Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160767 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bhelphiona Arwen
"Penutup atap bangunan merupakan elemen yang sangat berpengaruh pada kondisi termal dalam bangunan, karena merupakan bagian yang secara langsung berhubungan dengan iklim dan lingkungan luar sekitar bangunan. Jenis material penutup atap yang digunakan pada bangunan sangat mempengaruhi kondisi termal yang diperoleh dalam bangunan. Pada penelitian ini material genteng beton flat dicoba sebagai bahan penelitian yang dipilih untuk mengetahui material mana yang mempunyai efisien energi untuk mendapatkan temperatur yang rendah dalam bangunan. Genteng beton flat yang paling banyak digunakan pada perumahan saat ini adalah genteng Cisangkan, Monier, dan Cengkareng Permai. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah secara eksperimen yaitu melakukan pengujian material di laboratorium dan pengukuran lapangan dengan menggunakan alat ukur HOBO.

Closing the roof of the building is a highly influential element in the thermal conditions in buildings, because these parts are directly related to climate and external environment surrounding the building. Type of roof covering materials used in building influence gained thermal conditions in the building. In this study a flat concrete roof tile materials tested as selected research material to determine which materials have energy efficient to obtain low temperatures in the building. Flat concrete roof tiles are the most widely used in housing today is Cisangkan tiles, Monier, and Cengkareng Permai. The method carried out in this study is to experimentally test the material in the laboratory and field measurements using a measuring instrument HOBO."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
T26734
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Pelangi Tri Puteri
"ABSTRAK
Fasad memiliki peran sebagai selubung atau kulit yang membungkus bangunan, dengan pilihan material solid dan transparan. Material transparan yang umum digunakan ialah kaca clear, tinted, reflektif, low-e dan kaca ceramic fritted, digunakan pada fasad bertingkat tinggi. Berdasarkan pengamatan awal, dominasi penggunaan material kaca reflektif dan kaca low-e menjadikan Jakarta seolah sebagai hutan kaca. Antar bangunan saling memberikan pantulan energi panas yang membuat satu daerah tersebut sebagai tempat berkumpulnya energi panas
Kaca ceramic fritted memiliki daya pantul rendah, namun belum
digunakan pada bangunan tinggi di Jakarta. Material kaca ceramic fritted
diketahui dapat mengurangi transmisi energi panas matahari ke dalam ruang.
Dengan hipotesis awal, penulis mengganggap bahwa ceramic ink pada pola fritted yang berfungsi dalam menyerap energi panas. Penelitian akan menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan survey cross sectional yang dilanjutkan dengan rancangan eksperimen menggunakan software simulasi dan perhitungan OTTV (overall thermal transfer value) pada bangunan.
Kantor yang dipilih dengan konsep ruang loft, dimana ukuran fasad transparan per unitnya cukup luas yang dapat memaksimalkan masuknya sinar dan energi panas matahari. Material fasad eksisting pada objek penelitian dengan kaca tinted grey 8mm mencapai kondisi termal yang tinggi secara pengukuran
temperatur udara, kelembaban relatif dan perhitungan OTTV. Untuk itu,
rekomendasi material fasad pengganti dengan kaca ceramic fritted pada orientasi utara dan selatan dilakukan dengan perhitungan OTTV dan simulasi software. Menghasilkan bahwa terjadi penurunan nilai beban pendinginan dan nilai OTTV tidak melebihi standar maksimum SNI dengan material rekomendasi tersebut

ABSTRACT
Building façade has the role to wraps the building, which has solid
materials and transparent materials. Clear glass, tinted glass, reflective glass, lowe glass and ceramic fritted glass are the common transparent materials which have to use on highrise building façade. Based on the preliminary observation, domination uses of reflective glass and low-e glass make Jakarta as a glass forest. The heat reflection of buildings make that area as a place of heat gathering.
Ceramic fritted glass has the less heat reflectivity, but this kind of material
has not been used on highrise building façade in Jakarta. Ceramic fritted glass is known to reduce solar heat transmission into the room. With the hypothesis is the author assuming that ceramic ink on fritted pattern could absorbs the solar heat. The research is using quantitative method with cross sectional survey approach followed by the experimental using software simulation and calculations of OTTV (Overall Thermal Transfer Value).
