Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 185440 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Resa Ana Dina
"Menurut laporan kerja WHO pada bulan April 2004, dari 8,1 juta kematian bayi di dunia, sekitar 48% adalah kematian neonatal. Dari seluruh kematian neonatal, sekitar 42% kematian neonatal disebabkan oleh infeksi tetanus neonatorum. Sejak tahun 1989, WHO memang mentargetkan eliminasi tetanus neonatorum. Sebanyak 104 dari 161 negara berkembang telah mencapai keberhasilan tersebut. Tetapi, karena tetanus neonatorum masih merupakan persoalan signifikan di 57 negara berkembang lain, maka UNICEF, WHO dan UNFPA pada Desember 1999 setuju mengulur eliminasi hingga tahun 2005. Meskipun telah ditetapkan ETN (Eliminasi Tetanus Neonatorum) sebagai komitmen internasional diulurkan hingga tahun 2005, namun angka kejadian dan angka kematian tetanus neonatorum di Kabupaten Serang masih tetap tinggi. Terlihat dari data hingga akhir Desember tahun 2008 pun, kasus sudah ada dan melebihi kasus pada tahun sebelumnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran epidemiologi kasus dan kematian tetanus neonatorum di wilayah Kabupaten Serang pada tahun 2005-2008.
Penelitian ini menggunakan desain studi crossectional.Dalam penelitian ini populasi sama dengan sampel yaitu semua penderita tetanus neonatorum di Kabupaten Serang dari tahun 2005-2008 yaitu berjumlah 68 kasus. Hasil penelitian ini adalah jumlah distribusi kasus dan kematian tetanus neonatorum di Kabupaten Serang tahun 2005- 2008 lebih banyak laki-laki daripada perempuan.
Hasil distribusi frekuensi kasus dan kematian tetanus neonatorum berdasarkan riwayat perawatan kehamilan adalah :
Pertama, kasus tetanus neonatorum yang ibunya sewaktu hamil memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan mengalami kematian dengan proporsi lebih tinggi daripada yang ibunya sewaktu hamil memeriksakan kehamilannya kepada bukan tenaga kesehatan (80% : 52,6%).
Kedua, kasus tetanus neonatorum yang ibunya sewaktu hamil memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan < 4 kali mengalami kematian dengan proporsi lebih tinggi daripada yang ibunya sewaktu hamil memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan ≥ 4 kali (66,1% : 55,6%).
Ketiga, kasus tetanus neonatorum yang ibunya sewaktu hamil tidak melakukan imunisasi TT mengalami kematian dengan proporsi lebih tinggi daripada yang ibunya sewaktu hamil melakukan imunisasi (64,9% : 63,6%).
Hasil distribusi frekuensi kasus dan kematian tetanus neonatorum berdasarkan riwayat pertolongan persalinan adalah :
Pertama, kasus tetanus neonatorum yang persalinannya dilakukan pada bukan tenaga kesehatan mengalami kematian dengan proporsi lebih tinggi daripada yang persalinannya dilakukan pada tenaga kesehatan (66,1% : 50%).
Kedua, kasus tetanus neonatorum yang persalinannya dilakukan di rumah mengalami kematian dengan proporsi lebih tinggi daripada yang persalinannya dilakukan di tempat pelayanan kesehatan (66,7% : 40%).
Ketiga, kasus tetanus neonatorum yang pada saat persalinan pemotongan tali pusatnya menggunakan alat tidak steril mengalami kematian dengan proporsi lebih tinggi daripada yang pada saat persalinan pemotongan tali pusatnya menggunakan alat steril (66,7% : 40%).
Hasil distribusi frekuensi kasus dan kematian tetanus neonatorum berdasarkan riwayat perawatan tali pusat adalah, yakni :
Pertama, kasus tetanus neonatorum yang perawatan tali pusatnya menggunakan bukan tenaga kesehatan mengalami kematian dengan proporsi lebih tinggi daripada yang perawatan tali pusatnya menggunakan tenaga kesehatan (65,7% : 0%).
Kedua, kasus tetanus neonatorum yang obat/bahan perawatan tali pusatnya menggunakan bukan antiseptik mengalami kematian dengan proporsi lebih tinggi daripada yang obat/bahan perawatan tali pusatnya menggunakan antiseptik (67,9% : 53,3%). "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifah Rizky Purwandini Sugiarto
"Campak sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang perlu ditangani, karena kasus campak masih tinggi dan hampir terjadi di semua daerah. Kasus campak di Kabupaten Serang dapat menimbulkan terjadinya KLB campak. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran epidemiologi kasus campak pada KLB campak di Kabupaten Serang tahun 2010-2012. Penelitian ini menggunakan desain studi seri kasus. Hasil penelitian didapatkan penderita campak tahun 2010 sebanyak 137 orang, tahun 2011 sebanyak 93 orang dan 2012 sebanyak 5 orang, umur penderita campak tertinggi 0-4 tahun dengan kebanyakan status tidak diimunisasi.
