate with fellow government institutions or cross-sectoral. The form of cross-sectoral cooperation is trainings or joined program. Usually the Kemenegpora provide resources such as young resourches, while the other departments or ministries that related provide program.
Based on the discussion of the results of this research, they found that the Kemenegpora cooperation with government institutions or cross-sectoral is being done. While for the cooperation between the business world with Kemenegpora found not effective. Stakeholders hope that Kemenegpora in more active and more in a partnership with the business. The pattern of cooperation with the business world that can be developed Kemenegpora is a partnership where Kemenegpora take the role of coach or advisor."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T29153
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Akbar Satrio
"Lunturnya karakter nasionalis yang ada di dalam diri pemuda Indonesia merupakan masalah kepemudaan yang banyak kita dapati belakangan ini. Oleh karena itu, pemerintah melalui Kemendikbud tengah melakukan Program Penguatan Karakter (PPK), yang menanamkan karakter religius, nasionalis, integritas, mandiri, dan gotong royong. Organisasi remaja masjid menjadi organisasi yang cukup strategis untuk membantu pemerintah melaksanakan program ini. Al Azhar Youth Leader Institute atau AYLI, merupakan salah satu organisasi remaja masjid yang memiliki fokus dalam penguatan karakter nasionalis pemuda.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisa karakter nasionalis yang ditanamkan oleh AYLI kepada para anggotanya, dan apakah karakter tersebut sejalan dengan yang dimaksud oleh pemerintah. Selain itu, peneliti juga ingin melihat faktor-faktor apa yang menentukan karakter nasionalis dalam program yang dilaksanakan oleh AYLI serta menganalisa strategi apa yang dilakukan oleh AYLI dalam melakukan penguatan karakter nasionalis pemuda.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan melakukan analisis faktor serta analisis SWOT. Peneliti mengumpulkan data dengan memberikan kuesioner kepada 100 responden yang merupakan anggota AYLI.
Sejalan dengan pemerintah, karakter religius, nasionalis, integritas, mandiri, dan gotong royong merupakan karakter yang ditanamkan oleh AYLI kepada para anggotanya. Selain itu, faktor-faktor yang menetukan karakter tersebut dijelaskan sebagai berikut : karakter mandiri dikuatkan melalui pemberian materi komunikasi, konsepsi diri, dan kepemimpinan; karakter nasionalis dikuatkan melalui momentum mencium bendera, kewajiban membaca buku biografi tokoh nasional, kewajiban membaca buku sejarah Indonesia, materi konsepsi diri, dan materi kepemimpinan; karakter religius yang mengarah kepada akhlak dikuatkan melalui kegiatan membaca Al Quran dan terjemahnya, hadis, dan shirah nabawiyah; karakter gotong royong dikuatkan melalui upacara bendera, materi sejarah Indonesia, pencak silat, dan materi manajemen strategis; karakter religius yang mengarah kepada ibadah dikuatkan melalui sholat sunnah, tadarrus, dan dzikir; dan karakter integritas dikuatkan melalui materi kepemimpinan dan konsepsi diri. Dari hasil analisa SWOT juga didapatkan bahwa strategi AYLI saat ini masih berada di kwadran III, yang berarti harus melakukan strategi yang bersifat defensif. Strategi ini dilakukan dengan menjaga konsistensi pelaksanaan program yang telah berjalan agar eksistensi organisasi tetap terjaga.

The fading of nationalist character in Indonesian youth is a youth problem that we have encountered a lot lately. Therefore, the government through the Ministry of Education and Culture is conducting a Character Strengthening Program (PPK), which instills religious, nationalist, integrity, independence and mutual cooperation. Youth mosque organizations are a strategic organization to help the government implement this program. Al Azhar Youth Leader Institute or AYLI, is one of the youth mosque organizations that has a focus on strengthening the nationalist character of youth.
This study aims to identify and analyze the nationalist character instilled by the AYLI to its members, and whether the character is in line with what is intended by the government. In addition, the researcher also wants to see what factors determine the nationalist character in the program implemented by AYLI and analyze what strategies are carried out by AYLI in strengthening the nationalist character of the youth.
This research uses quantitative methods by carrying out factor analysis and SWOT analysis. The researcher collected data by giving questionnaires to 100 respondents who were members of AYLI.