The selected office space has the loft concept, where the dimension of
transparent façade per unit is wide enough to maximize solar light and solar heat into the room. The thermal condition of the room with 8mm grey tinted glass as existing material on research object has the high thermal value according to air temperature measurement, relative humidity measurement and calculation of OTTV. Therefore, the material recommendation with ceramic fritted glass on north side building facade and south side building façade have been completed through calculation of OTTV and software simulation. The results are the reduction in cooling load and OTTV does not exceed the maximum value of SNI"
2016
T45977
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azwan Aziz
"ABSTRAK
RTTV atau Roof Thermal Transmittance Value adalah paket kebijakan pemerintah RI dalam bidang konservasi energi yang mengatur nilai perpindahan panas pada atap. Dalam hal ini nilainya tidak boleh melebihi 45 Watt/meter². Aturan yang mengacu pada SNI T?14?1993?03 ini di buat betujuan agar bangunan dapat menghemat energi pada tahap pengoperasian dan pemeliharaannya, tanpa harus mengubah atau mengurangi fungsi bangunan tersebut.
Penelitian ini mengambil bangunan studi kasus yaitu perumahan real estate menengah ke bawah di Kota Depok yang dianggap dapat mewakili untuk melihat faktor penentu nilai RTTV ini. Variabel yang menentukan nilai RTTV adalah luas atap, baik yang tembus cahaya maupun tidak, nilai transmitansi atap(tergantung dari materialnya), baik yang tembus cahaya maupun tidak, dan faktor radiasi matahari (SF). Faktor radiasi matahari yang dimaksud adalah pada saat maksimum dan minimum.
Metode penelitian yang digunakan ialah kuantitatif. Hal ini karena dalam penelitian ini banyak melibatkan perhitungan kinerja atap terhadap nilai RTTV, dan perhitungan radiasi. Perumahan yang distudi dipilih yang menggunakan atap dengan material yang berbeda, yatiu metal sheet tanpa insulasi, genteng keramik tanpa insulasi, dan genteng keramik yang dilengkapi insulasi.
Hasil perhitungan RTTV menunjukkan bahwa atap yang paling memenuhi kriteria konservasi energi adalah atap genteng keramik yang menggunakan insulasi, dan yang paling boros energi adalah atap metal sheet tanpa insulasi. Hasil ini juga diperkuat dengan bukti empiris yang menunjukkan hal senada. Dalam hal ini data empiris diperoleh melalui pengukuran fluktuasi suhu udara yang terjadi pada ruang antara atap dan plafond pada masing-masing atap.

ABSTRACT
RTTV or Roof Thermal Transmittance Value is a policy package the government of Indonesia in the energy conservation sector, which set the value of heat transfer on the roof. In this case the value should not exceed 45 Watt/meter². Rules referring to the SNI T-14-1993-03 is made to reach the building aims to save energy in operation and maintenance phases, without having to change or reduce the function of the building.
This research takes a case study of building residential real estate in the middle to lower in Depok, which is considered to represent to see the determinants of this RTTV value. The variables that determine the RTTV value consist of the area of roof, whether translucent or not, the transmittance value of roof(depend on each materials), whether translucent or not, and solar radiation factor (SF). In this case solar factor measured at maximum and minimum condition.
This research use quantitative method to calculate RTTV and solar radiation. Selected housing for this research uses any kind of different roof materials, which consist of sheet metal roof without insulation, ceramic tiles without insulation, and ceramic tiles with insulation.
The calculations result of RTTV value show that the best performance of roof will meet the criteria of energy conservation is a ceramic tile roof with insulation, and the most wasteful energy is sheet metal roof without insulation. This result is also reinforced by empirical evidence showing that match. In this case the empirical data obtained through the measurement of air temperature fluctuations which occur in the space between each roof and ceiling."
