Ditemukan 4964 dokumen yang sesuai dengan query
Reivich, Karen
New York: Broadway Books, 2002
155.24 REI r
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Sihite, Lucyana Margareth
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dan nilai pada pengungsi Halmahera di Bitung. Menurut Connor dan Davidson (2003) resiliensi adalah kualitas personal yang memampukan seseorang untuk berjuang menghadapi kesulitan. Pengertian nilai menurut Schwartz (2006) adalah tujuan abstrak yang ingin dicapai dan memiliki tingkat kepentingan yang bervariasi dan digunakan sebagai prinsip dasar yang menuntun kehidupan seseorang. CD-RISC 10 (Connor Davidson Resilience Scale 10 Items) dipakai untuk mengukur resiliensi sedangkan PVQ (Portrait Value Questionnaire) untuk mengukur nilai. Partisipan dalam penelitian adalah 58 orang pengungsi dari Halmahera yang saat ini tinggal di Bitung, Sulawesi Utara. Hasil penelitian terhadap resiliensi menunjukkan terdapat perbedaan resiliensi yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Untuk nilai, ditemukan perbedaan yang signifikan pada nilai security, hedonism dan power antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, ada hubungan yang signifikan antara resiliensi dengan nilai security, conformity dan tradition. Tiga urutan nilai yang paling penting adalah security, tradition, conformity dan benevolence sedangkan tiga nilai yang kurang penting adalah power, hedonism dan achievement. Nilai security, tradition dan conformity sebagai nilai yang berhubungan secara signifikan dengan resiliensi pengungsi Halmahera di Bitung sebaiknya dijaga dan dikembangkan untuk menjaga dan meningkatkan resiliensi mereka.
This research is intended to find out the description of resilience, values and the relationship between resilience and values of IDPs from Halmahera who lives in Bitung, North Sulawesi. Connor and Davidson (2003) theorized that resilience embodies the personal qualities that enable one to thrive in the face of adversity. The Values Theory defines values as desirable, trans-situational goals, varying in importance that serves as guiding principles in people’s lives (Schwartz, 2006). This research used CD-RISC 10 (Connor-Davidson Resilience Scale 10 Items) to measure resilience and PVQ (Portrait Values Questionnaire) to measure values. Participants of this research are 58 IDPs who live in Bitung, North Sulawesi. The results show that there are significant differences between males and females n resilience. There are significant differences of security, hedonism and power values between males and females. There are significant relationships between resilience and security, between resilience and conformity and between resilience and tradition values. Furthermore, the most important values of IDPs from Halmahera in Bitung are security, tradition, benevolence and conformity while the most unimportant values are power, hedonism and achievement. Security, tradition and conformity as some values which have significant relationship with resilience should be kept and developed among IDPs to enhance their resilience. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56798
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Sugiyanto Harjo Semangun
"
ABSTRAKAnalisa data Badan Pusat Statistik BPS terkait angka kemiskinan, kesejahteraan, dan pembangunan manusia untuk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta DIY terdapat anomali. Angka kemiskinan yang tinggi tidak menghalangi DIY memiliki Indeks Kesejahteraan dan Indeks Pembangunan Manusia IPM nomor dua secara nasional setelah DKI Jakarta. Anomali tersebut juga terjadi dalam memotret dampak investasi pembangunan pada sektor pertanian di Kabupaten Sleman. Pengukuran melalui data Input-Output I-O Kabuapten Sleman dari tahun 2010 s.d 2015 menghasilkan bahwa sektor pertanian tidak menjadi sektor kunci karena koefesien backward linkage-nya lebih kecil dari satu, padahal Kabupaten Sleman menjadi salah satu lumbung padi di DIY dan lebih dari 43 wilayahnya adalah lahan sawah basah wed land . Hal tersebut terjadi karena unsur kearifan lokal tidak dianggap, padahal budaya menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan suatu pembangunan. Pengaruh kearifan lokal pada pembangunan sektor pertanian di Kabupaten Sleman sangat bermakna atau signifikan.
