Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79140 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Reza Soanganon
"Pada awalnya industri jasa layanan telekomunikasi di Indonesia merupakan industri yang highly regulated dan dimonopoli oleh badan usaha milik negara (BUMN). Setelah adanya perubahan terhadap Undang-Undang Telekomunikasi selain pelepasan monopoli di industri tersebut dampak lainnya adalah dilepaskannya penetapan harga dari Pemerintah. Penetapan biaya jasa layanan telekomunikasi yang selama ini diatur oleh Pemerintah akan diserahkan kepada mekanisme pasar. Akibat dari perubahan kebijakan tersebut dan didukung oleh perkembangan teknologi telekomunikasi seluler dengan masuknya teknologi GSM 1800, GSM 2G, 2,5G dan saat ini 3G maka, industri jasa layanan telekomunikasi di Indonesia mulai maju dengan pesat dengan munculnya pemain-pemain baru pada industri ini seperti PT. Excelkomindo, Mobile 8 dan Bakrie Telkom.
Melihat potensi pasar Indonesia dengan 220 juta penduduk, tarif harga yang tinggi dan masih rendahnya tingkat penggunaan jasa ini menarik perusahaan 'X' untuk memasuki pasar jasa layanan telekomunikasi seluler di Indonesia. Perusahaan 'X' dengan pengalamannya sebagai operator jasa layanan telekomunikasi seluler di beberapa negara Eropa dan Asia Pasifik masuk ke pasar jasa layanan telekomunikasi seluler Indonesia dengan memposisikan diri sebagai perusahaan yang inovatif dengan harga yang terjangkau untuk mendapatkan 1 (satu) juta pelanggan pada tahun pertama perusahaan tersebut beroperasi.
Karya akhir ini akan membahas faktor-faktor kesuksesan dan keunggulan yang dimiliki oleh perusahaan 'X'. Kemudian hal yang menarik adalah proses segmentasi, targeting dan positioning yang dilakukan oleh perusahaan 'X' dalam menganalisa pasar dan industri telekomunikasi di Indonesia. Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam penulisan karya akhir ini adalah riset kualitatif dengan melakukan pengumpulan data melalui in depth interview dengan general manager product perusahaan 'X' untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sulit dan mendapatkan pemahaman yang lebih jelas mengenai strategi dari perusahaan tersebut.

At first Indonesian telecommunication service industry was highly regulated and monopolized by stated own company. After the government changes its policy, the monopoly was released, and the price that has been set by the government was lifted. The price of that service was given to the market to be set. Due to the changes of the policy and the technology growth in cellular communication such as GSM 1800, GSM 2G, 2,5G and now 3G made the cellular telecommunication in Indonesia accelerates with the emerge of new player such as PT. Excelkomindo, Mobile 8 dan Bakrie Telkom.
Indonesian market has 220 million populations, higher price rate compare to the other Southeast Asian countries and low penetration rate was the reasons of 'X' company entering Indonesian market. With the experience as an international telecommunication operator in several European and Southeast Asia countries, 'X' company is entering the market and positioning it self as an innovation company that have a reasonable price in order to get 1 (one) million customer in the first year of its operations.
This dissertation analyzes the key success factors of how 'X' company entering Indonesian market. Then, the interesting part is the segmentation, targeting and positioning process that 'X' done in analyzing market and telecommunication industry in Indonesia. The method that use in this research is qualitative research through information gathering form in depth interview with 'X' company product general manager to get all the answers of the hard question and have clearer understanding about the company strategy."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26612
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Ramzy
"Perkembangan arah penyelenggaraan telekomunikasi dan monopoli menuju kompetisi membutuhkan dukungan perangkat regulasi yang memadai guna menjamin berlangsungnya persaingan secara sehat dan efektif. Salah satu regulasi tersebut adalah pengaturan interkoneksi termasuk penentuan biaya interkoneksi. Pengaturan interkoneksi harus didasarkan pada prinsip keadilan (fairness), berbasis biaya, tidak membeda-bedakan (non-discrimatory) dan tidak saling merugikan masing-masing penyelenggara. Biaya interkoneksi yang berlaku saat ini belum didasarkan pada biaya, sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 32 tahun 2004 pemerintah merencanakan implementasi biaya interkoneksi berbasis biaya pada tahun 2005.