Penderita didominasi oleh jenis kelamin perempuan. Attack Rate tertinggi pada perempuan, umur 0-4 tahun dan status tidak diimunisasi. Case Fatality Rate 2.58% terjadi tahun 2010. Kasus campak terjadi pada daerah dengan kepadatan penduduk tinggi, tahun 2010 di Kecamatan Cikeusal, tahun 2011 di Kecamatan Kibin dan tahun 2012 di Kecamatan Baros. Berdasarkan data tersebut, diharapkan Kabupaten Serang dapat meningkatkan cakupan imunisasi campak terutama sasaran kelompok umur <5 tahun serta pemberian penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya imunisasi campak.

Measles is still a health issue that needs to be addressed, because the high and cases of measles occurred in almost all areas. Serang measles cases can lead to measles outbreaks. The purpose of this study was to determine an overview of epidemiology cases of measles in an outbreak of measles in Serang in 2010-2012. This study used a case series study design. The results obtained with measles in 2010 as many as 137 people, as many as 93 people in 2011 and 2012 as many as 5 people, the highest measles patients aged 0-4 years with most of the state are not immunized.
Patients are dominated by the female gender. Attack the highest rate among women, age of 0-4 years and status is not immunized. Case Fatality Rate 2.58% occurred in 2010. Measles cases occurred in areas with high population density, in 2010 in District Cikeusal, in 2011 in the District Kibin and 2012 in the District of Baros. Based on these data, it is expected to increase Serang measles immunization coverage primarily targeted age group <5 years as well as providing education to the public about the importance of immunization against measles.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45376
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuda Triyuni Sakdiah
"Penelitian ini untuk melihat gambaran faktor sosiodemografi menurut orang (umur, jenis kelamin), tempat (kelurahan), waktu (bulan, tahun), penyelidikan epidemiologi (PE), fogging fokus (FF) dan hubungan angka bebas jentik (ABJ) dengan kejadian kasus DBD di Kecamatan Tanjungkarang Timur Kota Bandar Lampung tahun 2005-2008. Jenis penelitian adalah deskriptif dengan disain korelasi. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Data sekunder berasal dari Dinas Kesehatan Kota, Kantor Kecamatan Tanjungkarang Timur dan BPS Kota Bandar Lampung. Hasil penelitian didapatkan: angka insiden tertinggi pada kelompok umur 5-14 tahun (487 per 100.000 penduduk), jenis kelamin laki-laki (320 per 100.000 penduduk), Kelurahan Rawa Laut (346 per 100.000 penduduk), bulan Januari tahun 2007 (56 per 100.000 penduduk).
Hasil kegiatan PE telah mencapai 100 % sementara hasil kegiatan FF dan PJB masih di bawah standar (31,6 % - 58,9 % untuk FF dan 47% - 92% untuk PJB). Hubungan ABJ dengan kejadian kasus DBD tahun 2005-2007 menunjukkan hubungan tidak bermakna sedangkan tahun 2008 didapatkan hubungan bermakna. Semua analisis berpola negatif artinya semakin tinggi ABJ semakin rendah AI. Disarankan untuk lebih memfokuskan penanggulangan dan pencegahan DBD pada kelompok umur 5-14 tahun (usia sekolah) dengan mengaktifkan PSN melalui UKS. Kelurahan Rawa Laut diharapkan selalu melaksanakan PSN bekerjasama dengan lintas sektoral agar pelaksanaan PE dapat ditindaklanjuti dengan FF. Pemilihan lokasi pada PJB dengan randomisasi dan pemeriksaan dilakukan di dalam rumah dan di luar rumah serta TTU. Sosialisasi Promkes dilakukan dengan distribusi leaflet dan lembar balik serta lebih mengaktifkan peran Pokja/Pokjanal.

This research aims to find out description of socio-demography factors based on people (age, sex), place (Sub-sub district), time (month, year), epidemiology investigation (PE) and fogging focus (FF) correlating to number of mosquito larva level (ABJ) with incident of DBD cases in Sub-District of East Tanjungkarang Timur Bandar Lampung City Year 2005-2008. Type of this research was descriptive with correlation design. Analysis used univariate and bivariate. Secondary data were obtained from Agency of City Health, Sub-District Bureau of East Tanjungkarang and Statistical Bureau Center (BPS) of Bandar Lampung City. Research results showed: number of high incidents at age group of 5-14 year (487 per 100,000 populations), male (320 per 100,000 population), Subsub district of Rawa Laut (346 per 100,000 population), January year 2007 (56 per 100,000 population).
