Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34185 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andini Perdana
"Tesis ini membahas tentang komunikasi sebagai salah satu bagian dari fungsi museum dan identitas budaya sebagai salah satu peran museum dalam melayani masyarakat dan perkembangannya. Lokasi penelitian adalah Museum Negeri Provinsi Sulawesi Selatan, La Galigo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan yang bersifat filosofis. Hasil dari penelitian ini mengidentifikasi bahwa Museum La Galigo belum dapat mengkomunikasikan I La Galigo sebagai identitas budaya Sulawesi Selatan, karena museum ini masih berorientasi pada pengumpulan dan pelestarian tangible heritage. Museum La Galigo untuk menjadi new museum harus menampilkan I La Galigo sebagai identitas budaya dengan mengkombinasikannya sebagai memori kolektif. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan pengumpulan informasi (intangible heritage) tentang I La Galigo sebagai tradisi lisan. Informasi tersebut digunakan untuk mendesain media komunikasi di Museum La Galigo yaitu melalui desain ekshibisi I La Galigo.

This thesis discusses about communication as one of museum?s function and cultural identity as one of the museum?s role in the service of the society and its development. The research study is in Museum Negeri Provinsi Sulawesi Selatan ?La Galigo?. This is a descriptive-qualitative research with a philosophical approach to new museum. The result of research is La Galigo Museum has still not communicated I La Galigo as cultural identity of South Sulawesi, because this museum is still oriented in collect and conserves the tangible heritage. In order to become new museum, La Galigo has to display I La Galigo as cultural identity by combining it as collective memory. Based on it, collecting information about I La Galigo as oral tradition (intangible heritage) is needed. The information is aimed to design the communication media in La Galigo Museum through I La Galigo exhibition."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2010
T27648
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agseora Ediyen
"Tesis ini menganalisa proses pemaknaan dari memorialisasi pemerintah kota dalam mengkonstruksi citra Kota Sawahlunto yang diartikulasikan dalam Museum Goedang Ransoem dan Lubang Tambang Mbah Soero. Penelitian memfokuskan pada persilangan pemaknaan dari ingatan masyarakat, memorialisasi pemerintah kota, dan penulisan sejarah. Data diperoleh dari pendekatan etnografi di Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat dari bulan Januari 2016 sampai dengan Februari 2017. Penelitian menggunakan konsep memori kolektif dan warisan budaya.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kompleksitas pemaknaan memorialisasi pemerintah sebagai pemaknaan dominan. Pemerintah membentuk makna dominan melalui penamaan situs pariwisata, dan benda material museum yang ditanggapi secara beragam oleh masyarakat. Masyarakat menggunakan justifikasi kedekatan dengan keseharian dan sejarah lisan. Penulis menemukan pemaknaan dominan pemerintah kota berbeda dengan penulisan sejarah. Pemegang otoritas memiliki kuasa dalam mengkonstruksi memori kolektif menjadi pemaknaan dominan. Kompleksitas dari pemaknaan dominan memperlihatkan bahwa tidak ada wacana dominan yang mutlak. Penelitian ini menunjukkan akan selalu ada pemaknaan berbeda yang terbentuk.

This thesis analyzes the process of how the dominant meaning by the city government in constructing Sawahlunto rsquo s branding articulated in Museum Goedang Ransum and Lubang Tambang Mbah Soero. There are various meanings encoded in the museums, which are the society rsquo s memory, how the government constructs memory, and the writing of history. The data were obtained through ethnographic research in Sawahlunto, West Sumatera Province, from January 2016 to February 2017. Exploring the dynamics of the construction of the dominant meaning reflects how collective memory, representation, and cultural heritage could be further problematized in these case studies.
The results of this study indicate the complexity of how the government constructs memory as a dominant forces in the transformation of Sawahlunto. The government enforce a dominant meaning through, for example, naming of tourism sites and museum representation, which is responded differently by the society. Society uses the justification of stheir daily life and also its oral history. The dominant meaning is increasingly visible when compared to the writing of history and this reveals its position in the construction of the city 39 s branding. The government has the power to construct a particular collective memory as the dominant meaning. The complexity of the chosen studies shows that there is no absolute dominant discourse. This study shows that there will always be other different meanings."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
T49109
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Khozin
"ABSTRAK
Tesis ini membahas penerapan konsep museologi baru dan museum sejarah di
Museum Kebangkitan Nasional. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat
deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian ini
adalah menjadikan Museum Kebangkitan Nasional sebagai museum sejarah ideal
dan merumuskan konsep komunikasi yang tepat untuk memudahkan proses
penyampaian pesan. Hasil dari penelitian ini mengidentifikasikan bahwa Museum
Kebangkitan Nasional merupakan museum sejarah yang dalam pengelolaannya
belum menggunakan konsep museologi baru, karena belum menerapkan konsep
komunikasi timbal balik.

