Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45867 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sciortino, Rosalia
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995
362.14 SCI c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bastaman Basuki
"Sebagian penderita tekanan darah tinggi di Indonesia menggunakan pengobatan tradisional di samping obat-obatan antihipertensif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara beberapa pengobatan tradisonal seperti buah pace, belimbing, bawang putih, atau jamu, yang dipercaya dapat menurunkan tekanan darah pada hipertensi stage 1 dan 2. Data diperoleh dari hasil survai lapangan yang dilakukan oleh mahasiswa tingkat 2 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 2001, 2002, 2003 di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Subjek penelitian dipilih secara random dari klaster rukun tetangga. Wawancara dan pengukuran tekanan darah dilakukan di rumah subjek oleh mahasiswa yang terlatih di bawah pengawasan staf pengajar. Terdapat 496 subjek dengan hipertensi stage 1 dan 2 dan sebanyak 11,5% menggunakan obat-obatan antihipertensi. Subjek hipertensi stage 2 yang minum obat antihipertensi 5,4 kali lipat jika dibandingkan dengan subjek hipertensi stage 1 (rasio odds suaian 5,44; 95% interval kepercayaan = 2,64 ? 11,27). Pengobatan tradisional yang dilakukan oleh subjek hipertensi terutama ketimun, belimbing, dan buah pace. Hal ini mungkin disebabkan kebiasaan yang kuat memakai obat tradisional dalam masyarakat, terbatasnya fasilitas kesehatan, dan harga obat antihipertensi yang mahal. Disimpulkan bahwa di daerah pedesaan, para penderita hipertensi melakukan pengobatan gabungan obat antihipertensi dengan obat-obat tradisional. (Med J Indones 2004; 13: 246-51)

Some hypertensive subjects in Indonesia consume traditional herbal medicines in addition to the usual pharmacological drugs. This paper studied the relationship between several traditional herbal medicines, such as morinda, star fruit, garlic, or jamu, believed to control hypertension and the risk of current pharmacological antihypertensive drug users in subjects with stage 1 and 2 hypertension in a rural community West Java, Indonesia. The data were obtained from 3 field studies by the second year medical students of the Faculty of Medicine, University of Indonesia conducted in 2001, 2002, and 2003 in a subdistrict of the Bogor regency. The subjects were selected randomly from neighborhood clusters. Interviews and blood pressure measurements were conducted at the houses of the subjects by specially trained second year medical students supervised by faculty members. There were 496 subjects with stage 1 or 2 hypertension, with 11.5% under current antihypertensive drugs. Compared with the hypertension stage 1 subjects, hypertension stage 2 subjects were 5.4 times more likely to be currently taking pharmacological antihypertensive medication (adjusted odds ratio = 5.44; 95% confidence interval = 2.64-11.27). The combined of current antihypertensive medication with traditional medicines were cucumber which being the most dominant followed by star fruit and morinda. Reasons for this were probably the strong influence of culture, the limited medical facilities, and high cost of the antihypertensive drugs. It was concluded that in a rural Indonesia, it was common for hypertensive subjects to take pharmacological drugs as well as traditional medicine for antihypertensive therapy. (Med J Indones 2004; 13: 246-51)"
Medical Journal Of Indonesia, 2004
MJIN-13-4-OctDec2004-246
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Mulyadi
"Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif dengan cross sectional yang bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keluarga menggunakan pengobatan tradisional herbalis dalam mengatasi masalah kesehatannya di desa Warujaya Parung Bogor. Populasi penelitian adalah 2.303 kepala keluarga dan merupakan penduduk asli daerah setempat. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 196 keluarga, yang diperoleh melalui kombinasi random sampling dan proporsional yang terdistribusi di 3 dusun (Jeletreng, Warukaum dan Cidokom di desa Warujaya Parsing Bogor). Untuk menguji hubungan faktor usia: jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, status ekonomi, biaya pengobatan, ketersediaan, kepercayaan dan persepsi kepala keluarga pengambil keputusan masalah kesehatan keluarga (variabel independen) dengan penggunaan pengobatan tradisional herbalis bagi keluarga (variabel dependen), digunakan analisis univariat, yang salah satunya distribusi frekuensi, bivariat yaitu chi square serta uji multivariat regresi logistik, dengan tingkat kepercayaan a = 0,05, hasil uji bivariat diperoleh hubungan yang signifikan antara penggunaan pengobatan tradisional herbalis dengan pengetahuan(p=0,003), ketersediaan(p=0,000) dan kepercayaan (p=0,002). Variabel jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status ekonomi dan persepsi tidak mempunyai pengaruh terhadap penggunaan pengobatan tradisional herbalis bagi keluarga (p≥a0,05) sedangkan yang mempunyai pengaruh terhadap penggunaan pengobatan tradisional herbalis adalah usia, pengetahuan, biaya pengobatan, ketersediaan dan kepercayaan.
