Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45934 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"After the 9/11 tragedy, security is the most concerning issue all over the world. all airports in every country are sealed with maximum security. Nevertheless, there is a loophole in this kinds of system..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
White, Jonathan R., 1975-2012
Singapore : Wadsworth and Cengage Learning, 2012
303.625 WHI t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ridho Rahmadi
"Skripsi ini membahas sekuritisasi isu terorisme oleh National Security Council (NSC) Amerika Serikat pasca peristiwa 9/11 dalam periode Pemerintahan George W. Bush dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan teori sekuritisasi. Situasi yang terjadi pada masa itu adalah Amerika Serikat yang dikejutkan dengan terjadinya peristiwa 9/11. Peristiwa tersebut mendorong extraordinary measures dari pemerintah Amerika Serikat untuk mencegah peristiwa terorisme seperti 9/11 kembali terulang. Sekuritisasi yang dilakukan oleh Pemerintahan Bush terdiri dari speech act, pencanangan undang–undang, Global War on Terrorism hingga Perang Irak. Dalam proses speech act, terdapat pengaruh dari tokoh-tokoh dalam lingkaran NSC selain Presiden George W. Bush yang ikut berperan mensekuritisasi peristiwa 9/11 dan Global War on Terrorism. Dalam proses sekuritisasi yang terjadi, media memainkan peran yang besar sebagai alat yang berfungsi mengamplifikasi langkah–langkah sekuritisasi terorisme yang diambil oleh Pemerintahan George W. Bush. Media juga berperan dalam menjadikan respon publik terhadap tindakan–tindakan sekuritisasi yang diambil oleh pemerintah menjadi positif. Akhirnya, tulisan ini menyimpulkan bahwa langkah–langkah sekuritisasi yang diambil oleh Pemerintahan Amerika Serikat bersifat politis dan melibatkan aktor lain dalam lingkaran NSC Presiden Bush yang kemudian menggunakan isu terorisme untuk mendorong sekuritisasi terorisme yang bereskalasi menjadi Perang Irak

This undergraduate thesis discusses the securitization of terrorism carried out by the United States NSC after the events of 9/11 in the period of George W. Bush's administration by using qualitative research methods and securitization theory. The situation which occurred at that time portray how the United States was truly shocked by the events of 9/11. The event prompted extraordinary measures from the United States government to prevent terrorism events such as 9/11 to happen again. The securitization carried out by the Bush Administration consisted of a speech act, declaration of laws, Global War on Terrorism and the Iraq War. In the process of expressing speech acts, there were influences from figures within the NSC circle other than President George W. Bush who took part in securitizing the events of 9/11 and the Global War on Terrorism. In the process of securitization that occurred, the media played a large role as a tool that served to amplify the securitization steps of terrorism taken by the George W. Bush Administration. Finally, this paper conclude that the steps of securitization taken by the United States Government are essentially political and involve other actors in the NSC circle of President Bush who then use the issue of terrorism to encourage the securitization of terrorism which further essentially escalates into the Iraq War."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anom Rifai
"Penulisan ini membahas mengenai manajemen sekuriti yang dilakukan oleh PT.X dalam melakukan pencegahan serangan bom di gereja Y. Di Indonesia, gereja merupakan salah satu target dari pelaku terorisme sehingga gereja rentan terjadi kasus kejahatan terurama terorisme dengan serangan bom. Gereja Y sebagai gereja yang cukup besar meminta PT.X untuk melakukan pengamanan di gereja Y dalam mencegah terjadinya hal tersebut. Manajemen Sekuriti PT.X sudah melaksanakan manajemen sekuriti berdasarkan lima tahap yaitu planning, organizing, staffing, directing, dan controlling. Manajemen sekuriti yang dilakukan oleh PT. X juga dapat dianalisis sebagai guardian dan manajer dalam Routine Activity Theory. Selain secara akademis, secara terapan, manajemen sekuriti PT. untuk pencegahan serangan bom di gereja Y diharapkan dapat menjadi acuan bagi pencegahan serangan bom di gereja lain.

This paper discusses security management done by X Ltd. in preventing bomb attack in Y church. In Indonesia, churches are one of the targets of terrorists thus making it vulnerable towards crime, especially terrorism with bombing as its method of attack. Y church as a fairly big church asks X Ltd. to provide security in Y church in preventing bombings. X Ltd. Security Management has do security management in five steps; which are planning, organizing, staffing, directing, and controlling. Security management done by X Ltd. can also be analyzed as guardian and manager in routine activity theory. Other than academic purpose, security management of X Ltd. for preventing bombing in Y church is expected to be an example for bombing prevention strategy for other churches."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Luqman Hakim
Surakarta: Forum Studi Islam Surakarta (FSIS), 2004
303.625 LUQ t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Bobby Prasetya
"

ABSTRAK

 

Nama                           : Albert Bobby Prasetya

Program Studi             : Kajian Terorisme

Judul                           : Strategi Penanggulangan Terorisme Narkoba di Indonesia

