Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199152 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"The life of the Indonesian community that was plural and heterogeneous could cause and have an impact the view emergence that was positive or the negative towards that. The plurality and heterogeneity preferably should be not seen as two different poles but preferably that was responded to with the wise attitude. The phenomenon of Indonesia culture that was bipolar could be responded to with the human attitude through the studying process in understanding multiculturalism and education for the younger generation. Through multiculturalism and ethics consciousness, the person could learn to minimise the conflict that happened in Indonesia."
JUETIKA
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vincentia Irmayanti Meliono
"The life of the Indonesian community that was plural and heterogeneous could cause and have an impact the view emergence that was positive or the negative towards that. The plurality and heterogeneity preferably should be not seen as two different poles but preferably that was responded to with the wise attitude. The phenomenon of Indonesia culture that was bipolar could be responded to with the human attitude through the studying process in understanding multiculturalism and education for the younger generation. Through multiculturalism and ethics consciousness, the person could learn to minimise the conflict that happened in Indonesia."
Depok: Departemen kewilayaan Fakultas ilmu Pengetahuan Budaya UI, 2009
360 JETK 1:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The current Indonesian politics is analyzed by comparison with the situation in an episode of the Mahabarata epic, PANDHAWA DHADHU played in a leather puppet performance. They story is about the PANDHAWA who played a game, (dhadhu is a dice), while discussing about the problems of the leadership in the Kingdom. Just as there were arguments about dilemmas on ethics, there was also on how one should face political defeat and wrong, and how leaders should be responsible towards the public. Likewise, the reflection on the play is worthy information for the current and coming Indonesian state officials."
JUETIKA
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Kekerasan, politik uang, dan korupsi mendominasi wajah kehidupan politik di Indonesia. Kerusuhan Mei 98, tragedy yang menimpa Ahmadiyah, syiah, dan konflik agama menodai harmoni kehidupan berbangsa. Tak sedikit pengamat mengaitkan tragedi-tragedi tersebut dengan pertarungan untuk kekuasaan. Pertarungan kekuasaan kasar dan penuh muslihat. Kekerasan, korupsi, dan politik uang tidak bisa dilepaskan dari mempertahankan / mencari kekuasaan serta lekat dengan praktik kekuasaan. Ketiga bentuk kejahatan itu makin menyadarkan urgensi etika politik. Memang politik pada dasarnya pertarungan kekuatan dan kecenderungan pada menghalalkan segala cara. Namun, bukan berarti lalu politik dibiarkan berkubang dalam logika manipulative dan kekerasannya, masih terbuka peluang terhadap wacana normatif. Maka diperlukan landasan hidup bersama karena tindakan membutuhkan legitimasi, perlu persetujuan msayarakat. Persetujuan ini mengandaikan ada pembenaran normatif (moral). Oleh karena itu etika politik tidak dapat diabaikan untuk memenuhi kebutuhan akan legitimasi tersebut. Filsafat politik mulai dengan etika politik yang melibatkan perbandingan dengan suatu ideal konsepsi tentang manusia, masyarakat, bentuk pemerintahan dan tujuannya. Hanya saja masalahnya di Indonesia adalah sejauh mana demokrasi efektif…."
MAARIF 9:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Maharani
"Kedudukan autos pahlawan olahraga mempunyai peran lebih dari sekedar atlit dalam masyarakat majemuk Amerika sejak tahun 1950an. Mereka tidak hanya dituntut untuk mendominasi bidang olahraganya tetapi juga mewakili perjuangan berbagai kelompok dalam proses penerapan multikulturalisme. Isu-isu yang timbul yaitu pengakuan identitas kolektif dan berbagai isu lain sehubungan dengan perubahan tradisi dalam institusi olahraga tersebut. Tiger Woods seorang pemain golf profesional yang mendominasi bidang olahraganya menjadi sarana dari isu-isu berbagai kelompok yang saling bertentangan, saling mendominasi ataupun benegosiasi. Tiger Woods yang dalam hal ini menjadi media bersikap pragmatis dengan memanfaatkan kembali isu-isu tersebut bagi kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok lain.
Melalui pendekatan kualitatif dan cultural studies, dengan menganalisa representasi tokoh Tiger Woods maka dapat ditunjukkan adanya tuntutan suatu media yang dapat mengakomodasi berbagai benturan dan dukungan dalam berbagai kelompok yang ada dalam masyarakat Amerika sehubungan dengan proses multikulturalisme. Representasi dari Tiger Woods yang dimaknai berbeda-beda membuat perubahan pada pemahaman suatu identitas yang sifatnya fixed atau stasis menjadi dinamis dan merupakan negosiasi antara masa lalu dan masa kini. Tiger Woods juga menjadi representasi dalam masyarakat multikultural Amerika bukan hanya karena identitas yang ada pada dirinya tetapi karena fungsi representasi dari Tiger Woods bagi kepentingan berbagai kelompok tersebut.
