Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7932 dokumen yang sesuai dengan query
cover
New York: Academic Press, 1954
612.399 VIT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy Muchtadi
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan , 1993
612.399 DED m I
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Marks, John
Lancaster, Eng. : Medical and Technical, 1975
612.399 MAR g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mellya Seswita
"Homosistein merupakan asam amino kelompok sulfhidril dari hasil metabolisme metionin. Faktor-faktor seperti, penuaan, defisiensi asam folat, vitamin B6 dan B12, dapat meningkatkan kadar homosistein. Telah dilakukan penelitian dengan desain studi potong lintang yang bertujuan mengetahui hubungan antara asupan folat dengan kadar homosistein pada usila perempuan. Pengumpulan data dilakukan selama bulan Desember 2012 sampai Januari 2013 di Pusaka 12 (Tomang) dan Pusaka 39 (Senen). Pengambilan subyek dilakukan dengan cara cluster random sampling, dan didapatkan 55 orang subyek yang memenuhi kriteria penelitian. Data dikumpulkan melalui wawancara meliputi usia, tingkat pendidikan, penghasilan, food frequency questionnaire (FFQ) semikuantitatif untuk menilai asupan folat, vitamin B6 dan B12.
Pengukuran antropometri yaitu berat badan (BB) dan tinggi lutut (TL) untuk menilai status gizi berdasarkan indeks massa tubuh (IMT) serta pemeriksaan laboratorium meliputi kadar homosistein. Didapatkan rerata usia 69,2±6,3 tahun. Malnutrisi terdapat pada 78,2 % subyek. Sebagian besar subyek penelitian, memiliki asupan folat, vitamin B6 dan B12 yang kurang dari angka kecukupan gizi (AKG), yaitu masing-masing 92,7%, 87,3% dan 80%. Median asupan folat berbahan kedelai 17,9(0,75–151,2)%. Median kadar homosistein 13,95(7.92–29,21)μmol/L. Hiperhomosisteinemia ringan dan sedang didapatkan sebanyak 23,6% dan 3,6%. Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan bermakna antara asupan folat, vitamin B6 dan vitamin B12 dengan kadar homosistein (p=0,702, p=0,624, dan p=0,658).

Homocysteine is an amino acid sulfhydryl group from the metabolism of methionine. Homocysteine levels influenced by various factors, ie aging, deficiency of folic acid, vitamin B6 and B12, can raise homocysteine level. The aim of the cross sectional study was to determine the relationship between intake of folate with homocysteine levels in elderly women. Data collection was conducted during December 2012 to January 2013 at the Pusaka 12 (Tomang) and Pusaka 39 (Senen). Subjects were obtained using cluster random sampling, and 55 subjects who met the study criteria were recruited. Data were collected through interviews include age, education level, income, and semiquantitative food frequency questionnaire (FFQ) to assess intake of folate, vitamin B6 and B12.
Anthropometric measurements of the body weight (BW) and high-knee (TL) to assess the nutritional status based on body mass index (BMI) as well as laboratory examinations include homocysteine levels. This study obtained a mean age of 69.2 ± 6.3 years. Malnutrition was occurred in 78.2% of subjects. Majority of the subjects had intakes of folate, vitamin B6 and B12 were less than the nutritional adequacy rate (RDA), which is respectively 92.7%, 87.3% and 80%. Median folate intake from soybeans 17.9 (0.75 to 151.2)%. Median levels of homocysteine 13.95 (7.92-29,21) μmol/L. Mild hyperhomocysteinemia and intermediate hyperhomocysteine were obtained as 23.6% and 3.6%. No significant association was found between intake of folate, vitamin B6 and vitamin B12 with homocysteine levels (p = 0.702, p = 0.624, and p = 0.658).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imelda T. Angeles-Agdeppa
"Prevalensi anemia di negara berkembang masih tetap tinggi meskipun program suplementasi tablet besi-asam folat telah dilaksanakan dalam skala besar. Dampak suplementasi dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti rendahnya kepatuhan minum tablet, efek samping yang kurang disukai, persediaan tablet kurang, rendahnya jangkuan program, status vitamin A yang rendah dan hambatan asorpsi zat besi karena suplementasi zat besi setiap hard.