Result of PE activities had reached 100% while result of FF and PJB are still under standard (31.6%-58.9% for F and 47%-92% for PJB). Correlation between ABJ and Incident of DBD cases year 2005-2007 showed meaningless relation while in year 2008 it was significant relation. All of analysis got negative pattern which meant higher mosquito larva level (ABJ) lower AI. It is suggest to the government to focus more in handling and preventing of DBD at age group of 5-14 year (school age) by activating PSN through UKS. Sub-sub district of Rawa Laut was expected to cooperate intensively with cross sectional communities, to hold PSN as implementation of PE could be operated together with FF. Choice of PJB location done by randomizing and investigating should be carried out either in or out of house and in public areas (TTU). Socialization of health promotion (Promkes) should be implemented using distribution of leaflets and sheets back papers and also activating roles of working group (Pokja)/Pokjanal.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lili Tantijati
"Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia sangat tinggi. Berdasarkan Biro Pusat Statistik (BPS), AKB pada tahun 1995 adalah 55 bayi per 1000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab utama kematian bayi adalah tetanus neonatorum, yang menempati urutan ke 3 (SKRT 1986 dan 1992). Upaya untuk mengeliminasi penyebab kematian terus dilakukan oleh Depatennen Kesehatan dengan target untuk menurunkan insiden tetanus neonatorum menjadi 1 per seribu kelahiran hidup pada tahun 2000. Salah satu kabupaten penyumbang kasus tetanus neonatorum adalah Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon, walaupun ada kecenderungan menurun namun masih diatas target nasional.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia neonatus saat timbulnya gejala-gejala tetanus neonatorum dengan kematian akibat tetanus neonatorum di Kabupatan Indramayu dan Kabupaten Cirebon tahun 1996-2001 sehingga diketahui usia masa kritis neonatus yang menderita tetanus neonatorum untuk meninggal dunia.
Rancangan penelitian ini adalah kasus kontrol dengan perbandingan jumlah kasus dan kontrol 1:1. Jumlah sample keseluruhannya adalah 160 neonatus yang menderita tetanus neonatorum, yang terdiri dari 80 kasus dan 80 kontrol. Sample adalah neonatus penderita teanus neonatorum yang berusia 3-28 hari yang tercatat pada Form T2 dan Medical record rumah sakit sejak 1 Januari 1996 sampai 31 Desamber 2001 di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon .Kasus adalah sample yang meninggal dan kontrol adalah sample yang hidup.
Hasil penelitian pada analisa Muitivariat dengan uncondentional logistic regresion, variabel yang berhubungan dengan kematian akibat tetanus neonatorum secara bermakna (p<0.05) adalah usia neonatus yang menderita tetanus neonatorum, dimana neonatus yang menderita tetanus neonatorum yang berusia 7 hari atau kurang mempunyai risiko meninggal dunia 20.06 kali dibanding neonatus penderita tetanus neonatorum yang berusia lebih dari 7 hari, Penderita tetanus neonatorum yang dibawa ke rumah sakit pada hari yang ke 2 atau lebih setelah gejala pertama (tidak mau menyusu dan demam) mempunyai risiko meninggal dunia 6.95 kali dibandingkan dengan yang dibawa ke rumah sakit pada hari pertama setelah gejala pertama, neonatus yang menderita tetanus neonatorum yang diberi dosis obat antibiotik lebih rendah selama dirawat di rumah sakit mempunyai risiko meninggal dunia 4.34 kali di banding neonatus yang menderita tetanus neonatorum yang selama dirawat di rumah sakit di beri dosis obat antibiotik yang sesuai dengan Prosedur tata laksana kasus tetanus neonatorum di RSCM, Jakarta. Variabel kekebalan, antibiotik (jenis dan cara pemberian), anti kejang (jenis,dosis dan cara pemberian) dan cara pemberian ATS tidak berhubungan secara bermakna.(p>0.05) dengan kematian akibat tetanus neonatorum.
Disarankan untuk perbaikan dan sosialisasi Protap Tata Laksana Kasus Tetanus Neonatorum baik di tingkat rumah sakit maupun Puskesmas, perbaikan surveillence kasus tetanus neonatorum dan intensifikasi upaya pencegahan tetanus neonatorum.

The Infant Mortality Rate (IMR) in Indonesia is still high. Based on Central Bureau of Statistics (CBS) the IMR in 1995 was 55/1000 live births. One of the main reasons on infant death is tetanus neonatorum that take a place on the third (Household Health Survey, 1986 and 1992). The effort to eliminate the cause of infant death is still conducted by 1hP MOH with the target to reduce incident of tetanus neonatorum become 111000 live birth on 2000. One the District that contributes the case of tetanus neonatorum is Indramayu and Cirebon Districts, even showing tend to reduce; however it is over with the national target.
The objective of this study was to determine the relationship of neonatus' age when showing the indications of tetanus neonatorum with the death caused by tetanus neonatorum at Indramany and Cirebon Districts in 1996-2001. So it can be known the age on neonatus crisis time that is suffering tetanus neonatorum to death.
The study design was control cases with the comparison; the number of cases group and control group was 1:1. The total number of sample was 160 neonatus tetanus neonatorum that covers of 80-cases group and 80-control group. The sample was the sufferer of tetanus neonatorum whose age was 3-28 days that registered on the T2 Form and Medical Record at the Hospital, since January 1st, 1996 - December 31s', 2001 both in lndramayu and Cirebon Districts. The cases were the samples whose was death and control was the sample that is still alive.
