Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16303 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Memandang wilayah perbatasan hendaknya dengan cara memperlakukannya sebagai sebuah ruang yang tidak hanya bersifat geografis tetapi juga bersifat sosial dan politik dimana penduduk yang bermukim di wilayah perbatasan itu bukanah sebuah masyarakat yang bersifat statis dan homogen, melainkan sebuah masyarakat yang dinamis dan kompleks. Konstruksi Indonesia sebagai archipelagic atate atau negara yang semestinya berbasis maritim telah terkonstruksi semakin dalam menjadi negara "darat" yang berpusat di Jawa. Konstruksi begara "darat"nyang mengagungkan sentralisme politik dan ekonomi memiliki implikasi yang sangat besar terhadap kawasan perbatasan yang dengan demikian diperlakukan sekedar sebagai kawasan pinggiran, marjinal, "excluded" dan terbiarkan. Pandangan tersebut kemudian berimplikasi pada kebijakan yang terbukti tidak memihak kepada perlunya menempatlkan perbatasan sebagai sebuah kawasan yang penting. Dalam paradigma pembangunan masa Orde Baru misalnya, mereka diberi sebutan "suku terasing" dan setelah reformasi mereka diberi sebutan baru sebagai "komunitas adat terpencil". Ada semacam "urban bias" dalam memandang perbatasan dan penduduk yang kita bayangkan bermukim di kawasan perbatasan. Gagasan akan sebuah perspektif yang baru tetang perbatasan, jangan-jangan harus dimulai dengan memproblematikkan terlebih dahulu soal arti kewarganegaraan."
WADWMPD
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tusy Augustine Samallo Adibroto
"ABSTRAK
Pertumbuhan penduduk yang pesat - khususnya di DKI Jakarta - mengakibatkan tekanan yang berat terhadap kota, sehingga untuk mengatasinya dikeluarkan Instruksi Presiden nomor 13 tahun 1976 tentang Pengembangan Wilayah JABOTABEK yang menghasilkan strategi pembangunan arah timur - barat di kota-kota sekitarnya. Maka dilaksanakan pembangunan kota baru mandiri (self-contained) Bumi Serpong Damai seluas 7.000 ha. Diharapkan kota baru tersebut tidak lagi bergantung pada kota induk karena akan dilengkapi dengan ketersediaan lapangan kerja yang cukup serta fasilitas perkotaan lain bagi penduduknya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah tujuan membangun suatu kota baru mandiri dapat tercapai, apalagi jika mengingat 'jarak' yang relatif dekat dengan Kota induk dan aksesibilitas yang baik. Hal ini mengingat kenyataan terjadinya gerak ulang alik yang diambil sebagai indikator kemandirian suatu kota baru yang cukup besar ke Jakarta mencapai 310.085 jiwa/hari pada tahun 1986. Penelitian dilakukan dengan pengambilan sampel secara stratified random sampling terhadap 219 KK dengan pengumpulan data melalui teknik observasi, wawancara berstruktur dan mendalam. Lokasi penelitian dilakukan selain di kota baru, juga diambil kota pembanding Bekasi yang dianggap dapat mewakili kondisi kota baru pada tahap yang sudah lebih berkembang. Data dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan persentase maupun dengan uji statistik Kruskall Wallis dan tes U-Mann Whitney (X2). Penelitian menghasilkan temuan bahwa untuk kegiatan bekerja, di kota baru perlu adanya sumber penggerak kerja (employment generator) dan kesempatan antara (intervening opportunity) yang dalam hal adalah kota Tangerang, keberadaan PUSPIPTEK, ITI dan pabrik-pabrik sepanjang jalan Serpong-Tangerang. Selain itu, perlu dipikirkan pembangunan fasilitas perkantoran baik pemerintah maupun swasta karena adanya kecenderungan kota baru diisi oleh orang-orang yang berstatus kerja mantap sehingga sulit untuk pindah kerja. Untuk fasilitas perkotaan lainnya perlu dilengkapi dengan berbagai jenis fasilitas yang memadai tidak hanya secara kuantitas tetapi juga kualitas. Khusus untuk fasilitas pendidikan perlu prioritas pembangunan lebih banyak SD karena tingginya angka keluarga-keluarga muda."