Namun dari hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor biaya pengobatan (p =0,023 dan Odds ratio 4.147) pengaruhnya 4.147 kali lebih tinggi dari variabel lainnya, implikasi dari temuan ini adalah dengan harga pengobatan tradisional herbalis yang murah dan terjangkau menyebabkan keluarga memutuskan menggunakannya dalam mengatasi masalah kesehatannya. Untuk itu perlu disosialisasikan kepada masyarakat agar menggunakan tanaman herbalis karena harganya relatif terjangkau namun efektif, mudah dan aman, melalui peran perawat komunitas, kerjasama petugas kesehatan dan aparat setempat. Sehingga diharapkan dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

This study was a descriptive correlation with cross sectional design that aims to examine the influencing factors to the family in using traditional herbal therapy in dealing with health problem in Warujaya village Parung district Bogor. The population was 2.303 families as the native citizen. The sample size were 196 families were determined by combining simple random and proportional sampling which is distributed in 3 small villages (Jeletreng, Warukaum and Cidokom in Warujaya village Parung Bogor). To examine the relationship of the age, sex, educational background, jobs, knowledge, economic status, medication expenses, availability, trust and family 1 decision maker perception on the family health problem (independent variable) in using traditional herbal therapy for the family (dependent variable), it was used the univariate analyze (frequency distribution), the bivariate analyze (chi-square) and the multivariate analyze (logistic regression) with the level of confidence (a = 0,05). The variable were are ages, sex, education background, jobs and economic status haven't related with using traditional herbal therapy to the family (p≥=005) but the significant correlation between the utilize of traditional herbal therapy are knowledge (p=0,003), medication cost (p=0,053), the availability (p~,000) and trust (p=0,042).
Based on the multivariate analyzed illustrates that age, knowledge, medication expenses, availability and trust can influenced with using traditional herbal therapy but the medication expenses variable (p0,023 and Odds ratio 4.147) influenced with 4.147 times higher than other variables, were the most influenced factors to the utilization of the traditional herbal therapy. The implication from this study was that the less expensive cost and the availability of traditional herbal therapy influence the family in using the traditional herbal therapy to overcome the family health problem. Therefore, it is important to socialize the utilization of herbal plant to the people to their health problem, considering the cost effectiveness, easiness, and safeties, through the community nurse role, collaborate with the health worker and other correlated person this issue. It is hoped that the traditional herbal therapy could be beneficial in improving level of health and of the people.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
T18675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joyce Mangoma
"Background
Traditional medicine (TM) use is widespread globally, posing regulatory challenges. Africa has a rich history of TM, essential for healthcare. In Binga, Zimbabwe, TM is integral to social and cultural life. Binga's geographical and economic context influences TM practices. The Medicines and Allied Substances Control Act (MASCA) impacts maternal health, aligning with SDGs 3 and 5. This study assesses MASCA's effects on TM use and maternal health outcomes in Binga, offering insights into regulatory frameworks and sustainable health practices.
Objective
This study assesses the impact of the Medicines and Allied Substances Control Act (MASCA) on traditional medicine usage and maternal health outcomes in Binga, Zimbabwe. Specifically, it examines accessibility, perceptions, decision-making processes, and socio-cultural influences related to traditional medicine under MASCA regulations, evaluating maternal health outcomes including pregnancy complications, maternal mortality, and birth outcomes.
Method
This study uses qualitative- descriptive method, including interviews, document reviews, and ethnographic observations, to assess the impact of MASCA on traditional medicine usage and maternal health outcomes in Binga, Zimbabwe. Purposeful and snowball sampling will ensure diverse participant representation. Data will be analysed using thematic analysis to inform evidence-based policy recommendations.
Results
The study explores MASCA's impact on traditional maternal healthcare in Binga. Key findings include improved safety and quality but reduced healer availability and affordability due to regulations. Practitioners' mixed perceptions affect service accessibility. Pregnant women show diverse views, balancing safety and restrictions. Cultural, economic, and regulatory factors influence decisions between traditional and modern healthcare. MASCA aims to enhance outcomes but poses challenges in accessibility and cultural acceptance. Ethnographic observations highlight the complex interplay of traditional practices, maternal health, and community perceptions.