ABSTRACTData analysis of the Central Bureau of Statistics BPS on poverty, welfare and human development for the Special Province of Yogyakarta DIY is anomalous. A high poverty rate does not prevent DIY from having a second nationwide Human Development Index HDI after DKI Jakarta. The anomaly also occurs in analyzing the impact of development investment on the agricultural sector in Sleman District. Measurement through Input Output I O data from 2010 until 2015 resulted in the agriculture sector not being a key sector, because the backward linkage coefficient was smaller than one, as we know Sleman is one of the rice granaries in DIY and more than 43 of its area was wetland. This happens because the local wisdom is not considered, whereas culture becomes one of the determinants of the success of a development. The influence of local wisdom on agricultural development in Sleman Regency is very significant. "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Soroy Lardo
"The endurance of the nation means the concept and strength of maintaining national resilience that covers its existence in the midst of civilization and strategic environmental changes, towards the dynamic conditions of national resilience for maintaining order, stability and the potential for change (the stability idea of changes). The challenges and problems of national resilience are dynamic variants that require comprehensive thinking on systems, policies and the strategy on national behavior (behavior science), which supported by patriotism and the energy of national health security towards the role of the TNI to fill the zones and accumulation of health development that illustrate the performance of national self-sufficiency and national. The struggle of the nation’s health in the perspective of structural and participatory strength starts with the ability to drive leadership, metabolic health community and agent of change that meets the reliability value of High Reliability Organization (HRO). The reliability that is formed will trigger the innovation and out of the box spirit to assemble a network (networking) for change, so that it is manifested as a performance of professional reliability that heightens the potential of the nation’s health and national resilience. Synergy of the National Health System (SKN) and the Defense Health System (Siskeshan) is a web of links to support the effort on the empowerment of the strategic value of national health.This strategy strengthens the national health network (one health) against the global health threats complexity that threaten the national resilience. The existence of Public Health Emergency global challenges in a form of outbreaks which spreads rapidly with unpredictable problematic, that triggers every nation to strengthen the nation struggle for synergizing the health development under the basis of national defense system."
Bogor: Universitas Pertahanan, 2020
355 JDSD 10:1 (2020)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
"Kajian ini bertujuan menggambarkan profil ‘resilience’ pada ibu-ibu yang berputera autis di Bandung. Resilience Quotient (RQ) dikembangkan oleh Karen Reivich dan Andrew Shatte (2002), terdiri dari 56 item yang mengukur 7 faktor dalam Skala Likert. Faktor-faktor tersebut adalah regulasi emosi, kontrol impuls, optimisme, analisis kausal, empati, efektivitas diri, dan kemampuan menjangkau. Penelitian terhadap 15 ibu yang diobservasi dan diwawancarai menggunakan RQ memperlihatkan kesamaan karakteristik di antara mereka. Yaitu, sama-sama mampu menerima dan mengembangkan potensi anaknya secara maksimum. Para ibu ini juga memiliki kontrol impuls dan optmisme skala tinggi yang memungkinkan mereka mengembangkan anaknya."
300 MIMBAR 27:1(2011)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Fidela Labiilah Hasna
"Mahmoud Darwish (1941M-2008M) merupakan penyair resistensi Palestina. Salah satu puisi berjudul Bithāqhah Huwiyah yang ia tulis pada tahun 1964 M menjadi resistensi terhadap pendudukkan Israel atas tanah Palestina. Sedangkan resistensi sendiri akan muncul setelah adanya resiliensi. Hal tersebutlah yang melatar belakangi penelitian yang membahas mengenai faktor resiliensi yang ada pada puisi Bithāqhah Huwiyah karya Mahmoud Darwish. Penelitian ini menggunakan teori resiliensi Edith Henderson Grotberg (1918 M - 2008 M). Untuk memperkuat analisis, penulis terlebih dahulu mengkaji makna teks yang terdapat dalam puisi dengan kajian ilmu ma’ani. Penelitian ini dikaji menggunakan sudut pandang aku-lirik. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan faktor resiliensi yang terdapat dalam puisi Bithāqhah Huwiyah. Penelitian ini menggunakan metode analisis isi deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan metode pengambilan data melalui studi pustaka. Hasil dari penelitian ini ditemukan adanya semua faktor resiliensi yang dikelompokkan oleh Grotberg, yaitu I HAVE, I AM, dan I CAN di dalam 62 larik puisi Bithāqhah Huwiyah.
