Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 103680 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yefta Moenadjat
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
617.11 YEF l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pande Putu Agus Mahendra
"ABSTRAK
Latar belakang: Luka bakar merupakan suatu trauma yang menyebabkan kerusakan dan kehilangan jaringan karena kontak dengan objek bersuhu tinggi. Kondisi tersebut memicu respons inflamasi lokal dan sistemik yang memicu komplikasi. Hipermetabolisme dan hiperkatabolisme yang terjadi memerlukan tatalaksana nutrisi adekuat untuk menurunkan respons inflamasi, mencegah wasting otot, meningkatkan imunitas, dan mempercepat penyembuhan luka.
Metode: Empat pasien dalam serial kasus ini mengalami luka bakar berat karena api dengan berbagai pencetus. Dua pasien dalam serial kasus ini masuk perawatan lebih dari 24 jam pasca kejadian. Status nutrisi pasien obes derajat II 1 pasien dan obes derajat I 3 pasien . Target energi menggunakan metode Xie dan Harris ndash;Benedict dengan berat badan sebelum sakit. Pemberian nutrisi diberikan sesuai dengan rekomendasi untuk sakit kritis fase akut 20 ndash;25 kkal/kg BB. Nutrisi dini dilakukan pada dua pasien yang datang kurang dari 24 jam pasca kejadian. Nutrisi diberikan melalui jalur enteral dengan metode drip intermittent. Tatalaksana nutrisi selanjutnya disesuaikan dengan toleransi dan kondisi klinis yang dialami pasien.
Hasil: Tiga pasien meninggal selama perawatan karena komplikasi sepsis Tatalaksana nutrisi dinaikkan bertahap sesuai kondisi klinis pasien. Pasien kasus keempat mengalami perbaikan dengan luas luka bakar 48,5 menjadi 11,5 dan peningkatan kapasitas fungsional, walaupun terjadi penurunan berat badan hingga 12 kg selama perawatan.
Kesimpulan: Tatalaksana nutrisi yang adekuat dengan memperhatikan kondisi klinis serta parameter penunjang lainnya dapat menunjang proses penyembuhan luka serta menurunkan laju morbiditas dan mortalitas pada pasien luka bakar. Kata kunci: luka bakar berat, tatalaksana nutrisi.

ABSTRACT
Background Burn injury is a trauma that caused damage and tissue loss due to contact with high temperature objects. That conditions will initiated local and systemic inflammatory reaction, which trigger complications after burn injury. Adequate nutrition management is needed in hypermetabolic and hypercatabolic condition to decrease the inflammatory response, prevents muscle wasting, improve immunity and wound healing.
Methods Four patients in this case series suffered from burn injury by fire with various origins. Two patients in this case series were treated more than 24 hours after trauma. Patients nutritional status were obese grade II 1 patient and grade I 3 patients. Energy requirement was measured by using Xie and Harris Benedict equations, with usual body weight. Nutrition was given base on recommendation for critically ill in acute phase, 20 ndash 25 kcal kg BW. Enteral nutrition was initiated for two patients who came less than 24 hours post burn, using intermittent drip method. The nutrition was adjusted daily depend on their clinical condition.
Results Three patients died during treatments for septic complications. Nutrients management gradually increase in accordance to clinical conditions. Patient in 4th cases experienced improvement with burn area decreased from 48,5 to 11,5 , also increasing on functional capacity, despite of weight loss up to 12 kg during treatment.
Conclusion Adequate nutritional management based on clinical conditions not only to reduce morbidity and mortality in burn patients, but also lead to improve healing process.. Keywords severe burn, nutrition management.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55615
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dalima Ari Wahono Astrawinata
"LATAR BELAKANG: Banyak faktor mempengaruhi prognosis luka bakar, data di Indonesia belum ada yang rinci. Dengan mengetahui faktor prognostik terpenting, akan dimungkinkan menetapkan penatalaksanaan yang tepat_ Perbaikan standar penatalaksana an membawa perbaikan nyata untuk menekan mortalitas.
