Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117146 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irwan Julianto
Jakarta: Kompas, 2002
362.196 9 IRW j
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kelompok Kerja Anak Pinggiran, 1999
070.44 JUR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rawuh
Jakarta : Pradnya Paramita, c1984
515.33 RAW h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rose Mini Adi Prianto
"Penelitian ini dilaksanakan untuk menguji tesis mengenai pentingnya peran gaya pengasuhan dalam perkembangan moral anak. Latar belakang masalah menunjukkan bahwa dibutuhkan bengembangan moral sejak anak-anak, dan pentingnya stimulasi moral diberikan oleh ibu.
Dari berbagai pustaka diperoleh kesimpulan bahwa faktor-faktor psikologis ibu (empati, nurani, perkembangan moral ibu) berperan dalam meningkatkan perkembangan moral anak (antara lain Berkowitz, 1982; Eisenberg, dalam Bigner, 1994). Namun demikian, faktor-faktor tersebut saja tidak cukup membuat anak berkembang moralnya, terutama bila ditinjau dari perkembangan moral berdasar tahap-tahapnya (Kohlberg, 1984; Rest, 1994). Melalui gaya pengasuhan, yaitu induction, demandingness, responsiveness, dan modeling, (Hoffman, 1998; Baumrind, dalam Berk, 1994; serta Hetherington & Parke, 1993).
Faktor-faktor psikologis ibu berperan dalam meningkatkan pertimbangan moral anak agar optimal (sesuai usianya). Penelitian ini juga dilakukan untuk menguji bahwa gaya pengasuhan induction yang paling besar perannya dalam menstimulasi perkembangan moral anak. Menggunakan gaya pengasuhan induction seorang ibu akan mejelaskan mengapa suatu tindakan diperbolehkan dengan penekanan pada akibatnya pada orang Iain. Jadi, ada komunikasi dua arah pada saat ibu mengajarkan moral kepada anak. lni menyebabkan anak lebih memahami sebab akibat tindakan, bila dibandingkan dengan ibu yang mengajarkan moral melalui menuntut, merespons, dan meneladani demandingness, responsiveness, dan modeling).
Penelitian ini melibatkan sampel sebanyak 191 orang anak (usia sepuluh sampai 12 tahun) dan ibu dari anak-anak tersebut. Sampel penelitian, yang diambil dengan teknik nonprobability sampling, berasal dari dua sekolah dasar swasta. Data variabel empati, nurani, dan perkembangan moral ibu (diukur dengan The Defining Issues Test, disingkat DIT) diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh ibu. Data gaya pengasuhan diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh anak (jadi berdasar persepsi/penerimaan anak) untuk menghindari faking good. Perkembangan moral anak diukur melalui kuesioner yang diisi sendiri oleh anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model teoritik yang dluji dalam penelitian ini terbukti sesuai (Ht) dengan data. Dengan demikian empati, nurani, dan perkembangan moral ibu memiliki pengaruh yang bermakna terhadap perkembangan moral anak melalui gaya pengasuhan (induction, responsiveness, demandingness, modeling). Gaya pengasuhan induction memberi sumbangan yang paling besar dalam perkembangan moral anak.
Dalam diskusi dibahas antara lain mengenai DlT yang sulit dikerjakan. Padahal DIT ini menuntut konsistensi jawaban yang tinggi. Akibatnya, cukup banyak sampel ibu yang terpaksa digugurkan akibat jawaban DlT di bawah tuntutan konsistensi. Saran yang diajukan untuk penelitian Iebih Ianjut adalah penggunaan sampel penelitian yang Iebih bervariasi dan lebih luas wilayah penelitiannya agar dapat digeneralisasikan secara Iebih Iuas. Saran praktis adalah membuat modul-modul penelitian untuk orang tua (pendidik) agar dapat belajar cara menstimulasi moral anak dengan benar.

This research carried out was to test the theses about the important role of parenting style for children moral development. The background of the problem shows that stimulating moral development is needed during childhood, and the importance of mothers in the role of this stimulation.
Various literature obtained gave conclusion that psychological factors belong to the mother (i.e. her empathy, conscience and moral development) contribute in enhancing the moral development of her child (e.g. Berkowitz, 1982; Eisenberg, in Bigneh 1994). However these factors only are not enough to elevate the moral development stage of the child (Kohlberg, 1984; Rest, 1994). Style of parenting, i.e. induction, responsiveness, demandingness, and modeling (Hoffman, 1998; Baumrind, in Berk; 1994; and Hetheiington & Parke, 1993) must be the mediators of mothers psychological factors in increasing the optimal stage of moral development (suitable to the age of the child). This research also tested that among the styles of parenting, induction has the most important role in stimulating the moral development of a child. Through induction, a mother explains why a given action is wrong, with emphasis on its consequences to others. lt gives the child more understanding of the reasons and consequences of action, compared with the child whose mother use other parenting styles (demanding, responding and modeling).
