Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7235 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Buang Sabdo Waryoko
"Pemuda merupakan elemen terpenting dari pondasi bagi setiap Negara, tak terkecuali di Indonesia. Banyak sudah sejarah besar bangsa Indonesia merupakan hasil dari kontribusi dan peran serta pemuda mulai dari peristiwa kebangkitan Indonesia, Sumpah Pemuda, peristiwa kemerdekaan sampai pada gerakan mahasiswa dan pemuda pada reformasi tahun 1998. Semua peristiwa-peristiwa diatas mencatatkan sejarah pergerakan pemuda di Indonesia dengan tinta emas. Sedangkan DKI Jakarta merupakan Ibukota Negara Indonesia, dimana segala pusat aktivitas ekonomi, politik bangsa Indonesia dan segala macam kejadian-kejadian besar diawali dari Jakarta. Setiap gejolak yang terjadi baik secara politik maupun ekonomi yang terjadi di Jakarta akan sangat berdampak bagi stabilitas nasional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemuda dan Jakarta merupakan dua hal yang sangat strategis dan menarik untuk dikaji. Untuk itu dalam mensikapi fenomena diatas perlu adanya arah pemberdayan pemuda yang tepat dalam menggali potensi pemuda sesuai dengan karakter yang dimilikinya.
Penelitian ini berfokus pada bagaimana karakter dan potensi yang dimiliki oleh para penuda yang aktif dalam Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP), karena memang pemuda-pemuda inilah yang nanti akan menjadi pemimpin bangsa ini. Juga bagaimana program dan kebijakan pemerintah selama ini dan strategi pemberdayaan pemuda kedepan. Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) selama ini perannya sangat membantu dalam pemberdayaan pemuda di DKI Jakarta ini, meskipun dirasakan perannya belum secara optimal.Untuk itu kedepan diperlukan strategi yang lebih baik dan matang dalam perencanaan programnya yang tentu disesuaikan dengan kemampuan pengurus dan OKP masing-masing. Dalam menjalankan strategi pemberdayaan pemuda, OKP di DKI Jakarta perlu melakukan tiga langkah yaitu : proses penyadaran, proses pengkapasitasan dan proses pemberdayaan. Dari penelitian, Proses pemberdayaan terhadap pemuda, sudah berjalan namun dirasakan kurang optimal. Strategi kedepan yang dilakukan untuk proses pemberdayaan pemuda : menjalin kerjasama dengan instansi dengan lebih massif, untuk itu diperlukan komunikasi yang baik antara pemerintah dengan pihak OKP, senantiasa menyebarkan nilainilai OKP kesemua pengurus dan anggota organisasi, meningkatkan kesolidan internal organisasi, memprioritaskan kegiatan yang berdampak langsung pada pemberdayaan pemuda dan masyarakat. Pemuda merupakan elemen terpenting dari pondasi bagi setiap Negara, tak terkecuali di Indonesia. Banyak sudah sejarah besar bangsa Indonesia merupakan hasil dari kontribusi dan peran serta pemuda mulai dari peristiwa kebangkitan Indonesia, Sumpah Pemuda, peristiwa kemerdekaan sampai pada gerakan mahasiswa dan pemuda pada reformasi tahun 1998. Semua peristiwa-peristiwa diatas mencatatkan sejarah pergerakan pemuda di Indonesia dengan tinta emas. Sedangkan DKI Jakarta merupakan Ibukota Negara Indonesia, dimana segala pusat aktivitas ekonomi, politik bangsa Indonesia dan segala macam kejadian-kejadian besar diawali dari Jakarta. Setiap gejolak yang terjadi baik secara politik maupun ekonomi yang terjadi di Jakarta akan sangat berdampak bagi stabilitas nasional. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemuda dan Jakarta merupakan dua hal yang sangat strategis dan menarik untuk dikaji. Untuk itu dalam mensikapi fenomena diatas perlu adanya arah pemberdayan pemuda yang tepat dalam menggali potensi pemuda sesuai dengan karakter yang dimilikinya. Penelitian ini berfokus pada bagaimana karakter dan potensi yang dimiliki oleh para penuda yang aktif dalam Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP), karena memang pemuda-pemuda inilah yang nanti akan menjadi pemimpin bangsa ini. Juga bagaimana program dan kebijakan pemerintah selama ini dan strategi pemberdayaan pemuda kedepan. Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) selama ini perannya sangat membantu dalam pemberdayaan pemuda di DKI Jakarta ini, meskipun dirasakan perannya belum secara optimal. Untuk itu kedepan diperlukan strategi yang lebih baik dan matang dalam perencanaan programnya yang tentu disesuaikan dengan kemampuan pengurus dan OKP masing-masing. Dalam menjalankan strategi pemberdayaan pemuda, OKP di DKI Jakarta perlu melakukan tiga langkah yaitu : proses penyadaran, proses pengkapasitasan dan proses pemberdayaan.
