Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12059 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shalihah Sri Prabarani
"Prasasti Mātāji merupakan prasasti yang dikeluarkan pada tahun 973 Ś / 1051 M. Berdasarkan isinya, diketahui bahwa prasasti ini berasal dari kerajaan Pangjalu dan banyak menyebutkan unsur-unsur yang belum pernah dijumpai dalam prasasti sebelumnya. Prasasti Mātaji berisi uraian mengenai pemberian anugerah sīma oleh raja kerajaan Pangjalu, Śrī Mahārajyetêndrakara Wuryyawīryya Parakramā Bhakta, kepada penduduk desa Mātaji atas jasajasanya membantu raja menumpas musuh dalam peperangan yang sering terjadi di desa ini. Pangjalu merupakan pecahan kerajaan Airlangga setelah dibagi dua dengan kerajaan Janggala. Prasasti Mātaji merupakan prasasti pertama yang memuat informasi mengenai keberadaan kerajaan Pangjalu setelah peristiwa pembagian kerajaan oleh Airlangga. Prasasti ini juga menyebutkan berbagai informasi seperti unsur birokrasi kerajaan, nama raja beserta gelar lengkapnya, serta peristiwa perang yang sering terjadi di kerajaan Pangjalu pada masa itu. Minimnya sumber mengenai kerajaan Pangjalu mengakibatkan informasi yang dapat disampaikan tidak begitu lengkap.

The inscription of Mātaji was issued in 973 Ś / 1051 M by the kingdom of Paŋjalu and mentioned many elements that had never been found on other inscription from previous period. It commemorates the establishment of a freehold of Mātaji as a grant from the King, Śrī Mahārajyêtendra Wuryyawīryya Parakrama Bhakta, to the people of Mātaji. Its motive is that the people of Mātaji always helped the king to fight back those who attacked the kingdom for many times. It was said that some wars were often occurred at Mātaji for many times. Paŋjalu is a part of Airlangga?s kingdom after the partition, whereas the other side is Jaŋgala. The inscription of Mātaji is the first inscription mentioned about ?Paŋjalu? after the partition of Airlangga?s kingdom. Furthermore, it contains much information as bureaucracy elements, the King?s name and his title, and that there were some wars often occurred at Mātaji. For lack of the information about Paŋjalu, however, it is too insufficient in number to enable the historians to draw a clear and complete picture of Paŋjalu and Jaŋgala"
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S11980
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Prasasti adalah artefak bertulis yang berasal dari masa
lalu. Prasasti itu dapat berupa batu, logam (emas, perak, peru-
nggu dan tembaga) dan tanah lint. Berdasar pada runusan tersebut,
maka sopotong batu bertulis angka tahun atau selembar kecil
lempeng enas bertulisan om atau dharnma, sudah dapat diartikan
prasasti.
Prasasti, npabila diteliti dengan saksama akan menunculkan
banyak keterangan sejarah pada saat prasasti tersebut dibuat,
misalnya tentang struktur masyarakat, agama, adat istiadat kuno,
proses peradilan dan lain sebagainya. Telah banyak ahli yang
pernah menbahas tentang hal tersebut di atas seperti B.Schrieke,
F.H van Naerssen, J.G de Casparis, Boechari dan lain sebagainya.
Namun yang lebih penting dirasakan pada kebutuhan menpergunakan
prasasti sebagai sunber data di dalan penyusunan sejarah kuno
Indonesia adalah alat-alat analitis untuk nemudahkan proses
analisis. Alat-alat analitis ini harus nemenuhi syarat-syarat
hingga dapat berfungsi secara operasional.
' Dalam neneliti prasasti dan nengujinya agar sebuah prasasti
dapat dianggap layak diangkat sebagai data arkéologi untuk nenun-
jang penyusunan sejarah kuno Indonesia, diperlukan beberapa ilmu
bantu antara lain filologi dan ilmu sejarah.
Di anal pendeskripsian prasasti kenudian berlanjut pada tahap
alih aksara kenudian pada tahap penyuntingan lebih banyak diguna-
kan cara kerja ahli filologi. Pada bagian kritik teks yaitu
kritik ekstern dan kritik intern, cara kerja ahli sejarah lebih
banyak dipergunakan sebagai dasar dari proses historiografi.
Kritik teks terhadap prasasti adaluh dengan melakukan pcngujian
bagi otentisitas sumber dan kredibilitas sumber, dengan tujuan
memunculkan data sejarah yang dapat dipertanggung jawabkan bagi
penulisan sejarah. Pada akhirnya setelah nelalui suatu proses ana
lisa tersebut, prasasti bersama dengan data arkeologi lainnya
menasuki tahapan historiografi"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, 1996
LP.pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Timurti Novia P.
