Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 228756 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adriani
"Tesis ini menganalisa peran Jepang di ASEAN pada masa krisis Asia 1998 dan krisis Global 2008. Kepemimpinan Jepang di Asia diperlihatkan dalam kebijakan ekonomi luar negeri yang membantu negara-negara Asia menghadapi krisis finansial. Kebijakan Jepang diantaranya mengajukan pembentukan kerjasama finansial regional yang kemudian berhasil dibentuk dalam wadah Chiang Mai Initiative. Alasan Jepang membantu negara-negara Asia karena ingin mempercepat proses pemulihan ekonomi domestiknya dan mempertahankan ideologi developmental state yang telah lama diusungnya. Dinamika realisasi bantuan Jepang untuk Asia dipengaruhi kondisi geopolitik negara-negara penerima bantuan, yaitu ASEAN, dan respon negara besar lain yang berkepentingan, seperti AS dan China. Tesis ini mencoba untuk mengevaluasi sejauh mana kesuksesan kebijakan ekonomi luar negeri Jepang dalam membentuk kerjasama finansial regional Asia pada.

This thesis analyse the role of Japan in ASEAN during Asian crisis 1998 and global crisis 2008. Japan leadership in Asia shown in term of foreign policy to provide support for Asia countries in overcoming the finansial crisis. One of Japan?s foreign policy is propose regional financial cooperation which is Chiang Mai Initiative. Japan has strong motive to support Asia in order to maintain its own economic recovery and defending developmental state ideology. The dynamic of Japan support realization for Asian countries depend on geopolitic of recipient countires, which is ASEAN countries, and respond from large countries that has interest in Asia too, especially United State and China."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
T27492
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Indah Kurniati
"Tesis ini membahas mengenai perbandingan analisis dampak krisis Finansial Asia tahun 1997-1998 dan krisis Global 2008 terhadap Indonesia. Dampak krisis finansial Asia 1997-1008 terhadap Indonesia sangat besar sehingga mengganggu stabilitas social serta politik. Hal ini berbeda dengan dampak yang ditimbulkan oleh krisis global 2008 dimana dampak krisis ini hamper tidak terasa di Indonesia. Penelitian tesis ini bersifat kualitatif dan menggunakan metode kajian kepustakaan dalam pengumpulan data. Analisis komparasi dari kedua krisis ini adalah bahwa selain faktor ekonomi, faktor-faktor non-ekonomi seperti faktor politik juga turut berperan dalam menentukan besaran dampak krisis. Penekanan tesis adalah pada indikator stabilitas politik dan kontrol terhadap korupsi.

The focus of thesis is to compare the impact of Asian financial crisis 1997-1998 and Global crisis 2008 to Indonesia. The impact of the Asian financial crisis 1997-1998 was so huge to Indonesia. The crisis brings not only the economic crisis but also in the political and social sectors. The impact of the global crisis 2008 was not as big as the Asian financial crisis. The method of research is qualitative and using the documentation review as data collection method. The compare analysis of the two crises is that the impact level of the crisis was not only laid on the economic factor but also the non-economic factor, such as political factor. This thesis will highlited in the political stability and control of corruption indicator."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
T27994
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Destin Adipatra
"Dewasa ini situasi ekonomi global merupakan salah satu faktor yang memberi dampak signifikan terhadap kondisi suatu negara. Ketidakpercayaan akan instrumen arsitektur perekonomian Internasional yang telah dinilai gagal mengimplementasikan fungsinya dengan baik dalam peristiwa krisis terdahulu menjadi dasar bagi negara-negara ASEAN+3 untuk membuat sebuah kerjasama finansial dalam kawasan untuk meredam dan mengantisipasi krisis tersebut.
Transformasi kerja sama CMI dari menjadi multilateral merupakan peristiwa penting bagi kerja sama keuangan di Asia untuk menuju proses regionalisasi. Kerjasama yang kompleks antar negara-negara yang heterogen tersebut diwarnai dengan berbagai kepentingan dan posisi dari masing-masing negara atas keterlibatannya.
Penelitian ini menganalisis posisi serta kepentingan Indonesia terkait keikutsertaannya dalam kerjasama CMIM. Indonesia sebagai salah satu negara yang ikutserta serta latar belakang pengalaman krisis yang sedemikian rupa memiliki posisi dan kepentingan tersendiri yang diimplementasikan dalam kebijakan luar negeri.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Indonesia merupakan negara yang ikut mendukung terciptanya mekanisme penanganan krisis finansial alternatif yang kuat dan independen. Namun selain itu ada kepentingan akan terbentuknya kerjasama yang lebih kompleks berupa regionalisme, serta memperoleh berbagai keuntungan dibidang-bidang lainnya, baik ekonomi maupun politik sebagai dampak dari kerjasama multilateral dengan negara-negara ASEAN+3.