ABSTRACT
The object of this research was to discuss the application of the new museology
and the historical museum concepts. This research is a descriptive study which
used qualitative approach. The aim of the study is to perform ?National
Awakening Museum? as the ideal historical museum and formulate the
appropriate communication concept to facilitate the process of delivering
messages. The result of the research identified that National Awakening Museum
is a historical museum which its management has not used the new museology
concept, due to the fact of lacking the using of reciprocal communication concept."
2013
T35378
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Azri Ulmi Ramadhanty
"Salah satu implikasi perkembangan ilmu saraf adalah neuroteknologi. Awalnya, neuroteknologi bertujuan untuk mengatasi disfungsi otak, seperti mengatasi gangguan Alzheimer yang menyebabkan hilang ingatan. Namun, neuroteknologi tampaknya melangkah lebih jauh, yaitu tidak hanya berfungsi untuk memperbaiki kerusakan otak, tetapi juga untuk memperbaiki fenomena mental yang terhubung ke otak atau yang ―diproduksi‖ oleh otak, yang terkait dengan memori. Berdasarkan hal ini, timbul pertanyaan, apakah mungkin teknologi saraf meningkatkan dan menggantikan memori manusia. Kendati demikian, upaya neuroteknologi tersebut tampaknya mengabaikan arti dari ingatan itu sendiri, termasuk apa yang sebenarnya ―membangun‖ ingatan, sehingga manusia dapat memiliki perasaan ingatan yang berbeda. Dengan demikian, untuk menjawab masalah ini, penulis pertama-tama menafsirkan memori secara eksplisit melalui perbedaan yang tegas antara memori semantik dan memori episodik, untuk menunjukkan bahwa memori manusia, yang merupakan memori episodik, terkait dengan qualitative states. Kedua, dengan mendeskripsikan peluang yang dihadirkan oleh neuroteknologi melalui eksperimentasi pikiran mengenai penggantian neuron oleh chip elektronik, untuk menunjukkan ketidakmungkinan neuroteknologi berfungsi dengan cara yang sama seperti neuron di otak yang menghasilkan memori episodik dengan qualitative states ini. Oleh karena itu, berdasarkan argumentasi tersebut, akan
diketahui

One of the implications of neuroscience development is neurotechnology. Initially, neurotechnology aims to
treat brain dysfunction, such as overcoming Alzheimer's disorder, which causes memory loss. However,
neurotechnology seems to go even further, that it is not only be functioned to repair brain damage, but also to
repair mental phenomena that are connected to the brain or those ―produced by‖ the brain, which are related to
memory. Based on this, the question arises, whether it is possible for neurotechnology to improve and replace
human memory. Nevertheless, these neurotechnology efforts seem to ignore the meaning of memory itself,
including what actually "builds" memory, so that people can have different feelings of memory. Thus, to answer
2
this problem, the authors first interpreted memory explicitly through the strict distinction between semantic
memory and episodic memory, to show that human memory, which is episodic memory, is related to qualitative states. Second, by describing the opportunities presented by neurotechnology through thought experimentation regarding the replacement of neurons by electronic chips, in order to demonstrate the impossibility of
neurotechnology functioning in the same way as neurons in the brain that produce episodic memory with these qualitative states. Therefore, based on these arguments, it will be known that neurotechnology cannot actually
be possible to improve, especially replace human memory.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lala Isna Hasni
"Meski tragedi 9/11 telah berlalu, memori tentangnya masih tetap ada. Dengan membongkar konstruksi memori 9/11 dalam dua novel anak yakni United We Stand (2009) dan Towers Falling (2016), penelitian ini bermaksud untuk melihat dinamika identitas bangsa Amerika yang terefleksikan melalui konstruksi memori tersebut. Hasil analisi menunjukkan bahwa memori 9/11 dalam kedua novel dikonstruksikan melalui dua sudut pandang yakni sudut pandang institusi dan personal. Melalui sudut pandang institusi memori 9/11 dikonstruksi dalam framing aksi teror, pengalaman traumatis, sejarah, dan persatuan bangsa. Melalui sudut pandang personal memori 9/11 dikonstruksi dalam framing pengalaman traumatis, American Dream, dan kepahlawanan. Konstruksi memori tersebut merefleksikan pandangan teks terhadap identitas bangsa Amerika. Di satu sisi, identitas bangsa Amerika sebagai bangsa adidaya terus dipertahankan di kedua novel. Di sisi lain, American Dream sebagai bagian dari identitas bangsa Amerika mengalami pergeseran makna. Pergeseran tersebut berkaitan dengan isu rasial yang berkembang seiring waktu di Amerika. American Dream dalam United We Stand cenderung memihak pada kulit putih (white supremacy) sedangkan American Dream dalam Towers Falling cenderung bersifat multikultural meski juga terdapat ambivalensi di dalamnya. Dengan demikian, pergeseran tersebut memperlihatkan bahwa identitas bangsa Amerika terbilang dinamis.