2009
T26735
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Chairunnisa
"Pembangunan bangunan tinggi di Indonesia semakin meningkat menyebabkan area hijau berkurang dan meningkatnya penggunaan panel beton sebagai material kulit bangunan. Berdasarkan isu tersebut, penulis melihat adanya potensi kulit bangunan untuk digunakan sebagai media tanam tumbuhan dan sebagai usaha untuk menggantikan area hijau yang berkurang. Tumbuhan yang dipilih berdasarkan pada kondisi iklim Indonesia sebagai negara tropis dan tumbuhan yang dapat tumbuh dengan cepat dan free-maintanance, apabila tumbuh pada material semen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, didapatkan bahwa lumut memenuhi kriteria tersebut sehingga penelitian ini menggunakan tumbuhan lumut daun yang paling sering ditemukan tumbuh pada material bebatuan (semen dan beton). Metode yang dilakukan adalah metode eksperimen modul dan uji sampel sebanyak 27 sampel panel beton pre-vegetated dari persilangan 3 jenis lumut daun, 3 konsentrasi campuran green concrete, dan 3 desain permukaan untuk diuji performa mekanis (kuat tekan), performa termal, performa estetika (sebagai kulit bangunan), dan perawatan. Hasil uji mekanis (kuat tekan), uji termal, dan uji estetika panel beton memperlihatkan bahwa panel beton pre-vegetated melebihi nilai uji panel beton non pre-vegetated dan standar.
The increasing construction of tall buildings in Indonesia led to the reduction of green areas and the increasing of material use for building, such as concrete panels for building skin. This research sees the potential of the building façade by using concrete panels as media for growing plants to replace those green areas that have decreased. The plants that are used in this research are selected based on the climatic conditions of tropical countries in Indonesia. The plants that are chosen had the charactristics to grow fast, less maintenance and considered to be suitablea for cementitious materials. The previous study has found that Bryophyte moss meets those criterias. This research compares the performance of prevegetated and non pre-vegetated concrete panels by investigating mechanical (compressive strength), thermal, and aesthetic performances through laboratory experiments. Three mixes of concrete, three moss species, and three concrete surfaces were examined within 9 panels + 27 cubes samples and 9 cubes controls. The result shows that pre-vegetated concrete panels surpass the performance of the non pre-vegetated concrete panel and standard value."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50807
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Kurniasih
"ABSTRAK
Salah satu usaha untuk mendapatkan pencahayaan alami pada ruang pengembangan rumah sederhana, tidak bertingkat, berderet, saling bertolak belakang, dan tanpa bukaan samping serta luas lahan yang terbatas adalah dengan memanfaatkan pencahayaan alami melalui bukaan pada atap bangunan atau disebut juga dengan toplighting. Hal ini didasari atas pertimbangan atap merupakan komponen bangunan yang paling banyak menerima cahaya matahari. Namun usaha pemasukan cahaya matahari ke dalam bangunan melalui bukaan pada atap juga disertai dengan masuknya radiasi panas yang dapat mengganggu kenyamanan termal penghuni sehingga secara tidak langsung pencahayaan alami juga terkait dengan penghawaan/pengudaraan pada bangunan tersebut. Oleh sebab itu perlu adanya suatu usaha pemasukkan cahaya alami berserta pengudaraan alami yang dapat mengurangi radiasi panas matahasi namun tetap memperoleh pencahayaan yang optimal, yaitu dengan penggunaan kombinasi toplighting (skylight) dan ventilasi atap berupa jendela atap.
Desain kombinasi toplighting (skylight) dan ventilasi pada bidang atap ruang pengembangan disimulasikan dengan orientasi bangunan Utara-Selatan dan Selatan-Utara baik yang menggunakan plafon datar maupun plafon miring. Ada dua tahap simulasi, tahap simulasi pencahayaan alami dan tahap simulasi pengkondisian udara pada ruang pengembangan.
Hasil analisis simulasi akan dibandingkan dengan hasil pengukuran kondisi eksisting. Kedua simulasi tersebut menggunakan software Ecotect v. 5.60 untuk mengetahui iluminansi rata-rata, distribusi cahaya, temperatur harian dan temperatur tahunan serta distribusi temperatur zona nyaman. Sedangkan untuk penggambaran denah bangunan dan lain-lain menggunakan perangkat lunak AutoCad 2007.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan iluminansi rata-rata ruang pengembangan dan penurunan temperatur ruang dari kondisi eksisting. Dengan penurunan temperatur dalam ruang diharapkan adanya suatu usaha perbaikan dalam memperoleh pencahayaan dan pengudaraan alami yang lebih efisien dalam penggunaan energi listrik.