Identitas individu yang dipahami oleh masyarakat didasari oleh kalegori yang berdasarkan pads ras, etnik, gender dan kelas sehingga muncul berbagai tuntutan pada diri Tiger Woods yang memiliki latar belakang biologis multiras dan multi etnik. Kesadaran akan klasifkasi identitas bagi general multiras dimunculkan dalam fenomena ini. Hal ini menunjukan bahwa klasifikasi identitas yang ada dalam masyarakat dituntut untuk dapat disesuaikan dengan perkembangan yang terjadi sehubungan dengan proses multikulturalisme.
Tiger Woods dapat mendominasi olahraga golf yang menjadi supremasi monokulturalisme (rich, middle-age white men). Perubahan yang terjadi dalam tradisi golf menjadikan Tiger Woods dimaknai sebagai simbol perjuangan multikulturalisme. Olahraga golf disini menjadi sarana pergesekan antara monokulturalisme dan multikulturalisme. Representasi Tiger Woods dalam perubahan tradisi golf dimanfaatkan oleh berbagai kelompok untuk kepentingan mereka sehubungan dengan olahraga golf isu sendiri maupun kepentingan diluar urusan golf.
Dari berbagai pemaknaan dan penggunaan mitos pahlawan olahraga Tiger Woods ini menunjukkan bahwa masyarakal Amerika memerlukan suatu media yang tidak saja merefleksikan suatu proses multikulturalisme tetapi juga terlibat dan berperan dalam pembentukan proses itu sendiri. Representasi Tiger Woods menjadi signifikan karena memproduksi berbagai simbol dan anti, mengorganisir berbagai pemaknaan dan digunakan sebagai acuan berbagai objek, isu, golongan, peristiwa ataupun aturan-aturan secara nyata dalam masyarakat majemuk Amerika, berdasarkan kode-kode yang sesuai dengan latar belakang konsep pemikiran masing-masing kelompok.

The myth of sports heroes or heroines has played some important role in the American multicultural society since the 1950s. They are not demanded not only to dominate the sports but also to represent some groups in the process of implementing multiculturalism. The issues raised are collective identity recognition and some other issues related to the tradition changes in the related sports institutions. Tiger Woods, a dominant professional golfer has facilitated the issues from different groups that opposites, dominated, and negotiated to each other. He, in this respect a negotiator, is pragmatic by employing the issues for his own or other groups' interests.
Through qualitative approach in cultural studies, analyzing the representation of the sports figure Tiger Wood, I can demonstrate that there is a demand that media must be capable of accommodating various conflicts and supports within the American social groups especially if connected to the multicultural process. The representation of Tiger Woods, which is interpreted differently, has changed the understanding of an identity that used to be fixed or static into the one dynamic and negotiating the past and present. Tiger Woods represents the multicultural American society not because of what he has personally but because of his functioning as the representative of those groups.
Individual identity is understood as categorization with the basis of race, ethnic, gender, and class; therefore, there come demands to Tiger Woods, the one who is biologically of multi races and multi ethnics. The awareness of identity classification of the multiracial generation is raised in this phenomenon. This shows that such social classification is required to adjust to the progress of multicultural process.
Tiger Woods can dominate golf, a monoculture hegemony (rich, middle-aged white men). The changes of this tradition have made Tiger Woods a symbol of the multicultural movement. Golf facilitates the negotiation of monoculture-multicultural conflicts. This representation in changing golf tradition is made good use of by some groups for sports and non-sports purposes.
From the meaning and use of the myth of sports heroes, Tiger Woods shows that American society needs a medium that not only reflects the multicultural process but also involves and takes part in the process itself. The representation becomes significant because it produces symbols and meanings, manages several meaning-makings, and is used as standards of various objects, issues, social groups, events or regulations explicitly in the multicultural America with the basis of codes which conform the background thoughts of each social group.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T11853
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Charris Zubair
"An Indonesian identity of multiculturalism in the reality of pluralism. Building Indonesia has to be based on the principles of nationhood which emphasizes on justice, and not on religious hegemony, ethic, or a certain cultural background. Ethics on Pluralism and Multiculturalism are crucial for a new Indonesia with Pancasila as its ideology and Diversity in Unity as a national paradigm, besides the rich national culture within the various socio-cultural backgrounds. They have to be defended and framed in a mutual-interest dialogue."
Depok: Departemen kewilayaan FIB Universitas Indonesia, 2009
360 JUET 1:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M. Aswan
"Pada tanggal 18 Agustus 1945 Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) diberlakukan di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Walaupun UUD 1945 telah diberlakukan, namun yang baru dapat terbentuk hanyalah Presiden / Wakil Presiden, yang dipilih oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dari pasal IV Aturan Peralihan terlihat ketentuan yang menyatakan bahwa sebelum MPR, DPR, dan DPA terbentuk, segala kekuasaan dijalankan oleh Presiden dengan bantuan dari Komite Nasional. Sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem pemerintahan presidensil.