"Prassasti Panagaran dan prasasti Sumundul adalah dua batu prasasti yang ditemukan pada halaman kompleks Candi Kedulan yang berada di usun Kedulan, Kel. Tirtomartani, Kec. Kalasan, Kec. Sleman, Prp. Yogyakarta. Prasasti berangka tahun 791 Saka (869 M0 ini adalah dua batu prasasti yang ditemukan di situs Candi Kedulan. Prassasti ini dikeluarkan oleh seorang tokoh bernama Rakyan Wiku Padan Lwar bernama Pu Manohari. Dapat diketahui pula bahwa prasasti tersebut mengandung data sejarah terkait dengan pendirian suatu bendungan (dawuhan) di desa Panangaran yang dibangun untuk mengairi tgal sekeliling bangunan suci (parhyanan). Berdasarkan angka tahun ( 791 Saka/869 Masehi) yang tercantum selaras dengan gaya aksara, dua batu prasasti ini merupakan salah satu prasasti sima yang berasal dari masa pemerintahan Rakai Kayuwangi Pu/Dyah Lokapala, salah seorang pengusa Mataram Kuna Jawa Tengah yang banyak mengeluarkan prasasti"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S12036
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pardede, Rebecca Dewi Suryani
"Masa Pemerintahan Sindok-Airlangga meninggalkan banyak prasasti sima. Pembahasan mengenai isi prasasti-prasasti tersebut belum pernah difokuskan pada data ukuran tanah. Penelitian terhadap data ukuran tanah sima akan memperjelas status sima, sebagai sarana biaya suatu usaha dharmma, guna menambah data studi tentang tata hidup masyarakat Jawa kuna abad 10-11 Mesehi. Dari 40 prasasti Sindok - Airlangga. yang sudah diklasifiikasikan, tercatat 17 buah yang mengandung data ukuran tanah. Dengan tambahan data sumber lain, di bentuk pengelompokan dan perbandingan ukuran setiap satuan. Sebagai sarana biaya, pengukuran tanah dititik beratkan pada kapasitas hasilnya, yang satuannya disebut lamwit, tampah, blah, suku dan tapak. Beberapa prasasti tinu1ad memakai satuan junq. Tanah yang bukan atau belum menjadi sawah diukur dengan satuan dpa, atau dengan menyebutkan nama-nama daerah batas, keliling menurut arah mata angin. Satuan lirih dan ma hanya disebut dalam sebuah prasasti tinulad; sedangkan elu dan ca, diduga kesalahan transkripsi.Analisis data ukuran tanah menghasilkan pengelompokan sima sesuai dengan kepentingannya sebagai sarana biaya..."
Depok: Universitas Indonesia, 1986
S11891
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP.pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Ratnaesih Maulana
"Dari sekian banyak sumber-sumber primer untuk penulisan sejarah kuna dan penelitian ikonografi yang cukup penting ad a 1 ah prasasti. Prasasti merupakan s umber yang sang at penting bag! penulisan sejarah kuna dan penelitian ikonografi, karena umumnya prasasti memperingati peristiwa penetapan suatu daerah menjadi sima. Peristiwa pendirian sima umumnya berkaitan dengan pemberian anugrah dari seorang raja atau bangsawan kepada seseorang atau sekelompok orang berupa pembebasan pajak kepada negara dengan tujuan hasil pajak tersebut dapat digunakan untuk pembiayaan pembangunan dan pemeliharaan bangunan suci, pemeliharaan sarana umum atau sebagai balas jasa. Di antara prasasti yang tidak berhubungan dengan penetapan sima, adalah prasasti yang ditujukan untuk pengesahan eksistensi diri sebagai seorang raja besar (legitimasi), prasasti-prasasti berisi keputusan pengaditan mengenai berbagai perkara perdata yang biasa disebut jayapatra atau jayason (Djafar 1990: 3, Maulana 1992: 106).
Upacara sima merupakan kejadian yang sangat penting, karena menyangkut perubahan status sebidang tanah, yang di dalam masyarakat Indonesia selalu terikat dengan hubungan yang bersifat "religio-magis" dengan kesatuan masyarakat yang mendiaminya (Boechari 1977: 5). Karena upacara itu demikian penting, maka di dalam prasasti sering ditemukan keterangan yang panjang lebar tentang hari, bulan, tahun, dan unsur-unsur penanggalan yang lain, yaitu waktu sesuatu daerah ditetapkan menjadi sima, keterangan tentang orang yang menetapkan daerah itu menjadi sima, orang-orang yang melaksanakan upacara, macam-macam upacara yang dilakukan, dan kutukan atau sapatha bagi siapa yang berani melanggarnya. Bagian yang memuat sumpah yang diancamkan terhadap orang yang berani melanggar ketentuan-ketentuan di dalam prasasti itu mengambil tempat yang sangat penting. Kadang-kadang di dalam prasasti dijumpai keterangan tentang batas-batas dari daerah sima yang bersangkutan. Sering juga disebutkan hak-hak."