Conclusion
The study highlights the high maternal mortality ratio in Binga District, exacerbated by the adverse impact of traditional medicine use and localized health disparities, despite national declines. It recommends a balanced approach that includes financial and educational support for traditional healers, culturally sensitive regulations, and integrated healthcare models. These strategies aim to improve maternal health outcomes and align with SDG 3.1 targets. Integrating traditional practices with modern healthcare, continuous monitoring, and fostering collaboration can ensure safe, effective, and culturally respectful maternal care.

Latar belakang
Penggunaan obat tradisional (TM) tersebar luas secara global, sehingga menimbulkan tantangan regulasi Afrika memiliki sejarah yang kaya akan TM, yang penting untuk perawatan kesehatan. Di Binga, Zimbabwe, TM merupakan bagian integral dari kehidupan sosial dan budaya. Konteks geografis dan ekonomi Binga mempengaruhi praktik TM. Undang-Undang Pengendalian Obat dan Zat Terkait (MASCA) berdampak pada kesehatan ibu, selaras dengan SDGs 3 dan 5. Studi ini menilai dampak MASCA terhadap penggunaan obat-obatan terlarang dan hasil kesehatan ibu di Binga, menawarkan wawasan tentang kerangka peraturan dan praktik kesehatan berkelanjutan.
Objektif
Studi ini menilai dampak Undang-Undang Pengendalian Obat dan Zat Terkait (MASCA) terhadap penggunaan obat tradisional dan hasil kesehatan ibu di Binga, Zimbabwe. Secara khusus, makalah ini mengkaji aksesibilitas, persepsi, proses pengambilan keputusan, dan pengaruh sosial budaya terkait pengobatan tradisional berdasarkan peraturan MASCA, mengevaluasi hasil kesehatan ibu termasuk komplikasi kehamilan, kematian ibu, dan hasil kelahiran.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, termasuk wawancara, tinjauan dokumen, dan observasi etnografi, untuk menilai dampak MASCA terhadap penggunaan obat tradisional dan hasil kesehatan ibu di Binga, Zimbabwe. Pengambilan sampel yang bertujuan dan bersifat bola salju akan memastikan keterwakilan peserta yang beragam. Data akan dianalisis menggunakan analisis tematik untuk memberikan rekomendasi kebijakan berbasis bukti.
Hasil
Studi ini mengeksplorasi dampak MASCA terhadap layanan kesehatan ibu tradisional di Binga. Temuan utama mencakup peningkatan keamanan dan kualitas namun berkurangnya ketersediaan dan keterjangkauan penyembuh karena peraturan. Persepsi yang beragam dari para praktisi mempengaruhi aksesibilitas layanan. Wanita hamil menunjukkan pandangan yang beragam, menyeimbangkan keamanan dan pembatasan. Faktor budaya, ekonomi, dan peraturan mempengaruhi keputusan antara layanan kesehatan tradisional dan modern. MASCA bertujuan untuk meningkatkan hasil namun menimbulkan tantangan dalam aksesibilitas dan penerimaan budaya. Pengamatan etnografis menyoroti interaksi yang kompleks antara praktik tradisional, kesehatan ibu, dan persepsi masyarakat.
Kesimpulan
Studi ini menyoroti tingginya angka kematian ibu di Distrik Binga, yang diperburuk oleh dampak buruk Penggunaan obat tradisional dan kesenjangan kesehatan lokal, meskipun terjadi penurunan secara nasional. Laporan ini merekomendasikan pendekatan yang seimbang yang mencakup dukungan keuangan dan untuk dukun, peraturan yang peka terhadap budaya, dan model layanan kesehatan yang terintegrasi. Strategi-strategi ini bertujuan untuk meningkatkan hasil kesehatan ibu dan menyelaraskan dengan target SDG 3.1. Mengintegrasikan praktik tradisional dengan layanan kesehatan modern, pemantauan berkelanjutan, dan membina kolaborasi dapat memastikan perawatan ibu yang aman, efektif, dan menghormati budaya.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ryan Rizqi Putra
"Latar belakang: Swamedikasi merupakan penggunaan obat-obatan atas inisiatif diri sendiri salah satunya dengan menggunakan obat tradisional. Swamedikasi obat tradisional dilakukan oleh berbagai kalangan termasuk mahasiswa dan kemungkinan penggunaannya mengalami peningkatan selama masa pandemi COVID-19 . Salah satu faktor yang mempengaruhi swamedikasi obat tradisional yaitu persepsi individu mengenai kondisi kesehatannya. Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk menjelaskan mengenai hubungan persepsi sehat individu dengan perilaku swamedikasi menggunakan obat tradisional pada mahasiswa.