METODE: Penelitian kohort historikal menggunakan subyek penderita luka bakar rawat inap di RSCM Januari I998-Mei 2001. Semua yang memenuhi kriteria inklusi diambil. Analisis data dengan survival analysis menggunakan Cox proportional hazard untuk mencari perhitungan ketahanan hidup.
HASIL: Dari 156 penderita didapat angka mortalitas 27,6%. Penderita terbanyak berusia 19 tahun, laki-laki lebih banyak 1,6 x dari perempuan. Penyebab tersering api (55,1%) dan terjadi dirurnah (72,4%). Ditemukan luka bakar terbanyak derajat 2° (76,9%) dengan Iuas terbanyak 27%, interquartile range 19-43%. Faktor prognostik terpenting dengan nilai hazard ratio (HR) dan 95% confidence interval (CI) masing-masing adalah syok-SIRS 12,05 (2,36;60,95), trombositopeni 10,78 (2,23;52,05), trauma inhalasi 5,20 (2,77;9,77), syok 4,87 (1,25;18,98) dan luas>50% 4,35 (1,22;15,59)
KESIMPULAN: Penatalaksanaan resusitasi cairan yang tepat dan resusitasi jalan napas dapat menekan angka mortalitas penderita luka bakar. Trombositopeni merupakan salah satu petanda awal kemungkinan sepsis/SIRS.

Prognostic factors in moderate and severe burn patients at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital Jakarta 1998-May 2001. BACKGROUND: Several factors influence the outcome of burn injuries. Knowing the most important factors influencing the outcome of burn might be helpfull in developing new strategies for patient care. Improvement of burn patients management can reduce mortality rate.
METHODS: Data from historical cohort were analyzed using Cox proportional hazard. One hundred fifty six burn patients hospitalized at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital from January 1998-May 2001 were selected consecutively according to inclusion criteria.
RESULTS: From the 156 patients studied, mortality rate was 27,6%. Median patient age was 19 years , male : female ratio 1,6:1. The most common cause of thermal injury was flame (55,1%) and the majority occured at home (72,4%). Second degree burns were dominant (76,9%) with median burn size 27% Total Body Surface Area ( interquartile 19-43). The most important prognostic factors, hazard ratios and 95% confidence interval were shock with SIRS 12,05 (2,36;60,95), thrombocytopenia 10,78 (2,23;52,05), inhalation injury 5,20 (2,77;9,77), shock 4,87 (1,25;18,98) and burn size >50% 4,35 (1,22;15,59).
CONCLUSIONS: Adequate fluid rescusitation and respiratory rescusitation can overcome important factors influencing burn patients outcome in order to reduce mortality rate. Thrombocytopenia can be use as an early sign of impending sepsis/SIRS.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marya Warascesaria Haryono
"Tujuan penelitian ini adalah menilai kadar GSH plasma setelah suplementasi vitamin C 1000 mg intravena dan 400 mg vitamin E secara oral selama empat hari berturut-turut pada luka bakar sedang berat. Penelitian eksperimen ini dengan satu kelompok pre-post test dengan usia 18-59% tahun pada kasus luka bakar sedang berat kurang dari 60%. Dari 16 kasus yang memenuhi kriteria, diperoleh 12 kasus sehagai subjek penelitian sesuai dengan sampel yang diharapkan. Penyebab luka bakar terbanyak adalah api (75%) dan sebagian besar subyek menriliki BMI nonnal (67%) dengan rata-rata 22,04 ± 1,89 kglm2 ? Kadar vitamin C sebelurn suplementasi adalah 17,79(10,16-32,88)p.mol/L dan sesudah suplementasi adalah 18,33(9,10-37,02) p.mol/ L (p = 0,239), Nilai rata-rata serum kadar vitamin E meningkat signifikan, yaitu 9,06 ± 1,56 p.mol I L sebelurn suplementasi dan 15,50 (6,28-27,17) p.mol/L setelah suplementasi (p = 0,019). Nilai rata-rata dan kisaran kadar GSH plasma sebelum suplementasi adalah 0,54±0,11 Jlll I mL, Nilai rata-rata tingkat GSH setelah suplemen adalah l ,07 (0,94-1,68) g /mL.lni menunjukkan bahwa suplementasi vitamin C dan vitamin E bisa meningkatkan kadar GSH secara signifikan (p = 0,002). Terdapat perbedaan yang signifikan pada perubahan kadar vitamin C, vitamin E, dan GSH sebelum dan sesudah perlakuan antara luka bakar sedang dan luka bakar berat.

