Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 113779 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sutio Usman Adji
Yogyakarta: Liberty, 1989
346.016 SUT k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian kawin kontrak di daerah Cisarua dan Jakarta menunjukkan bahwa ada manipulasi budaya dan agama. Khusus di daerah Cisarua dominasi budaya Arab menguat dan mempengaruhi subyektivitas serta seksualitas perempuan Indonesia. Penghargaan terhadap identitas dan eksistensi perempuan Indonesia telah luntur karena nilai-nilai budaya Indonesia tidak dipertahankan serta faktor kemiskinan yang menyeruak. Kawin kontrak adalah prostitusi semata yang ?dilegalkan? dengan dalih agama. Di Cisarua kawin kontrak dan kawin siri tidak dapat dibedakan karena sama-sama dapat dipandang mengeksploitasi tubuh perempuan."
390 JP 20:1(2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Helda Ratna Dewi
"Penelitian yang berlangsung di Jakarta ini ingin melihat faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi seseorang individu memutuskan kawin antar agama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, dengan teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Sampel dalam penelitian ini adalah dua orang beragama Islam, laki - laki dan perempuan. Serta dua orang beragama Kristen, laki - laki dan perempuan. Keempat informan ini berasal dari kalangan mengengah keatas dan tinggal di daerah perkotaan. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik Purposive Sampling. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa informan memperoleh sosialisasi primer akan nilai-nilai kegamaan yang kuat dari agen sosialisasinya yakni keluarga. Meskipun nilai - nilai agama yang mereka dapatkan pada tahap sosialisasi primer dilihat lebih banyak pada penanaman ketaatan beragama dengan menjalankan ibadah kegamaan seperti shalat, mengaji atau pergi ke Gereja. Sedangkan sosialisasi mengenai pelarangan perkawinan antar agama itu sendiri relatif lemah. Sosialisasi sekunder yang dialami pada tahap selanjutnya oleh para informan juga terlihat lebih mempengaruhi permisivitas informan dan persepsi informan dalam memandang perkawinan antar agama. Hal ini menunjukkan bahwa melemahnya fungsi keluarga dalam mempengaruhi seorang individu. Faktor lain yang juga mempengaruhi keputusan untuk kawin antar agama ialah diperolehnya dukungan/restu orangtua (keluarga), usia, kesempatan melaksanakan tata cara dan pencatatan perkawinan secara legal, kesamaan status sosial ekonomi dan pendidikan, serta faktor cinta yang dimiliki terhadap pasangan. Temuan lain yang diperoleh dalam penelitian ini adalah perkawinan antar agama sebenarnya rentan konflik khususnya dimasa-masa mendatang. Konflik yang berpotensi besar menjadi masalah adalah perihal pendidikan agama anak dan keinginan dalam diri pribadi yang tersembunyi akan kesamaan nilai - nilai agama dalam suatu keluarga.

