Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25141 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuanita Tanuwijaya
"Skripsi ini membahas upacara minum teh di Cina. Pembahasan meliputi tata cara, jenis, bentuk, dan bahan dasar upacara minum teh di Cina. Upacara minum teh di Cina yang dibahas dalam skripsi ini adalah Upacara Teh Taois (��������) dan Upacara Teh Wu-Wo (��������) dengan metode penyajian teh yang paling umum digunakan adalah Gongfu Cha (������). Berdasarkan keseluruhan definisi kebudayaan dapat disimpulkan bahwa upacara minum teh merupakan sebuah hasil karya dan penelitian yang telah dilakukan oleh masyarakat Cina, yang kemudian diteruskan turun-temurun oleh anggota masyarakat lainnya. Tradisi upacara minum teh di Cina juga memiliki tata cara dan aturan-aturan tersendiri yang mengandung nilai estetika, spritual, dan moral. Tradisi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tersebut dihubungkan dengan definisi kebudayaan yang meliputi seni sastra, seni rupa, seni musik, seni pahat, dan pengetahuan filsafat sebagai sebuah kesatuan dalam the body of art. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa upacara minum teh merupakan bagian dari kebudayaan Cina.

This thesis discuses the tea ceremony in China which covers the method, variety, form, and basic ingredients. The tea ceremonies analyzed in this thesis are the Taoist Tea Ceremony (��������) and Wu-Wo Tea Ceremony (��������) with the Gongfu Cha (������) as the most common tea serving method. Based on the whole definition of culture, it can be concluded that the Chinese tea ceremony is a form of art and research that has been conducted by the Chinese society which furthermore passed on from generation to generation and amongst the other member of society. The tradition of tea ceremony in China also possesses its own methods and rules that embodied the aesthetic, spiritual, and moral value. The tradition and values contained in the ceremony also linked with the definition of culture that covers the art of literature, music, sculpture, philosophy, and fine arts unified in the body of art. Thus, the tea ceremony can be concluded as a part of Chinese culture."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S13098
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. P. Mara Hadipoero
"ABSTRAK
Kebudayaan Jepang mendapat pengaruh dari berbagai macam kebudayaan luar, diantaranya kebudayaan Cina yang membentuk kebudayaan Jepang yang khas yang ada sekarang ini. Salah satunya yaitu Chanoyu atau kebudayaan minum teh.
Walau telah menyebar di Jepang sejak abad 7, namun baru pada abad 15 seni klasik ini diformasikan oleh Murata Juko, kemudian dikembangkan oleh Takeno Jo'o pada abad 16 dan akhirnya disempurnakan oleh Sen no Rikyu (1522 - 1591).
Melalui seni tehnya, Ia berhasil menyebarluaskan pengaruhnya sehingga Ia seringkaii dianggap melampaui kekuasaan dan popularitas Kaisar Jepang saat itu yaitu Toyotomi Hideyoshi. Ia berhasil mempertahankan ajaran kesederhanaan seni tehnya dengan menjalankan perintah bunuh diri yang dijatuhkan Hideyoshi kepadanya.
Kekhasan prinsip seni tehnya adalah kesederhanaan dan tidak membedakan kelas masyarakat. Bagian dari seni teh Sen no Rikyu adalah Wabicha (=kesederhanaan teh) dan Nijiri Guchi (= pintu masuk berukuran kecil menuju ruang minum teh dengan cara membungkukkan badan).
Setelah mempelajari riwayat hidup, ajaran dan prinsipnya, saya mengambil kesimpulan bahwa Sen no Rikyu berhasil mempertahankan prinsip minum tehnya yang sederhana, walau telah menjadi orang kepercayaan Hideyoshi dan mempunyai kedudukan yang tinggi.

"
1989
S13739
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianingsih
"ABSTRAK
Upacara Kematian merupakan suatu upacara yang penting bagi orang Cina. Untuk melaksanakan suatu upacara kematian yang sempurna dan sesuai dengan kepercayaan mereka, sebagian kecil masyarakat Cina beragama Budha di Jakarta menyerahkan pelaksanaan upacara kematian pada Caima.
Kehidupan Caima di Cina dahulu sama dengan Bi qiu ni ( biarawati Budha ). Namun praktek keagamaan yang dilakukan oleh Caima sudah menyerap tradisi dalam masyarakat. Di Cina dahulu, banyak penganut Budha yang menggunakan jasa Caima dalam upacara kematian. Caima yang ada di Jakarta sekarang juga dikenal sebagai biarawati, namun kehidupannya sangat berbeda dengan Bi qiu ni. Caima hidup dari imbalan yang diberikan oleh keluarga yang menggunakan jasanya dalam upacara kematian.
Tugas Caima dalam suatu upacara kematian adalah meman_jatkan doa-doa untuk arwah yang meninggal. Pembacaan doa yang diiringi dengan alat musik sederhana mengha_silkan lagu yang cukup menarik. Alunan lagu yang berisi doa-doa dan atraksi yang dilakukan oleh Caima membuat orang yang datang melayat tinggal lebih lama. Tugas besar yang dilakukan oleh Caima dalam upacara kematian membuat biaya yang dikeluarkan oleh keluarga orang yang meninggal cukup besar. Ini adalah salah satu penyebab langkanya upacara kematian yang dilaksa_nakan oleh Caima.

