Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199147 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ridho Masruri Irsal
"Masalah lingkungan global tidak bisa hanya menjadi sekedar bahan pembicaraan tanpa ada upaya untuk mencegahnya. Sektor bangunan ternyata mengkonsumsi sekitar 50% bahan bakar fosil, paling banyak di antara sektor-sektor lainnya seperti transportasi dan industri. Dapat dibayangkan peranan bidang arsitektur dalam menyumbangkan CO2 yang menjadi pemicu utama masalah pemanasan global dan perubahan iklim. Pembicaraan mengenai pembangunan yang berkelanjutan sudah ada sejak tahun 1970-an. Konsep sustainability mulai dibahas dan dikembangkan oleh beberapa pakar sehingga dapat lebih dipahami. Dalam perkembangannya, istilah green building lebih dikenal oleh masyarakat. Tetapi kriteria-kriteria sebuah bangunan bisa dikatakan green menjadi sulit ditentukan karena belum ada standar yang bisa dijadikan pedoman.
Amerika Serikat melalui U.S. Green Building Council menjawab tantangan ini dengan mengeluarkan Leadership in Energy and Environmental Design (LEED). Sistem penilaian ini menguraikan aspek-aspek yang menjadi dasar pemikiran sustainable architecture dan juga strategi-strategi perancangan untuk memenuhi kriteria tersebut. Setelah itu, banyak negara yang ikut mendirikan Green Building Council dan juga sistem rating, baik yang mengadopsi versi U.S. Green Building Council ataupun hasil penyusunan sendiri. Negara kita Indonesia, pada tanggal 12 Maret 2008 sudah mendirikan Green Building Council of Indonesia yang salah satu misinya juga menerapkan LEED untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.
Menanggapi hal ini, penulis melakukan studi pengamatan pada beberapa bangunan di Indonesia dengan menggunakan LEED. Dari hasil pengamatan pada ketiga bangunan tersebut, memang belum satupun yang mendapatkan sertifikasi LEED. Tetapi upaya untuk menerapkan prinsip-prinsip sustainability sudah terlihat. Kendalanya, LEED mencakup sangat banyak disiplin ilmu lainnya sehingga perlu adanya koordinasi dari berbagai badan/organisasi yang menangani bidangnya masing-masing. Namun dengan adanya studi pengamatan ini dapat terlihat sejauh mana Indonesia dapat menerapkan LEED sebagai pedoman bagi Green Building Council of Indonesia sebelum menyusun sistem rating sendiri.

Global environment problem is commonly discussed nowadays along with its prevention. In fact, buildings sector consumed 50% fossil fuel, the greater, compared with transportation sector and industrial sector. It s easily to imagine that architecture donated mostly CO2 as the primary factor for global environment and climate change problem from this fact. The discussion for sustainability has gained since 1970. Sustainability concept has developed by the researchers made it easily to understand. The green building is known better for community as its concept. Still, a building stated as green building, could not definite properly because there is no manual standardization.
USA through US Green Building answers the challenges with Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) system. The system explains the base thinking of sustainable architecture aspects and its planning strategy as the implementation. LEED stimulate sustainable building planning spread and produce buildings with efficient water and energy. To socialize this issue, world conferencing had brought and agreed to build World Green Building Council. Afterwards, some countries has started to establish their own Green Building Council and adopted LEED system from USA.
Indonesia has established Green Building Council of Indonesia on March 12th 2008. Its mission is to implement LEED for sustainability building. As respond for the issue, author makes research on buildings in Indonesia, take place in Jakarta and Surabaya, compared to LEED in USA. The aim is to make LEED implemented in Indonesia base on existing condition. From this research, we could conclude that before Green Building Council of Indonesia had established, buildings in Indonesia has had implemented the planning strategy as the respond for the environment problems caused by the buildings itself.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48443
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Haselbach, Liv
New York: McGraw-Hill, 2010
690 HAS e (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Winkler, Greg
New York: McGraw-Hill, 2011
690.52 WIN g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kubba, Sam
Burlington: Elsevier, 2010
720.47 KUB l (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yellamraju, Vijaya
New York: McGraw-Hill, 2011
690 YEL l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Wardhana
"Konsep Healthy Building merupakan generasi selanjutnya dari Green Building, dimana konsep yang tidak hanya mencakup tanggung jawab terhadap dampak lingkungan, namun juga kesehatan dan kinerja penghuninya. Namun, konsep ini masih belum banyak diterapkan terutama di Indonesia karena persepsi bahwa terdapat peningkatan biaya yang lebih besar jika dibandingkan dengan bangunan konvensional ataupun Green Building. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan desain eksisting berupa rancangan Green Building untuk mewujudkan konsep Healthy Building dengan mempertimbangkan nilai ekonomi bangunan. Studi kasus, analisis life-cycle-cost dan analisis benefit-cost ratio dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan Green Building ke Healthy Building dapat dilakuakan dengan peningkatan desain kualitas udara dalam ruang, kelembaban udara dan penerapan pengendalian hama terpadu. Healthy Building membutuhkan tambahan biaya investasi sebesar 1,44% dari Green Building dan 9,02% dari bangunan konvensional. Namun dapat memberikan nilai B/C ratio sebesar 4,29 dari bangunan konvensional dan 7,08 dari Green Building.