Metode: Penelitian dilakukan dengan metode studi potong lintang pada mahasiswa di Universitas Indonesia. Kuesioner SF-36 digunakan untuk mengukur persepsi sehat individu dan kuesioner perilaku swamedikasi obat tradisional disebarkan ke mahasiswa program pendidikan sarjana di Universitas Indonesia. Selanjutnya data diolah dan dianalisis dengan SPSS versi 25.
Hasil: Diperoleh data dari 152 responden mahasiswa di Universitas Indonesia. Secara umum mahasiswa Universitas Indonesia memiliki skor persepsi sehat yang baik. Proporsi penggunaan obat tradisional selama masa pandemi COVID-19 yaitu 62,5%. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi sehat dengan perilaku swamedikasi di masa pandemi COVID-19 pada mahasiswa Universitas Indonesia.
Kesimpulan: Proporsi penggunaan obat tradisional pada mahasiswa Universitas Indonesia cukup tinggi, namun tidak berhubungan dengan persepsi sehat pada individu.

Introduction: Self-medication is the use of medicines on one's own initiative, one of which is using traditional medicine. Self-medication of traditional medicines is carried out by various groups including students and the possibility of their use has increased during the COVID-19 pandemic. One of the factors that influence self-medication of traditional medicine is the individual's perception of his health condition. Therefore, this study is aimed at explaining the relationship between individual health perceptions and self-medication behavior using traditional medicine in students.
Method: The research was conducted using a cross-sectional study method on students at the University of Indonesia. The SF-36 questionnaire was used to measure the individual's health perception and the traditional medicine self-medication behavior questionnaire was distributed to students of undergraduate education programs at the University of Indonesia. Furthermore, the data is processed and analyzed with SPSS version 25.
Result: Data were obtained from 152 student respondents at the University of Indonesia. In general, University of Indonesia students have a good health perception score. The proportion of traditional medicine use during the COVID-19 pandemic is 62.5%. There is no significant relationship between health perceptions and self-medication behavior during the COVID-19 pandemic in University of Indonesia students.
Conclusion: The proportion of using traditional medicine among University of Indonesia students is quite high, but it is not related to the perception of health in individuals.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Artha Rani
"Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melalui Peraturan BPOM Nomor 33 Tahun 2018, menyatakan bahwa Industri Farmasi, Pelaku Usaha Obat Tradisional, Pelaku Usaha Sumplemen Kesehatan, Pelaku Usaha Kosmetika, atau Pelaku Usaha Pangan pemilik Izin Edar wajib menerapkan 2D barcode. Fungsi dari pemberian nomor serialisasi atau 2D barcode ini untuk menghindari terjadinya pemalsuan obat selama proses distribusi obat kepada konsumen.Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengkajian implementasi serialisasi untuk mengetahui apakah kebijakan yang dilakukan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain itu juga untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan dari implementasi serialisasi, serta mendapatkan solusi dari kekurangan tersebut.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) through BPOM Regulation Number 33 of 2018, states that the Pharmaceutical Industry, Traditional Medicine Business Actors, Health Supplement Business Actors, Cosmetics Business Actors, or Food Business Actors holding Distribution Permits are required to apply 2D barcodes. The function of providing serialization numbers or 2D barcodes is to prevent drug counterfeiting during the drug distribution process to consumers. In addition, it is also to find out the advantages and disadvantages of implementing serialization, and getting solutions to these deficiencies."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Emma Rahmadhanti
"Pembaharuan izin harus dilakukan oleh industri obat tradisional paling lama 2 (dua) tahun sejak diundangkan (23 Februari 2012) sesuai dengan Permenkes Nomor 006 tahun 2012. Capaian pembaharuan izin IOT di Propinsi DKI Jakarta hingga Maret 2015 belum optimal yaitu sebesar 36,36%. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kendala dalam implementasi pembaharuan izin IOT di Propinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggali informasi secara mendalam dari 4 (empat) IOT pada bulan April-Juni 2015.
Hasil penelitian menunjukkan tujuan kebijakan telah dipahami oleh pelaksana sehingga memiliki tingkat kepatuhan cukup baik. Kendala yang dihadapi dalam CPOTB terkait sumber daya finansial, karena membutuhkan investasi yang cukup besar untuk pemenuhannya. Penetapan klaster terhadap kemampuan pemenuhan CPOTB bagi IOT yang terdaftar serta pendampingan dalam memenuhi seluruh persyaratan diharapkan dapat menjadi solusi bagi permasalahan pembaharuan izin IOT.