The result of this study based on Multivariate analysis by unconditional logistic regression, It was showed that the variable which related to the death that caused by tetanus neonatorum significantly (p<0.05) was the age of neonatus. The sufferer of neonatus tetanus neonatorum whose the age is 7 days or less, they were having risk to death as 20.06 times compared with the neonatus tetanus neonatorurn whose age over than 7 days. The sufferer of tetanus neonatorum that brought to the Hospital on second day or more after first indication (reluctant to breast-feed and fever) having risk to death as 6.95 times compared with those whom brought to the Hospital on the first day after the first indication. The neonatus tetanus neonatorum who is given lower doses of antibiotic medicine during hospitalized having risk to death 4.34 times compared with whom that hospitalized gave doses of antibiotic medicine that meet with management diagnose, the cases at Cipto Mangun Kusumo Hospital, Jakarta. The variable of immune, antibiotic (type and method of giving), anti-seized (type, doses and method of giving) and the way in giving the ATS was not related significantly (p>0.05) with the death of neonatus caused by tetanus neonatorum.
It is recommended to increase and socialize the protap of Management Tetanus Neonatorum Cases both in the level of Hospital and to the Health Center. It is needed to improve the surveillance on the case of tetanus neonatorum and intensification effort in preventing the cases of tetanus neonatorum.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T9350
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lila Kesuma Hairani
"Tahun 2001-2004, angka insiden demam berdarah dengue (DBD) di kecamatan Cimanggis melonjak dengan tajam. Upaya pemberantasan penyakit DBD terus dilakukan hingga kini.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran epidemiologi DBD dan faktor-faktor yang mempengaruhi angka insidennya di Kecamatan Cimanggis tahun 2005?2008. Jenis penelitian adalah desain observasional (studi deskriptif korelasi/ekologi). Hasil penelitian menyebutkan proporsi kasus terbesar pada kelompok umur ≥15 tahun sedangkan insiden tertinggi pada 5?9 tahun. Kasus terbesar terjadi pada Kelurahan Tugu, sedangkan insiden tertinggi terjadi pada Kelurahan Curug dengan cenderungan terjadi pada awal hingga pertengahan tahun dengan puncak sekitar bulan Januari? Maret. Hasil bivariat menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara kepadatan penduduk, fogging, temperatur, curah hujan, dan kelembaban dengan angka insiden DBD di Kecamatan Cimanggis (p<0,05). Berdasarkan hasil tersebut maka peneliti menyarankan program pemberantasan dan pengendalian yang sudah berjalan ditingkatkan keefektifannya dan masyarakat diharapkan mampu cepat tanggap menghadapai bahaya DBD dengan melakukan usaha?usaha pencegahan secara mandiri.

Incidence of dengue haemorrhagic fever (DHF) has increased by the year 2001-2004 in Cimanggis, Depok. DHF prevention and control program has been developed until now. This study investigated epidemiology of DHF and risk factors of DHF incidence in Cimanggis from 2005 until 2008. This was observational design with correlation study. The result revealed that case were highest by the age ≥15 and also highest in Tugu. Incidence were highest by the age 5 ? 9 and highest in Curug which occurred in the early to mid-year with a peak around January until March. The result also revealed were there significant correlation between population density, fogging, temperature, presipitation, and humidity with DHF incidence (p < 0,05). Based on these study, DHF prevention and control program should the effectiveness and hopefully they can prevent the danger of DHF independently."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Kurniawati
"Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara Asean. Sekitar 40 % kematian bayi terjadi pada masa neonatal (bulan pertama kehidupan bayi). Tetanus neonatorum masih merupakan salah satu penyebab tersering kematian neonatal. di Indonesia. Dari 126.000 kematian neonatal, sekitar 50.000 diantaranya meninggal karena tetanus neonatorum. Bangsa Indonesia telah bertekad untuk mengeliminasi tetanus neonatorum di pulau Jawa dan Bali pada akhir tahun 1995 dan di seluruh Indonesia pada tahun 2000.
Kejadian tetanus neonatorum di Kabupaten Serang masih cenderung tetap tinggi, sehingga perlu diperoleh informasi hubungan faktor-faktor risiko tertentu dengan kejadian tetanus neonatorum di Kabupaten Serang. Faktor-faktor risiko yang diteliti meliputi: karakteristik ibu hamil (umur, pendidikan, paritas); kondisi kehamilan (status imunisasi Tetanus Toxoid ibu hamil); kondisi persalinan (penolong persalinan, sterilitas alat pemotong tali pusat, tenaga perawat tali pusat, obat/bahan perawatan tali pusat).
Disain penelitian ini adalah kasus kontrol. Kasus adalah penderita tetanus neonatorum yang pernah dirawat di RSU Kabupaten Serang maupun yang ditemukan dari pelacakan dan laporan masyarakat periode Januari 1994 - Desember 1995, sedangkan kontrol adalah bayi neonatus yang tidak menderita tetanus neonatorum yang lahir pada periode Januari 1994 - Desember 1995 yang bertempat tinggal di RT yang sama dengan kasus. Jumlah kasus dan kontrol masing-masing 79. Tidak dilakukan matching pada penelitian ini. Untuk mengetahui besarnya hubungan faktor-faktor risiko dengan kejadian tetanus neonatorum dilakukan perhitungan Odds Ratio melalui analisis regresi logistik multivariat.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara status imunisasi Tetanus Toxoid ibu hamil dengan kejadian tetanus neonatorum. Ibu hamil yang tidak pernah menerima imunisasi Tetanus Toxoid dan imunisasi Tetanus Toxoid tidak lengkap masing-masing mempunyai peluang bayinya mengalami kejadian tetanus neonatorum 10,98 kali dan 5,70 kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang memperoleh imunisasi Tetanus Toxoid lengkap. Alat pemotong tali tali pusat yang tidak steril memberikan risiko 3,14 kali lebih besar untuk kejadian tetanus neonatorum dibandingkan alat pemotong tali pusat yang steril.