Global economic situation has become one of core factors that gave a significant impact on the conditions of countries. The distrust to the instrument of international economic architecture based on the judged that failed in the implementation of its functions on previous crisis, became the basis for ASEAN + 3 countries to set up a financial cooperation within the region, which become an alternative instrument to stifle and anticipate the crisis.
The CMI transformation into a multilateral cooperation is an important momentum for financial cooperation in Asia especially in leading the countries into the process of regionalization. Complex cooperation between those heterogeneous countries, influenced with variety of interests and position from each country on their involvement to the cooperation.
This research analyze position and interest of Indonesia regarding the involvement in CMIM. Indonesia as one of countries which took part in the cooperation, with background related to crisis experience in such a way, has it's own positions and interests implemented in foreign policy.
This research result showed that indonesia is a country that supporting the creation of a strong and also independent alternative mechanisms that can handle the financial crisis within the region. Futher, there is an intension and also desire to built a more complex cooperation as well as regionalism, that can give an advantage and benefits from various aspect, especially in economic and political as an impact with ASEAN + 3 countries multilateral cooperation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55672
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Garry Hartanto
"Shanghai Cooperation Organization (SCO) merupakan sebuah institusi keamanan di Asia Tengah yang sangat strategis. Organisasi ini berdiri pada tahun 2001 dengan beranggotakan Rusia, Cina, Kazhakstan, Kyrgistan, Tajikistan, dan Uzbekistan. Realisme Defensif memandang organisasi ini sebagai sekumpulan negara defensif yang berada dalam situasi dilema keamanan. Neoliberal Institusionalisme, memandang SCO sebagai institusi yang didasari oleh perhitungan biaya dan pencapaian absolut lewat hubungan yang saling tergantung dalam bidang ekonomi. sedangkan Konstruktivisme memandang SCO sebagai sebuah contoh proses dinamika norma berjalan dalam sebuah institusi.

Shanghai Cooperation Organization (SCO) is a strategic institution in Central Asia. This Organization was established in 2001 with Russia, China, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, and Uzbekistan as the members. Defensive Realism assumes that SCO is a defensive alliance under Security Dilemma. Neoliberal Institutionalism assumes that SCO is an institution which has built based on cost consideration and absolute gain through economic interdependence. While Constructivism sees SCO as process of Norm Dynamic in institution. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Catur Aryanto Putro
"Keinginan untuk mengurangi ketergantungan dengan Barat menjadi dasar kuat bagi negara-negara ASEAN+3 untuk membuat kerja sama keuangan yang sesuai dengan kebutuhan negara-negara di kawasan ini. Berubahnya kerja sama CMI dari bilateral menjadi multilateral merupakan titik penting bagi kerja sama keuangan di Asia sebagai langkah awal untuk menuju regionalisasi kawasan. Kepentingan negara-negara besar di dalam kawasan ini tidak lepas begitu saja dalam pembentukan kerja sama CMIM. Cina dan Jepang, sebagai raksasa ekonomi Asia, berebut supremasi untuk memperoleh posisi pemimpin di dalam kerja sama tersebut. Penelitian ini ingin menganalisis mengapa kedua negara akhirnya mau bekerja sama secara multilateral mengingat sebelum tahun 2010 kerja sama yang dibentuk bersifat bilateral. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa melalui kerja sama multilateral, justru keuntungan yang bisa diperoleh oleh kedua negara lebih besar dibanding jika kedua negara mempertahankan status quo untuk bekerja sama secara bilateral. Selain itu, kompleksitas hubungan kedua negara tidak hanya ditandai dengan rivalitas yang ada namun juga ditunjukkan dengan makin tingginya derajat interdependensi di antara keduanya.