The Healthy Building concept is the next generation of Green Building, where the concept includes not only responsibility for environmental impacts, but also the health and performance of its occupants. However, this concept is still not widely applied, especially in Indonesia due to the perception that there is a greater increase in costs when compared to conventional buildings or Green Buildings. This study aims to improve the existing design in the form of a Green Building design to actualize the Healthy Building concept by considering the economic value of the building. Case studies, life-cycle-cost analysis and benefit-cost ratio analysis were carried out to achieve the research objectives. The results showed that the improvement of Green Building to Healthy Building can be done by improving the design of indoor air quality, air humidity and the application of integrated pest management. Healthy Building requires additional investment costs of 1.44% of Green Buildings and 9.02% of conventional buildings. However, it can provide a B/C ratio value of 4.29 from conventional buildings and 7.08 from Green Building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Yolanda
"ABSTRAK
Indonesia memiliki salah satu lembaga legal untuk melakukan sertifikasi green building yang disebut GBCI (Green Building Council Indonesia). GBCI memiliki sistem penilaian sendiri yang disebut Greenship. Salah satu aspek penilaian yang terdapat pada Greenship adalah MRC (Material Resource Cycle). Pembahasan aspek ini dilakukan melalui metode deskriptif dan evaluatif untuk melihat aspek MRC yang telah dipenuhi, aspek MRC yang berkemungkinan untuk dipenuhi serta aspek yang tidak dipenuhi. Pembahasan ini dilakukan untuk mengetahui peranan pemilihan material dalam pencapaian performa green building, khususnya pada sistem curtain wall. Kemudian juga akan dilakukan komparasi antara standar umum green building material (non-Greenship) dengan Greenship untuk melihat poin non-Greenship yang berpotensi untuk dijadikan poin rekomendasi penilaian dalam Greenship. Dari data dan analisis disimpulkan bahwa pemilihan material pada curtain wall tidak dapat berkontribusi maksimal terhadap pencapaian poin Greenship. Serta aspek penilaian material berdurabilitas tinggi dan meminimalisasi material pembungkus dapat dijadikan sebagai poin rekomendasi penilaian Greenship.

ABSTRAK
Indonesia has one legal institutions to perform green building certification called GBCI (Green Building Council Indonesia). GBCI has its own scoring system called Greenship. One aspect of the assessment contained in Greenship is MRC (Materials Resource Cycle). The discussion of this aspect is done through descriptive and evaluative to see aspects of the MRC which has been met, MRC aspects that are likely to be met as well as the aspects that were not met. The discussion was conducted to determine the role of materials selection in achieving green building performance, especially in the curtain wall system. Then also will do a comparison between the general standard of green building materials (non-Greenship) with Greenship to see non-Greenship points potentially to be used in the assessment recommendation Greenship points. From the data and analysis concluded that the selection of materials in curtain wall can not contribute to achieve maximum Greenship points. As well as high durability material and minimize the wrapping material can be used as assessment?s points on Greenship"
2016
S64153
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsha Saleha
"ABSTRAK
Kulit bangunan adalah permukaan transisi yang membatasi sekaligus menghubungkan antara ruang dalam dan ruang luar. Teknologi kulit bangunan hijau hadir untuk merespon penurunan kualitas lingkungan dan efisiensi energi akibat kehadiran bangunan baru. Kulit bangunan hijau menjadi media tempat terjadinya proses metabolisme bangunan, yaitu proses pertukaran unsur-unsur antara ruang dalam dan ruang luar bangunan. Studi kasus difokuskan pada kulit bangunan hijau Perpustakaan Universitas Indonesia. Keberadaan kulit bangunan hijau membawa dampak pada dua sisi, yaitu dampak kulit bangunan hijau terhadap ruang dalam antara lain kenyamanan termal dan dampak terhadap lingkungan sekitar bangunan. Pada kulit bangunan hijau dapat terjadi proses metabolisme bangunan yang memadai secara alami antara lain berupa bio-filter terhadap polutan, memperbaiki kualitas udara, mengurangi kebisingan, meningkatkan biodiversity, memperbaiki daur air, mengatur heat transfer ke ruang dalam dan mengurangi radiasi panas ke lingkungan sekitar.