ABSTRACT
One of many ways to get natural lighting in space development of simple houses that have no story, in-row, no side opening and lie in limited space is by using natural lighting through opening on building?s roof; commonly known as toplighting. This strategy is based on consideration that roof is a building component that receives the most sun radiation. But the effort to get sun light into the building through roof opening causes heat radiation getting into the building as well. Heat radiation could disturb thermal comfort of building user. This means that natural lighting is indirectly related to ventilation system in the building. Therefore it is necessary to make natural lighting that causes minimum heat radiation but still be able to gain optimum lighting. This can be achieved by combining skylight with roof ventilation that is roof window.
Combination design of skylight and roof ventilation is simulated by using building orientation of north-south and south-north, for buildings using either flat or tapered ceiling. There are two stages of simulations: simulation of natural lighting and simulation of air conditioning.
The result of simulation analysis would be compared with the result of existing measurement. Both simulations are using software Ecotect v. 5. 60 to find out even illumination, light distribution, daily temperature, annual temperature and comfort zone temperature distribution. For illustrating building plan etc software AutoCad 2007 is used.
The result of this research shows increase in space even illumination also increase and decrease of existing space condition. With the decrease of temperature inside space it is expected that this research would be able to become one effort to gain more efficient natural lighting and ventilation in using electricity."
2009
T26704
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhaneswara Nirwana Indrajoga
"Laporan Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) dan World Meteorological Organization (WMO) memperkirakan kenaikan suhu global akan mencapai ambang kritis 1,5 derajat celsius yang berdampak luas bagi kesehatan, ketahanan pangan, pengelolaan air dan lingkungan. Seluruh negara didorong mengantisipasi, memitigasi, dan beradaptasi terhadap perubahan iklim di tingkat lokal, regional, nasional, global. Melalui National Determined Contribution (NDC) dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) perlu kolaborasi antara Tujuan 11) kota dan permukiman yang berkelanjutan, dan Tujuan 13) penanganan perubahan iklim. Pemahaman urban energy balance, microclimate, thermal comfort, dan home comfort terhadap konteks perkotaan (a biological analogy, the image of the city, the garden city, the sustainable city) harus responsif terhadap perubahan iklim. Bagaimana hubungan modifikasi iklim mikro dengan tingkat kenyamanan termal pada rumah perkotaan? Apa dampak strategi KDB dan KDH terhadap modifikasi iklim mikro dan tingkat kenyamanan termal pada rumah perkotaan? Bagaimana peran pemerintah, swasta dan masyarakat dalam pengaturan KDB dan KDH pada rumah perkotaan? Melalui simulasi pemodelan iklim (Envi-met), instrumen penelitian berupa variabel temperatur udara (T), kelembaban (RH), dan kecepatan angin (V), untuk menilai iklim mikro dan kenyamanan termal (MRT), akan melihat efektivitas strategi KDB dan KDH secara berimbang pada lahan rumah perkotaan, dengan studi kasus rumah hunian di Limo, Depok. Penelitian ini diharapkan menjadi langkah awal menciptakan iklim mikro dan kenyamanan termal kota yang responsif terhadap perubahan iklim.