"
1995
S13088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gondomono
Jakarta: UI-Press, 1997
PGB 0467
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Gondomono
Depok: FSUI, 1997
305.895 1 GON m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Gondomono
"This paper attempts to trace the identity construction of the Chinese from cultural anthropology perspective. It argues that the constructed identity is always changing and very much influenced by socio, economic, political and cultural aspects. By looking at the society, the language, the kinship and belief systems, it comes to a conclusion that the identity is not as simple as it looks. In fact, it often embodies a misperception of what it this to be Chinese. In this context, emphasies the needs for further development of chinese studies in Indonesian universities."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2002
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gondomono
"This paper attempts to trace the identity construction of the Chinese from cultural anthropology perspective. It argues that the constructed identity is always changing and very much influenced by socio, economic, political and cultural aspects. By looking at the society, the language, the kinship and belief systems, it comes to a conclusion that the identity is not as simple as it looks. In fact, it often embodies a misperception of what it this to be Chinese. In this context, emphasies the needs for further development of chinese studies in Indonesian universities."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2002
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Shaumi Widyanisa
"Skripsi ini membahas memahami kebudayaan Jepang dengan melalui sebuah ritual chado atau upacara minum teh. Upacara minum teh yang merupakan salah satu kebudayaan Jepang yang ternyata dapat mewakili nilai kebudayaan Jepang yang begitu kompleks. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Hasil penelitian menyarankan bahwa orang Indonesia perlu memahami kebudayaan Jepang sebelum berinteraksi dengan orang Jepang; frame sangatlah penting bagi orang Jepang dalam memposisikan dirinya dalam kehidupan sehari-hari; selain itu juga adanya hubungan vertikal dan hubungan horizontal yang mempengaruhi bagaimana pola interaksi orang Jepang.

This thesis discusses the understanding of Japanese culture through a Chado or tea ceremony. Tea ceremony, which is one of Japanese culture represents the values of Japanese culture; which is so complex. Qualitatively researched through descriptive design, the results suggest that Indonesian people need to understand Japanese culture before interacting with the Japanese; frame is very important to the Japanese people in positioning themselves in every size of daily life. Also it is found that there is a vertical and horizontal relation that affect how the interaction patterns of the Japanese."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S44443
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neysa Prima Ridzkia
"Skripsi ini membahas tentang budaya teh serta upacara minum teh di Korea sebagai bagian dari kebudayaan Korea yang dilatarbelakangi oleh nilai-nilai ajaran Konfusianisme, Buddhisme, dan Taoisme. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai kebudayaan yang melatarbelakangi tradisi upacara minum teh di Korea dan penerapan nilai-nilai Darye dalam upacara minum teh. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif berupa pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Hasil dari penelitian ini adalah budaya minum teh di Korea erat kaitannya dengan tiga ajaran atau kepercayaan di Korea yang ada pada masa lalu, yaitu Konfusianisme, Seon Buddhisme, dan Taoisme. Upacara minum teh merupakan warisan budaya Korea, sekaligus merupakan salah satu bagian terpenting dari sejarah. Kegiatan upacara minum teh masih tetap dilaksanakan hingga saat ini di Korea sebagai ritual penghormatan kepada leluhur yang dilaksanakan saat hari raya Seollal dan Chuseok.

This research discusses the tea culture and tea ceremony in Korea as part of Korean culture is based by the values of Confucianism, Buddhism, and Taoism. This research aimed to know to determine the values underlying cultural tradition tea ceremony in Korea and the application of the values Darye in the tea ceremony. The method used is descriptive method qualitative form of exposure or depiction in words clearly and in detail. The results of this study is the tea culture in Korea is closely related to three teachings or belief in Korea that is in the past, Confucianism, Seon Buddhism, and Taoism. Tea ceremony is the cultural heritage of Korea, it is also one of the most important part of history. Activity tea ceremony still performed to this day in Korea as a tribute to ancestral rituals performed during the holidays Seollal and Chuseok.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61152
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>