Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12956 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Geneva: World Health Organization, 2002
363.19 HEA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ginanjar Wibowo
"[Dengan menggunakan data Indonesian Family Life Survey (IFLS) periode
tahun 2000 dan 2007, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari
program subsidi beras untuk orang miskin (Raskin) terhadap kesehatan anak
Indonesia. Indikator kesehatan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah
tinggi dan berat badan anak yang telah dinormalisasi dengan umur masing-masing
anak, atau dikenal dengan istilah height-for-age dan weight-for-age. Sebagai
kontrol variable, penelitian ini juga menggunakan karakteristik anak, orang tua dan
rumah tangga. Hasil dari penelitian ini adalah program Raskin berpengaruh positif
terhadap tinggi badan anak yang berasal dari keluarga penerima Raskin. Akan
tetapi, penelitian ini tidak menemukan cukup bukti tentang manfaat program Raskin
terhadap berat badan anak. Hasil penting lainnya dari penelitian ini adalah, dalam
jangka panjang, status gizi anak yang berasal dari keluarga penerima Raskin tidak
berbeda dengan mereka yang tidak menerima Raskin. Penelitian ini menemukan
bahwa manfaat dari program Raskin yang diberikan di masa lampau, tidak lagi
berpengaruh pada kesehatan anak setelah tujuh tahun kemudian;Using two waves of Indonesian Family Life Survey (IFLS) collected in 2000
and 2007, this paper examines the impact of the Indonesian food subsidies (Raskin)
program in improving child health. In this paper, the health status of children is
indicated by standardized height (height-for-age) and weight (weight-for-age)
anthropometric measures (called as Z-score). As control variables, this study also
uses children, parents and households characteristics. The finding of this study is
that the Raskin program positively affects height of children living in eligible
households. On the other hand, there is not enough econometric evidence about the
impact of the Raskin program on child weight. Another important evidence found
by this study is that the nutritional status of children with and without the Raskin
program is not different in the long term. It has been found that the Raskin program
in the past has no impact on child health seven years later.;Using two waves of Indonesian Family Life Survey (IFLS) collected in 2000
and 2007, this paper examines the impact of the Indonesian food subsidies (Raskin)
program in improving child health. In this paper, the health status of children is
indicated by standardized height (height-for-age) and weight (weight-for-age)
anthropometric measures (called as Z-score). As control variables, this study also
uses children, parents and households characteristics. The finding of this study is
that the Raskin program positively affects height of children living in eligible
households. On the other hand, there is not enough econometric evidence about the
impact of the Raskin program on child weight. Another important evidence found
by this study is that the nutritional status of children with and without the Raskin
program is not different in the long term. It has been found that the Raskin program
in the past has no impact on child health seven years later., Using two waves of Indonesian Family Life Survey (IFLS) collected in 2000
and 2007, this paper examines the impact of the Indonesian food subsidies (Raskin)
program in improving child health. In this paper, the health status of children is
indicated by standardized height (height-for-age) and weight (weight-for-age)
anthropometric measures (called as Z-score). As control variables, this study also
uses children, parents and households characteristics. The finding of this study is
that the Raskin program positively affects height of children living in eligible
households. On the other hand, there is not enough econometric evidence about the
impact of the Raskin program on child weight. Another important evidence found
by this study is that the nutritional status of children with and without the Raskin
program is not different in the long term. It has been found that the Raskin program
in the past has no impact on child health seven years later.]"