The wants to eliminate the degree of dependence towards West became the main reason for ASEAN+3 states to establish financial cooperation, based on their own needs. The transformation of CMI cooperation from bilateral to multilateral was a key point for the financial cooperation in Asia as a first step striving for regionalization. Interests of big states within the cooperation cannot be excluded in establishing CMIM. China and Japan, two economic giants in the region, compete to obtain the leadership seat in the cooperation. The research is aimed to see and analyze why those two states finally decided to cooperate multilaterally after years of bilateralism upto year 2010. The result shows that through multilateral cooperation, the gain and interests that can be aimed by two states are bigger, instead of them being stagnant in status quo. Moreover, the complex relation between China and Japan is not only shown by the rivalry existing between them, but also the rising degree of interdependence amongst them. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S46476
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Alie Naviekhar
"ABSTRAK
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal pertengahan 1997 telah memporak
porandakan kondisi ekonomi Indonesia. Berdasarkan kondisi tersebut, ingin diketahui
a) investasi yang paling menguntungkan antara investasi pada instrumen investasi
saham, mata uang dan komoditi emas yang dilakukan pada periode Januari sampai
Juni 1998, b) tingkat pengembalian per minggu, serta C) adanya interaksi antara return
masing-masing instrumen dengan return per minggu. Ke tiga hal yang ingin diketahui
tersebut dituangkan dalam bentuk hipotesis.
Langkah yang dilakukan adalah dengan membentuk portofolio saham, portofolio
mata uang dan mengambil satu harga emas di pasar emas dunia. Portofolio saham
akan diambil dan 45 saham yang masuk dalam Indeks LQ-45, portofolio mata uang
akan diambil dari 5 mata uang kertas utama (major currency) yang diperdagangkan
Bank Indonesia, dan harga emas akan diambil dari quotation harga emas di pasar
Hongkong. Selain itu juga akan digunakan deposito bank sebagai salah satu indikator
kebijakan moneter pemerintah dalam masa krisìs.
Hasil penelitian dihitung dengan menggunakan perhitungan portofolio dan
dibuktikan dengan pengujian statistik dengan menggunakan analysis of variance
(Anova). Karena penelitian ini menggunakan dua variabel, yaltu variabel return masing
masing instrumen investasi dan variabel return per minggu dari masing-masing
instrumen investasi, maka Anova yang dipakai adalah two way anova.
1. Untuk Hipotesis I, bahwa dengan nilal a sebesar 5% menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara tingkat pengembalian masing-masing instrumen
investasi. Hal ini berarti bahwa tingkat pengembalian dari ke tiga instrumen
investasi tersebut adalah sama.
2. Untuk Hipotesis II, bahwa dengan nilai a sebesar 5% menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara tingkat pengembalian per miriggu dari masing
masing instrumen investasi Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat kondisi
transaksi yang bersifat seasonal yang dapat mempengaruhi investor dalam
berinvestasi.
3. Untuk Hipotesis Ill, bahwa dengan nilai a sebesar 5% menunjukkan tidak terdapat
interaksi antara tingkat pengembalian masing-masing instrumen dengan tingkat
pengembalian per minggu. Hal ini menunjukkan bahwa investor dapat melakukan
investasi dengan bebas di ke tiga instrumen tersebut, karena ke tiganya
mempunyai return yang sama, serta investasi di minggu manapun juga akan
memberikan return yang sama.
Berdasarkan hasil tersebut disarankan bagi investor untuk memilih risiko yang
terkecil yang bisa dilihat dari instrumen investasi yang memiliki coefficient of variation
yang terkecil, yaltu instrumen investasi saham.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T4985
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adjie Aditya Purwaka
"Skripsi ini menganalisa kebijakan The Eleventh Five-Year Plan for National Economic and Social Development of the People?s Republic of China sekaligus menganalisa perubahan terhadap kebijakan pembangunan ekonomi nasional dan pembangunan sosial Republik Rakyat Cina (RRC) dalam dokumen pemerintah Report on The Implementation of Plan for National Economic and Social Development and on Draft Plan for National Economic and Social Development yang merupakan tindakan preventif pemerintah untuk mengontrol perkembangan dampak krisis terhadap perekonomian nasional RRC. Selain itu, perubahan terhadap kebijakan ekonomi nasional juga bertujuan sebagai upaya pemerintah untuk mempertahankan laju perkembangan ekonomi nasional.
Sepanjang tahun 2008 hingga kuartal pertama tahun 2009, RRC mengalami perlambatan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dengan menganalisa fenomena perlambatan pembangunan ekonomi nasional, pemerintah RRC meyakini bahwa hal tersebut terjadi akibat adanya dampak krisis ekonomi global yang mulai merambah perekonomian RRC melalui beberapa sektor penting perekonomian RRC. Pemerintah RRC memprediksi bahwa krisis ekonomi global akan mampu mempengaruhi perekonomian nasional untuk jangka waktu yang panjang, dan cenderung mengakibatkan dampak yang lebih besar jika tidak ditangani dengan seksama. Selain melakukan analisa terhadap kebijakan pembangunan ekonomi nasional dan pembangunan sosial RRC, skripsi ini juga mencoba untuk melakukan analisa dampak-dampak yang muncul dan mempengaruhi perekonomian dan kondisi sosial RRC.
This minithesis aimed to analyze The Eleventh Five-Year Plan for National Economic and Social Development Policy of the People's Republic of China as well as to analyze changes of national economy development policy and social development of People's Republic of China (PRC) in government document's Report on The Implementation of Plan for National Economic and Social Development and on Draft Plan for National Economic and Social Development as a prevention action from the government in order to control the development of critical impact to the national economy of PRC. Additionally, changes to national economy policy also aimed as government's attempts to sustain the blooming of national economy.
Throughout the year of 2008 until the first three months of 2009, PRC was facing a slowdown in its national economy development. Through analyzing the phenomena, the government of PRC convinced that such event occurred as an effect from global economic crisis which started to resemble China?s economy through some important sectors of PRC?s economy. The government predicted that the global economic crisis will be able to affect the national economy in the long run and have the tendency to cause adverse consequences if no action to be taken accurately. Besides analyzing the national economy development policy and social development of PRC, this minithesis also tried to analyze impacts that occurs and affect the economy and social condition of PRC.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Mangkunagaran is a Javanese traditional rule that was established in 1757 under the leadership of Raden Mas Said, who styled Mangkunagara I. In development, Praja mangkunagara have experiencrd progress and glory under the leadership of Mangkunagara IV (1853 - 1881)...."
PATRA 10 (3-4) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Ditya Wianti
"Korea Selatan menjadi salah satu dari tiga negara yang merasakan dampak signifikan selama Krisis Finansial Asia yang dimulai pada Juli 1997. Pemerintahan Korea Selatan pada masa itu yang baru saja beralih dari kepemimpinan Presiden Kim Young-Sam ke Presiden Kim Daejung mendukung sebuah gerakan bagi masyarakat yang dikenal sebagai Geum Moeugi Undong. Gerakan yang dimulai dari kelompok sipil merupakan salah satu cara Korea Selatan untuk memulihkan perekonomian. Melalui media massa, pemberitaan mengenai pergerakan tersebut dapat didengar dan diikuti oleh masyarakat secara sukarela dari seluruh pelosok negeri. Berdasarkan data yang ada, pemerintah berhasil mengumpulkan sekitar 227 ton emas yang senilai sekitar 2,13 miliar dolar Amerika untuk membayar hutang negara. Hal ini membuat Korea bebas dari hutang IMF pada Agustus 2001. Dengan menggunakan analisis framing dari William A. Gamson, penelitian ini membahas framing yang dilakukan oleh Chosun Ilbo dan KBS dalam pemberitaan mengenai Geum Moeugi Undong. Berdasarkan hasil analisis, terbukti bahwa kedua media massa memiliki peran yang berstruktur sebagai pemantik wacana (Chosun Ilbo) dan penyelenggara wacana (KBS) dengan tujuan akhir yang sama walaupun keduanya melakukan framing dengan cara yang berbeda.

