Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190575 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ashri Prihatini
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui distribusi dan frekuensi pasien dengan mahkota tiruan penuh dan mahkota tiruan pasak berdasarkan usia, jenis kelamin, gigi yang dirawat, dan kondisi gigi yang memerlukan perawatan dengan mahkota tiruan penuh dan mahkota tiruan pasak di klinik integrasi RSGMP FKG UI periode 2008. Manfaat penelitian ini antara lain sebagai database yang dapat digunakan untuk penelitian lain dan sebagai informasi bagi mahasiswa yang akan melaksanakan program profesi untuk mempersiapkan diri. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang berbentuk survei. Data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari kartu rekam medik pasien yang telah dirawat oleh mahasiswa Program Profesi peserta ujian di Departemen Prostodonsia periode 2008. Hasil penelitian yang didapatkan adalah: rentang usia dengan jumlah pasien terbanyak adalah 20-29 tahun; pasien yang paling banyak dirawat adalah perempuan; mayoritas gigi yang dirawat adalah insisif sentral dan lateral rahang atas; kondisi gigi yang paling banyak memerlukan perawatan dengan mahkota tiruan penuh adalah karies gigi yang tidak dapat diperbaiki dengan restorasi lain, dan dengan mahkota tiruan pasak adalah pasca perawatan saluran akar (PSA).

This study was conducted to find out the distribution and frequency of patients with full veneer crown (FVC) and dowel crown (DC) based on age, gender, treated tooth and its condition that need rehabilitation with FVC and DC at the integration clinic of The Teaching Hospital of Faculty of Dentistry University of Indonesia in period of 2008. The result of the study was expected to be usefull as database for other studies and also as valuable information for the students that are going to start their profesional program. This descriptive study done through surveying of secondary data of patients of the hospital. These data were collected from dental record of patients treated by students that registered for final assessment at The Prosthodontic Department in period of 2008. The result showed that the age range of patients with FVC and DC was mostly from 20-29 years old; more female were found than male; the majority of teeth having FVC and DC were upper central and lateral incisors; dental caries that could not be restored by other restorations was the condition mostly found as the indication of the FVC and DC and so as the post endodontically restoration."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Arief Lukman
"ABSTRAK
Mahkota tiruan dikatakan ideal bila dalam jangka waktu minimal 5 tahun tidak terjadi kerusakan, termasuk jaringan pendukungnya. Kenyataan sering dijumpai keluhan pasien yang menggunakan mahkota tiruan sebelum 2 tahun pemakaian, antara lain gingivitis, rusaknya facing, perubahan warna facing sampai dengan lepasnya mahkota tiruan itu sendiri. Untuk mengevaluasi hasil perawatan dengan mahkota tiruan, telah dilakukan penelitian klinis dan radiologis terhadap mahkota tiruan dan jaringan pendukungnya pada pasien yang dibuatkan mahkota tiruan di klinik spesialis FKG - UI tahun 1991-1993. Evaluasi perawatan pada pasien dilakukan dengan cara obyektif dengan pemeriksaan klinis dan radiologis, maupun cara subyektif melalui wawancara dan kuesioner. Dari pemeriksaan terhadap 24 kasus, ternyata menunjukkan : gingivitis {50%), terbukanya tepi servikal (25%) dan abses (33,3%) dari total kasus Sedangkan kerusakan facing, perubahan warna facing, kerusakan metal, terjadinya karies pada gigi tetangga, kontak prematur dan kelainan periodontitis persentasenya relatif kecil. Dengan demikian disimpulkan bahwa dalam waktu relatif singkat pada perawatan dengan mahkota tiruan di klinik spesialis FKG-U2, telah terjadi kegagalan yang cukup besar.