Pada permulaan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 22 Agustus 1945 berdiri Partai Nasional Indonesia yang menurut pimpinan negara merupakan satu-satunya partai politik di Indonesia, yang didukung oleh Soekarno dan Hatta.
Untuk menghilangkan kesan seolah-olah Presiden menjalankan kekuasaan secara "tidak demokratis", maka Wakil Presiden mengeluarkan apa yang disebut Maklumat Wakil Presiden No. X pada tanggal 16 Oktober 1945?
- Dukungan sarana prasarana dan fasilitas yang memadai sesuai dengan tuntutan yang ada, seperti komputerisasi, pemakaian mesin-mesin pengolahan canggih, dan sebagainya;
- Kegiatan pemasaran yang berhasil memperpendek jarak, tanpa adanya ikut campur pihak "luar" yang terlalu jauh;
- Keterlibatan pemerintah dalam posisi yang " wajar ", dalam arti terbatas kepada proses penrbinaan saja, seperti organisasi usaha, manajemen, pembukuan keuangan, dan sebagainya, tanpa terlalu jauh ikut campur ke clalam pengelolcan kegiatan usaha, Di sisi lain, dalam kegiatan usaha yang digeluti kedua koperasi obyek pembahasan, pemerintah telah berhasil menciptakan iklim kondusif, salah satunya dengan dikeluarkannya Inpres No. 2 Th. 1985 Tentang Pembinaan dan Pengembangan Persusuan Nasional, yang antara lain menghimbau kepada perusahaan IFS untuk mengutamakan pemakaian hasil produksi susu dalam negeri terlenih dahulu, dan barn melakukan impor terhadap kekurangan yang ada.
Perkembangan usaha dan perwujudan kontribusi kedua koperasi di atas berimplikasi terhadap pembentukan kondisi wilayah/daerah Kecamatan setempat khususnya. Dengan kcrta lain, kedrra koperasi telah menunjukkan peranannya dalam membentuk kondisi Ketahanan Wilayah/Daerah dalam lingkup Kecamatan (dan juga Kabupaten), terutama dalam aspek-aspek ideolagi, politik, ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan-keamanan, atau dikenal dengan sebutan Panca Gatra. Peranan tersebut antara lain:
Dari segi ideologis: Kedua koperasi obyek pembahasan telah rnemupuk nilai kebersamaan para anggotanya yang tercermin melalui sistem kerja berkelompok, penganrbilan keputrrsan secara bersama, dan sebagaina. Hal ini sejalan dan memperkuat nilai kebersamaan yang umumnya dianut oleh masyarakat Indonesia, ideologis Pancasila, serta cita-cita yang terkandung dalam pasal 33 UUD " 45.
Dari segi politik: Kedua koperasi telah mengenalkan dan menanamkan cascara berorganisasi modern, yaitu peranan dan fringsi bangun uscrha dalam mencapai peningkatan hidup anggota (dan keluarganya). Melalui pengelolaan usaha yang terorganisir secara baik, usaha yang dijalankan anggota dapat menjadi sumber penghasilan tetap yang lebih baik serta wahana peningkatan taraf hidup mereka. Di samping itu, melalui koperasi diintrodusir dan dikomunikasikan pula nilai-nilai demokratis sesuai dengan ciri yang disandang oleh bangun usaha koperasi;
Dari segi ekonomis: Kedua koperasi telah menjalankan peranan dalam meningkatkan pendapatan anggota, sehingga mereka memiliki kemampuan yang memadai untuk menrenuhi kebutuhan ekonomis sehari-hari. Bukan itu saja, kedua koperasi telah menciptakan dan menyerap tenaga kerja, baik langsung maupun tak langsung;
Dari segi sosial-budaya: Dampak dari perolehan pendapatan tetap yang meningkat, memungkinkan anggotanya untuk memenuhi kebutuhan lain, seperti biaya pendidikan anak, biaya kesehatan, dan sebagainya;
Dari segi pertahanan-keamanan: Karena kualitas penduduk yang meningkat serta pemahaman dan kesadaran akan nilai kebersamaan yang semakin kuat, mengakibatkan kesadaran terhadap keamanan lingkungan yang meningkat pula. Hal ini membawa kepada kondisi pertahanan-keamanan di wilayah sekitar yang semakin membaik atau tangguh. Salah satu wujud nyata adalah andil penyisihan sebagian hasil pendapatan anggota untuk kepentingan membangun pos-pos kamling I pos ronda, serta partisipasi aktif warga masyarakat terhadap gerakan sistem keamanan lingkungan (siskamling).