Although the 9/11 tragedy has passed, the memory remains. By analyzing the 9/11 memory construction in two children's novels United We Stand (2009) and Falling Towers (2016), this study intends to show American identities reflected from the novels. The results show that the 9/11 memories in both novels are constructed through two perspectives; institutional and personal. From institutional perspective, the 9/11 memory is constructed in four frames; acts of terror, traumatic experiences, history, and unity. From personal perspective, the 9/11 memory is constructed in three frames: traumatic experiences, the American Dream, and heroism. The memory construction reflects the texts’ views of American national identity. On one hand, American identity as a superpower country continues to be maintained in both novels. On the other hand, the American Dream as part of American identity experienced a shift in meaning. This shift is related to racial issues that have developed over time in America. The American Dream in United We Stand tends to side with white people (white supremacy). On the contrary, the American Dream in Towers Falling tends to be multicultural even though there is also ambivalence in it. This shift shows that American identity is dynamic.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Rizki
"Memori kolektif dan masyarakat sama-sama bersifat dinamis. Berbeda dengan sejarah yang dibentuk secara kronologis dan memiliki akhir, memori kolektif berkembang terus-menerus tergantung dengan situasi yang terjadi di masyarakat. Kedinamisannya turut membentuk identitas masyarakat itu sendiri. Dengan menggunakan konsep pengukuhan identitas dari Jan dan Aleida Assmann, film Груз 200 mencoba merekonstruksi identitas Uni Soviet menjadi tiga kelas sosial (1) kelas aparatur negara; (2) kelas inteligensia; (3) kelas marginal untuk memunculkan narasi-narasi yang heterogen dalam memori identitas nasional Rusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kognisi Balabanov dalam menyampaikan narasi baru melalui film secara tidak langsung merupakan upaya konsolidasi sinema kontemporer dengan memori kolektif untuk terus memperbaharui pengetahuan dan referensi tentang masa lalu. Ini mengungkapkan fakta bahwa memori kolektif tidak hanya terbatas pada representasi masa lalu saja, tetapi juga mendukung koalisi komunitas dan situasi politiknya untuk merangkul suara-suara minoritas sebagai bentuk kritik populis kepada pemerintah saat ini.

Collective memory and society are dynamics. Unlike history whose paths are shaped chronologically and has its ending, collective memory evolves perpetually in the determination on the current state of the society itself. Its dynamic contributes to sculpt the society’s identity. By employing Jan and Aleida Assmann’s concretion of identity concept, Груз 200 tries to reconstruct the identity of the Soviet Union into three social classes (1) state apparatus class; (2) intelligence class; (3) marginal class as they conducive to emerge the heterogeneous narrations in the Russian national memory identity. It shows that Balabanov’s cognition to convey new narratives through film is indirectly an attempt to consolidate contemporary cinema with collective memory in order to continuously renew knowledge and references about the past as well. This bares the fact that collective memory is not limited to the representations of the past, but also supports the community coalitions and their political situation to embrace minority voices as a form of populist criticism to the current government."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dela Septiana Nurfajriah
"Investigasi kasus kecelakaan diperlukan agar pihak berwenang dapat menegakan pidana. Proses investigasi seringkali mengandalkan memori dari pihak yang terlibat dalam kecelakaan. Akan tetapi, memori rentan terhadap kesalahan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh metode wawancara dan jeda waktu terhadap memori pada korban kecelakaan lalu lintas. Penelitian eksperimental dengan desain randomized factorial 2 (metode wawancara: Cognitive Interview (CI) dan Standard Interview (SI)) x 2 (jeda waktu: short delay (<1 bulan) dan long delay (6-10 bulan)). Partisipan penelitian adalah pengendara sepeda motor yang pernah menjadi korban kecelakaan (N=32). Partisipan dibagi secara acak untuk diwawancara menggunakan salah satu metode wawancara, lalu memori diukur melalui detail informasi dalam tiga kategori: event-related details, central details dan peripheral details. Hasil penelitian menemukan terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode wawancara dan jeda waktu terhadap memori. Metode CI secara signifikan menghasilkan detail informasi lebih banyak daripada metode SI dalam jeda waktu pendek maupun panjang pada ketiga kategori detail informasi. Di sisi lain, tidak ditemukan interaksi antara metode wawancara dan jeda waktu terhadap memori pada ketiga kategori detail informasi. Temuan ini dapat digunakan pertimbangan bagi Kepolisian Lalu lintas untuk menjadikan metode CI sebagai metode wawancara yang digunakan dalam menangani kasus kecelakaan lalu lintas.