The aimed of the study is to assess the levels of GSH after supplementation of vitamin C 1000 mg iv and 400 mg vitamin E orally for four consecutive days on a moderate to severe bums. This experimental studies with one group pre-post test involved 18-590/o years aged patients with moderate to severe burns less than 60%, From 16 cases required the criteria, there were 12 cases as the subject of research in accordance with the expected sample. The most causes of burns is fire (75%) and most of subjects have a nominal BMl (67%) with average 22.04 ± 1.89 kg /m2 ? Median value of vitamin C levels before supplementation was 17.79(10.16-32.88) and after supplementation was 18.33(9.10-37.02) ~mol/L (lr= 0.239). Average value of serum vitantin E levels increased significantly, which are 9.06 ± 1.56 mol/L befure supplementation and 15.50(6.28-27.17) mol/L after supplementation (p= 0.019). Median value and range of plasma GSH levels before supplementation was 0.54±0.11 ;tg/mL. Median value of GSH levels after supplementation was 1.07 (0.94-1.68) flgimL. This is show that the supplementation of vitamin C and vitamin E may increased GSH levels significantly (p = 0.002). There were no significant differences in changes in levels of vitamin C, vitamin E, and GSH before and after treatment among the study subjects with moderate and severe burns."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32848
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurina Widayanti
"Latar belakang: Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di negara berkembang. Obesitas menyebabkan perubahan fisiologis yang kompleks dan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes, dan paru. Pasien obesitas dengan luka bakar lebih rentan mengalami perubahan fisiologis akibat penyakit penyerta yang sudah ada sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan mortalitas, lama rawat inap dan jumlah prosedur pembedahan antara pasien obesitas dan non-obesitas.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian kohort retrospektif. Terdapat dua kelompok yang diidentifikasi secara retrospektif dari data rekam medis, dan kemudian dibandingkan secara prospektif. Kami membandingkan hasil (tingkat kematian, jumlah prosedur bedah, dan lama rawat inap) pada pasien luka bakar obesitas dan non-obesitas.
Hasil: Dominasi laki-laki ditemukan dalam penelitian ini dengan jumlah subjek 68 laki-laki (61,8%) dan 42 perempuan (38,2%). Kami menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan mortalitas pada kelompok pasien luka bakar obesitas dibandingkan dengan kelompok non-obesitas (p=0,207, CI 95% 0,286-1,315). Dengan Mann-Whitney Test, juga tidak terdapat perbedaan antara lama rawat inap (p-value 0,332) dan jumlah prosedur pembedahan (p-value 0,521) pada pasien obesitas dibandingkan pasien non-obesitas.
Kesimpulan: Kami tidak menemukan perbedaan yang signifikan secara statistik pada mortalitas, lama perawatan dan jumlah prosedur bedah antara pasien luka bakar obesitas dan pasien luka bakar non-obesitas. Namun proporsi pasien meninggal lebih tinggi pada kelompok obesitas. Jangka waktu yang lebih lama dengan jumlah subjek yang lebih besar diperlukan untuk mengatasi bias statistik dan memberikan hasil yang lebih kuat dalam analisis statistik.

Background: obesity has become serious health issue in developing country. obesity causes complex physiologic alteration and increased risk for diabetes cardiovascular and pulmonary diseases. Obese patient with burn injury are more prone to have physiologic alteration resulting from pre-existing comorbid. The aim of this study is to investigate mortality, length of stay and number of surgical procedure between obese and non-obese patient.
Methods: This is an observational analytical study using the retrospective cohort study design. There are two groups which are retrospectively identified from the medical records, and then prospectively compared. We compare the outcomes (mortality rate, numbers of surgical procedure, and hospital length of stay) of obese and non-obese burn patients.
