Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 177732 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anastasya Yolanda
"Tulisan ini diawali dari rasa ketertarikan terhadap budaya Melayu karena pada masa lalu pernah menjadi kekuatan penting di nusantara. Ketertarikan tersebut lantas berkembang menjadi keingintahuan tentang segala hal yang berhubungan dengan kebudayaannya. Salah satu hasil yang diperoleh adalah pengetahuan awal bahwa pernah ada suatu masa yang dinamakan fase klasik dimana budaya Melayu Islam bersinggungan dengan budaya Cina di pesisir Timur Sumatera. Hal ini kemungkinan berdampak pada percampuran budaya sebagai upaya penyesuaian diri diantara keduanya.
Salah satu bagian budaya adalah karya arsitektur hunian. Hunian atau rumah bukan hanya sebuah struktur fisik melainkan sesuatu yang berhubungan erat dengan lingkungan, golongan sosial, dan identitas budaya tertentu. Berbekal pengamatan area pemukiman di Bagan Siapi-api dan Pulau Halang, diperoleh bahwa persinggungan budaya Melayu dan Cina menghasilkan percampuran pada elemen arsitektur hunian di tempat itu seperti yang terlihat pada tata ruang dan dekorasidekorasi rumah.
Hasil kajian yang berdasarkan pada pengamatan lapangan, wawancara, dan studi literatur ini semoga dapat memberikan gambaran mengenai fakta-fakta adanya percampuran budaya yang dimaksud. Namun demikian, telaah ini dirasa belum menggali secara lengkap fakta lainnya sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut.

This writing is started from the interesting to the Malay culture because on the past had ever become the important power at archipelago. The interest has become curiosity about many things which is connected to its culture. One of the results which has been gotten from the early knowledge that there is a moment which is named classic period where the Islamic Malay culture has connected with Chinese culture at the Eastern Sumatera Island. This condition probably influence to the culture mixing as the result of adjusting between the two cultures.
One of the parts of the culture is architectural housing product. Housing is not only a physical structure in spite of something which has connection with environment, social group, and cultural identity. By having observation of the housing area at Bagan Siapi-api and Halang Island is gotten contact between Malay and Chinese culture. Then, it?s producing the acculturation of architectural elements from both Malay and Chinese housing as is it shown at the space organization and decorations.
The result with based on the observation, interview, and literatures study hope can give a brief acculturation facts mentioned above. So far, this analyzing has not given the other complete facts, so it is needed further study."
2008
S48434
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gemala Dewi
"Arsitektur vernakular merupakan wujud arsitektur asli suatu golongan masyarakat tertentu. Suatu karya arsitektur vernakular mendapat pengaruh dari berbagai faktor, terutama faktor budaya. Hal ini juga berlaku pada arsitektur vernakular Minangkabau yang tergambar melalui rumah gadang, dengan ciri khas atap gonjong, sebagai suatu produk dari proses berbudaya. Nilai-nilai budaya seperti sistem genealogis matrilineal; pandangan hidup yang berpedoman pada alam; dan cara hidup yang komunal, tergambar melalui arsitektur rumah gadang. Namun, pergeseran nilai budaya yang terjadi saat ini, mengancam eksistensi rumah gadang yang mengandung nilai-nilai yang masih asli tersebut. Masyarakat Minangkabau pun merasa bahwa citra arsitektur vernakular mereka cukup terwakili oleh atap gonjong saja.

Vernacular architecture reflects the original architecture of a particular community groups. A masterpiece of vernacular architecture influenced by various factors, especially cultural factors. This also applies to vernacular architecture of Minangkabau depicted through rumah gadang, with a typical roof gonjong, as a product of cultural processes. Cultural values such as matrilineal genealogical system; outlook on life based on nature, and a communal way of life, illustrated through the architecture of rumah gadang. But, the shift in cultural values that occurred today, threatening the existence of the rumah gadang that contains the original values. Minangkabau people also felt that the image of their vernacular architecture has been adequately represented by the gonjong only."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52247
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Febrianti
"Tiap-tiap kebudayaan yang ada di Indonesia merupakan salah satu kekayaan bangsa yang harus tetap dijaga dan dilestarikan. Salah satu hasil dari kebudayaan tersebut adalah bangunan-bangunan tradisional seperti yang dimiliki oleh masyarakat Melayu Kampar. Bangunan tradisional ini merupakan produk/hasil dari proses adaptasi dari kebudayaan yang pada akhirnya membentuk kearifan lokal masyarakat dan menjadi ciri khas dari suatu masyarakat tersebut. Skripsi ini membahas tentang kearifan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Melayu Kampar yang dilihat dari bangunan tradisional yang dimiliki dan sejauh mana pengaruh kearifan budaya itu mempengaruhi bangunan tersebut.