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Yushar Catrena Putra
"Perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia yang belum stabil
mengharuskan negara selalu mengantisipasi dan mengikuti perkembangan di
dalam masyarakat dan diiringi dengan pembuatan kebijakan-kebijakan yang
sejaln dengan perkembangan di dalam masyarakat.
Tujuan penelilian untuk mengetahui apakah perubahan Undang-
undang PPN telah disosialisasikan dengan baik, yaitu yang berkaitan dengan
administrasi atas pembuatan faktur pajak_ peiaporan dan penyetoran,
mekanisme restitusi PPN dan administrasi sehubungan pendetinisian subjek
dan objek PPN, Sena menguraakan kepatuhan (compliance) vvajib Pajak
sehubungan dengan perubahan adminislrasi tersebut_
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif
kualitatif dengan metode pengumpulan data sample secara acak (random
sampling) dan metode analisis data dengan menggunakan analisis korelasi, regresi, koetisien penentu dan uji hipotesi§i"Hasi1 analisis menunjukan
bahwa korelasi pemnuatara faktur pajak, mekanisme restitusi PPN memiliki
hubungan yang erat terhadap kepatuhan, sedangkan terhadap indikator
kewajiban pelaporan dan penyetoran serta administrasi sehubungan
pendennisian kembali subjek dan objek PPN memiliki hubungan Iemah.
Hasil pengujian korelasi dan regresi menunjukan bahwa perubanan
kebijakan administrasi PPN secara umum adalah baik, namun di dalam
pelaksanaan administrasi cenderung tidak mudah. sehingga Pengusaha
Kena Pajak sulit untuk melaksanakan kewajiban perpajakan dengan baik dan
dapat dikatakan kecenderungan Pengusaha Kena Pajak untuk kurang patuh_
Saran agar peraturan-peraturan yang baru dapat disosialisasikan
dengan baik kepada Wajib Pajak, sehingga Wajib Pajak memiliki persepsi
yang sama dengan Fiskus didalam pelaksanaan administrasi perpajakan.
lnformasi perpajakan yang cepat, mudah dan terkini dari kantor pajak
nendaknya dapat diwujudkan sebagai suatu bentuk pelayanan kepada
masyarakat berupa penyuluhan perpajakan baik melalui pusat penyuluhan
perpajakan maupun web site yang dimiliki DJP_
Peraturan yang mudah dapat membanlu Pengusaha Kena Pajak
untuk melaksanakan kewajiban perpajakan dengan baik dan mudah,
pengaturan administrasi PPN yang terdapat dalam perubahan Undang-
undang PPN telah memberi pengertian yang sederhana dan lebih memberi
kepastian hukum, namun masih diperlukan peraturan pelaksanaan yang
sejalan dengan Undang-undang yang berlaku untuk menegaskan tentang
tata cara penerapan lebih lanjut."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T5553
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gaubatz, Piper Rae
California: Stanford University Press , 1996
307.76 GAU b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Prihastuti
"Kajian demografi dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu uniregional dan multiregional. Demografi uniregional hanya menganalisis penduduk di satu wilayah tertentu. Sedangkan demografi multiregional lebih bersifat simultan, artinya antar daerah yang satu dengan lainnya-yang dihubungkan oleh arus migrasi-dianggap sebagai satu sistem yang saling berinteraksi.
Untuk keperluan perencanaan dan analisis yang berkaitan dengan demografi atau kependudukan salah satunya dapat dipenuhi melalui proyeksi penduduk yang dalam perhitungannya dapat dilakukan dengan dua pendekatan tersebut. Output yang diperoleh merupakan input dasar bagi perencanaan sosial dan ekonomi, maka konsentrasi proyeksi bisa berbeda sesuai kebutuhan seperti proyeksi pendidikan, angkatan kerja, pasar kerja, penduduk lansia, dan kesehatan.