In line with the government, religious, nationalist, integrity, independent and teamwork are the characters instilled by the AYLI to its members. In addition, the factors that determine the character are explained as follows: independent character is strengthened through the provision of communication class, self- conception, and leadership; nationalist character is strengthened through the momentum of kissing the flag, the obligation to read biographies of national figures, the obligation to read Indonesian history books, self-conception class, and leadership class; religious character that leads to morals is strengthened through reading the Quran and its translations, hadiths, and the history of prophet; the character of teamwork is strengthened through flag ceremonies, Indonesian historical class, pencak silat, and strategic management class; religious character that leads to worship is strengthened through sunnah prayer, reciting the Quran, and dzikir; and the character of integrity is strengthened through leadership and self- conception class. From the results of the SWOT analysis it was also found that the AYLI strategy is currently still in quadrant III, which means that it must carry out a defensive strategy. This strategy is carried out by maintaining the consistency of the implementation of programs that have been running so that the existence of the organization is maintained."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T52980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Buang Sabdo Waryoko
"Pemuda merupakan elemen terpenting dari pondasi bagi setiap Negara, tak terkecuali di Indonesia. Banyak sudah sejarah besar bangsa Indonesia merupakan hasil dari kontribusi dan peran serta pemuda mulai dari peristiwa kebangkitan Indonesia, Sumpah Pemuda, peristiwa kemerdekaan sampai pada gerakan mahasiswa dan pemuda pada reformasi tahun 1998. Semua peristiwa-peristiwa diatas mencatatkan sejarah pergerakan pemuda di Indonesia dengan tinta emas. Sedangkan DKI Jakarta merupakan Ibukota Negara Indonesia, dimana segala pusat aktivitas ekonomi, politik bangsa Indonesia dan segala macam kejadian-kejadian besar diawali dari Jakarta. Setiap gejolak yang terjadi baik secara politik maupun ekonomi yang terjadi di Jakarta akan sangat berdampak bagi stabilitas nasional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemuda dan Jakarta merupakan dua hal yang sangat strategis dan menarik untuk dikaji. Untuk itu dalam mensikapi fenomena diatas perlu adanya arah pemberdayan pemuda yang tepat dalam menggali potensi pemuda sesuai dengan karakter yang dimilikinya.
Penelitian ini berfokus pada bagaimana karakter dan potensi yang dimiliki oleh para penuda yang aktif dalam Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP), karena memang pemuda-pemuda inilah yang nanti akan menjadi pemimpin bangsa ini. Juga bagaimana program dan kebijakan pemerintah selama ini dan strategi pemberdayaan pemuda kedepan. Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) selama ini perannya sangat membantu dalam pemberdayaan pemuda di DKI Jakarta ini, meskipun dirasakan perannya belum secara optimal.Untuk itu kedepan diperlukan strategi yang lebih baik dan matang dalam perencanaan programnya yang tentu disesuaikan dengan kemampuan pengurus dan OKP masing-masing. Dalam menjalankan strategi pemberdayaan pemuda, OKP di DKI Jakarta perlu melakukan tiga langkah yaitu : proses penyadaran, proses pengkapasitasan dan proses pemberdayaan. Dari penelitian, Proses pemberdayaan terhadap pemuda, sudah berjalan namun dirasakan kurang optimal. Strategi kedepan yang dilakukan untuk proses pemberdayaan pemuda : menjalin kerjasama dengan instansi dengan lebih massif, untuk itu diperlukan komunikasi yang baik antara pemerintah dengan pihak OKP, senantiasa menyebarkan nilainilai OKP kesemua pengurus dan anggota organisasi, meningkatkan kesolidan internal organisasi, memprioritaskan kegiatan yang berdampak langsung pada pemberdayaan pemuda dan masyarakat. Pemuda merupakan elemen terpenting dari pondasi bagi setiap Negara, tak terkecuali di Indonesia. Banyak sudah sejarah besar bangsa Indonesia merupakan hasil dari kontribusi dan peran serta pemuda mulai dari peristiwa kebangkitan Indonesia, Sumpah Pemuda, peristiwa kemerdekaan sampai pada gerakan mahasiswa dan pemuda pada reformasi tahun 1998. Semua peristiwa-peristiwa diatas mencatatkan sejarah pergerakan pemuda di Indonesia dengan tinta emas. Sedangkan DKI Jakarta merupakan Ibukota Negara Indonesia, dimana segala pusat aktivitas ekonomi, politik bangsa Indonesia dan segala macam kejadian-kejadian besar diawali dari Jakarta. Setiap gejolak yang terjadi baik secara politik maupun ekonomi yang terjadi di Jakarta akan sangat berdampak bagi stabilitas nasional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemuda dan Jakarta merupakan dua hal yang sangat strategis dan menarik untuk dikaji. Untuk itu dalam mensikapi fenomena diatas perlu adanya arah pemberdayan pemuda yang tepat dalam menggali potensi pemuda sesuai dengan karakter yang dimilikinya. Penelitian ini berfokus pada bagaimana karakter dan potensi yang dimiliki oleh para penuda yang aktif dalam Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP), karena memang pemuda-pemuda inilah yang nanti akan menjadi pemimpin bangsa ini. Juga bagaimana program dan kebijakan pemerintah selama ini dan strategi pemberdayaan pemuda kedepan. Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) selama ini perannya sangat membantu dalam pemberdayaan pemuda di DKI Jakarta ini, meskipun dirasakan perannya belum secara optimal. Untuk itu kedepan diperlukan strategi yang lebih baik dan matang dalam perencanaan programnya yang tentu disesuaikan dengan kemampuan pengurus dan OKP masing-masing. Dalam menjalankan strategi pemberdayaan pemuda, OKP di DKI Jakarta perlu melakukan tiga langkah yaitu : proses penyadaran, proses pengkapasitasan dan proses pemberdayaan.
Dari penelitian, Proses pemberdayaan terhadap pemuda, sudah berjalan namun dirasakan kurang optimal. Strategi kedepan yang dilakukan untuk proses pemberdayaan pemuda : menjalin kerjasama dengan instansi dengan lebih massif, untuk itu diperlukan komunikasi yang baik antara pemerintah dengan pihak OKP, s enantiasa menyebarkan nilainilai OKP kesemua pengurus dan anggota organisasi, meningkatkan kesolidan internal organisasi, memprioritaskan kegiatan yang berdampak langsung pada pemberdayaan pemuda dan masyarakat.

The youth is an important element of the national foundation in every
country, included Indonesia. Many historical events of this country which have been the result of the contribution and participation of its youth, from the resurgence of Indonesia, the Youth Declaration, the Independence of Indonesia to the student and youth movement in the Reformation in 1998. Those events underlining the importance of the youth movement history in Indonesia Jakarta is the capital city of the Republic of Indonesia, in which all of the economy and politic activities are centralized and many significant events were begun in this city. Every dynamic which happen in either politic or economy in Jakarta will affect the national stability. Therefore, it can be concluded that the youth and Jakarta are two strategic and interesting things to be discussed. For this reason, it is needed an appropriate direction of the youth empowerment in digging out the youth?s potencies based on their characteristics.
This research is focused on how the characteristics and potencies of youth who are active in the youth organizations. Since in the future, they will be the leader of this country. It is also analyzed the role of the government program and policies, and also its strategy in the empowerment of the youth. The youth organizations actually have supported the youth empowerment in Jakarta but their role has not been optimum yet. Furthermore, in the future, it is needed a better and well-planned strategy based on the ability of the youth organizations and its members. In implementing the strategy of the youth empowerment, the youth organizations in Jakarta have to follow these three processes: raising awareness, enhancement of capacity, and empowerment.
From this research, it is concluded that there is a process of youth empowerment but has not run well. So, the future strategies of the youth empowerment will be: a more massive coordination with the local government, regular internalization of the youth organization value to its members, enhance the internal bond, make a priority in the events that can directly affect to the youth and society empowerment."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Andriwidiyatmoko Sunarno
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T27140
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Wulandari
"Youth Banten merupakan organisasi pemuda berbasis kerelawanan. Para anggotanya tidak diberikan insentif atas kinerja mereka. Organisasi ini memiliki tujuan besar berupa proses pemberdayaan pemuda melalui kegiatan sosial, sehingga dengan demikian dapat pula terjadi proses pemberdayaan masyarakat desa di titik aksi mereka. Akan tetapi, Youth Banten memiliki masalah dengan kinerja para anggotanya yang menurun, berupa minimnya komunikasi, hingga berkurangnya anggota secara signifikan. Maka, upaya motivasi perlu dilakukan guna memelihara kinerja para anggota yang tersisa. Tulisan ini akan memberikan gambaran mengenai bagaimana kinerja para anggota organisasi Youth Banten dipengaruhi oleh motivasi, baik internal maupun eksternal, yang selaras dengan nilai, norma, serta struktur sosial dalam budaya organisasi yang dimiliki oleh Youth Banten.