Every culture in Indonesia is one of the richness of this nation that has to keep and make it away from extinction. One of the products of culture is traditional building like one of them that own by the Malay society of Kampar. Traditional building is one of the products of adaptation process of culture and at the end creates local wisdom and finally become characteristic of the society. This thesis is about local wisdom of culture that own by Malay society of Kampar from traditional building and how far the culture affects the building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52253
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Khalisya Zahwa Rachmadina
"Indonesia dan Belanda dikenal memiliki banyak keterkaitan karena adanya kontak secara terus-menerus pada masa lampau sehingga terdapat berbagai dampak dalam berbagai aspek. Salah satu aspek yang terdampak hingga saat ini adalah budaya, seperti pada restoran-restoran Belanda di Indonesia yang melakukan akulturasi budaya. Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui upaya penyesuaian budaya dalam bentuk akulturasi apa yang telah dilakukan oleh Restoran H.E.M.A. TIS Square Tebet dan bagaimana respon dari para pengunjung terhadap akulturasi yang dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teori akulturasi oleh Redfield, Linton, dan Herskovits melalui pendekatan studi kasus yaitu mengumpulkan data dengan mengobservasi objek yang diteliti melalui wawancara dengan pemilik dan pengunjung restoran H.E.M.A. dan survei langsung ke restoran. Hasil dari penelitian ini yaitu Restoran H.E.M.A. TIS Square Tebet melakukan akulturasi dalam bentuk bahasa, makanan, pakaian, dan juga arsitektur bangunan sebagai upaya untuk menyesuaikan budaya Belanda di Indonesia. Upaya akulturasi budaya Belanda dan Indonesia yang dilakukan oleh Restoran H.E.M.A. ini berhasil menarik perhatian para pengunjung karena dapat menambah pengetahuan budaya Belanda dan Indonesia.

Indonesia and the Netherlands are known to have many connections because there was continuous contact in the past so that there were various impacts in various aspects. One aspect that has been affected to this day is culture, as in Dutch restaurants in Indonesia which carry out cultural acculturation. This research was made with the aim of knowing what cultural adjustment efforts in the form of acculturation have been carried out by the H.E.M.A. Restaurant. TIS Square Tebet and how the response from visitors to the acculturation carried out. This study uses a qualitative method with the theory of acculturation by Redfield, Linton, and Herskovits through a case study approach, namely collecting data by observing the object under study through interviews with H.E.M.A. restaurant owners and visitors. then survey directly to the restaurant. The results of this study are the H.E.M.A. Restaurant. TIS Square Tebet acculturates in the form of language, food, clothing, and also building architecture as an effort to adapt Dutch culture in Indonesia. Efforts to acculturate Dutch and Indonesian culture carried out by the H.E.M.A. Restaurant This succeeded in attracting the attention of the visitors because it could increase knowledge of Dutch and Indonesian culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arundi Dosini
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gde Rasananda Gelgel
"Representasi bersifat mewakili sesuatu. Akan tetapi ketika representasi itu kehilangan hubungannya dengan yang diwakilinya akan terjadi sebuah pemutusan. Sehingga apa yang diwakilinya adalah diri sendiri. Membentuk sebuah simulakra.
Dari pemikiran tersebut mendorong saya untuk melakukan kajian tentang simulakra. Dengan mengambil anjungan daerah TMII sebagai contoh kasus dalam menjelaskan gejala yang terjadi dan museum di TMII untuk mendukung pejelasan. Penelitian ini mengambil pendekatan semiotika dan hermeneutik dan bersifat kualitatif.
Dalam membahas fenomena ini saya menkonstruksi dari teori-teori yang sudah ada sebelumnya yaitu dari pemikiran Martin Heidegger khususnya pemikiran tentang pofret dunia dan teori simulasi dan simulacra baik yang diungkapkan oleh Jean Baudrillard maupun Umberto Eco. Saya memilih teori ini karena saya memahami teori tersebut dapat membantu saya dalam menjelaskan fenomena representasi kebudayaan dalam arsitektur yang saya amati.
Apa yang saya temukan dalam pengamatan di taman mini adalah fungsi utama yang ditampilkan oleh simulakra adalah melawan hierarki tradisional sekaligus menghidupkannya. TMII merombak dan menyusun kembali nilai-nilai tradisional. Tapi pada saat penyusunannya kembali hubungan antara representasinya dengan rujukannya mengalami keterputusan dalam nilai-nilainya. Sehingga apa yang nampak malah jadi kebalikannya reprsentasinya seakanakan lebih nyata daripada rujukannya. Hal ini menunjukkan adanya sebuah pemahaman bahwa reproduksi, representasi dan simulasinya lebih fundamental dan lebih solid daripada kenyataan yang menjadi rujukannya. Semua citra, akibatnya dibawa pada level yang sama, yaitu sebagai duplikat.
Pencapaian teknologi saat ini telah memungkinkan bentuk-bentuk simulasi yang mempertanyakan secara radikal gagasan konvensional mengenai asal-usul dan orisinalitas dan membuat yang artifisial, yang sintetis dan yang palsu tak terbedakan dari yang asli. Memang simulasi kadang kala tampak lebih hidup dan asli dan nyata daripada realitas itu sendiri.