"
Lengkap +
1995
T4041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atiatul Muflih
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui distribusi dan frekuensi pasien yang telah dirawat dengan gigi tiruan jembatan di klinik integrasi RSGMP FKG UI pada periode 2008 berdasarkan gigi yang digantikan, gigi penyangga, tipe GTJ, jenis kelamin pasien, dan usia. Manfaat penelitian ini adalah sebagai data base tentang distribusi dan frekuensi untuk penelitian lainnya dan sebagai bekal persiapan mahasiswa sebelum menjalani program profesi. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dalam bentuk survei. Data yang digunakan adalah data sekunder yang didapat dari rekam medik pasien yang telah dirawat oleh mahasiswa program profesi pesrta ujian di Departemen Prostodosia tahun 2008.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: dari 32 kartu status pasien GTJ 65% adalah perempuan dan 35% laki-laki dengan jenjang usia terbanyak 20- 39 tahun pada perempuan dan 20-29 tahun pada laki-laki. GTJ paling banyak digunakan untuk menggantikan kehilangan gigi pada region posterior rahang bawah (55%), sedangkan tipe GTJ yang paling sering digunakan adalah fixed bridge (88%). Molar pertama rahang bawah merupakan gigi yang paling sering digantikan dengan GTJ, sedangkan gigi yang paling sering dijadikan sebagai gigi peenyangga adalah gigi premolar kedua dan molar kedua rahang bawah. Sembilan puluh empat persen gigi penyangga merupakan gigi vital.

The objective of the study was to find out the frequency and distribution of patients with Fixed Partial Denture (FPD) at the Teaching Hospital Faculty of Dentistry, University of Indonesia (RSGMP). The study done in period of 2008 referring to the missing teeth, abutment, type of FPD patient?s gender and age. The result is expected to be beneficial as data base for other study as well as information needed for student going to start their profesional education program. It was a descriptive study with secondary data obtained from patient record collected from students that were registered for formal assessment at Prosthodontics Departement.
The result showed that 65% of patients with FPD were women with range of age is 20-39 years old. The type of FPD mostly used is Rigid Fixed Bridge and the mandible was the region mostly found with FPD to replace the first molar. Therefore second premolar and second molar were the most abutment teeth used. Ninety-four percent of the abutment were vital teeth."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Florensia
"Acanthaster planci atau yang lebih dikenal dengan bintang laut mahkota duri merupakan salah satu spesies echinodermata yang banyak ditemukan pada perairan tropis dan subtropis di daerah Indo-Pasifik dan merupakan salah satu predator utama dari terumbu karang. Salah satu alternatif pengontrolan populasi Acanthaster planci adalah melalui pemanfaatan kandungan kolagen yang tinggi pada cangkang / dinding tubuh Acanthaster planci. Penelitian ini mengusulkan isolasi kolagen pada keseluruhan jaringan tubuh Acanthaster planci dengan proses ekstraksi bertahap untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ekstrak kolagen yang dihasilkan. Proses isolasi kolagen dari hewan laut umumnya dimulai dengan hidrolisis basa, dengan variasi jenis dan konsentrasi pelarut alkali yang digunakan. Kemudian proses isolasi dilanjutkan dengan ekstraksi enzimatis untuk memperoleh ekstrak kolagen murni. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan nilai manfaat dari Acanthaster planci yang selama ini merupakan parasit pada ekosistem laut, serta sebagai alternatif sumber kolagen alami yang aman dan potensial. Pemurnian hasil ekstraksi dilakukan melalui metode pengendapan protein (salting out) dan dialisis. Selanjutnya ekstrak kolagen murni (Pepsin Solubilized Collagens) dikarakterisasi melalui metode Lowry, elektroforesis SDS Page, spektroskopi UV, analisis komposisi asam amino, dan Scanning Electron Microscopy (SEM). Variasi pelarut yang terdiri dari pelarut air, NaOH 0,1 M dan Ca(OH)2 0,2 M menunjukkan pelarut yang paling baik untuk ekstraksi dan purifikasi kolagen dari tubuh Acanthaster planci adalah Ca(OH)2 0,2 M yang menghasilkan yield sebesar 2,26%.