Pembimbing                : Muhamad Syauqillah,S.H.I., M.Si., Ph.D

                                      Sapto Priyanto,A.Mi., S.H., M.Si

 

 

Tesis ini menjelaskan tentang Terorisme Narkoba yang terjadi di Indonesia. Terorisme Narkoba di Indonesia berbeda dengan yang terjadi di luar negeri karena baru satu kasus yang diajukan ke Pengadilan dan terbukti, yaitu kasus Fadli Sadama. Fadli merupakan anggota kelompok teror Jamaah Islamiyah (JI). JI adalah organisasi teror pecahan dari jamaah Darul Islam (DI) yang memperjuangkan Negara Islam Indonesia.  Karir kriminal Fadli Sadama dalam Terorisme Narkoba tidak lepas dari peran “School of Crime” selama menjalani hukuman di Lapas Kelas I Tanjung Gusta Medan, Sumatera Utara. Terdapat simbiosis mutualisme antara kelompok narkoba jaringan Aceh dengan Fadli Sadama. Konsep terorisme, narkoba, terorisme narkoba, criminal career dan Differential Association Theory digunakan untuk menjelaskan fenomena terorisme narkoba yang terjadi di Indonesia. Tesis ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen, studi literatur dan wawancara terhadap narasumber. Wawancara mendalam terhadap Fadli Sadama akan menjelaskan proses Fadli Sadama berhubungan dengan penjahat narkoba di Lapas kelas I Tanjung Gusta Medan Sumatera Utara. Fadli Sadama menjadikan kriminal sebagai karirnya. Kurang efektifnya pembinaan dan pengawasan terhadap narapidana terorisme dan narapidana narkoba yang berada dalam satu lembaga pemasyarakatan menjadi catatan untuk penyusunan kebijakan pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap narapidana terorisme dan narapidana narkoba di Indonesia.

 

Kata kunci: Narcoterrorism, Lembaga Pemasyarakatan, Karir Kriminal, Indonesia.

 


ABSTRACT

 

Name                           : Albert Bobby Prasetya

Study Programme       : Terrorism Studies

Title                             : Narcoterrorism prevention strategy in Indonesia

Counsellor                   : Muhamad Syauqillah,S.H.I., M.Si., Ph.D

  Sapto Priyanto,A.Mi., S.H., M.Si

 

This thesis explain about Narcoterrorism that happened in Indonesia. Narcoterrorism in Indonesia is different from what happened abroad because only one case was submitted to the court and proven, namely the case of Fadli Sadama. Fadli is a member of the Jemaah Islamiyah (JI) terror group. JI is a fractional terror organization from the Darul Islam (DI) congregation which fights for the Islamic State of Indonesia.. Fadli Sadama's criminal career in Narcoterrorism cannot be separated from the role of the "School of Crime" during his sentence in Class I Tanjung Gusta Medan, North Sumatra. There is a symbiosis of mutualism between the Acehnese drug network group and Fadli Sadama. Criminal career concepts and differential associations theory are used to explain the phenomenon of drug terrorism in Indonesia. This thesis is carried out by qualitative methods. Data collection techniques used are document studies, literature studies and interviews with resource persons. An in-depth interview with Fadli Sadama will explain the process of Fadli Sadama in relation to drug staining in Tanjung Gusta Medan Class I prison in North Sumatra. Fadli Sadama makes crime a career. The lack of effective guidance and supervision of terrorism inmates and drug prisoners in one penitentiary is a record for the formulation of policies for the implementation and supervision of terrorism prisoners and drug prisoners in Indonesia.

 

Keywords: Narcoterrorism, Correctional Institution, Criminal Career,  Indonesia

 

"
2019
T54493
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariasa Hadibroto
"Tesis ini berupaya menjelaskan bagaimana pemerintah melakukan langkahlangkah dalam menghadapi terorisme di dalam negeri dimana fenomena terorisme ini sudah menggejala secara global. Penekanan penelitian ini difokuskan pada langkah konkret dari pemerintah untuk menghadapi terorisme dilihat dari aspek ketahanan nasional. Temuan dalam penelitian ini adalah aspek politik lebih dominan dibandingkan dengan aspek lain yang tak kalah pentingnya.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptis ancilitis dengan menggunakan data primer yang diperoleh dari basil wawancara dari para pakar di bidang yang berkorelasi dengan masalah terorisme series data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan. Untuk mendukung analisis digunakan metode analisis Analytical Hierarchy Process (AHP). Hasil dari perhitungan AHP-menjelaskan bahwa aspek politik iebih dominan dibandingkan dengan aspek lain meskipun aspek lain juga berpengaruh.
Dari langkah-langkah yang sudah dilakukan oleh pemerintah menunjukkan bahwa koordinasi antar instansi yang terkait dalam memberantas terorisme dan perm serta mosyarakat perlu ditingkatkan diikuti dengan meningkatkan kesejahteraan warga negara di seluruh nusantara dan menjalin hubungan yang baik dengan negara lain dalam kaftan pemberantasan terorisme. Sehingga diharapkan di masa yang akan datang peluang terjadinya aksi terorisme akan berkurang.