Strategi yang mungkin dapat dilakukan untuk menurunkan prevalensi dan mengatasi masalah operasional adalah pemberian suplemen multi-vitamin mineral selama masa remaja dengan dosis lebih rendah dan frekuensi pemberian yang lebih jarang/tidak setiap hari.
Suatu penelitian kros-seksional telah dilakukan untuk mendapatkan informasi dasar tentang status gizi dan kesehatan remaja laki-laki serta putri yang telah mendapat haid pada tiga buah sekolah menengah yang dipilih secara acak di Jakarta Timur. Usia rata-rata remaja laki-laki adalah 14,8 tahun dan remaja putri 15,6 tahun. Para remaja tersebut berasal dari keluarga golongan sosial ekonomi mengengah. Prevalensi "thinness" lebih tinggi pada laki-laki (43%) daripada yang putri (10,2%) dan kelebihan berat badan lebih banyak pada remaja putri (32,9%). Prevalensi "stunting" pada remaja laki-laki dan putri (22%). Prevalensi anemia lebih tinggi pada remaja putri (21%) daripada laki-laki (2,5%).
Setelah penelitian kros-seksional, dilakukan intervensi/suplementasi dengan tujuan menentukan pengaruh multivitamin-mineral dalam berbagai dosis pada hemoglobin, feritin plasma dan status vitamin A remaja putri. Tiga ratus enam puluh tiga subyek dipilih secara acak yaitu remaja putri yang telah mendapat haid, dengan kisaran usia 14-18 tahun dan tidak menderita clamant, infeksi saluran nafas, atau penyakit "gastro intestinal". Pengelompokan subjek menjadi 4 kelompok perlakuan (tiga kelompok mendapat suplemen dan sate mendapat plasebo) dilakukan secara "double-blind". Pil suplemen yang mengandung: 60 mg zat besi el, 2500 SI vitamin A, 250 ug asam folat, dan 60 mg vitamin C diberikan kepada kelompok dosis harian (DD); 60 mg zat besi el, 20 000 SI vitamin A, 500 g g asam folat dan 60 mg vitamin C untuk kelompok setiap minggu dosis rendah (WLD); ] 20 mg zat besi el , 20 000 SI vitamin A, 500 lag asam folat dan 60 mg vitamin C untuk kelompok setiap minggu-dosis tinggi (WHD), dan kelompok terakhir diberi pil plasebo (PL). Pil multi-vitamin dan mineral tidak dapat dibedakan dari pil plasebo secara kasat mata. Sebelum suplementasi didapati prevalensi anemia yang tinggi (21%), feritin plasma rendah (37%), dan retinol plasma rendah (31%).
Suplementasi selama 8 minggu menaikkan secara bermakna kadar hemoglobin (Hb), feritin plasma (FP), retinol plasma (RP), tinggi badan dan skor tes prestasi sekolah, semua kelompok yang mendapat suplemen. Kenaikan kadar FP kelompok dosis harian (DD) lebih besar (bermakna) daripada kelompok dosis setiap minggu.
Penambahan vitamin A dalam pd suplemen meningkatkan kadar RP dan rupanya berpengaruh pada penggunaan zat besi secara efisien untuk erythropoiesis. Peningkatan pada kelompok plasebo (PL) tidak jelas sebabnya, tetapi ada kemungkinan pengaruh obat cacing.
Peningkatan prestasi sekolah dapat disebabkan oleh peningkatan penyediaan zat besi dalam otak dan distribusinya ke sel-sel otak yang penting untuk kelancaran fungsi neuron "dopaminergic". Suplementasi multi-vitamin dan mineral dapat memacu pertumbuhan linier tetapi tidak mengkompensasi kehilangan awal. Bertambahnya tinggi badan karena suplemen multivitamin-mineral dapat dikaitkan Dengan perbaikan status zat, besi yang meningkatkan oksidasi dan penyediaan energi untuk propliferasi sal. Prevalensi "stunting", "thinness" dan kelebihan berat tidak berkurang. Berat badan rupanya tidak dipengaruhi oleh suplementasi multi- vitamin dan mineral.