Acanthaster planci, or commonly known as crown-of-thorns starfish, is a species of echinodermata found abundantly in tropical and subtropical water of Indo-Pacific. Acanthaster planci is one of the main predators of coral reefs and thus possess a great threat to corals ecosystem. As an alternative of Acanthaster planci?s population control, a research was proposed to utilize collagen content of Acanthaster planci body by extraction with acid and enzyme solutions method. The objective of this research is to increase the utilization of Acanthaster planci as well as increase the quality of marine collagen for medical application. Variation of solvents in the extraction process plays a significant role to purity and yield of the collagen. In this research we will compare aqudest, NaOH 0,1 M and Ca(OH)2 0,2 M in order to obtain the best solvent for marine collagen extraction from Acanthaster planci body. The crude extract from extraction will be further purified by salting out and dialysis method to obtain pure collagen extract called Pepsin Solubilized Collagens (PSC). PSC characterization consists of quantitative and qualitative analysis such as Lowry method, gel electrophoresis, UV spectroscopy, amino acid composition, and Scanning Electron Microscopy (SEM). The result shows Ca(OH)2 0,2 M as the best extraction solvent with 2,26% yield of PSC."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S54947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fika Afriyani
"Acanthaster planci anggota filum Echinodermata diketahui memiliki mekanisme pertahanan diri, baik mekanisme fisik maupun kimia. Pertahanan secara kimia karena adanya senyawa metabolit sekunder dalam Acanthaster planci yang diduga membuat hewan ini memiliki sifat antifeedant. Saponin adalah salah satu senyawa metabolit sekunder yang dominan dijumpai dalam A. Planci. Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak Acanthaster planci bersifat antifeedant, serta membuktikan apakah saponin adalah senyawa yang bertanggung jawab sebagai senyawa antifeedant. Uji kualitatatif senyawa saponin dilakukan dengan metode Liebermann Burchard pada ekstrak A. planci kering. Untuk mengetahui bahwa senyawa saponin yang bertanggung jawab dalam proses antifeedant tersebut, pengujian juga dilakukan dengan menggunakan ekstrak A. planci fraksi air, etil asetat, dan n-heksan. Objek pengamatan adalah ikan-ikan karang di perairan Pulau Pramuka-Kepulauan Seribu, yang diberikan perlakuan berupa pemberian pakan kontrol dan pakan uji yang mengandung ekstrak metanol A. planci, kemudian diamati jumlah pakan yang dimakan, serta jenis dan perilaku ikan terhadap pakan yang diberikan. Hasil pengamatan dianalisis secara statistik menggunakan uji non-parametrik Wilcoxon dan Friedman. Hasil uji menunjukkan bahwa ekstrak A. planci dengan fraksi air bersifat antifeedant, yang juga didukung dengan hasil positif adanya senyawa saponin pada ekstrak A. planci dengan pelarut air dan metanol. Hasil uji saponin pada fraksi n-heksan yang bersifat nonpolar bersifat negatif, sedangkan ekstrak A.planci dengan fraksi etil asetat yang bersifat semipolar menunjukkan adanya senyawa lain selain saponin, yaitu terpenoid.

Acanthaster planci as member of phylum Echinodermata having mechanical defense both physical defense and chemical defense. Its chemical defense showed by secondary metabolites that is consider as antifeedant. Saponin is one of dominant secondary metabolites on A. Planci star fish. The research determines A. planci extract is antifeedant, furthermore saponin is the compound which responsible of this. The Liebermann Burchard test to A. planci dry extract to determine the saponin. In order to know that saponin has consider to be antifeedant, the test also use to fractionation extract with three different solvents, aquades, n-hexane, and etile acetate. Antifeedant test use the reef fishes on Pramuka Island water-Seribu Islands, as predator. Feeding experiments involve reef fishes making choices between food treated with A. planci extract and control foods. The data contains food score and fish behaviours. Field experiments with food treated methanol extract analyze with Wilcoxon paired-sample test, and experiments with fractionation extract using Friedman non-parametric test. Experiments result show that A. planci with methanol extract and aquades fraction are antifeedant. It`s also support by qualitative test about saponin. Saponin found negative on extract with n-hexane and etile acetate fractions."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T38629
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Annafi`u Azlou
"ABSTRAK
Penelitian mengenai pemanfaatan tepung bintang laut mahkota duri sebagai bahan
substitusi protein pakan ikan mas hias telah dilakukan pada bulan Februari--Mei
2016. Penelitian bertujuan untuk menghitung nilai kesukaan, mengukur
pertumbuhan dan warna ikan Carassius auratus yang diberi pakan ikan berbahan
tepung Acanthaster planci. Penelitian dilakukan dengan membuat A. planci
menjadi tepung kemudian merancang formulasi pakan dan dilakukan pembuatan
pelet ikan. Pelet dengan tepung Acanthaster planci merupakan pakan perlakuan
dan pelet dengan tepung ampas tahu merupakan pakan kontrol. Selanjutnya pelet
yang sudah dibuat diujikan kepada ikan C. auratus yang sebelumnya sudah
diaklimasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ikan C. auratus lebih menyukai
pakan perlakuan dibandingkan pakan kontrol dengan persentase pakan yang
dimakan secara berurutan 68,2% dan 48% dan nilai indeks elektivitas Ivlev 0,24
dan 0,11. Pengaruh pemberian kedua pakan terhadap pertumbuhan tidak terlalu
berbeda. Berdasarkan rata-rata penilaian oleh panelis terhadap warna ikan
C. auratus selama tujuh minggu, pakan perlakuan memicu perubahan warna yang
lebih cepat dibandingkan dengan pakan kontrol.