ABSTRAK
The building skin is a transitional surface which borders and connects the inner space with the outer space. Green skin technology exists in order to respond to the decrease in environmental quality and energy efficiency which is caused by new buildings that keep arising. Green skin becomes a medium where building metabolism, which is an exchange process of the inner space and the outer space components, takes place. This case study is focused on Universitas Indonesia Library?s green skin. The existence of green skin has some impacts for both sides of the building. On the inner space, the green building shell creates thermal comfort whilst on the outer space, it affects the environment around the building. On every green skin, a building metabolism process could occur naturally; for example, bio-filter towards pollutant, air quality improvement, noise reduction, increase in biodiversity, storm water management improvement, control over heat transfer into the building and reduction of heat radiation towards the surroundings.
"
2016
S63130
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ekkywona Rumiazizah Novanandini
"Bangunan mengkonsumsi 32% dari total energi di dunia. Bangunan komersial di Indonesia mengalami peningkatan konsumsi energi sebesar 0,11% dari 2019 hingga 2020. Pasar tradisional adalah salah satu bangunan komersial yang mendapat perhatian dari pemerintah terkait konsumsi energinya pascarevitalisasi. Revitalisasi pasar tradisional dilakukan dalam pemenuhan indikator SNI Pasar Rakyat untuk pengelolaan pasar yang berkelanjutan. Sejak 2019, konsep bangunan hijau sudah diterapkan pada revitalisasi pasar tradisional dengan efisiensi energi sebagai salah satu aspeknya. Namun, data konsumsi energi pasar-pasar tersebut hingga saat ini belum tersedia begitu juga dengan benchmark Intensitas Konsumsi Energi (IKE) pasar tradisional. Penelitian ini mengeksplorasi tentang konsumsi dan strategi konservasi energi pada pasar tradisional yang direvitalisasi dengan konsep bangunan hijau. Benchmarking IKE pasar tradisional yang dihasilkan penelitian ini dapat menjadi tolok ukur bagi pasar yang sedang atau akan direvitalisasi. Strategi konservasi energi dalam penelitian ini mempertimbangkan pemenuhan ketentuan OTTV dan WWR pada parameter selubung bangunan serta tingkat pencahayaan dan densitas daya lampu pada parameter sistem pencahayaan. Pasar Prawirotaman Yogyakarta dan Pasar PON terpilih menjadi studi kasus penelitian ini. Penyelidikan konsumsi dan strategi konservasi energi dilakukan dengan pendekatan Building Information Modeling (BIM) melalui Autodesk Revit untuk modeling 3D dan Green Building Studio untuk simulasi energi. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi lapangan, studi dokumen serta pengukuran dengan Power Quality Analyzer (PQA) dan Amperemeter. Benchmarking IKE dalam penelitian ini berdasarkan luas bersih bangunan, jam operasional, dan jumlah pengguna secara berurutan adalah sebesar 23,11 kWh/m2/tahun; 34,84 kW/tahun; dan 0,70 kWh/orang/tahun. Penggunaan kaca double clear glass dan penambahan densitas daya lampu menjadi strategi konservasi yang diusulkan pada studi kasus.