Investigation of accident cases is needed so that parties can enforce the crime. Processes often rely on the memory of the parties involved in the accident. However, memory is prone to errors. This study aims to examine the effect of the interview method and time interval on memory in traffic accident victims. This research is experimental with randomized factorial 2 design (interview method: Cognitive Interview (CI) and Standard Interview (SI)) x 2 (time interval: Short delay (< 1 month) and long delay (6 -10 month)). Research participants are motorcyclists who have been victims of accidents (N=32). Participants were randomly assigned to be interviewed using one of the interview methods, then memory was measured through detail information in three categories: event-related details, central details and peripheral details. The results of the study found that there was a significant effect of interview method and time interval on memory. The CI method produces significantly more detailed information than the SI method in both short and long time intervals in the three categories of detailed information. On the other hand, there was no interaction between interview method and time interval on memory in the three categories of detail information. This finding can be used as consideration for Traffic Police Corps to use CI as an interview method used in handling traffic accident cases."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Hendro S.
"Manusia sangat peka terhadap kekurangan oksigen, terutama pada susunan syaraf pusat, maka penerbang yang melakukan terbang pada ketinggian 18.000 kaki tanpa menggunakan oksigen tambahan akan mengalami hipoksia, dan penurunan daya ingat jangka pendek ( DIJP ). Untuk meningkatkan keamanan terbang, maka dilakukan penelitian terhadap 134 penerbang TNI AU yang sedang melaksanakan Indoktrinasi dan Latihan Aerofisiologi di Lakespra Saryanto. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen laboratorium tanpa kontrol, yaitu dengan memajankan subyek di dalam simulator ruang udara bertekanan rendah ( RUBR ) yang setara dengan 18.000 kaki selama 20 menit. Sebelum dilakukan pengambilan data DIJP di dalam RUBR, semua subyek diperiksa dan diseleksi untuk persyaratan penelitian dan terbang dengan RUBR. Di dalam RUBR subyek diminta untuk mengerjakan soal-soal tes psikologi digit simbol sebanyak 20 lembar, dengan waktu satu menit setiap lembar, kemudian di lanjutkan ke lembar berikutnya, sehingga di dapatkan nilai kasar, yang kemudian di standarisasi dengan z score pada setiap lembarnya, hasilnya dianalisis dengan variabel umur, tekanan darah, Indeks masa tubuh (IMT), kadar hemoglobin, kadar gula darah, denyut jantung dan faal paru (FVC dan FEV1).
Hasil dan Kesimpulan : Setelah dilakukan standarisasi, didapatkan nilai rata-rata DIJP 51,91 %, simpang baku 20 %, koefisien variasi 38,53 % ( dengan uji K-S for normality, program SPSS versi 4 didapatkan 2-tailed p = 0,573 jadi sebaran nifai DIJP masih sesuai dengan kurve Gause). Antara DIJP dengan umur mempunyai korelasi negatip, bermakna ( r = - 0,221; p = 0,005 ), berarti makin tua umur, maka DIJP semakin menurun. Antara DIJP dengan IMT mempunyai korelasi negatip, bermakna ( r = - 0,1799 ; p = 0,019 ), makin tinggi IMT semakin menurun kemampuan DIJP. Antara DIJP dengan Hb mempunyai korelasi positip, bermakna ( r = 0,165 ; p = 0,028 ), berarti semakin tinggi kadar Hemoglobin semakin baik DIJP. Sedangkan antara DIJP dengan variabel lainnya tidak bermakna, tetapi meskipun demikian sesuai dengan teori disebutkan bahwa meskipun tidak bermakna belum tentu tidak ada buhungan antara variabel tersebut dengan DIJP, mungkin mempunyai hubungan ( korelasi) yang sangat lemah.