Mengingat hasil penelitian yang diperoleh, penulis menyarankan untuk dilakukan peningkatan cakupan imunisasi Tetanus Toxoid pada ibu hamil disertai dengan pengembangan imunisasi Tetanus Toxoid pada calon pengantin wanita serta anak-anak wanita Sekolah Dasar kelas VI. Juga perlu dilakukan sweeping imunisasi Tetanus Toxoid pada wanita usia subur terutama di desa kasus dan di daerah risiko tinggi, dengan memanfaatkan momentum PIN (Pekan Imunisasi Nasional). Disamping itu juga perlu meningkatkan kemitraan antara dukun bayi dan bidan desa dalam hal pertolongan persalinan, bimbingan teknis dalam bentuk on the job training kepada dukun bayi serta meningkatkan penyuluhan kesehatan masyarakat kepada ibu hamil, calon pengantin khususnya yang tingkat pendidikannya rendah.

Among Asean countries, infant mortality rate in Indonesia is high enough. Approximately 40 % of infant mortality occurred in the neonatal phase (the first month of infant life). Tetanus neonatorum still is one of the causes of neonatal mortality in Indonesia. From 126.000 neonatal mortality 50.000 is approximately caused by tetanus neonatorum. The Government of Indonesia have targeted to eliminate tetanus neonatorum in Java and Bali at the end of 1995 and all over Indonesia in 2000.
The incidence of tetanus neonatorum in Serang District is still high, so that we need to get information of particular risk factors related to the incidence of tetanus neonatorum in this district. The risk factors that will be studied: the characteristic of pregnant mothers (age, education, parity); pregnant condition (the status of Tetanus Toxoid immunization of pregnant mothers); delivery condition (birth attendant, sterilization of the umbilical cord cutter, nurses for the umbilical cord, medicine/material of the umbilical cord intensive care).
Research design is case-control. Cases are tetanus neonatorum patients who already have been intensive care in Serang Public Hospital, observation finding, and public report during January 1994 to December 1995. Controls are neonatus infants who are free of tetanus neonatorum and born during January 1994 to December 1995 in the same location of the cases. There are no matching in this research. This research used Odds Ratio calculation with regression logistic multivariate analysis.
The result of the research indicates that there are positive relationship between the status of Tetanus Toxoid immunization of pregnant mothers and tetanus neonatorum incidents. Pregnant women who never and incomplete geting Tetanus Toxoid immunization have possibility suffering tetanus neonatorum I0,98 and 5,70 times more than pregnant women who get complete Tetanus Toxoid immunization. Non sterilized umbilical cord cutter will give risk to the incidence of tetanus neonatorum 3,14 times than the sterile one.
Based on the study result, we suggest to increase the coverage of Tetanus Toxoid immunization for pregnant mothers and also develop Tetanus Toxoid immunization for the coming bride and school age girls (elementary VI grade). It is necessary as well to do Tetanus Toxoid immunization sweeping for fertile age women, especially in the case village and in the area of high risk, using PIN (Pekan Imunisasi Nasionall National Immunization Week) moment. In addition, it is necessary to increase partnership between traditional birth attendant and trained birth attendant in helping the birth, technical assistant in the form of on the job training to the traditional birth attendant, and increase the community health information to pregnant mothers, the coming brides, particularly those with lower educational level.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Setyo Pambudi
"Angka kematian Ibu di Indonesia sebesar 307 per 100,000 kelahiran hidup. Angka ini menempatkan Indonesia pada urutan teratas di ASEAN. Indonesia mencanangkan Gerakan Nasional Kehamilan yang aman atau Making Pregnancy Safor (MFS), salah satu tujuan MPS adalah menurunkan AKI sebesar 75% pada tahun 2015. Dari berbagai metode pengukuran AKI yang ada, belum terdapat metode yang mampu mengestimasi AKI sampai pada level kabupaten.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah analisa capture-recapture dapat digunakan sebagai metode yang dapat mengestimasi AKI pada level kahupaten. Metode: Analisis capture-recapture menggunakan pendekatan model loglinear, dengan menggunakan 3 sumber data yaitu catatan kematian ibu rumah sakit, audit maternal perinatal dan register puskesmas di Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang tahun 2004-2005. Validasi hasil estimasi dilakukan dengan membandingkan estimasi hasil analisa capture-recapture dengan estimasi hasil studi MIMF yang dilakukan di kabupaten dalam periode yang sama.