Peningkatan masa suplementasi sampai 12 minggu tidak menghasilkan peningkatan Hb dan RP pada kelompok multi-vitamin dan mineral, tetapi memberikan waktu yang lebih lama untuk meningkatkan (bermakna) FP pada kelompok dosis mingguan..Pada kelompok dosis harian (DO) kadar FP bertambah tetapi tidak berbeda bermakna darn kadar pads minggu ke 8.
Tidak ada perbedaan efek dosis-frekuensi dari berbagai komposisi pil multi-vitamin dan mineral untuk seluruh rnasa suplementasi kecuali kenaikan FP yang menyolok kelompok dosis harian (DD) pada minggu ke-8.
Selama masa 12 minggu, "individual lobe counts" dari granulosit (gejala defisiensi asam folat) setiap kelompok dalam kisaran normal sedangkan subjek penelitian tidak menderita demam, infeksi saluran pernafasan dan infeksi saluran pencernaan. Dengan demikian penyebab anemia dalam penelitian i:ni disebabkan oleh kelcurangan zat besi dan/atau kekurangan vitamin A.
Pada minggu ke 36 (24 minggu atau 6 bulan setelah akhir suplementasi) subyek yang sama diperiksa lagi untuk menilai sisa (retention) pengaruh suplementasi multivitamin-mineral pada kadar Hb, FP, RP dan pertumbuhan badan.
Semua kelompok yang mendapat suplemen, kadar RP dan tinggi badannya tetap lebih tinggi secara bermakna. Kadar Hb yang lebih tinggi (bermakna) hanya terdapat pada kelompok mingguan-dosis-rendah (WLD), sedangkan kadar FP yang lebih tinggi ditemukan pada kedua kelompok mingguan (WLD, WHD). Kadar Hb dan FP cenderung menurun mulai akhir suplementasi sampai minggu ke 36 sesudahnya.
Oleh sebab itu suplementasi mingguan dengan pit dosis rendah (WLD) yang mengandung 60 mg zat besi el, dan 20 000 SI vitamin A, 500 μg asam folat dan 60 mg vitamin C selama 12 minggu, dapat dipertimbangkan sebagai strategi pencegahan untuk meningkatkan kesehatan, status gizi, dan skor tes prestasi belajar para remaja sebelum hamil. Suplementasi berkala perlu dilakukan setiap 6 bulan. Namun demikian perencana program perlu memperhatikan bahwa meskipun program suplementasi besi adalah jalur utama untuk menanggulangi anemia, di dalamnya harus ada pendidikan gizi antara lain tentang petunjuk aturan minum pil suplemen . Suatu strategi campuran yang seimbang yang terdiri dari strategi jangka menengah yang berhubungan dengan fortifkasi pangan dan strategi jangka panjang yang bertujuan mengubah kebiasaan makan melalui pendidikan gizi harus menjadi bagian program suplementasi zat besi untuk memastikan kesinambungan dari program.
Penelitian lebih lanjut dengan jumlah subyek yang lebih besar perlu dilakukan untuk menunjang/menegaskan basil penelitian ini dan mengetahui peranan kekurangan zat gizi lain yang berkaitan dengan anemia seperti protein, Cu, vitamin B2, vitamin B6, dan vitamin B12. Kadar RP yang tidak berubah pada minggu ke 12 perlu diteliti lebih lanjut. Dosis vitamin yang lebih rendah (10.000 SI) mungkin cukup untuk meningkatkan kadar retinal. Selain itu karena keterbatasan waktu penelitian ini perlu dilakukan penelitian longitudinal suplementasi multi-vitamin-mineral mingguan dosis rendah (WLD). Penelitian operasional tentang sistem penyampaian (delivery system) suplemen multi-vitamin-mineral di sekolah-sekolah juga penting dipertimbangan.