Dari penelitian, Proses pemberdayaan terhadap pemuda, sudah berjalan namun dirasakan kurang optimal. Strategi kedepan yang dilakukan untuk proses pemberdayaan pemuda : menjalin kerjasama dengan instansi dengan lebih massif, untuk itu diperlukan komunikasi yang baik antara pemerintah dengan pihak OKP, s enantiasa menyebarkan nilainilai OKP kesemua pengurus dan anggota organisasi, meningkatkan kesolidan internal organisasi, memprioritaskan kegiatan yang berdampak langsung pada pemberdayaan pemuda dan masyarakat.

The youth is an important element of the national foundation in every
country, included Indonesia. Many historical events of this country which have been the result of the contribution and participation of its youth, from the resurgence of Indonesia, the Youth Declaration, the Independence of Indonesia to the student and youth movement in the Reformation in 1998. Those events underlining the importance of the youth movement history in Indonesia Jakarta is the capital city of the Republic of Indonesia, in which all of the economy and politic activities are centralized and many significant events were begun in this city. Every dynamic which happen in either politic or economy in Jakarta will affect the national stability. Therefore, it can be concluded that the youth and Jakarta are two strategic and interesting things to be discussed. For this reason, it is needed an appropriate direction of the youth empowerment in digging out the youth?s potencies based on their characteristics.
This research is focused on how the characteristics and potencies of youth who are active in the youth organizations. Since in the future, they will be the leader of this country. It is also analyzed the role of the government program and policies, and also its strategy in the empowerment of the youth. The youth organizations actually have supported the youth empowerment in Jakarta but their role has not been optimum yet. Furthermore, in the future, it is needed a better and well-planned strategy based on the ability of the youth organizations and its members. In implementing the strategy of the youth empowerment, the youth organizations in Jakarta have to follow these three processes: raising awareness, enhancement of capacity, and empowerment.
From this research, it is concluded that there is a process of youth empowerment but has not run well. So, the future strategies of the youth empowerment will be: a more massive coordination with the local government, regular internalization of the youth organization value to its members, enhance the internal bond, make a priority in the events that can directly affect to the youth and society empowerment."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zerlina Roihana Suryaningrum
"Isu pemberdayaan pemuda (youth empowerment) tengah naik karena adanya agenda SDGs yang diterapkan oleh PBB serta kondisi di Indonesia. Seluruh elemen masyarakat, termasuk komunitas mengambil peran untuk meningkatkan pemberdayaan pemuda di berbagai sektor melalui agenda yang dijalankan. Rumah Millennials, salah satu komunitas pemberdayaan pemuda yang dipilih sebagai kasus yang diteliti dalam penelitian ini. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana strategi community engagement yang dilakukan oleh Rumah Millennials. Konsep yang dibahas pada penelitian ini adalah komunitas, community engagement, dan youth empowerment. Metode yang digunakan adalah observasi dokumentasi yang diunggah pada media sosial Instagram dan situs web. Selain itu, peneliti juga berperan sebagai participant as observer untuk dapat mengenal nilai dan karakteristik interaksi yang implisit di dalamnya. Strategi community engagement yang dilakukan oleh Rumah Millennials adalah melibatkan anggota dalam program komunitas, berkomunikasi secara daring dan luring, serta mengunggah apresiasi untuk anggota. Selain itu, ditemukan bahwa pemimpin memiliki peran penting untuk menjalankan strategi community engagement tersebut.