Hasil: Estimasi jumlah kematian ibu untuk Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2014-2005 sebesar 612 (95%CI:399;811), Kabupaten Serang 403 kasus (95%CI:217;1050), dan Kabupaten Pandeglang sebesar 209 kasus (95%CI:162;303). Hasil estimasi pada ketiga level menunjukkan adanya kemiripan dengan hasil studi MIMF, dimana ketiga level memiliki nilai derajat kepercayaan yang saling tumpang tindih. Estimasi angka kematian Ibu di Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2004-2005 adalah sebesar 427 per 100000 kelahiran hidup (95%CI:278;565). Kabupaten Serang sebesar 440 (95%Cl:237;1146) dan Kabupaten Pandeglang sebesar 398 (95%CI:309;517). Hasil analisa capture-recapture menunjukkan hasil yang serupa dengan studi MIMF, dengan demikian bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mempertimbangkan metode ini sebagai salah satu alternatif metode analisis untuk mengestimasi angka kematian ibu pada level kabupaten.

Maternal mortality in Indonesia was 307 per 100.000 live births in 2003. This situation made Indonesia as a country with high level of maternal mortality in ASEAN countries. Indonesia has been deployed Making Pregnancy Safer (MPS) program, which has a goal to reduce maternal mortality by 75% from year 1990 to 2015. Various methods have been developed to measure maternal mortality, such as survey method. Survey method requires a huge sample size since maternal mortality is a rare event. Thus conducting such survey would requires high cost and human resources. Another approach should be considered, such as capture-recapture analysis which only need two or more available data sources to estimate maternal mortality at district level.
The aim of this study is to estimate maternal mortality in Serang and PandegJang DistrIct, Banten Province, in 2004-2005 using capture-recapture analysis. Method: Three Independent data sources from hospital, health center and maternal perinatal audit have been used to estimate maternal mortality using capture-recapture analysis based on loglinear approach. The result of the analysis will be compared with the result from MIMF study, a study which has been done in the same district and in the same period, to validate the result of the analysis.
Result: The estimate of maternal death both Serang and Pandeglang District in 2004-2005 was 612 death (95%CI:399;811), in Serang District was 403 deaths (95%CI:217;1050), and Pandeglang District was 209 deaths (95%CI:162;303). The estimation shows the same estimation compared with MIMF study which is used as a gold standard. Capture-recapture analysis produce the same result as MIMF study, which can be interpreted that this method has capability to be one of tools to measure maternal mortality, Therefore. this method should be considered by district health office and ministry of health as an alternative method to measure maternal mortality at district level.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T21159
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suyanti
"Latar Belakang : Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tetap tinggi, yaitu sekitar 305 per 100.000 kelahiran hidup (SUPAS 2015). AKI adalah indikator kesehatan ibu, terutama risiko kematian ibu saat hamil dan melahirkan. McCarthy dan Maine menunjukkan tiga faktor yang memengaruhi kematian ibu, yaitu determinan dekat, determinan antara dan determinan jauh. Kabupaten Serang adalah salah satu kabupaten di Provinsi Banten yang memiliki angka kematian ibu masih tinggi, sehingga perlu dikaji faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian ibu di kabupaten tersebut. Tujuan : Penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor – faktor risiko yang mempengaruhi kematian ibu, yang terdiri dari determinan dekat, determinan antara dan determinan jauh. Metode : Jenis penelitian adalah observasional dengan studi kasus kontrol, dilengkapi dengan kajian kualitatif mengenai kejadian kematian ibu serta upaya penurunan angka kematian ibu di kabupaten Serang. Jumlah sampel 58 kasus dan 116 kontrol. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan chi square test, multivariat dengan metode regresi logistik ganda. Kajian kualitatif dilakukan dengan metode indept/focused interview dan dilakukan analisis secara deskriptif, disajikan dalam bentuk narasi. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko yang mempengaruhi kematian maternal berdasarkan analisis multivariat adalah pemeriksaan antenatal (OR = 0,152; 95% CI : 0,031-0,744; p = 0,020), penolong ANC/persalinan (OR = 3,184; 95% CI : 1,010- 10,037; p = 0,048), jumlah pendapatan keluarga (OR = 342,67; 95% CI : 58,15-2019,18; p = 0,000).Hasil kajian kualitatif menunjukkan bahwa kematian maternal dipengaruhi berbagai faktor seperti keterlambatan rujukan, terutama keterlambatan pertama, rendahnya tingkat pendidikan ibu, rendahnya tingkat pendapatan keluarga dan belum dapat dilaksanakannya Gerakan Sayang Ibu (GSI) secara optimal di seluruh wilayah kecamatan sebagai upaya pemerintah dalam menurunkan kematian ibu. Saran : perlu pengenalan dini tanda – tanda komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan nifas, persiapan rujukan, perencanaan kehamilan, pelaksanaan GSI secara optimal.