Prevalence of anemia (IDA) in pregnant women in Indonesia as well as in other developing countries is still high despite of large scale iron supplementation program. Reasons of ineffectiveness are poor compliance, law coverage, occurrence of iron dosage blockage, and law vitamin A status.
A cross-sectional study was conducted to obtain information on the health and nutritional status of randomly selected 118 males and 805 female school-going adolescents in three randomly selected high schools in East Jakarta. The prevalence of IDA was higher in females (21%) than in males (2.5%). Stunting was prevalent in both sexes (22%). The prevalence of thinness was higher in males (43%) than in females (10.2%), overweight was higher (32.9%) in females than in males (9.3%).
An intervention study for 12 weeks followed the cross-sectional study. This was to determine the effects of different regimens of multi-nutrient supplements on iron and vitamin A status of randomly selected 363 females in one randomly selected school .Allocation to 4 treatment groups were double-blind and all pills were similar on sight. Supplements contained 60 mg el iron, 2 500 IU vitamin A, 250 pg folic acid, and 60 mg vitamin C for the daily dose (DD); 60 mg el iron, 20 000 IU vita min A, 500,ag folic acid and 60 mg vitamin C for the weekly law dose (WLD); 120 mg el iron, 20 000 IU vitamin A, 500/,g folic acid and 60 mg vitamin C for the weekly high dose (WHD); and the last group was the Placebo (FL).
Supplementation significantly increased Hb, plasma ferritin (PF), and plasma retinol levels (PR) at the end of 8 weeks in all multi-supplemented groups. DD had significantly higher PF than the weekly doses. Other benefits were increased linear growth and test scores. The PL had significant decreased Hb and PF but increased PR.
Extending the supplementation period for 12 weeks resulted in no greater benefit in Hb and PR levels in the multi-nutrient supplemented groups but further significant increases in PF only in the weekly groups. All groups had further increased height.
At 36 weeks, a follow-up study was done to assess the retention of effects of multi-nutrient supplements on iron and vitamin A status of females as basis for the interval of supplementation. Remaining number of samples were: DD=37, WLD-45, WHD=40, PL =50. Hb, PF, PR and height in the WLD; PF, PR, and height in the WHD; PR and height in the DD remained significantly higher than baseline values.
The WLD supplement for 12 weeks every 6 months can be a possible preventive strategy to improve the iron status of female adolescents.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
D45
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hashmi, Manzur-ul-Haque
New York: John Wiley & Sons, 1993
615.328 HAS a (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
A. Seno Sastroamidjojo
Jakarta: Pembangunan Djakarta, 1968
612.399 SEN v
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
E. Kartini
"ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini bertujuan menilai adanya perubahan kadar mikronutrien besi folat zinc dan selenium pada wanita hamil setelah pemberian multivitamin dan multimineral Metode Wanita hamil trimester 1 yang melakukan antenatal care di poliklinik Fetomaternal Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo periode Juli hingga Oktober 2011 masuk sebagai subjek penelitian Intervensi dilakukan dengan memberikan multivitamin dan mineral yang dikonsumsi 1 tablet perhari selama 3 bulan Pengukuran kadar besi folat zinc dan selenium serum sebelum dan sesudah pemberian multivitamin dan multimineral menjadi keluaran penelitian Analisis statistik menggunakan uji T berpasangan dan uji Wilcoxon Hasil Sebanyak 28 wanita hamil trimester 1 yang bersedia ikut dalam penelitian dan menjalani pemeriksaan kadar mikronutrien sebelum dan sesudah pemberian multivitamin dalam periode penelitian Sebelum pemberian multivitamin kadar besi dan zinc di bawah normal kadar selenium dalam batas normal dan kadar folat di atas normal Pasca suplementasi multivitamin dan multimineral kadar zinc di bawah normal kadar besi dan selenium dalam batas normal dan kadar folat di atas normal Didapat penurunan kadar zinc dan peningkatan kadar folat pasca suplementasi yang bermakna secara statistik p 0 009 p 0 003 Didapat penurunan kadar besi dan peningkatan kadar selenium yang tidak bermakna secara statistik p 0 295 p 0 333 Kesimpulan Terdapat penurunan kadar zinc dan peningkatan kadar folat pasca suplementasi multivitamin dan multimineral Kata Kunci Mikronutrien suplementasi multivitamin dan multimineral