Bagi penyelenggara PSTN Incumbent yaitu PT Telekomunikasi Indonesia, interkoneksi telah menjadi salah satu kontributor utama pendapatan operasi perusahaan. Berdasarkan data performansi perusahaan periode triwulan tiga 2004 yang diterbitkan Telkom, kontribusi pendapatan interkoneksi mencapai 17,45% pendapatan konsolidasi atau 28,01% pendapatan perusahaan tidak terkonsolidasi.
Memperhatikan bahwa hampir sepertiga pendapatan perusahaan tidak terkonsolidasi dikontribusi dari pendapatan interkoneksi, maka perubahan yang menyangkut pengaturan interkoneksi yang dapat memberi dampak bagi performansi perusahaan, terutama performansi bisnis harus dianalisis dan diantisipasi.
Proposal ini diarahkan untuk menyusun kerangka penelitian dalam melakukan identifikasi dan analisis perubahan regulasi interkoneksi serta potensi dampak perubahan regulasi terhadap performansi Telkom. Kerangka penelitian didisain untuk melakukan simulasi terhadap pemberlakuan biaya interkoneksi berbasis biaya, sehingga dapat dilakukan perbandingan antara pendapatan dan beban interkoneksi berdasarkan regulasi saat ini dibandingkan dengan regulasi cost base.
Dari hasil identifikasi dan simulasi perhitungan dampak implementasi regulasi interkoneksi akan dirumuskan formulasi strategi antisipasi yang dapat dipergunakan untuk dalam mengantisipasi rencana implementasi biaya interkoneksi berbasis biaya.

Telecommunication industry that has moved towards competition requires a set of regulations that sufficient enough to guaranty effective and healthy competition among operators. Interconnection regulation including interconnection cost is one of those regulations. To support effective and healthy competition, interconnection regulation must be made based on fairness, cost base, non-discriminatory principles and mutually beneficial to operators. Current interconnection cost applied in Indonesia is not based on cost, but it will be changed by the submission of Ministerial Decree number 32, 2004 that states the implementation of cost base interconnection cost will be applied in 2005.
Interconnection revenue has become of incumbent main operating revenue contributor. For the third quarter of 2004, PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk as incumbent operator, achieve 17,45% of its consolidated revenue and 28,01% of unconsolidated revenue from interconnection.
This research proposal is aimed to develop research framework to identify and analyze the change in interconnection regulation and also potential impact that may be effect to Telkom. This research framework is designed to do some simulation with the implementation of new interconnection tariff scheme. The result of simulation will be compared with current condition.
This research proposal will include strategic formulation to anticipate regulation change. Incumbent to anticipate implementation of cost based interconnection may use strategic formulation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14774
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Priyanto
"Salah satu tolak ukur kinerja suatu perusahaan adalah pendapatan. Pendapatan adalah penerimaan dari penjualan produk. Oleh karena itu pendapatan sangat bergantung pada perencanaan dan penentuan kebijakan strategis ke depan.
Untuk memperkirakan jumlah pendapatan Bisnis Jaringan Produk Phone SLJJ di PT. X dibuatlah suatu model pendapatan. Model ini dibuat dengan pendekatan sistem dinamis dan dikerjakan dengan menggunakan perangkat lunak Powersim. Hasil peramalan yang ingin dicapai oleh model ini adalah mencakup pendapatan dari tiap divre dan segmentasi pelanggan.
Nilai peramalan diperoleh dari hasil simulasi model pendapatan. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pendapatan Bisnis Jaringan Produk Phone SLJJ di PT. X akan mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Adapun variabel yang dinilai mempengaruhi pendapatan ini adalah Q (hambatan), ASR (Answer to Seizure Harm), jumlah sirkit, jumlah pelanggan, dan okupansi sirkit.