ABSTRACT
A study of utilization of crown-of-thorn starfish (Acanthaster planci) powder as a
protein substitution in pellets for goldfish (Carassius auratus) has been conducted
on February--May 2016. The objectives of the study were to calculate the value of
Carassius auratus preference against the pellets contain Acanthaster planci
powder and to measure the effect of pellets to the growth and body color of
Carassius auratus. The study was initially conducted by making A. planci into a
powder, design formulation of pellets and finally transform it into the pellets. The
pellet that made with Acanthaster planci is a treatment pellet and the pellet that
made with tofu residue is a control pellet. The pellets tested to the acclimatized
C. auratus. The results showed that C. auratus prefers to eat treatment pellets
rather than control pellets. The percentage of treatment and control pellets eaten
by C. auratus is 68.2% and 48% respectively and the Ivlev electivity index value
is 0.24 and 0.11 respectively. The growth effect of both pellets showed no
considerable difference. The average valuation by the panelists for seven weeks,
showed that treatment pellets triggered the change of fishes? body color faster
than the control pellets."
Lengkap +
2016
S65552
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Skripsihana Ihtiarto
"Ledakan populasi bintang laut berduri Acanthaster planci telah menyebabkan kerusakan sistem terumbu karang dalam jumlah yang signifikan di wilayah Indo-Pasifik. Usaha kontrol populasi yang dilakukan banyak menghabiskan biaya sementara kandungan enzim Fosfolipase A2 (PLA2) dalam racun duri A.planci yang merupakan molekul efektor penting pertahanan sel belum dimanfaatkan lebih lanjut. Berbagai penelitian mengenai PLA2 A.planci sebagai antibiotic muncul menjadi langkah awal solusi mendatangkan nilai tambah dalam permasalahan yang dihadapi. Penelitian ini bertujuan mengetahui ada tidaknya sifat antibakteri PLA2 A.planci terhadap bakteri uji. Melalui metode pemurnian parsial kombinasi presipitasi ammonium sulfat dan pemanasan, penelitian ini berhasil mendapatkan ekstrak racun dengan kemurnian PLA2 tertinggi 2.29 kali crude venom. Hasil pengujian aktivitas antibakteri dengan metode difusi menunjukan bahwa enzim PLA2 duri bintang laut Acanthaster planci memiliki sifat antibakteri terhadap bakteri gram positif B. subtilis, M. luteus, dan S. aureus.