Mahmoud Darwish (1941-2008 CE) is a Palestinian resistance poet. One of the poems entitled Bithāqhah Huwiyah that he wrote in 1964 AD became a resistance against the Israeli occupation of Palestinian land. Meanwhile, resistance itself will emerge after resilience. These matters become the background of the research that discusses the resilience factors in the poetry Bithāqhah Huwiyah by Mahmoud Darwish. This research uses Edith Henderson Grotberg’s resilience theory (1918 AD - 2008 AD). To strengthen the analysis, the researcher first examines the meaning of the text contained in the poem by analyzing it through the study of ilmu ma'ani. This research is examined using the lyric “I” point of view. The purpose of this study is to explain the resilience factors contained in the poetry of Bithāqhah Huwiyah.This research uses descriptive content analysis method with qualitative approach and data collection method through literature studies. The result of this research is there are factors of resilience, namely I HAVE, I AM, and I CAN contained in 62 arrays of Bithāqhah Huwiyah 's poetry."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Nahda Hanura
"Memiliki ide bunuh diri dapat mengakibatkan seseorang untuk merencanakan hingga melakukan upaya bunuh diri. Kelompok mahasiswa yang berusia 18-25 tahun, atau tahap usia emerging adulthood, merupakan kelompok yang rentan untuk memiliki ide bunuh diri karena mahasiswa berada di tahap usia untuk melakukan eksplorasi diri, namun terdapat tuntutan akademik, tanggung jawab, dan tututan untuk bersikap mandiri di perguruan tinggi yang berbeda dengan tingkat pendidikan pada tahap usia perkembangan sebelumnya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ide bunuh diri adalah resiliensi yang berperan sebagai faktor protektif dalam membantu individu untuk bangkit kembali dan menghadapi kesulitan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resiliensi dalam mempengaruhi ide bunuh pada mahasiswa. Partisipan penelitian ini berjumlah 649 orang yang merupakan mahasiswa yang berusia 18-25 tahun di Indonesia. Alat ukur Depressive Symptom Index-Suicidal Subscale digunakan untuk mengukur ide bunuh diri dan Connor-Davidson Resilience Scale-10 digunakan untuk mengukur tingkat resiliensi. Berdasarkan hasil analisis simple regression, diperoleh bahwa resiliensi dapat memprediksi ide bunuh diri secara signifikan pada mahasiswa dengan koefisien korelasi yang negatif, Hal tersebut menunjukkan semakin tinggi resiliensi pada mahasiswa, maka ide bunuh diri yang dimiliki akan cenderung semakin rendah.