One of performance indicator of a company is revenue. Revenue is receiving from product sales. Because of that, revenue is very depending on planning and determining of strategic policies to the future.
In order to estimating revenue from network business SLJJ phone ptoduct in PT. X a revenue model is build. This model is build by dynamics system approach and using Powersim software as a tool. Forecast outputs that want to achieve from the model is revenue forecast that include revenue from every divre and customer segmentation.
Forecast value is determining by simulation output of revenue model. Simulation result show that revenue from network business phone product SLJJ in PT. X would increase from years to come. Variables that considered influencing revenue are Q (obstacle), ASR (Answer to Seizure Ratio), the sum of circuit, customer number, and circuit occupation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S50129
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Alfianto
"Divisi Regional II Jakarta yang merupakan kontributor pendapatan terbesar PT Telkom (53%), masih mengandalkan bisnis telepon sebagai bisnis utamanya sekaligus merupakan sumber. pendapatan utamanya (76%). Permasalahan penurunan pertumbuhan pelanggan dan penurunan pertumbuhan produksi pulsa merupakan ancaman terhadap pertumbuhan pendapatan Divisi maupun PT. Telkom secara keseluruhan.
Selain krisis ekonomi yang melanda Indonesia hingga saat ini sebagai salah sate faktor yang hams dihadapi, penurunan pertumbuhan pelanggan dan produksi merupakan gejala tahap kedewasaan produk telepon. Disisi lain, gejala semakin mendesaknya era pasar dan perdagangan babas adalah tantangan yang tidak dapat dihindari.
Strategi yang berdasarkan pemanfaatan kekuatan dan kesempatan untuk mengatasi kelemahan dan ancaman diperlukan untuk mengamankan bisnis telepon Divre H Jakarta. Dengan menyadari tahap kedewasaan produk maka strategi pemasaran yang tepat diharapkan dapat memberikan suatu solusi dalam upaya peningkatan kontribusi pendapatan telepon.
Strategi modifikasi pasar, modifikasi produk dan bauran pemasaran dipergunakan dalam upaya peningkatan pendapatan telepon, yaitu melalui peningkatan pertumbuhan pelanggan dan peningkatan produksi pulsa. Untuk menjamin keberhasilan upaya tersebut, diperlukan penerapan ketiga strategi tersebut secara bersamaan, hal ini dibuktikan dengan model perhitungan yang mengukur pengaruh penambahan saluran berbayar (LIS), peningkatan rate pulsa dan modifikasi segmen penambahan LIS terhadap peningkatan pendapatan telepon DIVRE II.

Regional Division II Jakarta as the biggest contributor of PT. Telkom revenue (53%), still hanging on the POTS business, as the main business while as the main source of revenue (76%). The revenue of Divre II is influenced by the growth of the telephone usage and the growth of costumer number. The decreasing of the telephone usage is influenced by many parameters as economic crisis and the maturity of technology are deployed. On other hand, the open market and free trade era, come as a challenge that can 't be avoided.
Refer to the actual condition of the POTS business, Divre II should implement the good strategy to enforcement the strength of company and to take the opportunity on existing market. Marketing strategy, the part of company strategy is implemented to solve the marketing problem for the maturity technology was deployed.