Background : The maternal mortality ratio (MMR) in Indonesia remains high, i.e. approximately 305 per 100.000 live birth (SUPAS 2015). MMR is an indicator of mother’s health, especially the risk of being death for a mother while pregnant and delivery. McCarthy and Maine shows three factors that influence maternal mortality, i.e. proximate determinant, intermediate determinant and distant determinant. Serang district is one of district in the province of Banten which have maternal mortality case still high, so it is necessary to study the factors that related to maternal mortality in that district. Objective : The study was carried out to know the factors that related to maternal mortality, which consist of proximate determinant, intermediate determinant and distant determinant. Methods : This was an observational research using case control study, completed with qualitative study about the occurrence of maternal mortality and the effort to decrease MMR in Serang district. Number of samples was 58 cases and 116 controls. Data were analyzed by univariate analysis, bivariate analysis with chi square test, multivariate analysis with multiple logistic regression. Qualitative study was done by the method of indepth/focused interview and were analyzed by descriptive analysis and presented in narration. Result : The result showed that factors that related to maternal mortality according to multivariate analysis were antenatal care (OR = 0,152; 95% CI : 0,031-0,744; p = 0,020), antenatal/maternity helper (OR = 3,184; 95% CI : 1,010-10,037; p = 0,048), family income (OR = 342,67; 95% CI : 58,15-2019,18; p = 0,000). The result of qualitative study showed that many factors that related to maternal mortality like late referral, especially first late referral, low education of the mother, low of family income, and the GSI activities not well done yet in each subdistricts. Suggestion : This research recommended that it is necessary to detect signs of pregnancy complication, delivery complication, and post delivery complication early, referral preparation, pregnancy planning and optimizing GSI activities."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katrin Widani
"Penelitian ini membahas tentang gambaran epidemiologi kasus konfirmasi Avian Influenza dan pengetahuan, sikap petugas serta ketersediaan Logistik di Puskesmas Wilayah Kota Tangerang Tahun 2008. Latar belakang pemilihan judul skripsi ini adalah tingginya angka kematian Flu Burung di wilayah Kota Tangerang dan belum diketahui nya pengetahuan dan sikap petugas terhadap kejadian Avian Influenza serta ketersediaan logistik di puskesmas.
Rancangan penelitian adalah serial kasus dan potong lintang. Untuk serial kasus merupakan data mengenai gambaran epidemiologi kejadian Avian Influenza di wilayah Kota Tangerang dan desain potong lintang digunakan untuk menggambarkan pengetahuan, sikap petugas, dan ketersediaan logistik di puskesmas wilayah Kota Tangerang. Analisis data secara univariat dan tabulasi silang antara karakteristik individu dengan pengetahuan dan sikap. Data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan menggunakan kuesioner. Jumlah sampel dari penelitian ini adalah 45 orang.
Hasil penelitian menyebutkan bahwa gambaran epidemiologi kejadian Avian Influenza di Wilayah Kota Tangerang Paling banyak terjadi pada usia diantara 15 sampai 35 tahun, ada persamaan proporsi antara laki-laki dan perempuan yang menderita kasus Avian Influenza, hanya 1 orang yang memiliki pekerjaan berisiko yaitu sebagai penjual pupuk yang bersinggungan langsung dengan produk unggas, gejala yang dialami oleh kasus adalah batuk, sesak nafas, dan pneumonia. kasus memiliki kecepatan deteksi dini yang lama, yaitu lebih dari 5 hari. Kasus yang memiliki lama sakit lebih dari 6 hari menga lami kematian. kasus sebagian besar datang ke klinik swasta untuk memeriksakan dirinya, kasus banyak terjadi pada bulan januari dan di kecamatan cipondoh.Tingkat Pengetahuan Petugas Puskesmas sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik dan lebih dari setengah petugas puskesmas memiliki sikap kurang baik terhadap kejadian Avian Influenza. Pengetahuan dan sikap mengenai penyakit Avian influenza berdasarkan karakteristik petugas puskesmas menunjukkan karakteristik petugas yang memiliki pengetahuan dan sikap baik, yaitu petugas berusia < 30 tahun, perempuan, pernah ikut pelatihan, pernah memiliki pengalaman terhadap kasus AI pada manusia, dan memiliki beban kerja hanya 1 program. Pengetahuan yang baik petugas puskesmas memiliki karakteristik pendidikan lanjutan SMU, lama masa kerja ≤ 10 tahun memiliki aktivitas lain di luar sebagai petugas, pernah melakukan penyelidikan epidemiologi, dan pernah melakukan penyuluhan. Sikap yang baik memiliki karakteristik pendidikan sederajat SMU, masa kerja ≤ 10 tahun, tidak pernah mengikuti penyelidikan epidemiologi, dan tidak pernah melakukan penyuluhan.