Using a non probability sampling technique, the research data were collected from 191 children (10 to 12 years of age) and their mothers, this sample came from two private elementary schools in Jakarta. Data obtained through questionnaires that measure empathy, conscience and moral development of mothers (the later by The Denning Issues Test, shortened as Dil] filled by the mothers. Data of the parenting styles obtained through a questionnaire tilted by the children (based on perception of the children) to avoid mothers faking good. The children moral development measured through a questionnaire tilted by the children themselves.
The result of the research showed that the tested theoretical model in this research fits with the data. So, empathy, conscience, and moral development of mothers have a significant influence on the moral development of children through the mother parenting style (induction, responsiveness, demandingness, and modeling), and induction gives a biggest contribution to the moral development of children.
The difficulty of obtaining a big sample is discussed in relation to the difficulty of answering the DIZ with its high demands of consistency resulting many DIT protocols had to be discarded,. As a consequence it decreased the sample size of mothers (and the whole sample).
One of the suggestions is that further researches are needed to extend the external validity of the theses. A practical suggestion includes constructing training modules for parents and educators, to enable them to stimulate children's morality properly.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
D685
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Yayasan Padi dan Kapas, 1994
070 PER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kamila Ratu Chaidir
"Empati pada manusia dibutuhkan untuk berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Jenis kelamin laki-laki dan perempuan diduga mempunyai empati yang berbeda karena struktur anatomi otak yang berbeda. Hal ini dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan sosial dan perilaku anak-anak terhadap lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan empati pada anak laki-laki dan perempuan di sekolah dasar. Penelitian dilakukan secara studi potong lintang. Kuesioner EQ-C/SQ-C versi bahasa Indonesia dipakai dalam penelitian untuk mengidentifikasi kecondongan tipe otak pada anak. Kuesioner disebarkan secara daring dan cetak untuk diisi oleh orangtua. Ketentuan orangtua yang dapat mengisi kuesioner yaitu tingkat pendidikan minimal SMP dan memiliki anak sekolah dasar. Sejumlah 620 data terkumpul lalu dipilih secara acak untuk mendapatkan 384 data untuk dianalisis. Analisis dilakukan dengan uji Chi Square dan uji Mann-Whitney dengan program SPSS versi 20 untuk Mac. Ditemukan perbedaan proporsi tipe otak di antara dua jenis kelamin tetapi, perbedaan tersebut secara statistik tidak signifikan (p=0,460). Proporsi tipe otak Extreme E lebih banyak pada laki-laki, sementara, proporsi tipe otak E, B, S, dan Extreme S lebih banyak pada perempuan. Meskipun begitu, ditemukan perbedaan bermakna pada rerata skor total EQ-C pada laki-laki dan perempuan (p=0,049). Disimpulkan bahwa pada hasil penelitian ini tidak terdapat perbedaan proporsi tipe otak yang bermakna pada kedua jenis kelamin, namun, ditemukan perbedaan bermakna pada rerata skor total EQ-C di kedua jenis kelamin pada anak sekolah dasar di Indonesia,. Oleh karena itu, menciptakan lingkungan yang mendukung dapat menghasilkan pertumbuhan empati yang baik pada anak laki-laki maupun perempuan di sekolah dasar. Empati pada manusia sangat dibutuhkan untuk berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Jenis kelamin pria dan wanita dianggap memiliki empati yang berbeda karena struktur anatomi otak yang berbeda. Hal ini dapat menimbulkan masalah dalam kehidupan sosial dan perilaku anak terhadap lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan empati pada anak laki-laki dan perempuan di sekolah dasar. Penelitian dilakukan dalam bentuk studi potong lintang. Kuesioner EQ-C / SQ-C versi bahasa Indonesia digunakan dalam penelitian untuk mengidentifikasi bias tipe otak pada anak-anak. Daftar pertanyaan didistribusikan secara online dan dalam bentuk cetak untuk diisi orang tua. Ketentuan bagi orang tua yang dapat mengisi kuesioner adalah tingkat pendidikan minimal SLTP dan memiliki anak SD. Sebanyak 620 data dikumpulkan dan kemudian dipilih secara acak sehingga diperoleh 384 data untuk dianalisis. Analisis dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square dan uji Mann-Whitney dengan SPSS versi 20 for Mac. Ditemukan bahwa terdapat perbedaan proporsi tipe otak antara kedua jenis kelamin tetapi perbedaan ini tidak bermakna secara statistik (p = 0,460). Proporsi tipe otak Extreme E lebih besar pada laki-laki, sedangkan proporsi tipe otak E, B, S, dan Extreme S lebih sering terjadi pada wanita. Meskipun demikian, terdapat perbedaan yang signifikan rerata total skor EQ-C untuk pria dan wanita (p = 0,049). Disimpulkan bahwa dalam hasil penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang signifikan proporsi tipe otak pada kedua jenis kelamin, namun ditemukan adanya perbedaan yang signifikan rerata total skor EQ-C pada kedua jenis kelamin. anak sekolah dasar di indonesia. Oleh karena itu, menciptakan lingkungan yang mendukung dapat menghasilkan tumbuhnya empati baik bagi siswa laki-laki maupun perempuan di sekolah dasar.