The simultaneous market modification, product modification and marketing-mix are used to increase the growth of the telephone usage and the number of costumer for increase the pots revenue. Those conclusions proved by the calculating contributor simulations.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T653
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winne Rahmi Maulidya
"Kebutuhan akan TV mobil yang dapat dinikmati di handset berkembang dengan pesat akhir-akhir ini, hal tersebut saat ini dimungkinkan dengan menggunakan jaringan seluler berbasis 3G. Akan tetapi jaringan 3G yang berbasis komunikasi point to point tidak dapat secara efisien menampung jumlah pengakses konten siaran TV yang dikirimkan dalam waktu bersamaan sebagaimana layaknya TV broadcaster. Sebagai alternatif dengan adanya teknologi digital broadcast yang didesain untuk mengatasi hal tersebut akan memungkinkan pengiriman konten TV ke handset secara massal dan diharapkan akan mampu menampung lonjakan kebutuhan akan jasa mobile TV mobil ini. Berbagai macam Teknologi Digital di Mobile TV yang berkembang dewasa ini khususnya yang paling populer adalah DVB-H yang menunjukkan trend adopsi terbesar di banyak negara perlu dicermati dalam hal pemilihan transmisi maupun implementasi di lapangan. Implementasi Mobile TV berbasis DVB-H di Jakarta yang merupakan uji coba secara mikro guna menentukan konsep secara keseluruhan baik tingkat adopsi maupun konsep bisnisnya menurut perhitungan adalah sangat layak untuk dilakukan dengan hasil untuk meliput wilayah Jakarta dan sekitarnya dibutuhkan 7 pemancar outdoor dan 40 repeater di dalam gedung bertingkat dengan hasil perhitungan bisnis adalah NPV sebesar Rp. 200 Milyar, IRR sebesar 47% dan Payback Period 2.5 tahun. Dengan demikian direkomendasikan untuk melakukan implementasi layanan Mobile TV berbasis teknologi DVB-H di Jakarta.

Trend of Mobile TV has been started in Indonesia, currently available Mobile TV access is through 3G cellular network. 3G cellular network has limitation since it was design based on point to point communication therefore for broadcast capabilities using 3G network is limited compare with the real broadcasting network itself. As an alternative for delivering mobile TV solution currently is by using new technology of digital broadcast that has been design for more reliable TV channel delivery to mobile mass user handset at one times. This solution supposed to answer needs of user demands on the mobile TV access. Most popular mobile TV access technology is DVBH based which is adopted in many major country in the world, for Indonesia adoption on which technology is the best really need to have brief in detail implementation study along with business case exercise especially for big cities deployment such as Jakarta. Implementation of DVB-H Mobile TV in Jakarta has proven to be success and feasible based on the analysis that Jakarta is covered by 7 big transmitter cell and 40 in-door repeater for high rise building, financial analysis shown that business case result are NPV is Rp. 200 Billion, IRR is 47% and Payback period is 2.5 years. The analysis of implementing DVB-H in Jakarta is covered both cost and revenue associated with along recommendation for adapting DVB-H technology for Mobile TV deployment in Jakarta."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T24731
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Anton Siswanto
"Seiring dengan kebutuhan penggunaan telepon seluler dengan teknologi GSM yang semakin besar dan semakin kuatnya kompetisi yang terjadi diantara perusahaan-perusahaan operator jaringan seluler maka posisi dominan dari sebuah perusahaan dalam pasar oligopoli cukup strategis untuk dikaji sehingga dapat memperjelas arah kebijakan industri jasa telekomunikasi seluler di Indonesia.
Posisi dominan sebuah perusahaan yang telah lama berada dalam pasar oligopoli cenderung dianggap memiliki potensi penyalahgunaan posisinya untuk memenangkan persaingan. Di sisi lain regulasi telekomunikasi yang ada belum menunjang secara penuh dan seringkali menimbulkan berbagai macam interpretasi.
Tesis ini akan mengungkapkan analisa terhadap perilaku sebuah perusahaan yang berposisi dominan. Sebelumnya perlu diungkap pasar telekomunikasi seluler itu sendiri dan analisa posisi dominan perusahaan di pasar. Dengan demikian akan terukur dan teruji tentang seberapa jauh keberadaan perusahaan tersebut di pasar. Untuk itu perusahaan akan dianalisa baik secara kinerja maupun perilakunya Serta akan diuji dengan pendekatan struktural yaitu terhadap pangsa pasar.