The issue of youth empowerment is gaining prominence due to the implementation of the United Nations' Sustainable Development Goals (SDGs) and the prevailing conditions in Indonesia. All elements of society, including communities, are taking on a role in enhancing youth empowerment across various sectors through actively pursued agendas. Rumah Millennials, chosen as a case study in this research, is one such community actively involved in youth empowerment. The aim of this study is to describe the strategies of community engagement employed by Rumah Millennials. The concepts discussed in this research are community, community engagement, and youth empowerment. The methodology involves documentary observation through content uploaded on Instagram and the community's website. Additionally, the researcher also plays a role as a participant-as-observer to gain insights into the implicit values and characteristics of interactions within the community. The identified community engagement strategies implemented by Rumah Millennials include involving members in community programs, fostering online and offline communication, and expressing appreciation through various means, such as uploading on social media. Furthermore, the research reveals the significant role of leaders in executing these community engagement strategies."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Ishardino Satries
"Tesis ini membahas efektivitas program pemberdayaan pemuda yang dilaksanakan oleh OKP Al Fatih Ibadurrohman di Kota Bekasi. Evaluasi efektivitas program pemberdayaan ini menggunakan teori dari Budiani dengan menggunakan empat indikator efektivitas program yaitu ketepatan sasaran program, sosialisasi program, tujuan program, dan pemantauan program. Tesis ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan sampel 40 orang peserta pelatihan. Jawaban responden kemudian diprosentasikan dan diinterpretasikan melalui tabel interpretasi dari Arikunto untuk mendapatkan nilai efektivitas program.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa untuk keempat indikator efektivitas program mendapat nilai cukup untuk efektivitas pelakasanaan dengan nilai prosentase berbeda. Indikator ketepatan sasaran program mendapat prosentase 67,22%, indikator sosialisasi program mendapat prosentase 76,23%, indikator tujuan program mendapat prosentase 78,93% dan indikator pemantauan program mendapat prosentase 71,38%.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bila efektivitas program pemberdayaan pemuda yang dilaksanakan OKP Al Fatih Ibadurrohman telah berjalan cukup efektif. Selain itu dalam tesis ini dibahas pula faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program pemberdayaan pemuda. Beberapa faktor pendukung yang ada adalah kerjasama pengurus yang solid, potensi donatur yang tersedia, dukungan dari pihak Pemda, dan antusiasme DKM sebagai rekanan dalam merekrut peserta. Sementara itu, faktor penghambat yang ada adalah kurangnya ketersediaan waktu para pengurus OKP dan belum adanya pengurus yang memiliki kompetensi di bidang teknologi informasi sebagai pendukung kegiatan.

This thesis discusses the effectiveness of youth empowerment programs implemented by the OKP Al Fatih Ibadurrohman in Bekasi. Evaluation of the effectiveness of this empowerment program uses the theory of Budiani using four indicators of program effectiveness of programs targeting accuracy, programs socialization, programs objectives, and programs monitoring. This thesis uses descriptive quantitative approach with a sample of 40 participants. Respondent's answer then made a percentage and interpreted through the interpretation of Arikunto table to get the value of program effectiveness.
The results suggest that for all four indicators of program effectiveness have enough value to the effectiveness of exercising with different percentage values. Indicators of accuracy of the target program received 67.22%, an indicator of programs socialization received 76.23%, an indicator of program goals get a percentage of 78.93%, and indicator of programs monitoring received 71.38%.