Dalam proyeksi penduduk lansia, komponen demografi yang diperhitungkan hanya komponen mortalitas dan migrasi. Dalam penelitian Mi kelangsungan hidup penduduk yaitu jumlah penduduk yang berhasil hidup dari satu periode ke periode berikutnya dihitung dengan menggunakan fungsi pertumbuhan Continuous Growth Function. Data yang digunakan adalah jumlah pen.duduk absolut dari Sensus Penduduk 1990 dan Supas 1995. Dengan mengasumsikan tidak ada migrasi maka untuk kohor umur yang sama pada periode berikutnya akan menghasilkan jumlah penduduk yang berkurang karena kematian, sehingga jumlah penduduk tahun 1995 lebih sedikit dibandingkan tahun 1990. Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan fungsi pertumbuhan Continuous Growth Function untuk perkiraan kelangsungan hidup penduduk, lebih terasa manfaatnya terutama untuk kelompok umur tua atau penduduk lanjut usia dengan asumsi tidak ada migrasi selama periode pengamatan.
Kecenderungan migrasi ditentukan dengan menggunakan skedul model migrasi yang diperkenalkan oleh Rogers. Skedul model migrasi menurut umur tertentu (age-specific migration schedule) tersebut dapat dibagai menjadi tiga bagian yaitu (1) kurva "usia pra-angkatan kerja" (a single negative exponential curve); (2) kurva "usia angkatan kerja" (a left-skewed unimodal curve); (3) kurva "usia pasta angkatan kerja" (an almost hell-shaped curve).
Perpaduan antara model pertumbtihan Continuous Growth Function dan Skedul Model Migrasi membentuk suatu model pertumbuhan penduduk bagi penduduk lanjut usia (lansia). Aplikasi model pertumbuhan penduduk lansia melalui pendekatan multiregional yang diterapkan untuk dua wilayah pengamatan merupakan penjumlahan dari penduduk selama periode tahun t sampai t+5, yang tetap hidup dan tidak pindah di suatu wilayah asal 1, ditambah dengan penduduk yang tetap hidup dan bermigrasi keluar dari wilayah 2 dan masuk ke wilayah 1 selama periode tahun t sampai t-5.
Perhitungan kelangsungan hidup penduduk dari umur tepat x sampai umur x+5 dalam perhitungan proyeksi penduduk yang dilakukan dengan menggunakan Life Table Coale-Deineny dan tanpa menggunakan Life Table Coale-Derneny menunjukkan bahwa perhitungan kelangsungan hidup yang dihitung dengan menggunakan model Life Table Coale-Demeny menghasilkan perkiraan penduduk lansia di masa depan, yang jumlahnya lebih tinggi dibandingkan hasil proyeksi penduduk lansia yang dihitung tanpa menggunakan model Life Table Coale-Dement'. Hal ini disebabkan proporsi kematian yang diambil dari ASDR (mx) dalam Life Table Coale-Demeny mengasumsikan bahwa umur maksimum penduduk adalah 100 tahun. Sehingga kelangsungan hidup penduduk diperkirakan menjadi lebih panjang dari kenyataannya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11097
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putera, Rufiansyah
"Untuk keperiuan perencanaan dan analisis yang berhubungan dengan kependudukan salah satunya dapat dipenuhi melalui proyeksi penduduk yang merupakan suatu perhitungan ilmiah dengan asumsi-asumsi tertentu mengenai kecenderungan dari tingkat kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk dimasa yang akan datang. Proyeksi penduduk yang dibuat saat ini adalah proyeksi dengan pendekatan demografi uniregional. Demografi uniregional adalah demografi yang membahas perubahan komposisi penduduk di suatu daerah tanpa mengkaitkan perubahan komposisi yang terjadi di daerah lain. Dengan pendekatan ini, maka proyeksi wilayah setingkat dibawah nasional dilakukan secara sendiri-sendiri. Akibatnya jika dilakukan perhitungan proyeksi penduduk pada tingkat nasional, maka jumlah penduduk yang dihasilkan tidak konsisten dengan jumlah penduduk dari proyeksi seluruh wilayah tersebut. Untuk menyajikan proyeksi penduduk nasional menurut wilayah setingkat di bawahnya, maka perlu dilakukan iterasi. Upaya seperti ini dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Selain melalui iterasi, terdapat pendekatan lain dimana proyeksi penduduk nasional akan konsisten dengan jumlah proyeksi penduduk pada wilayah setingkat dibawahnya. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan demografi multiregional. Salah satu perbedaan yang mendasar antara demografi uniregional dan demografi multiregional adalah pada penduduk yang diamati serta definisi dari tingkat flow. Pada pendekatan uniregional, pengamatan setiap baglan penduduk regional dilakukan pada suatu waktu. Sedang melalui pendekatan multiregional, penduduk tingkat nasional dipandang sebagai suatu sistem yang merupakan interaksi pada tingkat regional.