The report of the Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) and the World Meteorological Organization (WMO) estimates that global temperature rise will reach a critical threshold of 1.5 degrees Celsius with broad implications for health, food security, water management and the environment. All countries are encouraged to anticipate, mitigate and adapt to climate change at the local, regional, national and global levels. Through the National Determined Contribution (NDC) and Sustainable Development Goals (SDGs), collaboration is needed between Goal 11) sustainable cities and settlements, and Goal 13) tackling climate change. The understanding of urban energy balance, microclimate, thermal comfort, and home comfort in the urban context (a biological analogy, the image of the city, the garden city, the sustainable city) must be responsive to climate change. What is the relationship between microclimate modification and the level of thermal comfort in urban homes? What is the impact of the BCR and GBC strategies on microclimate modification and the level of thermal comfort in urban homes? What are the roles of the government, the private sector and the community in managing BCR and GBC in urban homes? Through climate modeling simulations (Envi-met), research instruments in the form of air temperature (T), humidity (RH), and wind speed (V) variables, to assess the microclimate and thermal comfort (MRT), will see the effectiveness of the BCR and GBC strategies in a balanced way on urban residential land, with a residential house case study in Limo, Depok. This research is expected to be the first step in creating a city's microclimate and thermal comfort that is responsive to climate change."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Yosephine
"Kehidupan masyarakat tidak terlepas dari kebudayaan yang dimiliki. Kemampuan masyarakat berbeda untuk mengadaptasi dan mengolah kebudayaan yang telah mengakar di dalam dirinya, hal ini berlaku pada masyarakat yang berada di daerah pedalaman maupun masyarakat yang menjalani kehidupannya di kota besar. Objek penelitian pada karya ilmiah ini adalah orang sub etnis Batak Toba yang tinggal di Jakarta. Topik yang saya angkat pada pembahasan ini mengenai pengaruh budaya Batak Toba oleh orang Batak Toba yang tinggal di Jakarta dalam penggunaan ruang hunian mereka. Penelitian yang dilakukan memperoleh kesimpulan awal mengenai pengaruh budaya Batak Toba terhadap penggunaan ruang hunian orang Batak Toba di Jakarta.

People`s lives can not be separated from their culture. They have different abilities to adapt and cultivate their culture which is deeply rooted in them, not only the people who lives in the village but also the people in the city. The object for this study is Batak Toba`s people who lives in Jakarta. My topic is the influence of Batak Toba culture by Batak Toba`s people who lives in Jakarta in managing their house`s space. This study get an early conclusion about the influence of Batak Toba culture in managing space for house in the city."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Phihaniar Insaniputri
"ABSTRAK
Kepatuhan pasien diabetes melitus tipe 2 dalam meminum antidiabetes oral masih
sangat rendah. Hal ini dapat meningkatkan risiko komplikasi pasien. Untuk
meningkatkan kepatuhan pasien dapat diberikan pendidikan kesehatan berupa
ceramah dan pemberian materi ceramah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi adanya pengaruh ceramah dan pemberian materi ceramah terhadap
tingkat kepatuhan pasien dan hubungan antara faktor sosiodemografi serta
penggunaan antidiabetes oral terhadap kepatuhan. Penelitian ini dilakukan secara
pra eksperimental dengan rancangan pretest-posttest two group. Seluruh pasien
diabetes melitus di puskesmas Beji adalah sampel penelitian yang dibagi dalam
dua kelompok. Kelompok pertama (30 orang) diberi ceramah dan materi ceramah,
kelompok kedua (30 orang) hanya diberi materi ceramah saja. Ceramah tentang
kepatuhan diberikan oleh Apoteker. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepatuhan pasien setelah diberi ceramah dan materi ceramah meningkat pada
kedua kelompok. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank menunjukkan bahwa ceramah
dan materi ceramah meningkatkan kepatuhan pasien dalam meminum obat. Hasil
uji kai kuadrat menunjukkan bahwa faktor sosiodemografi dan penggunaan obat
tidak memiliki pengaruh yang nyata terhadap kepatuhan. Hasil uji Mann Whitney
U menunjukkan bahwa pemberian ceramah (1,23±0,92) lebih baik dibandingkan
pemberian materi ceramah(1,07±1,04) terhadap peningkatan kepatuhan.
Kesimpulan yang diperoleh adalah ceramah dapat meningkatkan kepatuhan pasien
lebih baik dari materi ceramah.

ABSTRACT
Patient with diabetes type 2 compliance in taking oral antidiabetes still very low.