ABSTRACT
Abstract Objective To measure changes of serum iron folate zinc and selenium level on pregnant woman after multi micronutrient supplementationMethod First trimester pregnant woman whom attended Maternal Fetal Policlinic at Cipto Mangunkusumo Hospital from July 2011 till October 2011 was considered into the study The intervention was consumption of multi micronutrient tablet once a day for three months period Measurements of serum level of iron folate zinc and selenium before and after supplementation were our outcomes We used paired T Test and Wilcoxon test for statistical analysis Results We had a total of 28 pregnant women of first trimester whom participated in the study and had measurement of micronutrient serum level before and after supplementation during the time period Before supplementation Serum iron and zinc level were below normal Serum selenium level was normal with higher than normal serum folate level After supplementation serum zinc level was found to be below normal Both level of serum iron and selenium increased to normal Serum folate level was higher than normal We found a decrease of serum zinc level with an increase in serum folate level that was statistically significant p 0 009 p 0 003 respectively We found slight decrease of serum iron level and an increase of serum selenium level that were not statistically significant p 0 295 p 0 333 Conclusion There is a decreased level of serum zinc with an increase in serum folate level after multi micronutrient supplementationKeywords Multi micronutrient supplementation"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T33187
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Combs, Gerald F.
"Summary:
Provides the coverage of the biochemistry and physiology of vitamins and vitamin - like substances. This book contains a cohesive and well-organized presentation of each of the vitamins, as well as the history of their discoveries and information about their roles in nutrition and health"
Amsterdam: Elsevier/Academic Press, 2012
612.399 COM v
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Juanita
"Suplemen kesehatan dapat mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino dan/atau bahan lain baik dari tumbuhan atau bukan tumbuhan. Suplemen Kesehatan dapat sampai kepada konsumen melalui berbagai bentuk komunikasi, salah satunya adalah iklan dalam media cetak, elektronik, dan iklan luar griya. Iklan bersifat persuasif dan berfungsi untuk menarik konsumen untuk membeli dan menggunakan suatu produk yang ditampilkan. Agar informasi dalam iklan suplemen kesehatan yang diperoleh konsumen merupakan informasi yang utuh atau objektif, lengkap, tidak berlebihan, dan tidak menyesatkan publik, maka perlu pengawasan oleh BPOM. Bentuk pengawasan yang dilakukan berupa registrasi pengajuan iklan ke BPOM secara online melalui aplikasi SIREKA (Sistem Informasi Registrasi Iklan). Suplemen kesehatan dapat diiklankan apabila telah memiliki izin edar dan telah memperoleh surat persetujuan iklan dari Kepala BPOM. Oleh karena itu, diharapkan informasi dalam iklan suplemen kesehatan yang sampai kepada konsumen merupakan informasi yang telah memenuhi persyaratan.

Health supplements contains of vitamins, minerals, amino acids and/or other ingredients, either from plants or non-plants. Health Supplements can reach consumers through various forms of communication, one of which are advertisements in printed media, electronic, and any kind of advertisements. Advertising is persuasive and aim to attract consumers to buy and use the product that is displayed. In order to advertise of health supplements, information should be complete, not excessive, and does not mislead the public, so it is necessary to supervise by BPOM. The form of supervision conducted registering advertisement to BPOM by online through the SIREKA application (Advertising Registration Information System). Health supplements can be advertised if they have already a marketing authorization and have obtained an advertising approval letter from the Head of BPOM. Therefore, information in health supplement advertisements that has met the requirements are expected to be read by consumers."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>