Youth Banten is a volunteer-based youth organizations. Their members are not given incentives for their performances. This organization has a great purpose in the form of the process of youth empowerment through social activities, and thus can also occur in the process of community empowerment in the village area of their activities. However, Youth Banten have a problem with the declining performance of its members, the lack of communications, to the members is significantly reduced. Thus, some efforts should be done to maintain the motivation of the performance of the remaining members. This article will provide an overview of how the performance of the members of the organization Youth Banten influenced by motivation, both internal and external, which is aligned with the values, norms and social structures in the organizational culture which is owned by Youth Banten.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S66092
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Walida Amalina Ulfa
"Kaderisasi menjadi hal utama dalam keberlanjutan sebuah organisasi. Kaderisasi dilakukan dengan proses yang berbeda-beda. Begitu halnya dengan Pemuda Rabithah Alawiyah yang berada di Jakarta. Kaderisasi dilakukan hanya diperuntukkan bagi pemuda-pemudi yang berasal dari kalangan Alawiyin, yang nasabnya harus tertulis dalam Al-Maktab Addaimi. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan mengenai Organisasi Pemuda Rabithah Alawiyah dan menjelaskan bagaimana kaderisasi Pemuda Rabithah Alawiyah. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif naratif dengan teori yang dikemukakan oleh K. Wilber. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan melakukan kegiatan wawancara dan pengumpulan sumber-sumber literatur. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat ditemukan bahwa Pemuda Rabithah Alawiyah merupakan organisasi kepemudaan Arab yang bergerak pada bidang sosial kemasyarakatan. Pemuda Rabithah Alawiyah berada di bawah naungan organisasi Rabithah Alawiyah yang memayungi seluruh keturunan Arab Alawiyin, khususnya yang berada di Indonesia. Selain itu, Pemuda Rabithah Alawiyah melakukan regenerasi kepengurusan untuk mempertahankan eksistensi organisasi. Proses regenerasi dilakukan kepada para pemuda-pemudi Alawiyin melalui perekrutan anggota kepengurusan baru dan pengamatan kepada para anggota pengurus dari divisi-divisi

Regeneration becomes the main thing in the sustainability of an organization. The regeneration carried out in different processes. The same is the case with Youth Rabithah Alawiyah in Jakarta. The regeneration is carried out only for young people from Alawiyin circles who belong in Al-Maktab Addaimi. This research tries to explain the Rabithah Alawiyah Youth Organization and explain how the regeneration of the Youth Rabithah Alawiyah. To realize these goals, researchers used a qualitative narrative research method with a theory put forward by K. Wilber. The technique of collecting data is by conducting interviews and collect literature sources. Based on the research conducted, Pemuda Rabithah Alawiyah is an Arab youth organization engaged in the social community. The Rabithah Alawiyah youth is under the auspices of the Rabithah Alawiyah organization whose covers all Arab descendants of Alawiyin, especially those in Indonesia. The regeneration carried out in different processes. Also, Pemuda Rabithah Alawiyah has regenerated management to maintain the existence of the organization. The regeneration process carried out for the Alawiyin youth through the recruitment of new management members and observation of the board members from organizational divisions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lilik Puji Rahayu
"Tantangan bangsa Indonesia di masa depan membutuhkan hadirnya konsorsium kepemimpinan nasional dalam 3 (tiga) kelompok yaitu kelompok pemimpin politik, pemimpin masyarakat, dan pemimpin ekonomi. Kepemimpinan pemuda sebagai solusi dengan OKP sebagai iron stock mensyaratkan sistem pengembangan kepemimpinan yang komprehensif pada OKP. Sistem pengembangan kepemimpinan tersebut dilakukan untuk memenuhi kompetensi kepemimpinan pemuda. Kepemimpinan pemuda adalah konsorsium kepemimpinan yang memiliki karakteristik dan sifat yang idealis, dinamis, kreatif, proaktif dan responsif terhadap perubahan dalam kelompok kepemimpinan politik, kepemimpinan masyarakat, dan kepemimpinan ekonomi. Proses pengembangan kepemimpinan pemuda dilaksanakan dengan berbagai jalur pendidikan, pelatihan dan pengembangan baik formal, informal maupun aktivitas di lapangan. Model pengembangan yang utama dalam proses pengembangan kepemimpinan tersebut adalah melalui pelatihan yang didesain secara khusus. Model pengembangan tersebut mengacu pada model pelatihan kepemimpinan pemuda. Berdasarkan studi dokumen dan wawancara, dirumuskan kompetensi kepemimpinan pemuda yang dikelompokkan dalam 3 (tiga) dimensi yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap dimensi mengandung unit kurikuler yang dikembangkan untuk mencapai kompetensi kepemimpinan pemuda. Dirumuskan pula 10 materi dalam pelatihan yaitu ideologi, kepemimpinan, manajemen, organisasi, komunikasi, resolusi konflik, wawasan kebangsaan dan nasionalisme, wawasan internasional, dan kewirausahaan. Proses pelatihan kepemimpinan pemuda di gambarkan dalam model pelatihan kepemimpinan pemuda yang dilaksanakan dalam 3 (tahapan) yaitu tahap "kesadaran", tahap "interaksi", dan tahap "integrasi". Analisis terhadap 3 (tiga) OKP yaitu HMI, GMNI, dan GMKI menunjukkan bahwa secara umum sistem perkaderan di OKP masih menitikberatkan proses perkaderan yang menghasilkan kepemimpinan di bidang politik dan kemasyarakatan. Pengembangan kepemimpinan pemuda pada kelompok kepemimpinan ekonomi belum optimal.

The future challenge of Indonesia needs the concepts of national leadership divided into three groups; they are the politic leaders, society leaders, and economic leaders. Youth Leadership, as a solution, by using The Youth Leadership Organization as the iron stock requires the development of comprehensive leadership system in The Youth Leadership Organization. Those development leadership systems are realizable for filling the youth leadership competence. The youth leadership is a leadership consortium, which has characteristics and idealistic quality, dynamic, creative, proactive, and responsive of the changing in a politic leadership group, society leadership group, and economic leadership group. The process of development youth leadership is enforceable by using many education paths, trainings, and informal as well as formal development activities in the field. The main development model uses the specific designed training in the process of the leadership development. The model tends to the youth leadership-training model. Based on the documents research and interviews, the competence of youth leadership consists of three dimensions; they are cognitive, affective, and psychomotoric. Every dimension contains curricular units that developed to gain the youth leadership competency. It also explains ten subjects in the training; those are ideology, leadership, management, organization, communication, conflict resolution, nationality concept and nationalism, international concept and entrepreneurship. The model of leadership training illustrates the youth leadership inauguration, it is enforceable through three steps: "awareness", "interaction", and "integration". The analysis of three Youth Leadership Organization such as HMI, GMNI, and GMKI generally shows the system of cadre in Youth Leadership Organization still focuses on its process which is producing leadership in politics and society. The development of youngster leadership in the economic leadership group has not been optimum yet."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T 304.34 / 2009 (28)
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
"ABSTRAK
Penelitian in berawal dari keprihatinan peneliti terhadap sering terjadinya tindakan dan perilaku masyarakat yang akhir-akhir ini cenderung destruktif dan anarkis, seta semakin menonjolnya gaya hidup yang instrumental, egosentris, kurang peduli terhadap lingkungan, dan sering melakukan jalan pintas untuk tujuan pribadi dan kelompok. Bahkan banyak diantaranya yang tidak segan-segan melakukan tindakan agresif dengan menghalalkan segala cara, termasuk di kalangan generasi muda yang terdidik. Perilaku masyarakat yang demikian mirip dengan ciri sikap Machiavellian yang diajarkan ole Niccolo Machiavelli. Schubungan dengan itu, penelitian in bertujuan untuk mengungkapkan sikap Machiavellian dan intensi berperilaku agresif pimpinan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda, serta kaitannya dengan karakteristik personal (jenis kelamin, usia, dan tingkat pendidikan), dan orientasi organisasi yang dipimpinnya.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif (positivistik) dengan metode penelitian ex post facto (pengukuran sesudah kejadian). Populasi penelitian adalah semua peserta kongres pemuda/KNPI VIII di Jakarta, dengan sampel sebanyak 240 orang pimpinan dari berbagai OKP. Instrumen yang digunakan untuk semua variabel yang diteliti adalah kuesioner. Variabel sikap Machiavellian diukur dengan menggunakan Personality Inventory I dan II yang dikembangkan Ricci, sedangkan variabel lainnya menggunakan instrumen yang dikonstruk sendiri ole peneliti.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabulasi silang, dan statistik inferensial dalam bentuk analisis jalur (path analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa pimpinan organisasi pemuda memiliki sikap Machiavellian dalam kategori sedan Identifikasi lebih lanjut menunjukkan bahwa 85,8% memiliki sikap Machiavellian dalam katagori sedang dan 14,2% memiliki sikap Machiavellian dalam kategori tinggi. Tidak ada diantara mereka yang memiliki sika Machiavellian dalam kategori rendah.