Representation act to represent something, although in the end when it lost it connection with the thing that it represent, it become self reference. Which is called simulacra.
Based on that I started an analysis on simulacra. By using anjungan daerah TMII and museum in TMII as a case study to explain the phenomenon which ocure. The research used semiotic and hermeneutic method and the research it self is based in qualitative method.
To explain the phenomenon, I constructed theory based on the previous theory from Martin Heidegger, especially the essay on The Age of World Picture, and also Simulation and Simulacra from both Jean Baudrillard and Umberto Eco. II choose these theories because it can help me to explain the phenomena that ocure in cultural representation in architecture.
What I had found in the research in TMII is the main function of the simulacra is against traditional hierarchy and in the same time it also preserved it. TMII disassemble and assemble traditional value. Although when it assembled the culture, the relation between the representation and the reference is lost. It makes the representation is more realistic than it reference. It shown that there is an understanding that reproduction, representation and simulation are more fundamental and solid than the reality which it represent. All image in the end is bring to the same level, just as a mere copy. Technology achievement this day makes possibility to ask radically about the conventional idea of the origin of the reality. It also made the artificial, imposter and synthetic can't be defined between the real. And make the simulation seems more live and real than the reality it self.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16923
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yizli Cecyllie Mikhael
"Etnis Cina Benteng adalah sebutan untuk etnis Cina Peranakan yang bermukim di kawasan Tangerang. Mereka umumnya menempati rumah yang bentuknya melebar, dengan halaman depan yang luas serta tata ruang yang seimbang pada bagian kiri dan kanan rumah. Susunan tata ruang pada sisi kiri rumah akan sama dengan tata ruang sisi kanannya. Melalui metode kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan tata ruang rumah Cina Benteng dan juga menguraikan unsur budaya yang terdapat dalam rumah Cina Benteng, khususnya di rumah milik Oen En Cung yang terletak di desa Cukanggalih, Tangerang. Untuk itu, penulis melakukan observasi langsung dengan mendatangi beberapa rumah Cina Benteng di Tangerang, khususnya rumah Oen En Cung. Penulis juga mengadakan wawancara dengan narasumber untuk verifikasi data yang diperoleh. Dari penelitian ini ditemukan bahwa meja abu yang merupakan manisfestasi dari xiao masih terdapat dalam rumah Cina Benteng, begitu pula dengan penolak bala. Namun, tata ruang rumah yang diatur berdasarkan hongshui tidak lagi diperhatikan.

The Chinese Benteng ethnic group is a term for the Peranakan Chinese who live in the Tangerang area. They generally occupy a house that is wide in shape, with a large front yard and a balanced layout on the left and right of the house. The layout on the left side of the house will be the same as the layout on the right. Through qualitative methods, this study aims to describe the shape and layout of the Cina Benteng house and also describe the cultural elements contained in the Cina Benteng house, especially in the house of Oen En Cung located in Cukanggalih village, Tangerang. For this reason, the author made direct observations by visiting several Chinese Benteng houses in Tangerang, especially Oen En Cung's house. The author also conducted interviews with resource persons to verify the data obtained. From this study it was found that the table of ash which is a manifestation of the xiao is still present in the China Benteng house, as well as the repellent against reinforcements. However, the layout of the house that is arranged according to hongshui is no longer considered."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Davis, Howard
New York: Oxford University Press,, 1999
720 DAV c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Djakarta : Menara Kudus, 1962
743.94 LUK ;743.94 LUK (2);743.94 LUK (2);743.94 LUK (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Djakarta : Menara Kudus, 1962
743.94 LUK ;743.94 LUK (2);743.94 LUK (2);743.94 LUK (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>