Results: Male predominance was found in this study with 68 males (61.8%) and 42 females (38.2%). We found out that there was no difference in mortality in obese burn patient groups compared to non-obese group (p=0.207, CI 95% 0.286-1.315). With Mann-Whitney Test, there were also no difference between length of stay (p-value 0.332) and number of surgical procedures (p-value 0.521) in obese patient compared to non-obese patient.
Conslusion: We did not find any statistically significant difference in mortality, length of stay and number of surgical procedures between obese burn patient and non-obese burn patient. However the proportion of deceased patient is higher in obese group. Longer period of time with larger number of subjects is needed to overcome statistical bias and provide more powerfull result in statistical analysis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Friscilla Hakim
"Pendahuluan: Perhitungan luas area luka bakar/total burn surface area (TBSA) tidak mungkin dilakukan secara eksak. Perbedaan estimasi TBSA sering dijumpai, bahkan di antara para ahli luka bakar. Namun, perhitungan ini merupakan langkah yang sangat penting untuk menentukan jumlah cairan resusitasi yang akan diberikan. Kebutuhan akan bantuan computer dalam proses perhitungan ini dirasakan perlu, walaupun penggunaan grafik Lund-Browder telah lama digunakan dalam praktik klinis. Burn Case 3DTM adalah sebuah aplikasi peranti lunak baru yang dapat digunakan untuk membantu perhitungan TBSA. Tujuan dari studi ini adalah untuk membandingkan validitas dan reliabilitas di antara kedua metode ini untuk menghitung TBSA dalam praktik klinis.
Metode: Dua orang evaluator menghitung TBSA dari 20 set foto digital pasien Unit Luka Bakar Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang didapatkan dari bank data Divisi Bedah Plastik. Metode perhitungan yang digunakan adalah grafik Lund-Browder dan Burn Case 3DTM. Validitas dan reliabilitas kedua metode ini akan diukur menggunakan grafik Bland Altman. Rata-rata perbedaan pengukuran dapat diterima bila berada di bawah 5%.
Hasil. Validitas BurnCase 3DTM dibandingkan dengan grafik Lund-Browder dalam menghitung total luas luka bakar adalah sangat baik (Beda Rerata -0,96 (IK95% -0,36 sd 2,28); limit kesesuaian -4,69 sd 6,61; ICC=0,997 (IK95% 0,992 sd 0,999). Reliabilitas perhitungan luas luka bakar dengan grafik Lund-Browder menurut beberapa parameter adalah sebagai berikut: beda rerata -0,025 (IK95% -1,47 hingga 1,42); limit kesesuaian -6,22 hingga 6,17; ICC = 0,996 (IK95% 0,990 hingga 0,998). Reliabilitas penghitungan luka bakar dengan BurnCase 3DTM adalah sebagai berikut: beda rerata -0,71 (IK95% -1,59 hingga 0,18); limit kesesuaian -4,48 hingga 3,07; ICC = 0,999 (IK95% 0,996 hingga 0,999).
Kesimpulan. Validitas BurnCase 3DTM dalam menghitung luas luka bakar dibandingkan dengan grafik Lund- chart sebagai alat referensi adalah sangat baik dengan nilai ICC sebesar 0,997. BurnCase 3DTM terbukti reliabel secara klinis dan statistik sebagai alat untuk menghitung luas luka bakar.

Introduction. Calculating the total burn surface area (TBSA) is never an exact measure. High deviation of TBSA estimation is common even among the burn specialist. However, this is a very critical step in determining the amount of initial fluid resuscitation to be administered. The need for computer assisted calculation is consider even the Lund-Browder chart has long been used in the clinical setting as a guide to estimate TBSA. A more recent software application is available to aid this estimation, the BurnCase 3DTM. This study aims to compare the validity and reliability of the two tools in calculating TBSA in the clinical setting.