South Korea became one of three countries that felt significant impact during the Asian Financial Crisis which began in July 1997. The South Korean government at that time, which had just transitioned from the leadership of President Kim Young-Sam to President Kim Daejung supported a movement for people known as Geum Moeugi Undong. The movement that started from civic groups is one of South Korea's ways to restore the economy. Through the mass media, news about the movement can be heard and followed by the community voluntarily from all corners of the country. Based on available data, the government managed to collect about 227 tons of gold, which is worth around US$2.13 billion to pay off the country's debt. This made Korea free from IMF debt in August 2001. Using William A. Gamson's framing analysis, this study discusses the framing carried out by Chosun Ilbo and KBS in the news about Geum Moeugi Undong. Based on the results of the analysis, it is evident that the two media have a structured role as a discourse trigger (Chosun Ilbo) and an organizer (KBS) with the same ultimate goal even though both of them do framing in different ways."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Sukma Larasati
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang korelasi antara twin deficits, yang terdiri dari defisit neraca berjalan dan defisit anggaran pemerintah, dan pertumbuhan ekonomi di 49 negara berkembang dan negara maju yang menggunakan analisis cross-sectional untuk periode sebelum dan sesudah krisis finansial Asia dan sebelum dan sesudah krisis finansial global. Terdapat perubahan dalam hasil analisis pada periode sebelum dan sesudah krisis finansial Asia. Defisit anggaran pemerintah memiliki korelasi negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, sementara defisit neraca berjalan tidak memiliki korelasi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada periode krisis finansial global, defisit neraca berjalan memiliki korelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi, dan tidak terdapat korelasi antara defisit anggaran pemerintah dengan pertumbuhan ekonomi.

ABSTRACT
This paper investigates the correlation between the twin deficits, namely current account and government budget deficits, and economic growth in 49 developing and developed countries using cross sectional analysis for the period before and after Asian financial crisis and before and after global financial crisis. There is a change in the results on before and after the Asian financial crisis. Government budget deficit is associated negatively with economic growth, while current account deficit does not significantly correlate with economic growth. For the global financial crisis period, the current account deficit correlates positively with economic growth, while government budget deficit does not correlate with economic growth."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>