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T44296
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Carlita Rozetta
"Berdasarkan survei survei awal yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan bahwa sebanyak 56% siswa SMA di salah satu sekolah swasta di Tangerang menggunakan suplemen makanan. Angka ini ternyata lebih tinggi jika dibandingkan dengan prevalensi penggunaan suplemen makanan di dunia (31%). Dari hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui proporsi penggunaan suplemen makanan pada siswa SMA serta menilai hubungan antara status kesehatan dan faktor lainnya dengan konsumsi suplemen makanan.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional yang dilakukan pada bulan April di SMA Islamic Village Tangerang. Sampel yang digunakan sebanyak 135 responden yang dipilih secara systematic random sampling. Konsumsi suplemen makanan merupakan variabel terikat dalam penelitian ini. Sedangkan variabel bebas terdiri dari status gizi (Indeks Massa Tubuh), riwayat si, riwayat penyakit kronis, jenis kelamin, pengetahuan gizi, asupan karbohidrat, asupan protein, konsumsi sayur, konsumsi buah, praktek konsumsi suplemen orang tua, keterpaparan media promosi, dan pengaruh teman sebaya. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi kuesioner, form FFQ-SQ, timbangan seca, microtoise, dan food model. Penelitian ini melibatkan analisis univariat dan analisis bivariat berupa uji chi square.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan proporsi pengguna suplemen makanan pada siswa SMA Islamic Village Tangerang Tahun 2012 sebesar 53,3%. Selain itu, terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit kronis, praktek konsumsi suplemen orang tua, keterpaparan media massa, dan pengaruh teman sebaya dengan konsumsi suplemen makanan. Hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit kronis dengan konsumsi suplemen makanan (p value = 0,020) sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rock (2007). Hubungan yang bermakna antara praktek konsumsi suplemen orang tua dengan konsumsi suplemen makanan (p value = 0,000) juga didukung dengan penelitian Ramadani (2005). Adanya hubungan antara keterpaparan media promosi dengan konsumsi suplemen makanan (p value = 0,000) juga sejalan dengan penelitian Putri (2004). Sedangkan hubungan yang bermakna antara pengaruh teman sebaya dengan konsumsi suplemen makanan (p value = 0,000) didukung oleh penelitian O’Dea (2003).
Dari penelitian ini diketahui bahwa terdapat hubungan antara riwayat penyakit kronis dengan faktor lingkungan sosial dengan konsumsi suplemen makanan. Selain itu, diperoleh saran bagi pihak siswa dan orang tua agar lebih selektif dalam memilih produk suplemen makanan yang sesuai dengan kebutuhannya, serta bagi pihak sekolah dan pihak pemerintah (dinas kesehatan dan pendidikan Kabupaten Tangerang) agar lebih mensosialisasikan informasi terkait gizi kepada masyarakat.

There has been 56% of private high school students in Tangerang using food supplement based on the early survey that has been made. It was higher than the number of food supplement users in the world (31%) so that the researcher was interested to find out the proportion of the food supplement users in senior high students and also to evaluate the association between health status and the other factors with food supplement consumption.
This study used a cross sectional design study. It was held in April 2012 at Islamic Village Tangerang Senior High. There were 135 respondents which was selected by systematic random sampling. The food supplement consumption was a dependent variable of this study, meanwhile the body mass index, infectious disease history, chronic disease history, gender, nutrition knowledges, carbohydrate intake, protein intake, vegetable consumption, fruit consumption, supplement consumption by parents, media exposure, and also peers influences were independent variable. Questionnaire, FFQ-SQ form, seca scale, microtoise, and food model were used as the instruments of this study. This study used two kind of analysis, there were univariate analysis and bivariate analysis which was chi square test.
The result of this study was showed that there were 53,3% food supplement users among Islamic Village Tangerang students in 2012. Besides, there were a significant assocation between chronic disease history, supplement consumption by parents, media exposure, and also peers influences with food supplement consumption. A significant association between a chronic disease history and food supplements consumption (p value = 0.020) was in line with research by Rock (2007). A significant association between supplement consumption by parents with food supplements consumption (p value = 0.000) are also supported Ramadani's research in 2005. An association between media exposure with the food supplements consumption (p value = 0.000) also in line with research by Putri (2004). While a significant association between peers influences with the food supplements consumption (p value = 0.000) supported by O'Dea’s research in 2003.