Pendekatan ini sebenarnya telah lama berkembang di beberapa negara Eropa. Metode multiregional untuk proyeksi penduduk telah dikembangkan oleh Willekens dan Rogers (1978) dan oleh Rogers (1985). Dl negara-negara berkembang metode ini belum digunakan mengingat tidak tersedianya data migrasi yang memadai serta rumitnya perhitungan. Metode ini memerlukan estimasi angka migrasi khusus menurut umur di setiap wilayah dengan wilayah lainnya.
Prinsip proyeksi penduduk dengan pendekatan multiregional adalah penduduk pada periode berikutnya adalah jumlah penduduk pada periode sebelumnya yang mampu bertahan hidup sampai mencapai awal dari periode tersebut ditambah dengan penduduk yang masuk ke wilayah tersebut pada periode sebelumnya yang bertahan hidup pada periode tersebut serta ditambah dengan jumlah bayi yang lahir dan bertahan hidup yang dilahirkan oleh perempuan dari wilayah tersebut atau oleh perempuan dari wilayah lain yang masuk ke wilayah tersebut dan mampu bertahan hidup sampai periode tersebut.
Sedang proyeksi penduduk dengan pendekatan uniregional pada prinsipnya adalah jumlah penduduk pada periode berikutnya berasal dari penduduk pada periode sebelumnya yang mampu bertahan hidup dan mencapai periode berikutnya ditambah dengan jumlah bayi yang lahir dan bertahan hidup pada periode tersebut sampal mencapai akhir periode itu.
Dalam peneiitian ini, penduduk nasional diasumsikan hanya terbagi dalam dua wilayah saja, yaitu Sumatera Utara dan Luar Sumatera Utara. Hal Ini dilakukan karena data migrasi yang tersedia merupakan data sampel sehingga Jika dilakukan estimasi angka migrasi khusus menurut umur di setiap wilayah dengan wilayah lain maka banyak ditemukan sel kosong yang menunjukkan tidak adanya migran yang keluar pada kelompok umur yang diamati dari wilayah satu ke wilayah lain.
Dari hasil yang diperoleh, proyeksi penduduk dengan pendekatan uniregional dibandingkan dengan proyeksi penduduk pendekatan multiregional, maka jumlah penduduk hasil proyeksi dengan pendekatan multiregional relatif lebih rendah Jika dibandingkan dengan Jumlah penduduk hasil proyeksi dengan pendekatan uniregional. Tetapi selisih jumlah penduduk antara hasil proyeksi dengan pendekatan uniregional dengan pendekatan multiregional semakin kecil dengan semakin tinggi periode proyeksi. Dari sisi hasil, selisih yang relatif kecil ini tentu tidak terlalu banyak pengaruhnya dalam perencanaan. Namun pada sisi lain yang merupakan kelebihan dan pendekatan multi regional adalah dihasilkannya terlebih dahulu proyeksi penduduk untuk tingkat wilayah di bawah nasional (propinsi). Sedang proyeksi penduduk nasional merupakan rekapitulasi dari proyeksi penduduk propinsi. Kelebihan ini memberikan dampak positif bagi pengembangan sumber daya manusia dibidang kependudukan di daerah. Untuk mendapatkan proyeksi nasional, maka pembahasan mengenai skenario proyeksi harus dimulai dari bawah (propinsi). Untuk ini dituntut sumber daya manusia dibidang kependudukan yang ahli mengenai wilayahnya.