Analisa perilaku perusahaan dilakukan secara parsial dengan tiga pendekatan yaitu Price Cost Margin (PCM), tingkat kolusi dan upaya penjualan perusahaan. Berdasarkan hasil analisa perilaku didapatkan adanya indikasi penerapan kebijakan pembedaan harga dan strategi penempatan harga di bawah biaya rata-rata yang diiakukan perusahaan. Didapat pula tingkat derajat kolusi perusahaan yang rendah dan upaya penjualan perusahaan yang masih berada di bawah rata-rata para pesaingnya.
Potensi penyalahgunaan yang mungkin dimiliki perusahaan dominan tentunya harus dibuktikan kasus per kasus perdasarkan aturan dalam undang-undang persaingan usaha. Daiam kasus penerapan tarif rendah oIeh perusahaan dominan ternyata tidak terbukti adanya perilaku predatoris sebagai Salah satu bentuk penyalahgunan posisi yang dilakukan PT. Telkomsel. Namun untuk jangka pendek kedepan potensi penyalahgunaan kemungkinan masih dapat terjadi dan dipengaruhi oleh batasan-batasan ketentuan atau peraturan regulator di bidang telekomunikasi yang berlaku."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T17140
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Verawati Laksairini
"Teknologi Enhanced data for global evolution (EDGE) adalah teknologi mobile data dengan kecepatan tinggi yang merupakan pengembangan dari generasi kedua untuk komunikasi Global System for Mobile (GSM) dan jaringan Time Division Multiple Access (TDMA) yang mentransmisikan data hingga 384 kbps. Teknologi EDGE dapat meningkatkan kecepatan data rate dengan mengubah jenis modulasi yang digunakan dan efisiensi jenis carrier yang digunakan. Teknologi EDGE juga mendukung evolusi menuju generasi ketiga (sistem IMT-2000) seperti untuk sistem UMTS (Universal Mobile Telephone System) dengan mengimplementasikan beberapa perubahan di jaringan yang nantinya akan diimplementasikan di generasi ketiga (3G).
Teknologi EDGE merupakan pengembangan dari teknologi General Packet Radio Service (GAS) dan juga teknologi High Speed Circuit Switched Data (HSCS) yang sudah diimplementasikan dibeberapa operator GSM di dunia. Layanan ini dapat mentransmisikan data dengan kecepatan yang lebih tinggi pada posisi dekat dengan Base Station dengan menggunakan Eight Phase Shift Keying (8PSK) yang merupakan pengembangan dari Gaussian Minimum Shift Keying (GMSK).
Modulasi 8PSK dapat beradaptasi dengan mudah untuk menawarkan data rate yang lebih tinggi pada posisi dekat dengan BTS. Layanan ini dapat menawarkan data rate 48 Kbps per timeslot dibandingkan pada teknologi GPRS yang hanya 14 Kbps dan 9,6 Kbps pada HSCSD. Dan jika digunakan konfigurasi 8 timeslot maka data rate yang ditawarkan hingga 384 2 Kbps.

Enhanced data for global evolution (EDGE) is a high-speed mobile data standard, intended to enable second-generation global system for mobile communication (GSM) and time division multiple access (TDMA) networks to transmit data up to 384 kilobits per second (bps) EDGE provides speed enhancements by changing the type of modulation used and making a better use of the carrier currently used EDGE also provides an evolutionary path to third-generation IMT 2000-compliant systems, such as universal mobile telephone systems (UMTS), by implementing some of the changes expected in the later implementation in third generation systems.
EDGE built upon enhancements provided by general packet radio service (GAS) and high-speed circuit switched data (HSCS) technologies that are currently being tested and deployed It enables a greater data-transmission speed to be achieved in good conditions, especially near the base stations, by implementing an eight-phase-shift keying (8 PSG) modulation instead of Gaussian minimum-shift keying (GMSK).
