Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15029 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"tertiary education has a goal which consists mainly of learning to live and learning to acquire knowledge. different nation may have its own emphasis and priority in accordance to the heritage and characteristic of the nation. recently university also receives clear messages from the United Nation concerning human rights and environment which have to be included in the goal of the tertiary, education, learning in the university has a system, prerequisites, and programmes which have to be comprehended by students."
Jakarta: UPT Pusat Sumberdaya Belajar Universitas Tarumanagara,
607 AKD
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Anfas
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur peluang dan tantangan Institusi Universitas Terbuka pada kantor regional Ternate (UPBJJ UT Ternate) melalui ekspektasi siswa SLTA terhadap Perguruan Tinggi. Ekspektasi siswa terhadap perguruan tinggi diukur dengan bauran pemasaran jasa perguruan tinggi yang meliputi produk, harga, tempat, promosi, sumber daya manusia, aktivitas operasional dan sarana dan prasarana. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sumber informasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII di kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Barat dengan total sampel sebanyak 461 Siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan model dari Milles dan Michael Huberman dengan tahapan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Pada aspek produk, siswa lebih mempertimbangkan perguruan tinggi yang memiliki program studi/jurusan yang diminati oleh siswa 2). Pada aspek harga, siswa lebih mempertimbangkan perguruan tinggi yang menawarkan biaya SPP yang terjangkau 3). Pada aspek tempat, siswa lebih mengharapkan perguruan tinggi yang dekat dengan pusat kota 4). Pada aspek promosi, siswa lebih memilih perguruan tinggi yang melakukan promosi melalui tatap muka langsung di sekolah mereka 5). Pada aspek sumber daya manusia, siswa lebih mengharapkan perguruan tinggi yang memiliki dosen/tutor dengan kualifikasi pendidikan yang kapabel 6). Pada aspek aktivitas operasional, siswa lebih mengharapkan perguruan tinggi yang memiliki program pendaftaran mahasiswa baru yang mudah dan 7). Pada aspek sarana dan prasarana, siswa lebih mengharapkan perguruan tinggi dengan ruang belajar yang nyaman."
Tangerang: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Terbuka, 2018
330 JOMUT 14:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rajagukguk, Sabar Aritonang
"Marketisasi pendidikan terjadi sedemikian rupa dengan asumsi dasar untuk memfasilitasi kebutuhan unik setiap individu, walau tidak gamblang diakui. Sejauh ini, diskusi filosofis berkutat pada pertanyaan kunci apakah marketisasi pendidikan baik bagi tata hidup bersama dan bagaimana menjaga tegangan kehendak pasar dengan nilai-nilai kemanusiaan secara holistik. Penelitian ini berpendapat bahwa diskusi filosofis tersebut tidak relevan dalam menangkap perubahan lanskap pada era digital. Menggunakan metode analisis kritis, penelitian ini menemukan bahwa lokus tegangan marketisasi pendidikan tidak lagi hanya terpusat di perguruan tinggi; melainkan pada individu. Individu otonom sebagaimana digagas oleh Nietzsche sangat dimungkinkan pada era digital, di mana individu memiliki kebebasan dan kendali sendiri untuk mempelajari apa yang diminatinya, bahkan dapat berkarya sesuai dengan kehendaknya sendiri. Namun, hal ini belum mengaktivasi empati individu. Karenanya, penelitian ini mengusulkan perbaikan algoritma dan pemodelan untuk memungkinkan empati dan perluasan wawasan atas minat individu diimplementasikan. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa masyarakat dan perguruan tinggi memiliki peran besar dalam pengembangan individu-individu yang otonom dan berempati. Diseminasi masalah masyarakat tidak dapat dikerdilkan hanya sebagai isu ekonomi semata, sehingga isu-isu yang dihadapi bersama dapat menstimulasi individu untuk melampaui keterbatasan dirinya guna mengatasi masalah bersama.