Disamping itu melalui pendekatan demografi multiregional dimungkinkan untuk melakukan dekomposisi tiga indikator sintetis, yaitu angka harapan hidup sejak lahir (eo), angka reproduksi neto (Net Reproduction Rate/NRR) dan angka migra-produksi neto (Net Migra-production Rate/NMR). Hal ini didapat dilakukan karena penduduk stasioner pada tabel kehidupan multiregional dapat didekomposisi menurut ternpat tinggal sekarang. Ketiga indikator ini dapat memberikan gambaran mengenai kontribusi penduduk dari satu wilayah pada wilayah dimana penduduk tersebut bertempat tinggal. Gambaran ini akan sangat membantu para pembuat kebijakan di daerah (pembangunan regional).
Mengingat sangat pentingnya peran data migrasi dalam pendekatan demografi multiregional, maka disarankan agar data tersebut dikumpulkan didalam sensus penduduk pada pertanyaan kor (inti), sehingga kesalahan sampling dapat diatasi dan proyeksi penduduk dapat dilakukan secara utuh sesuai dengan banyaknya wilayah."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saadah
"Tujuan penelitian ini adalah mencoba memanfaatkan analisis demografi multiregional dengan data sensus penduduk tahun 1990. Adapun tujuan khususnya yaitu membuat dan memberikan arti serta penjelasan dari tiga bahasan pokok berikut:
(1) Tabel kematian multiregional Indonesia tahun 1985 - 1990
(2) Indikator Fertilitas yaitu NRR (Net Reproduction Rate tahun 1985-1990 dan Indikator migrasi yaitu NMR (Net Migraproduction Rate tahun 1985 - 1990.
(3) Hasil proyeksi penduduk Indonesia tahun 1995.
Data yang dipakai adalah data sekunder yaitu data dari sensus penduduk Indonesia tahun 1990.
Dalam penelitian ini digunakan dua skenario, skenario pertama adalah angka migrasi keluar menurut kelompok umur berasal dan "model skedule ", sedangkan skenario 2 angka migrasi keluar menurut kelompok umur, berasal dari data sensus penduduk Indonesia tahun 1990.
Untuk penyederhanaan Indonesia dikelompokkan dalam enam wilayah yaitu Sumatera (Sum), Jawa dan Bali (Jabal), Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur (Nustim), Kalimantan (Kal), Sulawesi dan Maluku (Sulmal) dan Irian Jaya (Irja). "
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rujiman
"Selama periode 1970 sampai dengan tahun 1990 di Indonesia telah terjadi pertumbuhan ekonomi yang cukup cepat. Pertumbuhan ekonomi tersebut disertai pula dengan adanya transformasi ekonomi dari dominan sektor pertanian bergeser ke sektor industri dalam arti luas, dan industri manufaktur serta jasa. Pergeseran ini mengarah pada komposisi yang makin seimbang.
Pada periode yang sama, telah terjadi pula perubahan demografi yang cepat di Indonesia. Perubahan demografi ini memperlihatkan suatu kecenderungan turunnya fertilitas dan mortalitas.
Terjadinya kemajuan ekonomi dan turunnya fertilitas dalam waktu yang bersamaan tersebut, seakan-akan memperkuat teori-teori yang telah umum diterima, bahwa turunnya fertilitas adalah disebabkan adanya pembangunan ekonomi.
Dari hasil pengamatan untuk kasus di Indonesia, kesimpulan di atas tidak sepenuhnya benar. Benar bahwa di Indonesia secara bersamaan telah terjadi kemajuan ekonomi disertai dengan penurunan fertilitas. Tetapi penurunan fertilitas yang terjadi di Indonesia jauh lebih cepat dari perkembangan ekonomi itu sendiri.
Ini memberi arti bahwa selain pembangunan ekonomi, ada faktor-faktor lain yang memegang peranan penting yang mengakibatkan terjadinya penurunan fertilitas yang cepat di Indonesia. Salah satu faktor yang paling panting dan memegang peranan kunci adalah adanya intervensi pemerintah di bidang kependudukan melalui usaha-usaha dalam bentuk program Keluarga Berencana.
Demikianlah, bahwa pembangunan ekonomi bersama-sama dengan program Keluarga Berencana telah memberikan andil yang besar dalam hal penurunan fertilitas dan mortalitas yang cepat di Indonesia."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>