(2) Intensi untuk berperilaku agresif di kalangan pimpinan organisasi pemuda secara mum termasuk tinggi. Hasil penelitian menunjukkan 61.7% memiliki intensi berperilaku agresif yang tinggi, dan 38.7% memiliki intensi berperilaku agresif dalam kategori sedang. Tidak ada di kalangan mereka yang memiliki intensi berperilaku agresif dalam kategori rendah. (3) Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa sika Machiavellian di kalangan pimpinan organisasi pemuda dipengaruhi secara langsung dan signifikan oleh jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan orientasi organisasi yang mereka pimpin. Wanita ternyata lebih Machiavellian dibanding dengan pria.
Pimpinan organisasi yang berusia muda memiliki sikap Machiaveliian yang lebih tinggi dari yang berusia relatif tua. Tingkat pendidikan yang tinggi di kalangan pimpinan organisasi pemuda juga telah mengakibatkan mereka menjadi Machiavellian. Selain itu, organisasi pemuda yang berorientasi terhadap akademik ternyata memiliki sikap Machiavellian lebih tinggi dibanding dengan mereka yang memimpin organisasi yang berorientasi pada politik dan agama. (4) Ditemukan juga bahwa tidak ada pengaruh langsung jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan orientasi organisasi yang dipimpin terhadap intensi berperilaku agresif di kalangan pimpinan organisasi pemuda. Jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan orientasi organisasi yang dipimpin berpengaruh secara tidak langsung terhadap intensi berperilaku agresif melalui sika Machiavelliannya (5) sikap Machiavellian di kalangan pimpinan organisasi pemuda termyata berpengaruh langsung dan signifikan terhadap intensinya untuk berperilaku agresif. Sikap Machiavellian in temyata menjadi variabel perantara dalam menjembatani pengaruh jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan orientasi organisasi yang dipimpin oleh pimpinan organisasi pemuda.
Hasil penelitian merekomendasikan agar pembinaan terhadap
Organisasi Kemasyarakatan Pemuda terus dilakukan, dengan menjadikan organisasi tersebut sebagai tempat internalisasi nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia. Kepada para peneliti berikutnya disarankan agar mengkaji lebih lanjut permasalahan sikap Machiavellian dan intensi berperilaku agresif di kalangan generasi muda dengan menggunakan perspektif teoretis, setting penelitian dan pendekatan penelitian yang berbeda."
[Depok, Depok]: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38811
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Christian Kusumabrata
"Skripsi ini membahas mengenai organisasi Resimen Mahasiswa pada tahun 1963-2000. Organisasi yang dibentuk secara langsung oleh militer ini memiliki fungsi sebagai Komponen Cadangan Pertahanan. Penulisan ini melihat terbentuknya Resimen Mahasiswa diawali dengan pelatihan kemiliteran bagi mahasiswa di Bandung dan pembentukan Resimen Mahasiswa Mahawarman. Kedudukan, fungsi dan tujuan pembentukan Resimen Mahasiswa sebagai Rakyat terlatih menjadikan kerancuan status mereka apakah sebagai kombatan atau non kombatan. Selain itu Reformasi pada tahun 1998 juga memberikan dorongan yang kuat untuk membubarkan Resimen Mahasiswa pada tahun 2000.

This thesis discussed the organization's Student Regiment in 1963-2000. Organization formed directly by the military has a function as a Reserve Component of Defense. This saw the formation of Student Writing Regiment began with military training for students in Bandung and the formation of Student Mahawarman Regiment. Status, function and purpose of the establishment of the People's Regiment trained students because they create confusion status either as combatants or non-combatants. Also reforms in 1998 also gave a strong impetus to disperse Student Regiment in 2000."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S1038
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>