Thus, it can be concluded if the effectiveness of youth empowerment programs implemented by OKP Al Fatih Ibadurrohman functioning quite effectively. In this thesis also discussed the enabling factors and obstacles in the implementation of youth empowerment programs. Some of the factors supporting co-operation that exists is a solid board, potential donors are available, the support of the local government, and the enthusiasm DKM as partners in recruiting participants. Meanwhile, the existing constraint is the lack of availability of time the board OKP and the lack of management competence in the field of information technology as support activities.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T29680
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Defreti
"

Youth Exchange programs PPAN is a cooperation program among Indonesian's government with foreign countries, which aims to develop Indonesian rsquo s young people in extending knowledge and insight. This study focuses on PPAN Indonesia China Youth Exchange Program IChYEP under the Ministry of youth and sports of the Republic of Indonesia with an approach to Grindle's theory 1980, by reason of 1 programs using the method of IChYEP visit to visit 2 balancing the number of participants either Indonesia or China 3 the program emphasis on entrepreneurship. The research method used is qualitative approach with case studies on PPAN IChYEP program by 2015. While the technique of collecting data through in depth interviews, observation and study of literature. Based on the results of findings using the theory of Grindle 1980, the researcher concludes and draw recommendations as follow a the need for selection and recruitment on IChYEP program must be run in a more transparent way, so that every youth has the same chance to join the program offered by Kemenpora. b the need for addition budget at the youth empowerment division of Kemenpora IChYEP because the program is beneficial to develop the competitiveness of Indonesian 39 s youth so as to bring the good name of Indonesia in the international arena c the need for coordination of related recruitment and selection by implementing institutions in the regions so that kemenpora can minimize non compliance areas against things that are set outside the mechanism of selection of participants the program IChYEP. For areas that do not follow the selection process Kemenpora set strict sanctions and learning to be transparent to all stakeholders."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakhyan Asmara
"Disertasi ini mengkaji evaluasi kebijakan pemberdayaan pemuda di Kementerian Pemuda dan Olahraga periode tahun 2010-2014. Untuk memandu penelitian ini, peneliti mengangkat tiga permasalahan utama yaitu: (i) Bagaimana konten kebijakan pemberdayaan pemuda, (ii) Bagaimana implementasi kebijakan pemberdayaan pemuda, dan (iii) Bagaimana dampak kebijakan pemberdayaan pemuda dalam merespons masalah kepemudaan. Guna menjawab pertanyaan tersebut, teori Fischer et al., Grindle, dan Royse digunakan oleh peneliti. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan post-positivism di mana data primer dikutip melalui kaidah indepth interview dengan para narasumber otoritatif serta melalui focus group discussions (FGD); data sekunder diperoleh melalui buku, jurnal, dan hasil penelitian sebelumnya. Penelitian ini mendapati beberapa temuan penting. Pertama, konten kebijakan pemberdayaan pemuda tidak sepenuhnya mengarah kepada sasaran pembangunan kepemudaan, miskin kreasi, inovasi dan improvisasi disebabkan lemahnya kontrol pimpinan dalam perumusan program, kebiasaan menjiplak program tahun sebelumnya serta tidak dikomunikasikan dengan stakeholders kepemudaan. Kedua, dalam implementasi kebijakan terdapat kelemahan koordinasi, tingkat kepatuhan dan daya tanggap yang rendah, sistem rekrutmen tidak memadai, kompetensi sdm yang kurang tepat, meskipun realisasi pelaksanaan tiap program cukup tinggi namun tidak berbanding lurus dengan derajat perubahan yang hendak dicapai. Ketiga, dampak yang dirasakan hanya pada tingkat individu, sedikit pada tingkat kelompok dan kecil sekali pada tingkat masyarakat, mengakibatkan lemahnya tingkat perubahan dan penerimaan sehingga belum mampu menjawab permasalahan kepemudaan secara lebih luas. Ironisnya proses evaluasi tidak pernah di lakukan sebagai umpan balik bagi penyempurnaan konten kebijakan pemberdayaan pemuda. Rekomendasi yang diajukan peneliti, Kemenpora harus merubah orientasi dalam memformulasi dan melaksanakan kebijakan agar berdampak luas pada pembangunan kepemudaan di Indonesia.