Methods. The TBSA of twenty set of digital pictures of Burn Unit Cipto Mangunkusumo Hospital patients, extracted from the Plastic Surgery division database, covering the patients’ whole body is assessed by 2 assessors using (1) The Lund-Browder chart as the reference, and (2) The BurnCase 3DTM as a new measurement tools. The validity and reliability of each estimated values from both device will be measured using Bland Altman test. The mean difference assumed acceptable if less than 5 percent.
Results. The validity of the BurnCase 3DTM compared to the Lund-Browder chart to calculate total burn surface area (TBSA) according to various parameters is as follow: mean difference -0,96 (CI95% -0,36 to 2,28); limit of agreement -4,69 to 6,61; ICC = 0,997 (CI95% 0,992 to 0,999). The inter-rater reliability of TBSA calculation using the Lund Browder chart is as follow: mean difference -0,025 (CI95% -1,47 to 1,42); limit of agreement -6,22 to 6,17; ICC = 0,996 (CI95% 0,990 to 0,998). The inter-rater reliability of TBSA calculation using The BurnCase 3DTM is as follow: mean difference -0,71 (CI95% -1,59 to 0,18); limit of agreement -4,48 to 3,07; ICC = 0,999 (CI95% 0,996 to 0,999).
Conclusion. The BurnCase 3DTM is a valid tool to calculate TBSA when compared to the Lund Browder chart as the reference measurement tool to calculate total burn surface area (TBSA) with an ICC value of 0,997. The BurnCase 3DTM is proved clinically and statistically reliable as a measurements tool to calculate TBSA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Oetoro
"Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian nutrisi enteral dini (NED) terhadap stres metabolisme pada penderita luka bakar, dalam rangka mencari alternafif penatalaksanaan nutrisi pada penderita luka bakar.
Tempat: Unit Luka Bakar RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Bahan dan cara: Penelitian ini merupakan uji klinik pada penderita luka bakar berusia 18 - 60 tahun dengan luka bakar derajat dua seluas 20 - 60% luas permukaan tubuh (LPT). Sepuluh subyek perlakuan diberi Nutrisi Enteral Dini/NED mulai ≤8 jam pasca trauma, sedangkan 10 subyek kontrol diberi nutsisi enteral/oral 24 jam pasca trauma. Stres metabolisme dideteksi dengan pemeriksaan kadar hormon kortisol serum, glukosa darah dan nitrogen urea urin (NUU). Sampel darah untuk pemeriksaan kortisol dan glukosa diambil pada hari ke 1, 7 dan 12. Urin untuk pemeriksaan NUU di kumpulkan selama 24 jam pada hari ke 3, 7 dan 12. Uji statistik yang digunakan adalah uji Mann Whitney U untuk kadar kortisol, NUU dan glukosa darah. Batas kemaknaan yang digunakan 0,05.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna pada kadar kotisol dan NUU, namun demikian pada hari ke 12 tampak penurunan kadar NUU lebih tajam pada kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol justru meningkat Kadar glukosa darah pada hari 12 menunjukkan perbedaan bermakna (p = 0, 04).
Kesimpulan: Pemberian NED berhasil menekan stres metabolisme yang terjadi pada penderita luka bakar derajat dua berdasarkan parameter glukosa darah.

Objective: To investigate the effect of early enteral nutrition (EEN) on the metabolic stress in burned patients, in respect to looking for the alternative of nutrition management in burned patients.
Place: Burn Unit RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Materials and methods: This study was randomized clinical trial was conducted on 18 - 60 years subjects with 20 - 60% total body surface area (FBSA) of second degree burned. Ten subjects were given enteral nutrition started g 8 hours post burn, while 10 control subjects were given enteral/oral nutrition 24 hours post burn. Metabolic stress was detected by measuring of serum cortisol, blood glucose level, and urinary urea nitrogen (UUN) level. Blood samples for cortisol and glucose level were taken on day 1, 7 and 12 Twenty four hours collected urine for UUN level were taken on day 3, 7 and 12. Statistical analysis was performed with Mann Whitney U test for cortisol level, NUU and glucose level. The level of significance was 0, 05.
Results: There were no significant differences between the two groups based on serum cortisol and UUN levels, however, the level o UUN of the day 12 decreased in the study group, while it increased in the control group. A significant difference was found of blood glucose between these two groups (p = 0, 04) on day 12.