Having suicidal ideation may lead a person to plan suicide which also may result in a suicide attempt leading to death. College students at the age of 18-25, known as the emerging adulthood stage, are at increased risk of suicidal ideation because it is the age where they explore themselves, yet as a student, they have academic demands, growing responsibilities, and autonomy in college, contrast to their previous educational level and developmental stage. Amongst the factors that can influence suicidal ideation is resilience which acts as a protective factor in helping individuals to be able to bounce back and face difficulties. The aim of this research was to examine the role of resilience as a predictor of suicidal ideation in college students. The participants of this research were 649 college students ranging 18-25 years old in Indonesia. The Depressive Symptom Index – Suicidal Subscale was used to measure suicidal ideation and the Connor-Davidson Resilience Scale-10 was used to measure the level of resilience. According to the simple regression analysis used, the result indicates that resilience significantly predicts suicidal ideation in college students with a negative correlation coefficient. Therefore, the higher resilience in college students, the lower possibility they have of having suicidal ideation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Hanifa Zahrah Shalihah
"Resiliensi dikaitkan dengan kemampuan narapidana untuk bangkit kembali dalam menghadapi tekanan selama masa pemenjaraan, sehingga mampu beradaptasi dengan menciptakan koping yang adaptif dan terhindar dari depresi. Tingginya depresi pada berakibat pada banyaknya kasus bunuh diri pada narapidana. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan resiliensi dan depresi pada narapidana pria dewasa di Lembaga Pemasyarakatan pada tahun 2023. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional survey yang melibatkan 160 narapidana pria dewasa di Lembaga Pemasyarakatan yang telah divonis dan telah menghabiskan setidaknya satu tahun di penjara sebagai syarat untuk penelitian ini. Mereka dipilih dengan menggunakan metode stratified random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang telah divalidasi dan diuji menggunakan Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D) untuk depresi dan Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) untuk resiliensi. Data dianalisis menggunakan IBM SPSS versi 22. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara resiliensi dan depresi di kalangan narapidana, dengan nilai p-value 0.014 melalui uji Chi-Square dengan arah korelasi negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat resiliensi, maka semakin rendah tingkat depresi. Temuan ini mengungkapkan bahwa resiliensi memberikan kontribusi positif bagi munculnya gejala depresi. Penelitian ini memberikan gambaran bagi Lembaga Pemasyarakata agar mempertimbankan program penguatan resiliensi sebagai upaya dalam mengurangi tingkat depresi.
Resiliensi dikaitkan dengan kemampuan narapidana untuk bangkit kembali dalam menghadapi tekanan selama masa pemenjaraan, sehingga mampu beradaptasi dengan menciptakan koping yang adaptif dan terhindar dari depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan resiliensi dan depresi pada narapidana pria dewasa di Lembaga Pemasyarakatan pada tahun 2023. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional survey yang melibatkan 160 narapidana pria dewasa di Lembaga Pemasyarakatan yang telah divonis dan telah menghabiskan setidaknya satu tahun di penjara sebagai syarat untuk penelitian ini. Mereka dipilih dengan menggunakan metode stratified random sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang telah divalidasi dan diuji menggunakan Center for Epidemiologic Studies Depression Scale (CES-D) untuk depresi dan Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC) untuk resiliensi. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara resiliensi dan depresi di kalangan narapidana, dengan nilai p-value 0.014 dengan arah korelasi negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat resiliensi, maka semakin rendah tingkat depresi. Temuan ini mengungkapkan bahwa resiliensi memberikan kontribusi positif bagi munculnya gejala depresi. Penelitian ini memberikan gambaran bagi Lembaga Pemasyarakatan agar mempertimbangkan program penguatan resiliensi sebagai upaya dalam mengurangi tingkat depresi."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Syalva Fuzi Annisya
"Mahasiswa sering dihadapkan dengan permasalahan akademik maupun non akademik saat berada di fase emerging adulthood dan tidak jarang mahasiswa memiliki masalah kesehatan mental pada fase tersebut. Dibutuhkan kemampuan resiliensi yang baik agar mahasiswa mampu menjalani dan melewati segala macam tantangan hidup. Hadirnya cinta dan kasih sayang orangtua yang tepat ditemukan dapat meningkatkan kemampuan resiliensi mahasiswa. Dalam penelitian ini, analisis statistik pearson product-moment correlation, simple regression, dan multiple regression digunakan untuk melihat hubungan antara parental love language dengan resiliensi mahasiswa serta mengetahui lebih lanjut variabel parental love language secara umum sekaligus dimensinya (word of affirmation, quality time, act of service, giving gifts, dan physical touch) dalam memprediksi resiliensi mahasiswa. Sebanyak 289 mahasiswa Indonesia berusia 18-25 tahun yang masih menjalin kontak hubungan aktif dengan kedua atau salah satu pihak dari orangtua (Ayah atau Ibu) diuji dengan menggunakan alat ukur Parental Love Language (Pohan dkk., 2021) dan Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC 10) (Fathanah, 2014). Hasil penelitian menunjukan hubungan yang signifikan dan positif antara parental love language secara umum dan dimensi word of affirmation, acts of service, quality time, dan giving gifts dengan resiliensi mahasiswa. Selain itu, ditemukan bahwa parental love language secara umum dapat memprediksi resiliensi mahasiswa terlebih pada dimensi word of affirmation, acts of service, dan physical touch.