This dissertation examines an evaluation of a policy on youth empowerment at The Youth and Sports Ministry of The Republik Indonesia from year 2010 to 2014. To guide this study, this research raises 3 (three) main questions, namely (i) What the content of youth empowerment policy is, (ii) How does the implementation youth empowerment policy, and (iii) How does the impact of youth empowerment policy respond the youth issues. In order to answer such questions, theories of Fischer et al, Grindle, and Royse are used. The Research method adopted is post-positivism approach where primary data is collected through an in-depth interview system with several authoritative resource persons and through focus group discussion (FGD); secondary data is obtained through books, journals and prior research results. This research discovers some important findings. First, the content of youth empowerment is not totally directed towards youth development target, it lacks creativity, innovation and improvisation due to poor leaders control over program formulation, a practice of plagiarizing the program of previous years and it is not communicated with youth stakeholders. Second, in carrying out a policy there are weakness in coordination, lower levels of obedience and responsiveness, inadequate recruitment system, in-appropriate human resources competences, although the realization of each program is high, but it doesn?t reach the change to be intended. Third, the impact being felt is only at the level of individual, little at a group level and very little at a community one, causing the weaknesses of change and acceptance levels, so that it is unable to resolve youth problems comprehensively. Ironically, an evaluation process is never made as feedback for improvement to the content of youth empowerment policies. A recommendation put forward in this research is that Youth and Sports Ministry has to change orientation in formulating and implementing a policy so as to have a wide impact on youth development in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arvianto Rahmat Nugroho
"Pemuda adalah generasi penerus perjuangan dan cita-cita bangsa, Pembangunan bidang kepemudaan merupakan mata rantai tak terpisahkan dari sasaran pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Krisis global telah mempertinggi tingkat pengangguran sehingga semakin banyak pemuda yang mencoba bertahan hidup dijalanan. Fenomena merebaknya pemuda jalanan di Indonesia merupakan persoalan sosial yang komplek. Pemuda penganggur dan menghabiskan sebagian besar waktunya dijalankan tidak dapat diabaikan potensi dan kemampuan mereka sehingga diperlukan upaya-upaya pemberdayaan terhadap pemuda jalanan. Pemberdayaan yang dilakukan adalah diupayakan melaksanakan model pemberdayaan yang paling ideal, oleh karena itu perlu dirumuskan bagaimana model dan strategi pemberdayaan pemuda jalanan.
Penelitian ini bertujuan menganalisa karakteristik pemuda jalanan, menganalisa peran dan potensi masyarakat dalam pemberdayaan pemuda jalanan dan upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam pemberdayaan pemuda jalanan serta merumuskan model dan strategi pemberdayaan pemuda jalanan.
Memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Wilkinson (1972) memaknai pemberdayaan adalah proses pembangunan yang lebih natural, dimana perumusan masalah dan pencarian solusi diserahkan pada komunitas. pemberdayaan komunitas dipahami secara khusus sebagai: ?perubahan sosial yang terencana dan relevan dengan persoalan-persoalan lokal yang dihadapi oleh para anggota sebuah komunitas (a locality-relevant planned change)?yang dilaksanakan secara khas dengan cara-cara yang sesuai dengan kapasitas, norma, nilai, persepsi, dan keyakinan anggota komunitas setempat, dimana prinsip-prinsip resident participation dijunjung tinggi?.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Melalui data yang di dapat dari hasil wawancara mendalam serta studi dokumentasi disimpulkan bahwa pemuda jalanan memiliki karakteristik yang khusus dikarenakan bentukan dari lingkungan tempat mereka biasa beraktivitas dan bergaul. Masyarakat dapat berperan aktif dan memiliki potensi yang memadai untuk melakukan pemberdayaan kepada pemuda jalanan, Pemerintah telah melakukan upaya pemberdayaan pemuda jalanan melalui program Rumah Olah Mental Pemuda Indonesia (ROMPI) namun masih diperlukan banyak penyempurnaan. Model pemberdayaan yang diterapkan harus dirumuskan secara komprehensif dan tidak hanya diserahkan pada satu instansi saja karena permasalahan pemuda jalanan adalah permasalahan yang diakibatkan oleh hal-hal sangat komplek sehingga penanganannya harus melibatkan banyak pihak.

The youth is the next generation for the nation struggle and dreams. The youth development is a part of the holistic human capital development in Indonesia. The global crisis has increased the number of unemployment in Indonesia that force many youth to struggle for their life on the street. This phenomenon is a complex social problem. We cannot ignore the potency of the unemployed youth and the thug. Therefore, we need some effort to empower them. The empowerment process that we are going to do is supposed to follow the ideal model. This is the reason why we must formulate the model and strategy of the thug empowerment.
The purpose of this research is to analyses the thug characteristic, to find out the society contribution and potencies in the thug empowerment, what the government had done in the thug empowerment, and to formulate the model and strategy for the thugs empowerment.