8PSK modulation automatically adapts to focal radio conditions, offering the fastest transfer rates near to the base stations, in good conditions. It offers up to 48 7Kbps per channel, compared to 14 Kbps per channel with GPRS and 9.6 Kbps per channel for GSM. By also allowing the simultaneous use of multiple charmers, the technology allows rates of up to 384 Kbps, using all eight GSM channels.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T14775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida I Dewa G. Utama
"Penggelaran layanan GPRS oleh operator komunikasi bergerak di Indonesia menimbulkan berbagai tantangan baru. Salah satu hal yang menarik untuk dibahas adalah permasalahan tarif layanan ini. Data operator menunjukkan terjadinya penurunan trafik GPRS setelah dikenakan pentarifan, dibandingkan dengan kondisi sebelum dikenakan tarif pada satu tahun pertama penggelarannya.
Skema pentarifan yang optimum untuk meningkatkan kembali minat pasar serta profitabilitas layanan GPRS di Indonesia, diperoleh melalui metode pendekatan value-based pricing, dikombinasikan dengan pendekatan proactive pricing yang mempertimbangkan respon pasar terhadap perubahan ataupun penetapan suatu harga layanan. Serta melalui suatu perbandingan terhadap beberapa skema pentarifan oleh operator GPRS di negara lain.
Skema pentarifan yang dihasilkan disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan pengguna. Dimana pentarifan tersebut berdasarkan volume data serta jenis layanan yang diakses, dengan kombinasi paket-paket pentarifan yang dapat dipilih sesuai kebutuhan pengguna.

The deployment of GPRS service in Indonesia presents mobile operators with many new challenges. One of the challenges that are interesting to be analyses is the pricing for this service. The operator's data shows that the traffic of this service is decreasing significantly after the tariff scheme introduced.
The optimum tariff scheme, which can stimulate demand and profitability for the Indonesian market, is identified by using the Value Based Pricing approach combined with the Proactive Pricing approach, which takes the market response in to consideration. And also does a comparative study to the tariff scheme of other operators in some different country.
The tariff scheme obtained is the tariff scheme based on the Data Volume and Services, which have some packet-tariff combination where user can choose, as they needs.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14608
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parinduri, Rumata
"Perkembangan telekomunikasi di Indonesia saat ini memperlihatkan kemajuan yang menggembirakan, namun hal tersebut hanya terjadi di perkotaan sedangkan di pesdesaan keadaannya sangat memprihatinkan di mana sarana dan prasarana telekomunikasi sangat sedikit bahkan tidak ada. Hal tersebut menimbulkan kesenjangan yang sangat lebar antara keadaan di pedesaan dan keadaan di perkotaan dalam mengakses informasi.
Tesis ini diarahkan untuk menyusun kerangka penelitian kelayakan pemanfaatan Broadband Wireless Access pada pita frekuensi 2,3 GHz di daerah USO agar diketahui teknologi yang tepat untuk memajukan sarana telekomunikasi pedesaan.
Implementasi BWA pada daerah USO dengan menggunakan pita frekuensi 2,3 GHz dapat diterapkan secara optimal dengan dukungan pemerintah. Alih teknologi yang cepat juga dimungkinkan karena keberadaan negara lain yang juga mengadopsi teknologi BWA. Pada akhirnya BWA dapat meningkatkan infrastruktur telekomunikasi pedesaan sekaligus meminimalkan kesenjangan akses informasi antara pedesaan dan perkotaan.

The development of telecommunications in Indonesia shows gladdening progress recently, but this condition only happened in urban while in rural the condition is hardly concerns where very few telecommunications facilities even not exist. This matter generates a real wide differences between rural and urban conditions for accessing information.
This Thesis compiles elegibility research framework of exploiting of Broadband Wireless Access Technology at band frequency 2,3 GHZ in USO area to be known correct technology to move forward supporting facilities for rural telecommunication so that the difference in accessing information between rural and urbans is not happened.
The implementation of BWA at USO area by using frequency band at 2,3 GHz can be implementated optimaly with government support. The fast technology transfer also can be enable by existence of other countries adopt BWA technology. In the end BWA technology would increase the rural telecommunication infrastructures at the same time can minimize gap of information access between rural and urbans.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>