In conclusion, this study showed that there are a significant association between chronic disease history and social environment influences with food supplements consumption. Besides, it was obtained the suggestions for the students also the parents to be more selective in choosing food supplements product that suit their needs and for the school and government to socialize nutrition information to society, especially for high school students.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Frisca Rahmadina
"ABSTRAK
Pedagang ikan Muara Angke merupakan produsen sekaligus konsumen pertama yang mengonsumsi ikan dari Teluk Jakarta yang telah tercemar timbal. Apabila ikan yang terkontaminasi timbal dikonsumsi oleh manusia maka dapat menimbulkan risiko gangguan kesehatan. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat risiko kesehatan akibat pajanan timbal dari konsumsi ikan pada pedagang ikan melalui metode analisis risiko kesehatan lingkungan. Hasil penelitian menunjukan konsentrasi timbal dalam ikan sebesar 0,4 mg/kg, nilai chronic daily intake sebesar 0,001167847 mg/kg/hari, dengan lama pajanan 17 tahun, berat badan 61 kg, frekuensi pajanan 83 hari/tahun dan laju asupan 0,6736 kg/hari. Hasil analisis menunjukan bahwa pedagang ikan Muara Angke secara individu sudah tidak aman dan memiliki risiko gangguan kesehatan nonkarsinogenik akibat pajanan timbal dari konsumsi ikan untuk 10 tahun mendatang dengan asumsi bahwa sumber pajanan hanya berasal dari ikan.

ABSTRACT
Muara Angke fish traders are the first producer and consumer to consume fish from Jakarta Bay which has been polluted by lead. If fish contaminated by lead are consumed by humans then it may pose a risk of health problems. This study aims to determine the level of health risks due to lead exposure to fish consumption to fish traders through methods of environmental health risk analysis. The results showed rate concentration of lead in fish of 0,4 mg kg, chronic daily intake value of 0,001167847 mg kg day, with 17 years of exposure, body weight 61 kg, exposure frequency 83 days year and intake rate 0,6736 kg day. The result of the analysis show that Muara Angke fish traders individually are not safe and have risk of non carcinogenic health problems due to lead exposure of fish consumption for the next 10 years assuming that the source of exposure only comes from fish. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Puspitaningtyas
"Kebutuhan gizi busui meningkat tetapi busui kerap gagal untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi penurunan asupan makan busui. Penelitian ini bertujuan untuk menggali berbagai faktor predisposisi, pemungkin, dan pendorong yang berkaitan dengan penurunan asupan makan busui di Puskesmas Beji, Depok. Disain studi adalah kualitatif. Informan yang dipilih adalah 24 ibu bayi yang berusia >6 bulan dan dibagi berdasarkan pola menyusuinya. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam serta dilakukan triangulasi sumber data pada suami/ibu, bidan, dan petugas gizi serta triangulasi metode dengan observasi. Ibu yang ASI predominan asupan makannya lebih banyak. Umumnya busui tidak mengkonsumsi susu dan suplemen. Ibu yang ASI predominan umurnya lebih tua, lebih tinggi paritasnya, dan lebih sedikit mempunyai pantangan makan daripada ibu yang ASI parsial. Pengetahuan, motivasi, sikap, dan kepercayaan ibu adalah faktor predisposisi yang berpengaruh pada penurunan asupan makan ibu menyusui sedangkan perawatan kehamilan menjadi faktor pemungkin yang tampak menyebabkan asupan makan busui menurun. Dari faktor pendorong, tenaga kesehatan dan media tampak berpengaruh pada penurunan asupan makan busui. Orang tua memberikan pengaruh yang besar terkait kepercayaan dan pola makan makan busui. Perlu bantuan tenaga kesehatan untuk memberikan informasi peningkatan kebutuhan gizi kepada busui dan keluarganya serta melakukan promosi tentang gizi menyusui lewat berbagai media.