Population outbreaks of the Crown-of-Thorns starfish, Acanthaster planci, have been known to cause considerable amounts of damage to coral reef systems in Indo-Pacific region. Population control already spent a lot of costs while the content of phospholipase A2 (PLA2) enzyme in the venom A.planci which is an important effector molecule of the cell's defense has not been exploited further. Various studies on PLA2 A.planci as antibiotics have been conducted and became the first step to give added value solutions to the problems faced. Using partial purification method combining ammonium sulfate precipitation and heating, this research successfully obtained venom extract with the highest purity of PLA2 2.29 times compare to crude venom. The test results of antibacterial activity by the diffusion method showed that the PLA2 enzyme of Acanthaster planci have antibacterial properties against gram-positive bacteria B. subtilis, M. luteus, and S. aureus."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S791
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Respatiphala Ardha Satwika
"Sengatan duri bintang laut Acanthaster planci terbukti mempunyai aktivitas biologi fosfolipase-A2 (PLA2), DNAse II (plancitoxin), dan peptida antikoagulan (plancinin) yang mengakibatkan banyak aktivitas biologi merugikan pada manusia seperti hemolitik, pembengkakan, myonocretic, pembentukan edema dan aktivitas antikoagulan. Penelitian ini berhasil memurnikan enzim fosfolipase-A2 pada spesimen duri A. planci sebanyak 50 gr dengan menggunakan metode sonikasi, pemanasan dan fraksinasi ammonium sulfat. Aktivitas PLA2 tertinggi terdapat pada fraksi pengendapan ammonium sulfat 20% sebanyak 108,48 unit/mg dengan tingkat kemurnian 20 kali lebih besar dari crude venom, telah dibuktikan bahwa metode ini memberikan tingkat pemurnian yang sama dan lebih efisien jika dibandingkan dengan metode-metode yang digunakan untuk memurnikan enzim pada umumnya.

The sting of Acanthaster planci thorns starfish shown to have biological activity of phospholipase-A2 (PLA2), DNAse II (plancitoxin), and anticoagulant peptide (plancinin) which resulted in many adverse biological activity in humans, such as hemolytic, swelling, myonocretic, edema formation and anticoagulant activity. This study succeeded in purifying the enzyme phospholipase-A2 in thorns of A. planci specimens 50 gr by using a simple heating method and the precipitation of ammonium sulphate fractionation. The highest PLA2 activity present in ammonium sulphate precipitation fraction of 20% of 108.48 units/mg with a purity level of 20.75 times greater than the crude venom, it?s proven that this method provides the same level of purification and more efficient than the methods used to purify the enzyme in general."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S680
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yusnita La Goa
"ABSTRAK
Acanthaster planci (A.planci) merupakan pemangsa karang yang sangat
berbahaya, yang dapat mengganggu ekosistem terumbu karang jika terjadi peledakan populasi. Oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian populasi A.planci. Duri A.planci menghasilkan racun yang menggandung fosfolipase-A2 (PLA2) (Shiomi et al., 1998) yang dapat digunakan sebagai anti bakteri, anti virus, anti koagulan dan membantu metabolisme lipid. Sehingga racun tersebut dapat dimanfaatkan untuk bidang kedokteran dan farmasi. Pemanfaatan racun duri A.planci dapat menjadi solusi bagi pengendalian populasinya. Pada penelitian ini isolasi PLA2 dilakukan sesuai dengan metode Savitri et al., 2011 dan modifikasi metode Savitri et al., 2011 yaitu tanpa teknik pemanasan crude venom. Hasil isolasi PLA2 dari duri A.planci yang berasal dari perairan Papua dengan metode Savitri diperoleh aktifitas spesifik PLA2 menurun karena adanya teknik pemanasan crude venom. Hasil isolasi dengan modifikasi metode Savitri diperoleh pada fraksionasi 20% amonium sulfat memiliki aktifitas spesifik 26,67
unit/mg protein dan tingkat kemurnian 37 kali dari aktifitas spesifik crude venom. Uji kation sebagai kofaktor terhadap aktifitas spesifik diperoleh PLA2 yang dihasilkan adalah PLA2 Ca2+ independent.

ABSTRACT
Acanthaster planci is an extremely dangerous corallivores, especially its
dramatic outbreak that disrupt the ecosystem of coral reefs. Therefore necessary to control A.planci population. A.planci spines venom contain phospholiphase- A2 (Shiomi et al., 1998), that can be used as an antibacterial, antiviral, anticoagulant and help lipid metabolism. So that venom can be used for medical and pharmaceutical fields. Utilization of A. planci spines venom can be a solution
for population control A.planci. In this study, the isolation of PL A2 is in accordance with the method of Savitri et al, 2011 and modification of Savitri method which is without heating of crude venom. Specific activity of PL A2 from
Papua's A.planci spines venom which is isolation process with method of Savitri et al., 2011 is decrease because heating technique. Result of isolation PL A2 with modification of Savitri method obtain in 20% ammonium sulfate fractination with specific activity 26,67 units/mg of protein and purity factor 37 times of crude
venom. Assay of the influence cation as a cofactor againts specific activity of PLA2 obtain Ca2 + independent characteristic."