This research that take place in Jakarta, wishes to see factors influencing an individual to engage in an inter-religious marriage. The method employed in this research is qualitative, with in-depth interview as its data-gathering technique. The samples in this research took by purposive sampling technique and are two persons whose religion is Islam, male and female. Two other person whose religion is Christian, male and female. Ali of these informant come from the upper middle strata and live in the urban area. Based on the acquired data, it is discovered that the individuals in the research had gained primary socialization on strong religious values from its socialization agent, which is the family. Although the religious values that they gained on the primary socialization phase is perceived as leaning more towards the implantation of religious piety by executing religious deeds such as shalat, reading the Quran or going to church. Whereas the socialization on the forbiddances of inter-religion manage is relatively weak. The secondary socialization experienced by the informants on the next phase is also seen to further influence the permissive nature of the informant and the informant’s perception in viewing inter-religion marriage. It shows that the family is no longer considered as an institution which has strong influence to the individual, especially for socialization. Next, the other factors considered having influence on the informant’s decision to perform inter-religion marriage is the gaining of the family’s support/blessing, age, the knowledge on the procedures of performing a marriage based on religious laws and State laws in order for it to be recorded legally, the similarity of social economic and education status and the factor of one’s love towards spouse. This research also discover that inter-religious manage actually susceptible of marriage conflicts, especially in the next future of marriage living. Possible conflicts that may arise interrelated with children religious education and the mdividual hidden needs for the same religious values in the family."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S6999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Octiani Eka Hapsari
"Kawin lari merupakan suatu fenomena yang ada di kebudayaan Palembang. Istilah kawin lari dalam masyarakat Palembang sangat beragam ada yang menyebutnya sebagai larian, begujalan, atau kawin ketip. Umumnya kawin lan dilakukan oleh seseorang dikarenakan orangtua tidak menyetujui pasangan pilihannya. Ketidak setujuan orangtua ini disebabkan adanya perbedaan agama atau perbedaan etnis. Dalam diri orangtua akan terjadi permasalahan jika anaknya tetap memaksa ingin menikah. Ketidaksetujuan orangtua untuk menikahkan anaknya dengan seseorang yang berbeda etnis dan agama dikarenakan adanya faktor prasangka. Orangtua cenderung menilai pasangan pilihan anaknya mempunyai sikap-sikap yang negatif.
Disini peneliti hendak melihat bagaimana dinamika disonansi kognitif yang dialami orangtua yang anaknya melakukan larian dengan menggunakan teori disonansi kognitif dari Leon Festinger (1957). Inti dari teori disonansi kognitif ini adalah terjadinya hubungan yang tidak pas (non-fitting relations) antara elemenelemen kognisi yang menimbulkan disonansi (ketidaknyamanan kognisi). Disonansi menimbulkan desakan untuk memgurangi disonansi dan menghindari peningkatannya. Hasil dari desakan ini terwujud dalam perubahan-perubahan dalam kognisi seseorang berupa perubahan tingkah laku dan keterbukaan akan informasi-informasi dan pendapat-pendapat baru yang sudah diseleksi terlebih Metode penelitian yang dilakukan adalah metode penelitian kualitatif studi kasus.
Studi kasus digunakan untuk mendapatkan gambaran yang mendalam dan mendetil tentang pengalaman dinamika kognitif yang dialami orangtua yang anaknya melakukan larian. Adapun alat yang digunakan adalah pedoman wawancara, alat perekam untuk merekam hasil wawancara, dan observasi yang dilakukan oleh peneliti. Dari hasil penelitian diketahui bahwa semua subyek mengalami disonansi. Hal ini terlihat dari ekspresi ketidaknyamanan mereka berupa rasa ketakutan, kekhawatiran, kebimbangan, dan kekecewaan. Disonansi yang dialami subyek bersumber pada inkonsistensi logis, generalisasi opini, nilai-nilai budaya, dan pengalaman masa lalu. Adapun cara yang dipilih subyek untuk mengurangi disonansi yang dialaminya adalah dengan merubah elemen perilaku, merubah elemen kognisi lingkungan, menambah elemen kognisi baru, dan melakukan penghindaran disonansi. Dari hasil penelitian juga diperoleh bahwa ketidaksetujuan orangtua untuk menikahkan anaknya dengan pasangan pilihannya dikarenakan adanya faktor prasangka. Prasangka ini bisa diketahui oleh orangtua berdasarkan pengalamannya sendiri, maupun dari orang lain."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3031
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Robert, Graham
Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007
346.016 ROB k (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zen, Hae
Depok: KataKita, 2004
899.221 301 ZEN r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Agusni Karma
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan lengkap tentang kondisi perempuan yang ditempatkan sebagai lambang "siri" di daerah Makassar Jeneponto Sulawesi Selatan, Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitataif berperspektif perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan yang dibesarkan dalam budaya siri', baik mereka yang mempertahankan/menaikkan maupun yang menurunkan/meruntuhkan "siri" keluarga yang terkait dengan kawin lari mengalami diskriminasi dan dilema yang berdampak secara psikis dan ekonomis. Selain itu, agama Islam yang disalahtafsirkan turut melanggengkan budaya "siri".