The nutrient needs of lactating mother is higher than non-lactating mother, but they often failed to meet their recommended nutrient intake. This study aims at digging information on predisposing, enabling, and reinforcing factors associated with decrease of lactating mother intake in Beji community health center, Depok. Design of the study is qualitative with 24 informants that are mothers with infant age more than 6 months and divided based on the pattern of breastfeeding implementation. Data was collected through in-depth interviews and were triangulated based on data sources including midwifes, nutritionists, husbands/mother’s parents as well as observation. Predominant breastfeeding mothers intake were better than partial breastfeeding mother and have less food restrictions. Most of mothers didn’t consume milk and supplements when breastfeed. Knowledge, motivation, attitude, and food beliefs are predisposing factors that influence the dietary practices of lactating mother, antenatal care is a strong enabling factor, lack of information from health personnel and media are reinforcing factors that influence the decrease of intake toward lactating mother. It is suggested to increase mother’s knowledge about lactating mother nutrient needs during antenatal care. Health personnel should educate mothers and their families about lactating mother nutrient needs and decrease the harmful beliefs through mass-media.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations , 1985
338.1 FOO f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Haastert, H. F. W. M. van
's-Gravenhage: Zuid-Nederlandsche Drukkerij, 1947
BLD 343.076 HAA i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muharnis Supriyani Putri
"ABSTRAK
Nama : Muharnis Supriyani PutriProgram Studi : Kesehatan MasyarakatJudul : Uji Kontaminasi Staphylococcus aureus pada Makanan di TempatPengelolaan Makanan Wilayah Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhandi Jakarta Tahun 2018Penelitian ini bertujuan untuk gambaran kontaminasi Staphylococcus aureus padamakanan dan memeperoleh gambaran informasi mendalam tentang perbedaan praktikhigiene dan sanitasi cara pengolahan makanan yang dilakukan oleh penjamah makananyang sampel makanannya negatif mengandung bakteri Staphylococcus aureus danpositif mengandung bakteri Staphylococcus aureus di tempat pengelolaan makananWilayah Kerja Sebuah Kantor Kesehatan Pelabuhan di Jakarta Utara. Penelitian inidilakukan pada bulan April-Mei tahun 2018. Penelitian ini mengunakan rancanganmetode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif pada penelitian ini menggunakandesain studi cross sectional, dengan mengambil 72 sampel makanan yang diperiksa kelaboratorium, melakukan observasi dan wawancara langsung terhadap penjamahmakanan di tempat pengelolaan makanan. Metode kualitiatif menggunakan metodepengambilan data wawancara mendalam. Hasil pemeriksaan pemeriksaan menunjkkanbahwa terdapat 1 1,40 dari 72 sampel makanan yang terkontaminasi oleh bakteriStaphylococcus aureus. Sebanyak 40 orang 55,60 , 16 orang 22,20 , 24 orang 33,30 meimiliki pengetahuan, sikap, perilaku yang baik tentang personal hygienepenjamah. Perbedaan praktik higiene dan sanitasi cara pengolahan makanan yangmencolok antara penjamah makanan yang sampel makanannya negatif mengandungbakteri Staphylococcus aureus dan positif mengandung bakteri Staphylococcus aureusadalah pada tahap penanganan makanan sisa, dimana penjamah maknan yang sampelmakanannya positif mengandung bakteri Staphylococcus aureus tidak memiliki fasilitaslemari pendingin, sehingga penjamah tersebut hana menyimpan makanan sisa di suhuruangan pada saat sebelum dan sesudah dilakukannya pemanasan ulang makanan.Kata kunci: bakteri; higiene; kontaminasi makanan; sanitasi; Staphylococcus aureus

ABSTRACT
Name Muharnis Supriyani PutriStudy Programme Kesehatan MasyarakatTitle Staphylococcus aureus contamination test in food at kitchenpremises of working area of the port health medical service inJakarta, 2018This study was aimed to evaluate food contamination with Staphylococcus aureusbacteria and to get more information about the differences of hygiene and sanitation offood handling practices between food handlers that had positive food samplecontamination and food handlers that had negative food sample contamination withStaphylococcus aureus bacteria at kitchen premises of working area of the port healthmedical service x. This research was conducted in April May 2018.This research usedquantitative and qualitative design method. Quantitative method used cross sectionaldesign