This research uses the qualitative approach. The data used are gathered by conducting a depth interview and documents study. The conclusion is the thugs have special characteristic constructed by their environment, the place on where they always do their activities and make relation with others. People can give an active contribution and have a good potency to do empowerment for them. The government has done the empowerment for the thugs by establishing the house of mental improvement for Indonesian youth program. However, this program needs to be improved. The implementing of the empowerment model must be comprehensive and not only rely on particular organization because the thugs? problems are caused by a complex thing; consequently, many people have to give contribution to solve this problem."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T 304.34 / 2009 (30)
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ane Titisemita
"Bentuk upaya dalam pemberdayaan pemuda, Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga sebagai penanggung jawab dan pemegang mandat untuk pembangunan dan pengembangan pemuda dan olahraga di Indonesia, melaksanakan suatu program Jambore Pemuda Indonesia (JPI) dan Bakti Pemuda Antar Provinsi (BPAP). Dibentuknya program ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing pemuda Indonesia dengan meningkatkan kapasitas mereka. Akan tetapi keberhasilan suatu program harus diukur efektifitasnya dengan melakukan evaluasi secara berkala, untuk mengetahui kendala-kendala yang harus diatasi pada periode berikutnya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yakni dengan mengukur evaluasi program dengan menggunakan model evaluasi CIPP dari Daniel Stufflebeam. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah bahwa efektifitas program JPI dan BPAP tergolong rendah, dikarenakan hampir semua indikator evaluasi tidak tercapai sesuai dengan harapan dan tujuan program. Masukan untuk program JPI dan BPAP adalah perlu diadakan evaluasi secara berkala sehingga bisa menjadi bahan pertimbangan untuk perbaikan untuk ke depannya, dan program dapat berjalan sesuai dengan harapan dan tujuan program.

As efforts in youth empowerment, Ministry of Youth and Sports in charge and mandate holders for the construction and development of youth and sports in Indonesia, carrying out a program of Indonesian Youth Jamboree (JPI) and Youth Consecrated Inter-Provincial (BPAP). The establishment of this program is expected to improve the competitiveness of Indonesian youth by increasing their capacity. However, the success of a program should be measured by evaluating their effectiveness on a regular basis, to determine the constraints that must be overcome in the next period. The study was conducted using a qualitative approach, ie, by measuring the program evaluation with less use CIPP evaluation models from Daniel Stufflebeam. Results obtained from this study is that the effectiveness of the programe JPI and BPAP is low, because almost all of the evaluations indicators are not reached in accordance with the expectations and objectives of the program. Input to the program JPI and BPAP is necessary to hold regular evaluation so that it can be considered for improvement for the future, and the program can be run in accordance with expectations and objectives of the program. "
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arviantoni Sandri
"ABSTRAK
Pemuda adalah generasi penerus perjuangan dan cita-cita bangsa,
Pembangunan bidang kepemudaan merupakan mata rantai tak terpisahkan dari
sasaran pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Krisis global telah
mempertinggi tingkat pengangguran sehingga semakin banyak pemuda yang
mencoba bertahan hidup dijalanan. Fenomena merebaknya pemuda jalanan di
Indonesia merupakan persoalan sosial yang komplek. Pemuda penganggur dan
menghabiskan sebagian besar waktunya dijalankan tidak dapat diabaikan potensi
dan kemampuan mereka sehingga diperlukan upaya-upaya pemberdayaan
terhadap pemuda jalanan. Pemberdayaan yang dilakukan adalah diupayakan
melaksanakan model pemberdayaan yang paling ideal, oleh karena itu perlu
dimmuskan bagaimana model dan strategi pemberdayaan pemudajalanan.
Penelitian ini benujuan menganalisa karakteristik pemuda jalanan,
menganalisa peran dan potensi masyarakat dalam pemberdayaan pemuda jalanan
dan upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam pemberdayaan pemuda jalanan
serta merumuskan modeldan strategi pemberdayaan pemuda jalanan.
Memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.