This research aims to reveal the woman condition who?s placed as symbol of "siri" in Jeneponto Makassar, south Sulawesi. This research was based on qualitative approach and feminist perspective. The research results showed that woman who lived in "siri" tradition, both of them who supported or against it, faced a discrimination and a dilemma. This condition affected the women as psychologically and economically. Besides, it was legitimized by community within misinterpretation of Islam religion."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T16839
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarkadi
"Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang bagaimana hubungan keakraban yang terjadi pada mantan pasangan kawin muda dan cerai dini. Serta mengungkap berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya kawin muda dan cerai dini.
Penelitian ini dilakukan di daerah Indramayu selama satu tahun lebih. Diambilnya daerah Indramayu karena kasus kawin muda dan cerai dini banyak terjadi di daerah ini. Informan meliputi empat mantan pasangan suami istri, orang tua dari masing-masing pasangan, penghulu desa, dan tokoh masyarakat. Tipe penelitian yang di pergunakan adalah deskriptif dan ekspalanatif dengan pendekatan kualitatif.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan dua macam teori. Teori penetrasi sosial dipergunakan untuk menganalisis awal hubungan dan masa pacaran, dan teori pertukaran sosial dipergunakan untuk menganalisis hubungan selama masa perkawinan. Sedangkan analisis terhadap kawin muda dan cerai dini disesuaikan dengan kajian teori (literatur) yang relevan.
Hasil analisis data pada awal hubungan menunjukkan bahwa hubungan romantis yang dibuktikan dengan akad nikah, ternyata dalam perkembangan hubungannya tidak sepenuhnya sesuai dengan teori penetrasi sosial. Hal ini terbukti dengan banyak munculnya perbedaan-perbedaan yang tidak dapat diatasi pada masa perkawinan, yang justru tidak dimunculkan saat mereka pacaran. Sedangkan hasil analisis data pada masa perkawinan ternyata dari empat mantan pasangan tidak ada yang masuk dalam hubungan pertama dan kedua (perkawinan yang memuaskan dan stabil). Demikian pula tidak ada yang masuk ke dalam hubungan keenam (perkawinan yang memuaskan dan tidak stabil). Mereka lebih banyak masuk ke dalam hubungan ketiga, keempat, dan kelima (perkawinan yang tidak memuaskan dan tidak stabil). Semua itu terjadi karena kurangnya komunikasi diantara mereka, baik pada saat mereka pacaran maupun setelah mereka menikah. Pada saat mereka pacaran hal-hal yang dibicarakan selalu yang baik-baik saja demi menjaga kelangsungan hubungan. Dan pada saat mereka sudah menikah ketika muncul konflik, mereka lebih baik memperturutkan hawa nafsu, sehingga berakhir dengan perceraian.
Dari penelitian ini juga ditemukan bahwa faktor yang banyak menyebabkan terjadinya kawin muda dan cerai dini di daerah ini adalah kondisi alam dengan musim panen dan masa paceklik, pemahaman yang keliru dari orang tua tentang konsep kedewasaan yang hanya diukur dari sisi pisik semata, sebagai batu loncatan untuk tujuan lain, tingkat pendidikan yang rendah, pemahaman ajaran agama yang kurang, dan kebiasaan tiru-meniru yang kuat.
Dan hasil penelitian yang dilakukan, maka saran yang diajukan perlu adanya penelitian lain sejenis yang menggunakan method of difference untuk mengkaji masalah hubungan keakraban suami istri bukan hanya dari kasus pasangan yang sudah bercerai, namun perlu juga dikaji pasangan yang belum bercerai dengan karakteristik yang sama. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Khairunnisa
"

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedudukan dan hak waris yang dimiliki oleh anak luar kawin menurut hukum perdata barat dan hukum Islam yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, serta berdasarkan putusan-putusan pengadilan umum dan agama. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder, yaitu peraturan perundang-undangan dan buku. Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa anak luar kawin yang terbukti memiliki hubungan darah dengan ayah biologisnya, menurut hukum perdata barat, akan mempunyai hak yang sama seperti anak sah sebagaimana dalam Putusan MK No. 46/PUU-VIII/2010. Sedangkan menurut hukum Islam, anak luar kawin atau anak hasil zina hanya memiliki nasab dengan ibunya namun berhak untuk dicukupi kebutuhan hidupnya oleh ayah biologisnya dan berhak menerima harta warisan ayah biologisnya melalui wasiat wajibah sebagaimana ditentukan dalam Fatwa MUI No. 11 tahun 2012. Berdasarkan putusan-putusan pengadilan umum dan agama, masih terdapat perbedaan penerapan Putusan MK No. 46/PUU-VIII/2010 dan Fatwa MUI No. 11 tahun 2012 dalam pertimbangan Majelis Hakim, sehingga, praktisi hukum disarankan untuk lebih memperhatikan keberadaan kedua ketentuan ini dan pemerintah disarankan untuk membuat peraturan yang lebih rinci terkait penentuan status dan kedudukan serta hak-hak yang dimiliki anak luar kawin.


This research aims to determine the position and inheritance rights of illegitimate child by western civil and Islamic law as stipulated in the applicable laws and regulations in Indonesia, and based on the decisions of general and religious courts. This research is normative juridical by examining library materials or secondary data, namely legislation and books. From this research, it was concluded that an illegitimate child who was proven to have blood relations with his biological father, according to western civil law, would have the same rights as a legitimate child as in the Constitutional Court Decision No. 46/PUU-VIII/2010. Meanwhile, according to Islamic law, an illegitimate child only has a nasab with his mother but has the right to be fulfilled by his biological father and is entitled to receive the inheritance of his biological father through the wajibah testament as specified in MUI Fatwa No. 11 of 2012. Based on the decisions of the general and religion court, there are differences application of Constitutional Court's Decree No. 46/PUU-VIII/2010 and MUI Fatwa No. 11 of 2012 in the consideration of the Panel of Judges, therefore, legal practitioners are advised to pay more attention to the existence of these two provisions and the government is advised to create detailed regulation related to determining the status and position as well as the inheritance rights of the illegitimate child.

"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>