study, 72 food samples were tested for Staphylococcus aureus bacteria indicatorsin the laboratory, and the researcher also conducted interview and observation on foodhandlers. Qualitative method used in depth interview for collecting data. Loboratory testresults showed that 1 1,40 from 72 food samples contaminated with Staphylococcusaureus bacteria. There were 40 55,60 , 16 22,20 , 24 33,30 food handlers hadgood scores for knowledge, attitudes, and practices about the personal hygiene. Themost obvious difference of hygiene and sanitation of food handling practices betweenfood handlers that had positive food sample contamination and food handlers that hadnegative food sample contamination with Staphylococcus aureus bacteria was at thestage of leftover food handling, where food handler that had positive food samplecontamination with Staphylococcus aureus bacteria did not have a refigerator to storethe leftover food, so the food handler just kept the leftover food at room temperature, atthe time before anf after food reheating.Kata kunci bacteria food contamination hygiene sanitation Staphylococcus aureus"
2018
T51041
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Djaja
"Makanan dengan kandungan zat gizinya sangat dibutuhkan oleh mahluk hidup termasuk manusia untuk tumbuh dan berkembang biak. Sebaliknya melalui makanan dapat juga dipindahkan beberapa penyakit yang ditularkan melalui makanan seperti diare dan keracunan makanan. Tingkat kontaminasi makanan masih cukup tinggi (oleh E. coli 65,5%) dan prevalensi penyakit diare sebanyak 116.075 kasus tahun 1995 dan Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan makanan juga masih tinggi yaitu 31.919 kasus tahun 1997, dengan angka kematian kasus (CFR) 0,15%. Penelitian prospektif dilakukan pada 255 buah Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang terdiri dari 3 jenis TPM yaitu masing-masing sebanyak 85 buah TPM dari jenis Pedagang Kakilima, Rumah Makan dan Restoran dan Jasaboga. Makanan yang diteliti adalah makanan dari daging yang dimasak dengan air sebagai bahan penunjang pengolahan makanan (daging berkuah), dengan bakteri E. coli sebagai indikasi kontaminasi makanan. Data dianalisis dengan analisis multi variabel regresi logistik ganda untuk mengetahui faktor kontaminasi makanan. Tingkat kontaminasi makanan disajikan oleh E. coli 12,2%. Kontaminasi makanan baru matang oleh E. coli 7,5%. Kontaminasi bahan makanan oleh E. coli 40,0%. Kontaminasi air oleh E. coli 12,9%. Kontaminasi tangan pengolah oleh E. coli 12,5%. Kontaminasi pewadahan oleh E. coli 16,9%. Suhu pemasakan makanan adalah 99,5 oC dan lamanya pemasakan makanan 20,6 menit. Suhu penyimpanan 28,9 oC, lamanya penyimpanan makanan matang 409,2 menit dan suhu penyajian adalah 28,7 oC. Kontaminasi oleh E. coli pada makanan yang disajikan dipengaruhi oleh suhu pemasakan dan Jenis TPM (Pedagang Kakilima dengan resiko 3,5 kali dibandingkan dengan Jasaboga dan Restoran).

Food with its nutrient constituencies is important and needed by all biological organisms including human live. On theaters hand through food could transfer some of diseases agent that could cause gastro-intestinal disorder and food intoxication. Food contamination prevalence is still height (by E. coli 65.5%) and diarrhea cases 116.075 in 1995, food out break intoxication 31.919 occur in 1997, and with CFR 0.15%. Prospective study has been done in order to identify the E. coli food contamination rate on food serve by food establishment in South Jakarta. Sample size of 255, with 85 food establishment each type food establishment group such as street food vendor, catering, and restaurant. Meat with height water activities is used for food sample and E. coli contamination on food is used as an indicator for pathogenic bacterial food contamination. Data analysis using multiple logistic regression, to identify food contamination factors. E. coli served food contamination was 12.2%, fresh cooked food E. coli contamination was 7.5%, row food E. coli contamination was 40.0%, water contamination was 12.9%, food handler hand contamination was 12.5%, and kitchen utensil especially for cooked food container contamination was 16.9%. Cooking processing temperature was 99.5 0C, average cooking period was 20.6 minute, food storage temperature and period were 28.9 0C and 409.2 minute, and room temperature of food served was 28.7 0C. Factors involved on E. coli served food contamination were cooking temperature and street food vendor (with OR=3.5 compare with restaurant and catering)."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>