Conclusion: The administration of EEN reduced the metabolic stress of second degree burned patients express by blood glucose parameter.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5321
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mufida Muzakkie
"Latar Belakang: Luka bakar memerlukan penutupan luka segera setelah eksisi. Terbatasnya donor tandur kulit STSG merupakan permasalahannya. Meshed merupakan metode ekspansi yang sering dipakai. Namun di Indonesia, tidak semua rumah sakit mempunyai mesin Mesher. Metode ekpansi lainnya yaitu Postage-stamp. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan perambatan kulit baru marginal epithelial creeping antara kedua metode tersebut untuk memprediksi lamanya waktu penyembuhan.
Metode: Subjek adalah pasien di Unit Luka Bakar RS. Cipto Mangunkusumo yang memenuhi kriteria inklusi. Setiap kelompok menerima 2 metode STSG; Meshed grup kontrol dan Postage-stamp grup perlakuan pada bagian tubuh yang berbeda, 32 sampel setiap grup. Perambatan kulit baru dinilai pada hari ke-5, 10 dan 14.
Hasil: Juli ndash;Oktober 2016, dilakukan operasi pada 10 pasien 20 sampel sebagai data preliminary. Dari analisa statistik didapatkan tidak ada perbedaan bermakna perambatan kulit baru pada kedua kelompok pada hari ke-5, 10 dan 14. Walaupun didapatkan rerata perambatan kulit pada hari ke-5 dan 10 Meshed lebih tinggi daripada Postage-stamp, dan pada hari ke-14 Postage-stamp lebih tinggi daripada Meshed.
Kesimpulan: Kedua metode tersebut memberikan hasil perambatan kulit baru yang serupa. Walaupun pada hari ke-14 didapakan nilai rerata pada Meshed 61,9 cm2 SD 2.9 dan Postage-stamp 62.11 cm2 SD 3.9 dari total luas luka 64 cm2.

Background: Extensive burn injuries are challenging due to limitation of split thickness skin graft STSG. Meshed has been an accepted method for expansion. But in Indonesia, not every hospital has Mesher machine. Another method is Postage stamp. The purpose of this study is to analyze marginal epithelial creeping MEC between both methods, so we can predict the wound healing time.
Materials and Methods: Subjects are patients in Burn Unit, Cipto Mangunkusumo Hospital who fulfills inclusion criteria. Each patient received two methods Meshed control group and Postage stamp treatment group on different body region. MEC was measured on Day 5, Day 10 and Day 14.
Results: From July October 2016, 10 patients 20 samples performed surgery as preliminary data, showed that there is no statistically difference of MEC between both groups on Day 5, Day 10 and Day 14. Although, we found that both on Day 5 and Day 10 mean of Meshed STSG higher than Postage stamp STSG, and on Day 14 mean of Postage stamp STSG higher than Meshed STSG.
Conclusion: Meshed and Postage stamp STSG giving similar result of MEC as the aim to predict wound healing time. On day 14, Meshed giving 61.9 cm2 SD 2.9 of epithelialization and Postage stamp STSG giving 62.11 cm2 SD 3.9 from total of raw surface 64 cm2.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Baety Adhayati
"Penelitian ini membahas perubahan konsentrasi etanol pada darah jantung (BAC), isi lambung (SAC) dan rasionya (SAC:BAC) pada luka bakar derajat 4 untuk menilai difusi postmortem dari SAC ke BAC. Metode penelitian merupakan studi eksperimental pada tikus Sprague-Dawley yang dibagi menjadi 2 kelompok (kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (luka bakar derajat 4)). Hasil dan diskusi menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara BAC dan rasio SAC:BAC, sedangkan SAC pada kelompok perlakuan secara signifikan lebih rendah. Kesimpulannya, difusi postmortem etanol dari isi lambung ke darah jantung pada luka bakar derajat 4 dengan waktu terbakar dan postmortem interval yang singkat, kecil kemungkinan terjadinya.