Buildings consume 32% of the world’s total energy. Commercial buildings in Indonesia experienced a 0,11% increase in energy consumption from 2019 to 2020. Traditional markets are one of the commercial buildings that have received attention from the government regarding their post-revitalization energy consumption. The revitalization of traditional markets is carried out to fulfil the SNI Pasar Rakyat indicator for sustainable market management. Since 2019, the green building concept has been applied to revitalizing traditional markets with energy efficiency. However, data on energy consumption in these markets is not yet available, as well as Energy Use Intensity (EUI/IKE) benchmarks for traditional markets. This study explores energy consumption and conservation strategies in traditional markets, which are revitalized with green buildings concept. The IKE benchmarking of traditional markets produced by this research can be used as a benchmark for markets that are being or will be revitalized. The energy conservation strategy of this research considers the fulfilment of OTTV and WWR provisions on the building envelope parameters as well as the level of lighting and lighting power density on the parameter of the lighting system. Prawirotaman Market Yogyakarta and PON Market Trenggalek were selected as case studies of this research. The study of consumption and energy conservation strategies was carried out using the Building Information Modeling (BIM) approach through Autodesk Revit for 3D modeling and Green Building Studio for energy simulation. Data was collected through interviews, field observations, document studies and measurements with Power Quality Analyzer (PQA) and Amperemeter. This study’s benchmarking of EUI/IKE based on the occupied or net floor area of the building, operating hours, and the number of users are 23,11 kWh/m2/year; 34,84 kW/year; and 0,70 kWh/person/year, respectively. The use of double clear glass and the addition of lighting power density are the conservation strategies proposed in the case study."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiratama Dhaneswara Sungkono
"Tren penggunaan struktur facade di bangunan gedung sebagai upaya untuk menjadikannya sebagai Green Building kian meningkat. Di balik segala pengaruh positifnya terhadap konvervasi energi dan kenyamanan bangunan gedung, facade memiliki kecenderungan untuk meningkatkan risiko kebakaran di bangunan gedung, sehingga diperlukan sistem proteksi kebakaran aktif seperti water mist. Karya tulis ini bertujuan untuk membahas beberapa permasalahan seputar kebakaran dalam ruang atau bangunan dengan fitur Double-Skin Facade yaitu pengaruh penyemprotan water mist terhadap pergerakan api dan asap di dalam rongga facade dan penyebaran temperatur di dalam rongga facade. Metode penelitian yang digunakan adalah metode simulasi dengan menggunakan software Fire Dynamic Simulator. Simulasi dilakukan dalam dua tahap yaitu simulasi tanpa water mist dan dengan water mist dengan variasi water spray density (Densitas Penyemprotan Air) 4,89 L/menit.m2, 5,67 L/menit.m2, 6,53 L/menit.m2 dan 7,3 L/menit.m2.  Hasil yang didapat dari kedua tahap simulasi tersebut berbentuk data kuantitatif berupa temperatur dan kecepatan aliran, dan data kualitatif berupa gambaran penyebaran asap dan api. Berdasarkan kedua tahap simulasi tersebut penulis kemudian dapat merangkum bahwa penyemprotan water mist pada rongga Double-Skin Facade berpengaruh terhadap penurunan temperatur dan perubahan arah dan besar kecepatan aliran pada rongga facade dan kenaikan temperatur kotak pembakaran. Untuk mengukur besaran kuantitatif pada water mist, penulis juga melakukan analisis terhadap hubungan nilai water spray density terhadap penurunan temperatur pada rongga facade. Hasilnya nilai water spray density berbanding lurus terhadap penurunan temperatur pada rongga.

The trend of the usage of the Facade structure in buildings as part of the effort of building a Green Building is rising. Despite every positive effect towards conserving energy and increasing comfort for the occupant of buildings, Facade tends to increase the risk of fire in buildings, therefore an active fire protection tools such as water mist is needed. This thesis aims to review several problems around the Fire Safety of the usage of Facade in buildings, such as the effect of water mist spraying into the facade cavity to the movement of fire and smoke in that particular area and to identify the temperature distribution both in the cavity and in the room. The main method that was used is simulating this phenomenon with Fire Dynamic Simulator. The simulation was conducted in two steps which were simulation without and with water mist with water spray density variation of 4,89 L/menit.m2,  5,67 L/menit.m2 , 6,53 L/menit.m2 , dan 7,3 L/menit.m2.The author's found out that spraying water mist into the facade cavity could decrease the temperature in the facade cavity and some parts of the room. Not only that but it also affected the direction and the value of the velocity both in the facade cavity and in the room. Another important thing is the relationship between water spray density and the decreasing of temperature were aligned."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>