The marketization of education has unfolded in such a way that it ostensibly aims to facilitate the unique needs of each individual, though this is not explicitly acknowledged. To date, philosophical discussions have revolved around the key question of whether the marketization of education is beneficial for communal living and how to balance market demands with human values holistically. This research argues that such philosophical discussions are irrelevant in capturing the changing landscape in the digital era. Employing critical analysis methods, this study finds that the locus of tension in the marketization of education is no longer centered solely on universities; rather, it lies within the individual. The concept of the autonomous individual, as envisioned by Nietzsche, is highly feasible in the digital era, where individuals have the freedom and control to learn what interests them and even create according to their own will. However, this has not yet activated individual empathy. Therefore, this research proposes improvements in algorithms and modeling to enable empathy and broaden the perspectives on individual interests. Additionally, the study finds that society and universities play a significant role in the development of empathetic and autonomous individuals. The dissemination of societal issues cannot be trivialized as merely economic concerns, so that shared challenges can stimulate individuals to transcend their limitations in addressing common problems."
Depok: Fakultas Ilmu pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yoanita Widjaja
"Latar Belakang: Umpan balik merupakan komponen penting dalam pendidikan kedokteran yang dapat meningkatkan pembelajaran. Umpan balik pada tahap akademik memegang peran penting dalam pembelajaran konsep dasar untuk persiapan tahap klinik. Banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas proses umpan balik ini, salah satu di antaranya yaitu aspek budaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi aspek budaya dalam proses umpan balik pada peserta didik dan staf pengajar di pendidikan kedokteran tahap akademik.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Februari sampai Maret 2016 melalui Focus Group Discussion (FGD) peserta didik angkatan 2009 hingga 2014, observasi latihan KKD dan wawancara mendalam staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (FK UNTAR). Hasil FGD dan wawancara dituliskan dalam bentuk transkrip verbatim, kemudian dilanjutkan dengan analisis tematik dan koding. Analisis hasil observasi dilakukan dengan analisis tematik. Selanjutnya dilakukan reduksi dan penyajian data.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan banyaknya faktor yang berperan dalam proses umpan balik, baik pada saat pencarian maupun pada saat penerimaan dan pemberian umpan balik yang selanjutnya akan menentukan efektivitasnya. Aspek budaya berperan dalam beberapa hal. Budaya collectivism, high power distance dan sopan santun berperan dalam perilaku mencari umpan balik. Budaya femininity, masculinity pada peserta didik, serta terdapatnya kompetensi budaya pada staf pengajar dan dipegangnya prinsip pendidikan nasional Indonesia, Tut Wuri Handayani, berkontribusi dalam efektivitas umpan balik.
Kesimpulan: Aspek budaya memegang peran penting dalam proses umpan balik. Peran budaya tampak pada perilaku mencari umpan balik dan merupakan faktor penting untuk meningkatkan efektivitas umpan balik. Institusi perlu meningkatkan kemampuan staf pengajar dan peserta didik dalam memaknai proses umpan balik yang sadar budaya. Kompetensi budaya merupakan salah satu kemampuan yang dapat mendukung hal tersebut. Selain itu, institusi perlu menyusun kebijakan untuk membudayakan umpan balik pada lingkungan pendidikan kedokteran.

Background: Feedback is an important element in medical education since it can improve learning. Feedback has a significant role in learning in basic concepts during undergraduate medical program as a preparation for learning in the clinical years. A lot of factors influencing feedback process effectiveness, one of them is cultural aspect. This research was aimed at exploring cultural aspect related to feedback process within medical students and faculty in undergraduate medical education program.
Method: A qualitative study using an ethnography approach was applied as a research method. Data collection was conducted between February and March 2016 through Focus Group Discussion (FGD) with 2009-2014 batch of medical, direct observation of skills teaching in clinical skills laboratory and in-depth interview with the faculty members of Faculty of Medicine Tarumanagara University. Thematic analysis and coding were used to analyze FGD and in-depth interview transcripts and also observational data. Data reduction and presentation were then conducted.
Results: The themes emerged are related to influencing factors in feedback-seeking behaviour, feedback process and feedback effectiveness. Cultural aspects play an important role at some points within the feedback process. Collectivism, high power distance and politeness are cultural aspects found in feedback-seeking behaviour. Femininity-masculinity in medical students along with cultural competence of faculty members and also the principle of ?Tut Wuri Handayani? (the identity of Indonesian national education) are contributing factors in feedback effectiveness.