This thesis the author had attempted to describe how far the government had got steps to fight terrorism in the country in which it had spread all over the word. This research is focused on concrete steps by the government for fighting against terrorism based on national resilience. Predominantly, this research findings is more political aspects than others being not less important
This research uses analytical descriptive approach using both primary data obtained from some interviews with experts having correlation with terrorism problems and secondary data from library studies. To support this analysis had been applied Analytical Hierarchy Process (AHP) method. Its results explained that political aspect is more dominant than other influential aspects.
From steps which had been taken by the government had indicated that coordination among related inter institutions in fighting against terrorism and large public participation necessarily, it should be increased and accompanied with all citizens welfare in the country as well as to have good relations with other countries in fighting against terrorism. By doing so, it is wished in the future opportunity of terrorism actions will be decreased or even eliminated.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T20279
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Hendrijanto
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global. Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfadli
"Aktivitas al-Qai'da terutama setelah insiden 11 September tclah menimbuikan efek globalisasi terorisme yang berdampak hingga ke Indonesia. Fenomena ini dibuktikan dengan serangan born terhadap Bali pada 2002, hotel 3W Marriott pada 2003, dan Kedubes Australia di Jakarta yang dilakukan oleh Jamaah Islamiyah, yang merupakan jaringan terorisme al-Qai'da di kawasan Asia Tenggara.
Pasca peledakan bom Bali, jaringan terorisme justra serrakin menunjukkan kecendeiungan pertumbuhan yang meningkat. Hai ini tidak terlepas dari faktor-faktor kerentanan yang dialami Indonesia dan dimanfaatkan oleh jaringan terorisnie global untuk mengembangkan ideologi dan meiakukan serangan-serangan teror terhadap target-target yang mereka anggap lemah.
Hingga terjadinya peristiwa peledakan Kedubes Australia di Jakarta, pemerintah masih saja kesulitan dalarn menghadapi dan memberantas terorisme. Kesulitan itu tidak terlepas dari faktor-faktor kerentanan Indonesia yang berakumulasi dengan globalisasi terorisme gaya aI-Qai'da.
Dengan menggunakan penelitian kualitatif yang berusaha melakukan deskripsi dan interpretasi secara akurat makna dari gejala yang terjadi, serta menggunakan strategi penelitian berdasarkan studi kasus dapat disimpulkan bahwa Indonesia sulit lepas dari ancaman terorisme global dikarenakan faktor eksternal seperti meluasnya globalisasi terorisme gaya al-Qai'da dan faktor-faktor internal seperti dampak globalisasi, agama, sikap anti-Amerika dari masyarakat, kondisi sosial ekonomi yang tidak stabil serta lemahnya respon pemerintah."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T19915
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Wirya Slamet
"Fenomena kasus terorisme di Indonesia terus berkembang semakin kompleks. Pada awalnya kasus teror dilakukan oleh kelompok dengan afiliasi tertentu, kini muncul fenomena kasus baru yang biasa disebut lone wolf. Di satu sisi, kemajuan teknologi informasi yaitu internet dimanfaatkan oleh individu radikal pro teror. Dengan demikian penelitian ini memiliki tujuan untuk menganalisa motivasi, faktor serta latar belakang proses radikalisasi dan aksi teror lone wolf, serta bagaimana internet bertindak sebagai pendorong aksi teror lone wolf. Analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teori yang di kemukakan oleh Kruglanski dan Webber tentang proses radikalisasi seseorang yang mengarah pada tujuan penggunaan cara-cara radikal. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan studi kasus lone wolf oleh Suliono dan Leopard. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan studi dokumen, kemudian dilakukan teknik triangulasi dalam pemeriksaan keabsahan data dan diolah menggunakan alat risk assessment MIKRA. Hasil penelitian menerangkan bahwa proses radikalisasi kasus lone wolf kepada individu radikal diakibatkan oleh internet menjadi katalisator radikalisasi diri, juga sebagai alat dan bahan penyebaran paham dan aksi terorisme.

The phenomenon of terrorism cases in Indonesia continues to grow increasingly complex. At first, terror cases were carried out by groups with certain affiliations, now a new phenomenon known as lone wolf has emerged. The Advances in information technology, namely the internet, are being used by radical pro-terror individuals. This study aims to analyze the motivation, factors and background of the radicalization process and lone wolf terror acts, as well as how the internet acts as a driver for the lone wolf terror act. The analysis in this study was carried out using the theory put forward by Kruglanski and Webber about the radicalization process of a person which leads to the goal of using radical methods. The research method used is a qualitative method with a case study of lone wolf by Suliono and Leopard. Data collection techniques used were interviews and document study, then triangulation techniques were used to check the validity of the data and processed using the MIKRA risk assessment tool. The results of the study explained that the process of radicalization of lone wolf cases to radical individuals was caused by the internet as a catalyst for self-radicalization, as well as a tool and material for the dissemination of terrorism and acts of terrorism."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>