Wilkinson (1972) memaknai pemberdayaan adalah proses pembangunan yang
lebih natural, dimana perumusan masalah dan pencarian solusi diserahkan pada
komunitas. pemberdayaan komunitas dipahami secara khusus sebagai: ?perubahan
sosial yang terencana dan relevan dengan persoalan-persoalan lokal yang dihadapi
oleh para anggota sebuah komunitas (rr locality-relevant planned change) yang
dilaksanakan secara khas dengan cara-cara yang sesuai dengan kapasitas, norrna,
nilai, persepsi, dan keyakinan anggota komunitas setempat, dimana prinsip-
prinsip resident partivation dijunjung tinggi?.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatii Melalui data yang di dapat
dari hasil wawancara mendalam Serta studi dokumentasi disimpulkan bahwa
pemuda jalanan memiliki karakteristik yang khusus dikarenakan bentukan dari
lingkungan tempat mereka biasa beraktivitas dan bergaul. Masyarakat dapat
berperan aktif dan memiliki potensi yang memadai untuk melakukan
pemberdayaan kepada pemuda jalanan, Pemerintah telah melakukan upaya
pemberdayaan pemuda jalanan melalui program Rumah Olah Mental Pemuda
Indonesia (ROMPI) namun masih diperlukan banyak penyempumaan. Model
pemberdayaan yang diterapkan harus dirumuskan secara komprehensif dan tidak
hanya diserahkan pada satu instansi saja karena permasalahan pemuda jalanan
adalah permasalahan yang diakibatkan oleh hal-hal sangat komplek sehingga
penanganannya harus melibatkan banyak pihak.

Abstract
The youth is the next generation for the nation struggle and dreams. The
youth development is a part of the holistic human capital development in
Indonesia. The global crisis has increased the number of unemployment in
Indonesia that force many youth to struggle for their life on the street. This
phenomenon is a complex social problem. We cannot ignore the potency of the
unemployed youth and the thug. Therefore, we need some effort to empower
them. The government process that we are going to do is supposed to follow the
ideal model. This is the reason why we must formulate the model and strategy of
the thug empowerment.
The purpose of this research is to analyses the thug characteristic, to find
out the society contribution and potencies in the thug empowerment, what the
government had done in the thug empowerment, and to formulate the model and
strategy for the thugs empowerment.
This research uses the qualitative approach. The data used are gathered by
conducting a depth interview and documents study. The conclusion is the thugs
have special characteristic constructed by their environment, the place on where
they always do their activities and make relation with others. People can give an
active contribution and have a good potency to do empowerment for them. The
government has done the empowerment for the thugs by establishing the house of
mental improvement for Indonesian youth program. However, this program needs
to be improved. The implementing of the empowerment model must be
comprehensive and not only rely on particular organization because the thugs?
problems are caused by a complex thing; consequently, many people have to give
contribution to solve this problem."
2009
T29425
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Setyawan
"Indonesia adalah negara kepulauan dan kebaharian. Sebagai negara bahari terbesar di dunia, berimplikasi pada besarnya potensi Sumber Daya bahari Indonesia. Ditambah dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia terutama pemudanya, hal ini merupakan modal untuk membangun Indonesia di sektor bahari. Namun nyatanya, hingga saat ini jumlah pemuda yang terjun untuk memanfaatkan potensi bahari masih sangat minim. Oleh karena itu, dibutuhkan banyak program pemberdayaan pemuda di bidang kebaharian. Salah satu program pemberdayaan pemuda di bidang kebaharian yang telah berlangsung sejak tahun 1986 adalah Kapal Pemuda Nusantara (KPN) yang kini dikelola oleh Asisten Deputi Peningkatan Wawasan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olah Raga. Namun, hingga pelaksanaan di tahun 2012 masih banyak kendala yang dihadapi oleh KPN untuk mewujudkan suatu program yang ideal untuk memberdayakan pemuda di bidang kebaharian.
Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan strategi pemberdayaan pemuda di bidang kebaharian yang ideal bagi program Kapal Pemuda Nusantara. Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif dengan pengumpulan data secara kualitatif melalui wawancara mendalam dan studi dokumen. Analisis perumusan strategi menggunakan analisis SWOT. Berdasarkan hasil penelitian di rumuskan 3 strategi yang terdiri dari: strategi prioritas 1 yang juga dinamakan makro 1 dengan mengedepankan prerumusan strategi dari faktor: kebaharian, nasionalisme, dan kewirausahaan. Strategi prioritas 2 atau mikro 1 yang terdiri dari perumusan strategi dari faktor: kurikulum, kebudayaan, kepesertaan, dan kemitraan. Serta strategi prioritas 3 atau mikro 2 yang terdiri dari faktor: anggaran, alumni, dan pola pembinaan.