Berdasarkan hasil studi kepada kedua koperasi obyek pembahasan, tampak bahwva pada dasarnya koperasi dapat menunjang pembentukan kondisi Ketahanan Nasional yang tangguh. Namun persyaratan mana yang harus dipenuhi adalah, kemampuan itu baru akan terwujud apabila koperasi tumbuh subur di bumi nusantara serta mencapai keberhasilannya sebagaimana yang diperlihatkan oleh kedua koperasi obyek pembahasan. Permasalahannya adalah, bagaimana memenuhi persyaratan tersebut?
Dari pengalaman kedua koperasi di was, dapat dltarik beberapa pelajaran yang perlu diperhatikan dalam upaya menumbuhkembangkan bangun usaha koperasi agar dapat mencapai hasil seperti yang diharapkan, yaitu:
Kegiatan usaha yang dija/ankan bukan merupakan hal yang relatif "baru" dikenal, melalnkan telah ada sejak lama, terintegratif dalam drrr serta menjadi orientasi tingkah laku ekonomi warga masyarakat sehari-hari;
? Didukung oleh kondisi lingkungan sekitar, terutarna dalam upaya pengembangan usaha;
Keseriusan dan ketekunan dari Pengurus don Pelaksana. Dalam hal ini harus dibedakan antara kedua pihak tersebut, pelaksanaan pengelolaan kegiatan usaha harus dijalankan sepenuhnya oleh Pelaksana (bukan Pengurus) yang diperoleh koperasi melalui sistem perikatan;
Sedapat mungkin memperpendek jarak pemasaran amara koperasi dengan konsumen, tanpa melibatkan pihak ketiga yang terlalu 'jauh " dalam kegiatan pengelolaan pemasaran tersebut;
Keterlibatan pemerintah perlu berada pada batas dan posisi yang "wajar ", dalam arti hanya dalam konteks pembinaan tanpa terlalu dadam mencampuri pengelolaan kegiatan usaha. Termasuk dalam pembinaan ini adalah upaya pemerintah untuk tetap mewujudkan iklim kondusif, misalnya dengan memberikan perlindungan kepada kegiatan usaha koperasi untrrk mencegah adanya tindakan intervensi oleh pihak swasta. Namun yang perlu diperhatikan, perlindungan itu haruslah disertai dengan upaya untrrk membuat koperasi menjadi mandiri dan kompetitif nantinya, dan bukan menjadi manja serta ketergantungan terhadap peran pemerintah tersebut."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andina Hapsari
"Konsep `harmonis`telah menjadi bagian dari budaya masayarat RRT sejak lama. Konsep ini tetap dipegang teguh oleh masyarakat RRT hingga sekarang khususnya setelah Hu Jintao mengangkat konsep ini sebagai target dari masa pemerintahannya dengan slogan `Membangun Masyarakat Sosialis Harmonis`. Makalah ini membahas mengenai apa yang dimaksud dengan masyarakat harmonis dan mengapa Hu Jintao menjadikannya sebagai target dari masa pemerintahannya. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan historis, yang mencakup tahap heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Dari hasil penelitian ini terungkap bahwa masyarakat harmonis pada masa pemerintahan Hu Jintao adalah masyarakat yang demokratis yang diatur oleh hukum, jujur dan adil, dapat dipercaya, stabil dan tertib, serta menjaga hubungan yang baik antara manusia dan lingkungan alamnya. Latar belakang Hu Jintao serta keadaan RRT pada masa perintahannya menyebabkan membangun masyarakat sosialis harmonis sebagai target masa pemerintahannya.

The concept of harmony has been part of the Chinese culture for a long time. This concept has been firmly held by the Chinese, especially after Hu Jintao promoted this concept as a target of his administration with "Building a Harmonious Socialist Society" as its slogan. This paper will discuss what does harmonious society mean and why did Hu Jintao made it as the target of his administration. The study was conducted using a qualitative method with a historical approach, which includes the stages of heuristics, criticism, interpretation, and historiography. From the research that have been gathered so far, harmonious society during Hu Jintao's administration was a society that is democratic and ruled by law; fair and just; trustworthy and fraternal; full of vitality, stable and orderly; as well as maintaining good relations between humans and their natural environment. Hu Jintao's background and the condition of the PRC at that time led him to make harmonious society as the focus in his administration."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rudi Setiawan
"ABSTRAK
Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia menyatakan identitasnya melalui makanan dan seni kuliner. Makan bukan hanya soal makan tetapi proses di balik itu, yaitu bagaimana menjadikan makan sebagai cita rasa warisan budaya. Paper ini mencoba merumuskan masalah etis di balik makanan dan aktivitas kuliner dengan memberi perhatian pada masalah hak cipta dan pembelaan terhadap identitas nasional."
Jakarta: Pusat Pengembangan Etika Unika Atma Jaya, 2016
300 RJES 21:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>