This research studies the ethanol concentration changes in heart blood (BAC), stomach content (SAC) and its ratio (SAC: BAC) on 4th degree burn injury to determine the postmortem diffusion from BAC into SAC. The experimental study uses Sprague-Dawley rat, divided into 2 groups (control and treatment (4th degree burn injury)). The result and discussion show no significant difference between BAC and SAC: BAC ratio, while SAC on treatment group is significantly lower. The conclusion is ethanol postmortem diffusion from stomach content into heart blood on 4th degree burn injury with short burning duration and postmortem interval is unlikely to occur.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lady Dhita Alfara
"Mengetahui pengaruh suplementasi vitamin C 1000 mg i.v dan E 400 mg oral selama empat hari berturut-turut terhadap kadar malondialdehid (MDA) plasma, sebagai penanda stres oksidatif pada penderita luka bakar sedang berat.
Penelitian ini merupakan one group pre post test, yang memberikan suplementasi vitamin C 1000 mg i.v dan vitamin E 400 mg oral yang pada 13 subyek penclitian, yaitu penderita luka bakar kategori sedang berat dengan tuas luka bakar kurang dari 60%, yang dirawat di Unit Luka Bakar RSUPN Cipto Mangunkusumo. Data diperoleh melalui wawancara, rekam medik, pengukuran antropometri, analisis asupan menggunakan metodefood record, dan pemeriksaan laboratorium. berupa pemeriksaan kadar vitamin Ct E serum dan MDA plasma pada sebeium dan setelah suplementasi. Analisis data untuk data berpasangan menggunakan uji t berpasangan dan uji Wileoxon, sedangkan untuk dua kelompok tidak berpasangan menggunakan uji Mann Whitney. Batas kemaknaan pada penelitian ini adalah 5%.
Sebanyak 13 orang subyek penelitian~ terdiri dari perempuan 53,85%, dengan median usia 32 (18-55) tahun, sebagian besar subyek memiliki status gizi normal (61.54%). Median luas luka bakar adalah 22 (5-57)"/o, dengan kasus terbanyak adalah luka bakar berat (61.50%), dan penyebab terbanyak adalah api (76.9%). Kadar vitamin C pasca suplementasi mengalami sedikit peningkatan yang tidak bennakna. Kadar vitamin E subyek penelitian meningkat bermakna (p=O,Ol6) pasea suplementasi, walaupun masih dalam kategori rendah. Kadar MDA pada suplementasi mengalami penurunan bermakna W'(l,O 19).
Simpulan: Terdapat penurunan bermakna kadar MDA plasma pada subyek penelitian setelah suplementasi vitamin C 1000 mg i.v dan vitamin E 400 mg oral selama empat hari.

To study the effect of vitamin C 1000 mg i.v and E 400 mg oral supplementation on plasma malondialdehyde level as parameter of oxidative stress in bum patients.
This study was a one group pre post test that gave i.v 1000 mg vitamin C and omi 400 mg vitamin E supplementations to thirteen moderate-severe bum patient$. with percentage of bum less than 60%, in burn unit Cipto Mangunkusurno HospitaL Data were collected using questionnaire, medical record, anthropometric measurement. dietary assessment using four consecutive days food record. Laboratory test for serum vitamin C, B and plasma malondialdehyde levels were evaluated before and after supplementations. Differences in mean values were assessed by paired t-test for normal distribution data or Wilcoxon fur the not normal distribution. Mann Whitney was used for unpaired data. Values of p < O~OS were considered to indicate statistical significance.
Results Among thirteen subjects. seven (53.80%) subjects were female, median of age 32 (18-55) years. Body mass indek in most subjects (61.54%) were categorized as normal. The median percentages of bum injury 22 (5-51)%, and the frequency of severe bum was 61.50%, while the most cause of bum was flame (76,9%). Level of vitamin C after treatment was increased, but not significant. Level of vitamin E after treatment was significantly increased (p=O,Ol6). Level of MDA after supplementation significantly reduced (Jl 0,0l9).
Conclusion There was significantly reduced of level plasma MDA after four days vitamin CIOOO mg i.v danE 400 mg oral supplementations.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32803
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>