Ketersediaan logistik di puskesmas Kota Tangerang umumnya sudah cukup baik meliputi Tamiflu, pemeriksaan laboraturium, Keberadaan alat pelindung diri, media Informasi, dan sistem surveilans ILI dan Pneumonia. Dari penelitian ini disarankan untuk melakukan sosialisasi tentang penyakit Avian Influenza kepada klinik swasta untuk kecepatan deteksi dini, sosialisasi kepada masyarakat untuk mengandangkan unggas, pelatihan untuk petugas puskesmas, melengkapi sarana logistik yang masih kurang."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Encep Mukardi
"ABSTRAK
Angka kematian perinatal di Indonesia masih tergolong tinggi, yaitu 45 per 1000 kelahiran (tahun 1994 ) bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Penyebab utama kematian perinatal adalah asfiksia, komplikasi BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah ), infeksi dan trauma kelahiran. RSUD Serang sebagai Rumah Sakit Kelas B di Wilayah Keresidenan Banten mempunyai kematian perinatal cukup tinggi yaitu 226 dari 1531 kelahiran (tahun 1997), sehingga perlu diperoleh informasi faktar-faktor yang berhubungan dengan kematian perinatal itu. Faktor-faktor tersebut adalah faktor ibu (umur, paritas, komplikasi kehamilan dan persalinan, jarak kelahiran dan kondisi kesehatan ibu), faktor janin (berat bayi, asfiksia, infeksi dan trauma lahir) dan juga diketahui faktor manajemen rumah sakit dan manajemen medik.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran dari faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian perinatal. Disain penelitian adalah survey, retrospektif selama satu tahun dari Januari sampai Desember 1997 dengan mengambil penelitian seluruh kematian perinatal sejumlah 226. Untuk mengetahui hubungan antara kematian perinatal dilakukan analisis "chi square". Untuk mendapatkan data kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam.
Hasil penelitian menunjukkan dari 9 variabel, 5 menunjukkan arah perbedaan yang bermakna dalam proporsi kematian perinatal menurut :
1. Umur ibu, (p<0,05)
2. Paritas ibu, (p<0,05)
3. Komplikasi kehamilan, (p<0,05)
4. Kondisi kesehatan ibu, (p<0,05)
5. Berat bayi, (p<0,05).
Dari wawancara mendalam diperoleh bahwa sarana dan prasarana dibagian perinatologi sangat terbatas. Lahir mati menunjukkan proporsi yang paling besar yaitu 63,3 % dari seluruh kematian perinatal, lahir mati ini terjadi sebelum masuk rumah sakit, penulis menyarankan agar Puskesmas didalam pelayanan medik khususnya untuk kesehatan ibu hamil dan bayi terus dibina oleh RSUD Serang bersama Dinas Kesehatan Serang dalam kegiatan Rumah Sakit Sayang bayi dan Rumah Sakit Sayang Ibu. Penyebab kematian Neonatal dini di RSUD Serang Proporsinya yang terbesar adalah BBLR ( berat bayi Lahir rendah ) sebesar 66,23 % , hal ini merupakan tuntutan dan disarankan agar RSUD Serang khususnya bagian perimatologi meningkatkan kemampuan untuk dapat merawat BBLR dengan sarana, prasarana dan kemampuan tenaga yang memadai. Untuk Dinas Kesehatan dan Instansi lintas Sektor disarankan untuk meningkatkan peranannya dalam cakupan pemeriksaan antenatal di Puskesmas Daftar Kepustakaan : 26 ( 1984 - 1998 )

ABSTRACT
Analysis of Perinatal : Death in General Public Hospital of Serang 1997 Perinatal death rate in Indonesia is still high (i_e 45 per 1000 of birth a year 1994 ) if it's compared to other ASEAN countries. It is making caused by asphyxia, complication of low birth weight, infection and trauma during delivery.
General Public Hospital Serang is a class B Hospital in Banten area, where perinatal death is 226 out of 1531 births ( year 1997 ). 1nforniation is needed to learn about factors that are factors related to perinatal death.
They are maternal factors ( age, parities, complication of pregnancy and childbirth, childbirths, distance and health condition ), Fetal factors ( baby's weight, aspphyxia, infection and trauma during delivery) and also hospital management and medical management factors.
The purpose of this research is to get descriptive information of factors related to perinatal death . The methode of research is survey, based on one year deliveries from January to December 1997, of which have a total of 226 perinatal death. To learn the ralationship betwen variables " Chi Square " analysis was aplied to collect qualitatif information in depth interview was caned out.
The result of research shows that 5 out of 9 variables have relationship with perinatal death namely :
1. Mother's age (pc0,05 )
2. Mother's parities (p<0,05 )
3. Complication of pregnancy (p<0,05 )
4. Health condition of mother and weight of each baby (p<0,05 )
From the interview , it is know that perinatology departement has only got limited facilities . Still birth shows a great proportion ( 63,3 % from all perinatal death ). This still birth ins happened before mother was hospitalized . The writer suggest that health centers should be developed constantly, with regard to it, medical service especially that of health service for pregnant woman and baby, by General Public Hospital and Health office Serang related to program that of Hospital loves mother and baby friendly . The cause o great proportion premature Neonatal death in General Public Hospital Serang is low birth weight, i.e 66,23 %. It's suggested to General Public Hospital Serang, especially its perinatology department to increase its capability in providing service for low birth weight babies by using improved facilities. It is sugested to Health office, to improve it's function in antenatal service in every Health Center.
Bibliography 26 ( 1984 - 1998 ).
"
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>