Conclusion: Cultural aspects are the key to understand the influencing factors in feedback-seeking behaviour and feedback effectiveness. There is a need for medical education institution to encourage faculty and medical students‟ cultural awareness within the feedback process. Cultural competence is an important component fit for that purpose. Moreover, institution needs to set a policy in order to establish feedback culture in medical education.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T55671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Fokus dalam penelitian ini adalah program pendanaan pendidikan tinggi pada Universitas Negeri Makassar. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan studi kasus yang melibatkan responden...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mawar Vitaloka
"Penelitian ini secara khusus membahas mengenai pendidikan kewiraan di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Pendidikan pendahuluan bela negara dalam bentuk pendidikan kewiraan menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional pada masa Orde Baru dan sempat menjadi salah satu mata kuliah wajib bagi mahasiswa perguruan tinggi di Indonesia. Pemerintah bermaksud menanamkan doktrin dan strategi pertahanan keamanan (hankam) kepada mahasiswa agar menjadi warga negara Indonesia yang mempunyai kesadaran nasional dan kecintaan tanah air dalam rangka membela bangsa dan negara. Kajian ini ditulis menggunakan metode sejarah dengan membaca ulang buku teks dari modul pembelajaran dan wawancara dengan dosen serta mahasiswa yang aktif pada rentang waktu tahun 1989–1998. Hasilnya ditemukan bahwa unsur-unsur pendidikan kewiraan, seperti materi ajaran, cara dosen mengajar, dan respons mahasiswa berpengaruh terhadap upaya indoktrinasi pemerintah Orde Baru. Materi pembelajaran sebagian besar menyinggung konsep hankam yang umumnya hadir pada aktivitas bela negara secara fisik sehingga tidak relevan dengan kehidupan mahasiswa. Kesan materi yang militeristik juga diperkuat dengan keberadaan dosen kewiraan dari kalangan ABRI. Di samping itu, metode teacher center menyebabkan proses pembelajaran yang satu arah. Dari materi dan metode ajaran tersebut, pada akhirnya memunculkan ketidaksesuaian antara harapan pemerintah untuk menanamkan nilai bela negara dan pendapat mahasiswa yang menghubungkan pendidikan ini dengan pendidikan militer.

This research notably examines the kewiraan course at Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. During the New Order era, a preliminary state defense education program in the form of kewiraan course became a part of the national educational system and was once a compulsory subject for university students in Indonesia. The government sought to instill the doctrine and strategy of defense and security in students in the hope that they would become Indonesian citizens with national awareness and a spirit of patriotism in order to defend the nation and state. This study was written using the historical method by reviewing learning modules' textbooks and conducting interviews with lecturers and former students who were active between 1989 and 1998. The results found that elements of kewiraan course, such as teaching materials, lecturers' delivery, and student responses influenced the New Order government's attempts at indoctrination. Most of the learning materials touched on the concept of defense and security that was typically present in physical defense activities, therefore it was not pertinent to student life. The sense of militaristic in the materials was also added by the presence of kewiraan lecturers from the Armed Forces. In addition, the teacher-centered method led to a one-way learning process. In the end, there was a discrepancy between the government's objectives to instill the value of defending the country and the thoughts of students who associated this course with military education based on the materials and teaching methods."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Padang: Universitas Negeri Padang,, 2004
FOPEN 29:2 (2004)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : PT. Reka Gagas Cipta, 2006,
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Selangor: Universiti Kebangsaan Malaysia,
370 JPUKM
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
"ABSTRAK
The article considered the procedure to develop the performance assessment instruments for assessing students' science pratical works, in the topic of photosynthesis. The procedure consisted of reviewing relevant theories, formulating the assessed aspects, developing blueprint and instruments, colsulting the instruments to the selected experts, analyzing the results of consultation, and revising the instruments."
Tangerang: LPPM Universitas Terbuka, {s.a}
370 JPE
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>