Lengkap +
2011
T29933
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwinanto Agung Wibowo
"Peran pelaku kejahatan yang merupakan 'orang dalam' dianggap mempunyai potensi dalam membuka tabir kejahatan lebih signifikan. Terlebih lagi pada kejahatan yang melibatkan beberapa pelaku. Ia dapat menyediakan bukti yang penting mengenai siapa yang terlibat, apa peran masing-masing pelaku, bagaimana kejahatan itu dilakukan, dan dimana bukti lainnya bisa ditemukan. Agar 'orang dalam' ini mau bekerjasama dalam pengungkapan suatu perkara, para penuntut umum di berbagai negara menggunakan perangkat hukum yang ada di masing-masing negaranya itu.
Di sejumlah negara, seperti Amerika Serikat, Italia dan Belanda, pelaku kejahatan yang merupakan 'orang dalam' yang mau bekerja sama dengan menjadi saksi terhadap pelaku kejahatan lainnya ini diberikan perhargaan atas peranannya tersebut. Dengan memberikan penghargaan merupakan cerminan perlindungan terhadap saksi. United Nations Convention Against Corruption, memberikan 2 macam bentuk perlindungan, yaitu pengurangan hukuman, dan kekebalan dari penuntutan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui konsep saksi mahkota di Indonesia dan perbandingannya dengan negara lain, mengetahui bagaimana saksi mahkota dalam praktik peradilan pidana di Indonesia dan mengetahui pengaturan mengenai saksi mahkota dalam hukum acara pidana di Indonesia yang akan datang. Metode yang dipergunakan dalam penelitian adalah yuridis normatif.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa konsep saksi mahkota di Indonesia adalah saksi yang diambil dari tersangka atau terdakwa dalam kejahatan yang dilakukan secara bersama-sama dan kesaksian yang diberikannya dipandang sebagai alat bukti dan atas kesaksiannya itu dapat diberikan pengurangan hukuman. Sedangkan saksi mahkota yang ada di Amerika Serikat, Italia dan Belanda, yaitu pelaku kejahatan yang mau bekerja sama dengan penegak hukum dengan memberikan informasi dan/atau menjadi saksi terhadap pelaku kejahatan lainnya dan atas kerjasamanya itu dimungkinkan untuk diberikan kekebalan dari penuntutan. Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dan Rancangan Undang-Undang Perubahan Atas Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban telah memasukkan ketentuan pemberian kekebalan dari penuntutan dan ketentuan perlindungan hukum lainnya kepada saksi mahkota yang telah turut serta berperan dalam upaya penanggulangan kejahatan.

A criminal's role who inner-cicle criminal is considered has a potency in revending crime more significant. More over in crime which involve a few doers. He can provide important evidence about who involved, what is role each does, how is crime is done, and where is another evidence can be found. In order that inner-cicle criminal wants to collaborate in revealing a case, prosecutor at various state utilize law's instrument which it's own in each state.
At amount state, such as United States, Italy and Dutch, a criminal that is innercicle criminal who want to cooperate as witness for other criminal can be gived reward for his role. With gives appreciation to constitute protection reflection to witness, United Nations Convention Against Corruption give 2 kind of protection which is mitigating punishment and immunity from prosecution.
The objective of this reseach to know crown witness concept at Indonesia and its compare with other state, know how crown witness in criminal justice praticaly at Indonesia. Method that is used in research is normatif's judicial formality.
Of research result can be know that crown witness concept at Indonesia is witness that takes from suspected or defendant in a crime was done by together and witness that be given viewed as evidence and witness up it that can give mitigating punishment. Meanwhile crown witness that is at United States of America, Italy and Dutch, which is criminal who wants to cooperate with law enforcement officer with give information or as witness to another criminal and up that its cooperation is enabled to be given immunity from prosecution. The draft of Criminal Code Procedure dan the draft of Witness Protection Law of 2006 revision have inserted immunity from prosecution rule and other witness protection rule that senteced crown witness who participate in effort tacling crime.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2011
T28577
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>