1994
LESA-21-Mei1994-38
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Soerjo Poetranto
"Kajian Seni Pertunjukan pada Masyarakat Jawa Kuna Berdasarkan Sumber Prasasti dan. Data Arkeologis Abad ke-9 Hingga 10 Masehi. Membahas mengenai seni pertunjukan pada abad ke-9 hingga ke-10 sebagai suatu sistem, yang memiliki komponen-komponen yang saling mendukung. Seni pertunjukan sebagai suatu sistem terdiri atas bagian-bagian atau unsur-unsur yang secara bersamaan menyusun dan mewujudkan sebuah karya seni). Kesenian terdiri atas berbagai komponen atau bagian yang diolah, ditata, diorganisasikan, dikomposisikan, digabung atau disatupadukan sehingga memiliki kebulatan yang menarik, memiliki kedirian atau kepribadian, bermakna dan berfungsi dengan baik. Komponen sistem seni pertunjukan dibagi dalam lima bagian yaitu, seniman, penonton, hasil seni, alat bantu berkesenian, serta konsep. Penggambaran mengenai komponen seni pertunjukan cukup jelas sehingga dapat terlihat bagaimana hubungan antar komponen pembentuknya. Hubungan antar komponen seni pertunjukan digambarkan dengan penggambaran diagram hubungan emosi keagamaan yang dibuat oleh Koentjaraningrat, karena antara komponen satu dengan komponen lain saling mengikat sehingga kehilangan satu komponen menyebabkan ketidaksempurnaan dari sistem seni pertunjukan abad ke-9 hingga ke-10."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S12036
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pande Wayan Tusan
Karangasem: Citra Lekha Sanggraha, 2002
701.759 8 PAN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ninny Soesanti Tedjowasono
"Penelitian ini adalah merupakan usaha untuk mengungkapkan peninggalan sejarah kuno sekitar kurun waktu abad 11 Masehi, yaitu secara khusus adalah masa pemerintahan raja Airlangga. Raja Airlangga merapakan seorang tokoh yang patut dikaji, karena selain kabijakan yang didalankan semasa pemerintahannya sehingga mengangkataya menjadi salah satu raja besar di sapanjang perjalanan sejarah kuno Indonesia, ia diperkirakan mempunyai jaringan politik, ekonomi dan agama dengan raja-raja di daratan Asia Tenggara. Bahkan ide pembaharuannya diperkirakan merupakan .pengaruh dari keterkaitannya dengan jaringan tersebut, demikian juga kebijakan pamerintahan yang dilakukan banyak diikuti oleh raja-raja,dikawasan Asia Tenggara itu.
Penelitian terhadap suatu masa yang telah lampau dimungkinkan dengan meneliti kembali data tertulis yang dihasilkan pada masa tarsebat di samping tinggalan materi yang masih ada hingga sekarang. Jelaslah prasasti menjadi tulang punggung data yang akan diolah di samping karya sastra pada masanya. Sebelum data tersebut, diinterpretasi dan diintegrasikan dengan data yang lain, prasasti-prasasti itu haruslah dianalisis tealebih dahulu sehingga layak dianggap sebagai data.
Analisis yang dilakukan adalah kritik yaitu kritik ekstern dan intern. Kritik ekstern berkenaan dengan otentisitas sumber dan kritik intern berkenaan dengan kredibilitas sumber. Kritik intern berkenaan dengan deskripsi, transliterasi dan terjemahan.
penelitian awal ini adalah mengkaji 4 buah prasasti yang diterbitkan oleh raja Airlangga, ke empatnya dibaca ulang dialih aksarakan dan diterjemahkan. Hasil dari kritik intern yang dilakukan, selain memperbaiki pembacaan oleh peneliti sebelumnya juga dijumpainya beberapa hal baru yang memerlukan penelitian lanjutan yaitu munculnya kebiasaan menjabarkan berbagai tindak pidana dan perdata dalam masyarakat, kemudian munculnya hak-hak istimewa raja dan keluarganya serta membengkaknya jumlah abdi dalam raja.
Jelaslah hal tersebut pasti mempunyai kaitan dengan kaadaan politik, sosial dan ekonomi. Selain itu juga telah ditetapkan pembabakan terhadap masa pemrintahan Airlangga sesuai dengan data prasastinya (20 buah) yaitu masa awal pemerintahan yang diisi dengan peperangan untuk menegakkan hegemoninya, masa keemasan dan masa akhir yaitu saat-saat pembagian kerajaannya untuk menghindari perang saudara.
Keempat prasasti -yang dianalisis memunculkan 4 tema yang menarik. Prasasti Pucangan berbahasa Sanskerta adalah prasasti yang memuat tema legitimasi bagi kedudukan Airlangga sebagai raja, sedangkan prasasti Pucangan berbahasa Jawa kuno yang diterbitkan beberapa tahun kemudian, sarat dengan penjelasan kehidupan keagamaan Airlangga selama di pengasingan. Prasasti-Baru menggambarkan kedekatan raja dengan rakyatnya dan bersama dengan prasasti-prasasti lain yang bertema sama yaitu pemberian hadiah status-.sima merupakan tema sosial. Prasasti dengan tema sosial memperlihatkan bahwa Airlangga menjadi raja karena dukungan sepenuhnya dari_rakyatnya. Sedangkan tema ekonomi, dijumpai dalam isi prasasti Kamalagyan, yaitu perbaikan'bendungan untuk kelancaran pekerjaan pertanian dan perdagangan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Edhie Wurjantoro
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>