Renewal of licenses should be done by the traditional medicine industry at most for 2 (two) years since its enactment (February 23, 2012) in accordance with Decree No. 006 of 2012. The achievement of IOT license renewal in DKI Jakarta until March 2015 has not been optimal yet, around 36.36%. Therefore this study was conducted to identify factors that become obstacles in the implementation of IOT license renewal in DKI Jakarta. This study used a qualitative approach to explore in depth information of 4 (four) IOT in April-June 2015.
The results showed policy objectives has been understood by the executors that have a fairly good level of compliance. Obstacles encountered in related CPOTB financial resources, as it requires substantial investment to fulfillment. Determination of clusters towards fulfillment capabilities CPOTB for IOT listed as well as assistance in meeting all the requirements expected to be a solution to the problem of renewal of licenses IOT.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaeni Diniarti
"Latar belakang: Pertumbuhan ekspor obat tradisional Indonesia selama periode 2009- 2013 mengalami kenaikan sebesar 6,49% per tahun. Di Indonesia Industri Obat Tradisional (IOT) merupakan salah satu sarana yang berperan memproduksi dan mengembangkan obat tradisional yang aman, bermutu dan bermanfaat. IOT sebagai industri andalan penggerak ekonomi nasional. Tujuan: Menganalisis gambaran faktor yang mempengaruhi daya saing IOT, memberikan alternatif strategi dalam peningkatan daya saing IOT. Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan metode analisis kualitatif melalui wawancara mendalam, Focus Group Disscusion (FGD), penelusuran dokumen. Hasil: Faktor sumber daya; kondisi permintaan; industri terkait, industri pendukung; struktur, persaingan, strategi perusahaan; peran pemerintah dan faktor kesempatan memiliki keterkaitan dan saling mendukung. Teridentifikasinya SWOT untuk menyusun alternatif strategi peningkatan daya saing IOT. Kesimpulan: Daya saing IOT dinilai masih kurang, kurangnya dukungan faktor kondisi sumber daya (modal), faktor industri/sarana pendukung dan terkait, faktor pemerintah, faktor struktur, strategi dan persaingan. Peran pemerintah mempengaruhi semua komponen. Diperlukan adanya peningkatan koordinasi akademisi, pengusaha, pemerintah dan masyarakat.

Background: The growth of Indonesian traditional medicine exports during 2009-2013 period increased by 6.49% per year. In Indonesia, the Traditional Medicine Industry (IOT) is one of the means that play a role in producing and developing traditional medicines are safe, quality and useful. IOT as the mainstay industry driving the national economy. Objective: Analyze the description of the factors that affect the competitiveness of IOT, providing an alternative strategy in improving the competitiveness of IOT. Method: This research is a descriptive study with qualitative analysis method to conduct in-depth interviews, Focus Group Discussion (FGD), tracking documents. Results: factor conditions; demand conditions; related and supporting industries; firm and strategy rivalry; government roles and opportunity factors are linked and mutually supportive. SWOT identification to develop alternative strategies to enhance IOT competitiveness. Conclusion: The competitiveness of IOT is still lacking, lack of support of factor conditions (capital), related and supporting industries, government roles, firm and strategy rivalry. The role of government affects all components. Enhanced coordination of academia, entrepreneurs, government, and society is needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47826
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilia
"Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Badan Pengawas Obat dan Makanan bertujuan untuk mengetahui dan memahami struktur organisasi, tugas pokok, fungsi serta program kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan khususnya Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen. Sedangkan tujuan dari tugas khusus adalah mengetahui peraturan hukum terkait obat tradisional, tindak lanjut masalah dan sanksi yang dapat diberikan serta solusi perbaikan yang tepat untuk melindungi masyarakat.

Practice Pharmacist Profession (PKPA) in Directorate of Inspection and
Certification of Traditional Medicines, Cosmetic and Complementary Products National Agency of Drugs and Foods Control aims to identify and understand the organizational structure, duties, functions and work program of National Agency of Drugs and Foods Control, especially Directorate of Inspection and Certification of Traditional Medicines, Cosmetics and Complementary Products. While the purpose of spesific assigment is to determine the legal regulations related to traditional medicines, follow-up issues and sanctions that can be given and appropriate remedial solutions to protect the public.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>