Human being is very sensitive to oxygen leak condition, especially on central nerves system. Hypoxia and decreasing of short term memory (STM) will affect the pilot who flight at the height of 18.000 feet without extra oxygen. The study was done to 134 Indonesian Air Force pilot to increase the flight safety. The study design is a laboratory experiment without control. Subjects were exposed for 20 minutes inside the chamber at simulated altitude of 18.000 feet height, after they passed physical examination and selection for " chamber flight " requirement. In the chamber subjects were requested to fill twenty sheets digit symbol physiological test for one minute per sheet. The result were standardized into z score for each sheet. The results were analyzed with age variable, blood pressure, Body mass index (BMI), Hemoglobin (Hb), blood sugar concentration, hart rate and respiratory systems (FVC and FEV1), to see whether the association exist.
Result and conclusion : The average of STM is 51,91 %, with 20 % of standard deviation, with K -S for normality test using SPSS program version 4 the STM distribution followed the Gauze curve. A negative correlation was found significant between STM with age, that more older the subject, STM will decrease ( r = - 0,221 ; p = 0,005 ). There is also a negative correlation and significant result between STM with BMI, means more higher BMI will decrease the STM ( r = - 0,1799 ; p = 0,019) Between S T M and Hb have significant and positive correlation, means more higher Hb the better the STM (r= 0,165 ; p = 0,028 ), and there is no correlation between STM and the other variables, but as theoretical said, even though there is no correlation with STM, it does not mean that there is no association between these variables with STM, but it is too weak to notice.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yusran Darmawan
"Selama ini studi tentang pembantaian massal pada mereka yang dituduh sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) sudah banyak dilakukan. Misalnya Anderson (1977), Cribb (1990), Crouch (1973), Lev (1966), Robinson (1995), Sulistiyo (2000), dan Suryawan (2007). Namun masih langka ditemukan studi yang melihat bagaimana peristiwa tersebut masih membekas di ingatan korban kekerasan tersebut. Kebanyakan studi tersebut melihat peristiwa dan aktor politik yang saling berkontestasi, tanpa melihat bagaimana masyarakat memaknai kejadian tersebut. Peristiwa pembantaian massal tersebut telah membangkitkan trauma dan rasa perih yang berkepanjangan. Meskipun pemerintah Indonesia setiap tahun menggelar ritual untuk memperingati peristiwa tersebut, namun ritual itu seakan membangkitkan kembali berbagai ingatan perih atas kejadian masa silam. Penelitian ini tidak diniatkan sebagai penelitian sejarah yang ketat dengan penelusuran arsip dan dokumentasi masa silam. Penelitian ini adalah penelitian antropologi yang mensyaratkan studi lapangan serta upaya penggalian fakta-fakta empirik. Penelitian ini hendak memahami bagaimana ingatan-ingatan atas satu peristiwa sejarah dibingkai dan diartikulasikan secara kultural oleh subyek dan komunitas. Penekanan pada aspek kultural akan dilakukan melalui etnografi. Penelitian ini akan lebih sensitif pada jaringan makna yang ditemukan melalui upaya menyelami realitas permukaan secara lebih mendalam. Jaringan makna itu bisa dikenali dengan cara mengetahui pengalaman-pengalaman subyek serta mengetahui bagaimana mereka menyusun strategi dan negosiasi atas berbagai situasi pasca kejadian tersebut.

There have been major studies about Partai Komunis Indonesia (Indonesia Communist Party) and its rebellions. Most of them were paying attention on either the massacre or the actors involved in one of the most unforgettable episode ever happening in Indonesia. Such studies can be found in many researchers? work, namely Anderson (1977), Cribb (1990), Crouch (1973), Lev (1966), Robinson (1995), Sulistiyo (2000), and Suryawan (2007). While they focused on the massacre, numbers of victims, and other statistical facts, I am trying to identify how the mass murder created traumatic and painful memories in every victim's head and how they interpret them. For many years, PKI tragedy have awaken everlasting trauma for Indonesian, especially the victim's themselves. Tough the government held ritual ceremonies yearly, yet it recalled only the memories about what happened in long time past. This project is not intended to be a tight history research through archives and historical documentations. Instead, it is an anthropological research demands on field studies and empirical fact searching. During my research, I am not going to find out how PKI rebelled, as an oral historical researcher did. I intend to see how memories of a historical event captured and uttered culturally by subject and communities. Focused on cultural aspect, I took ethnography as my research method. By doing so, meaning can be recognized, not only from subject's experiences, but also how they arranged strategy and dealt with situations after the massacre. Ethnography helps me understanding both on how historical events influenced human activities and why memories remain or be forgotten."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T25230
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Baddeley, Alan
Hove: Lawrence Erlbaum Associates, 1990
153.12 BAD h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>