This can increase the risk of patients complications. To be able to increase
compliance level of the patiences, health education in form of lecture and lecture
material is ways to go. The purpose of this study was to evaluate the influence of
lecture and lecture material to increased patient compliance and the relationship
between sociodemographic factors and the use of oral antidiabetic towards patient
compliance. The research was done with pre-experimental pretest-posttest design
of two groups. All patients with diabetes mellitus in Beji health public center was
sample of research that divided into two groups. The first group (30 people) were
given lecture and lecture material, the second group (30 people) were given a
lecture course material. Lecture on compliance given by a pharmacist. The results
show that patient compliance after being given lecture and lecture material
increased in both groups. Wilcoxon Signed Rank test results show that the lecture
and lecture material increased patient compliance in taking medication. Kai
squared test results show that sociodemographic factors and drug use had no
significant effect on adherence. . Mann Whitney U test results show that giving a
lecture (1.23 ± 0.92) is better than giving a lecture materials (1.07 ± 1.04) to
increased patients compliance. The conclusion is lecture can improve patients
compliance better than lecture material.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42064
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Latifa Habibah Haifa
"Isu lingkungan yang berkembang saat ini memicu perkembangan konsep green, tidak terkecuali dalam arsitektur interior. Konsep green dalam arsitektur interior mencakup penggunaan material yang ramah lingkungan dan bagaimana kualitas ruang dalam interior terbentuk. Salah satu jenis material yang sedang berkembang saat ini sebagai material dengan karakteristik mendekati kayu adalah bambu. Bambu dalam interior di Indonesia sangat identik dengan aplikasinya pada tempat-tempat komersil seperti restoran, resort, dan hotel. Sedangkan masyarakat Indonesia tentu lebih banyak berinteraksi dan menghabiskan waktu di rumah.
Penggunaan material bambu dalam interior rumah tinggal digunakan dalam kediaman Bapak Budi Faisal di Bandung. Material bambu dalam interior rumah tinggal tersebut dapat ditinjau berdasarkan teori green architecture yang berfokus pada analisis material dan kualitas ruang interior. Dengan melakukan analisis terhadap material bambu berdasarkan teori tersebut, berbagai kemungkinan penggunaan bambu dalam interior rumah tinggal dapat lebih di maksimalkan baik dalam segi pengolahan material hingga pembentukan kualitas ruang.

The environmental issue nowadays have triggering the development of green concept, includes in interior architecture. The green concept in interior architecture is including the use of eco-friendly materials and how to build the interior environment. One of the materials that have been developed nowadays with its similar characteristics to timber is bamboo. Bamboo application in Indonesia is still identical by its use in commercial areas such as restaurant, resort and hotels. Meanwhile, most of the Indonesian people spend their time at home to do some activities.
The use of bamboo in home interior can be found at Mr. Budi Faisal's House in Bandung. Bamboo at that home interior can be analyzed based on green architecture theory, that focusing on materials and interior environment quality. By analyzing the use of bamboo based on the theory, so many possibilities in term of bamboo using in home interior can be maximized in materials development until the making of interior environment quality.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46325
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bismi Annisa
"Kondisi eksisting sistem pengelolaan sampah di TPA Cipayung, Depok berupa penerimaan, pencatatan, penataan dan pemadatan sampah di kolam sampah. MFA (Material Flow Analysis) yang dibentuk melalui model kesetimbangan massa STAN (short for subSTance flow ANalysis) versi 2.0 digunakan untuk menganalisa aliran material serta pengaruh recycle dan recovery sampah pada sistem TPA Cipayung. Skenario paling tepat mereduksi jumlah sampah yang masuk ke TPA Cipayung untuk ditimbun serta memperpanjang umur layan TPA adalah skenario 3 (optimalisasi dan penambahan jumlah UPS Hanggar TPA Cipayung untuk pengomposan, peningkatan pemilahan dan pemberdayaan sampah di kolam sampah untuk daur ulang serta bahan baku RDF/Refuse Derived Fuel).

The existing condition of solid waste management system at TPA Cipayung, Depok be matter of receiving, recording, structuring and compacting waste in landfill. MFA (Material Flow Analysis) be built in the mass balance model STAN (short for subSTance flow ANalysis) version 2.0 used to analyze the material flow and the influence of solid waste recycle and recovery at TPA Cipayung system. The most appropriate scenario for reducing the amount of waste which enter into TPA Cipayung, Depok to be dumped as well as extend the life span of the landfill is scenario 3 (optimization and addition of UPS Hanggar TPA Cipayung for composting, increase the waste separation and empowerment at landfill for recycling also RDF/ Refuse Derived Fuel raw material)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T32918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>