Students in the emerging adult phase frequently face academic and non-academic problems, and mental health issues are not uncommon. Students must have strong resilience skills in order to face and overcome various life challenges. The presence of appropriate parental love language was found to increase students' resilience abilities. In this study, Pearson product-moment correlation, simple regression, and multiple regression were used to examine the relationship between parental love language and student resilience and to discover more about parental love language variables in general as well as their dimensions (words of affirmation, quality time, acts of service, giving gifts, and physical touch) in predicting student resilience. Parental Love Language Scale (Pohan dkk., 2021) and the Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC 10) (Fathanah, 2014) were used to assess 289 Indonesian students aged 18 to 25 who were still in active contact with both or one of their parents (father or mother). The results reveal a significant and positive relationship between parental love language in general, as well as the dimensions of word of affirmation, acts of service, quality time, and gift giving, with student resilience. Furthermore, parental love language in general has been found to predict student resilience, particularly in the dimensions of words of affirmation, acts of service, and physical touch."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Adela Nurroza Witami
"Kapasitas resiliensi keluarga menjadi poin penting dalam menghadapi Pandemi Covid-19. Selama situasi krisis berlangsung, resiliensi berguna untuk membantu keluarga dalam beradaptasi dan bangkit dari berbagai kesulitan yang hadir. Perubahan akibat efek domino dari Pandemi Covid-19 telah dirasakan dalam berbagai aspek kehidupan. Banyaknya dampak negatif dari segi kesehatan, ekonomi, sosial, hingga kesehatan mental menjadi stressor bagi individu sebagai anggota keluarga dalam menjalani Pandemi Covid-19. Oleh karena itu, diperlukan adanya kemampuan strategi coping yang berguna dalam mengelola stres yang dirasakan selama masa Pandemi Covid-19. Adanya kemampuan strategi coping pada anggota keluarga diketahui dapat membantu timbulnya resiliensi keluarga di masa Pandemi Covid-19. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi strategi coping pada individu yang tinggal bersama keluarganya pada masa Pandemi Covid-19 di kawasan DKI Jakarta. Konstruk resiliensi keluarga diukur oleh Family Resilience Questionnaire (WFRQ), sedangkan strategi coping diukur menggunakan Brief COPE. Berdasarkan hasil analisis dari 322 partisipan berusia 17-64 tahun di DKI Jakarta, ditemukan bahwa terdapat 6,3% kontribusi strategi coping terhadap pembentukan resiliensi keluarga.
The capacity of family resilience is an important point in dealing with the Covid-19 Pandemic. During this crisis, resilience is helpful to help families adapt and rise from the various difficulties that arise. Changes due to the domino effect of the Covid-19 pandemic have been felt in various aspects of life. The many negative impacts of health, economy, social, and mental health are stressors for individuals as family members undergoing the Covid-19 Pandemic. Thus, it is necessary to have the ability to use coping strategies that are useful in managing the stress felt during the Covid-19 pandemic. The coping strategies in family members are known to help the emergence of family resilience during the Covid-19 pandemic. This study aims to determine the contribution of coping strategies to individuals living with their families during the Covid-19 pandemic in the DKI Jakarta area. The Family Resilience Questionnaire (WFRQ) measured the family resilience construct, while the coping strategy was measured using the Brief COPE. Based on the analysis of 322 participants aged 17-64 years in DKI Jakarta, it was found that there was a 6,3% contribution of coping strategies to the formation of family resilience."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library