Indonesia are an archipelago and maritime nation. As the biggest maritime nation in the world, it?s implicated on how big the potential of indonesia?s maritime resources. Added with Indonesia?s big population especially it?s youth, this is resources to develop Indonesia in maritime sector. But in fact, until today the amount of youth that goes straight utilized the potential of Indonesia?s maritime were still very low. Therefore, it needs many utilization youth program in maritime section. One of the youth utilization program in maritime section that had lasted from 1986 is Kapal Pemuda Nusantara (KPN) that is now is managed by youth?s horizon excalation deputy assistant, ministry of youth and sport. But, until the implementation in 2012 there are still many obstacle that is faced by KPN to realize an ideal program to utilize the youth on maritime level.
This research was purposed to formulate youth's empowerment strategy on maritime sector for Kapal Pemuda Nusantara program. The approach of this research is quantitative with data?s aggregation using qualitative through deep interview and document study. Formulate strategy analysis is using SWOT analysis. According to research?s result, it is defined 3 strategy consist of : first priority strategy that is named with first macro by means to formulate strategy from maritime, nationalism, and entrepreneur factor. Second priority strategy or first micro that consist of formulating strategy from curriculum, culture, delegation, and partnership factor. Then the third priority strategy or micro two that consist of budget, alumnus, and management pattern.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budiyanto
"Penelitian ini berfokus pada kajian evaluasi atas program kader kewirausahaan pemuda yang dilalrukan oleh Kemenegpora dalam rentang waktu 2006 s/d 2009. Fokus kajiannya diarahkan pada menganalisa problem-problem yang menghambat pencapaian target tahimya kader kewirausahaan pemuda dan bagaimana strategi ke depan dalam pemberdayaan kader kewirausahaan Pemuda di Kementerian XYZ.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode evaluasi dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian kaelitatif cenderung betsifilt deskristif, Natraalistik dan berbubungan dengan sifat data yang murni kualitatif. Dengan harapan agar dapat mengungkap fokus yang ingin diteliti.
Penulis menggunakan beberepa metode yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mengumpu!kan data. Metode yang digunakan digunakan adalah: metode studi kasus wawancara, evaluasi dan kajian kepustakaan. Informan dalam penelitian ini terdiri deri 16 orang meliputi 4 orang deri Kementerian XYZ , 4 orang deri Stakeholder, 4 orang deri peserta pelatihan serta 4 orang deri peserta Iomba wirausaha pemuda berprestasi.
Dari analisis terhadap fakta yang ada, dapat disimpulkan bahwa: 1. Programprogram pemberdayaan kader kewirausahaan secara kuantitas dan kualitas belum efektif karena kader-kader yang dihasilkan belum mempunyal karakter yang kokoh sebagai wirausahawan. 2. Stntegi kentitraan oleh Kementerian XYZ dalam pemberdayaan kader kewirausahaan merupakan strategi yang tepat dalam rangka mengatasi kelemahan dan menangkap peluang yang ada, namun strategi kentitnan ini belum sepenuhnya berbasil mengingat belum bersifat kontinu sehingga tidak menyentuh makna dari pernberdayaan itu sendiri.

This research focused on the study of the evaluation on the cadre's program of youth entrepreneurship that was carried out by Kemenegpora in time extension 2006 sld 2009. The focus of his study was aimed in analytic problems that hindered the achievement of the birth target of the cadre of youth entrepreneurship and bow the program management in the future in printing the cadre of youth entrepreneurship in the Ministry of the Young Man and sport.
The research method that was used in this research was the evaluation method with the qualitative approach. In the quantitative research tended was descriptive, Naturalistic and was connected with the characteristics of the pure data qualitative, In the hope that could express the focus that wanted to be researched.
The writer used several methods that could be made the implement to gather the data. The method that was used was used was: the case study method, the interview, the evaluation and the study of the bibliography. The informant in this research consisted of 16 people covered 4 people from the XYZ Ministry, 4 people from Stakeholder, 4 people from participants in the training as well as 4 people from participants in the high-achieving race of the youth businessman.
From the analysis towards the available fact, could be concluded that: L Empowerment programs of the cadre of entrepreneurship in a manner the quantity and the quality were not yet effective because cadres who were produced did not yet have the character that was find as wirausahawan. 2. The partnership strategy by the XYZ Ministry in empowerment of the cadre of entrepreneurship was the strategy that was exact in order to overcome the weakness and comprehend the available opportunity, but this partnership strategy fully was not yet successful considering was not yet continuous so as to not touch the meaning from the empowerment personally.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T32839
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>