Empathy is a necessary skill for humans to be able to relate to others in their surroundings. This skill might be influenced by gender because of differing structural anatomy of the brain. This might cause problems in social life and behavior of children toward their environment. This research is conducted to observe if there are differences in empathy skills between boys and girls in elementary school children. This is a cross-sectional study utilizing EQ-C/SQ-C questionnaires to identify the brain type of children. The questionnaires were distributed via online and printed which were filled in by parents who have elementary school children in Indonesia. The minimum requirements of parents’education is junior high school. The number of subjects who fulfilled the questionnaire was 620 and sorted out by random sampling to obtained 384 sample. The sample was analyzed using Chi Square and Mann-Whitney test with SPSS program for Mac version 20. A difference in the proportion of brain type was found between the two genders but the differences were not statistically significant (p=0,0460). Proportion of brain type Extreme E was dominated by boys. Meanwhile the E, B, S, and Extreme S-brain type was dominated by girls. Nonetheless, the difference of average EQ-C total score between the two genders was statically significant (p=0,049). It is concluded that there is no significant difference of brain type proportion in the two gender but there is a significant difference of average EQ-C total score. Therefore, construct a stimulating environment that supporting empathy skills could be generating for all gender in elementary school.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Junaedi
Jakarta: Kencana Prenada Media, 2013
070.4 FAJ j
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kindah Mahdiyyah
"Empati penting dimiliki manusia untuk beradaptasi dalam kehidupan. Untuk beradaptasi di kehidupan sosial, manusia membutuhkan soft skill berupa manajemen perilaku prososial yang baik dan kemampuan dalam membangun relasi teman sebaya. Penelitian ini menggambarkan hubungan empati dengan perilaku prososial dan relasi teman sebaya pada anak sekolah dasar usia 4-14 tahun. Studi dalam penelitian ini yaitu studi potong lintang. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner EQ-C/ SQ-C berbahasa indonesia yang sudah tervalidasi dengan nilai alpha 0,979. Kuesioner EQ-C/SQ-C digunakan untuk mengukur empati anak. Sedangkan, untuk mengukur perilaku prososial dan relasi teman sebaya, peneliti menggunakan kuesioner SDQ. Sejumlah 620 kuesioner diisi oleh orangtua anak sekolah dasar dan dijadikan sampel dari penelitian ini. Orangtua yang dapat mengisi kuesioner memiliki riwayat pendidikan minimal sekolah menengah pertama. Setelah mendapatkan seluruh sampel, dilakukan random sampling dan didapatkan data sejumlah 384 data yang akan dianalisis. Pada proses analisis, brain type dibagi menjadi tiga kelompok, yakni brain type E (Extreme E dan E), brain type B, dan brain type S (Extreme S dan S). Analisis data dilakukan dengan uji Chi-Square menggunakan windows SPSS versi 20. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara empati terhadap perilaku prososial dan relasi teman sebaya (p<0.05).

Empathy is the ability to understand and relate to others feelings or emotion. Empathy is one of the critical skills to alter in life. To adapt in human social life, people requires soft skills in the form of good prosocial behavior and good management in building peer relations. This cross-sectional study describes the relationship of empathy skills with prosocial behavior and peer relations in primary school children aged 4-14 years. The instrument used for this study is Indonesian language EQ-C/SQ-C questionnaire which value 0,979 in Cronbachs alpha to measure childrens empathy skills. To measure prosocial behavior and peer relationships, researchers used the SDQ questionnaire. A total of 620 questionnaires were filled in by parents of primary school children in Indonesia and were sampled for this study. Parents who can fill out the questionnaire have a minimum education of junior high school. Researchers obtained 384 data through random sampling to be analyzed. In the analysis process, empathy skills are devided into three groups, namely type E (Extreme E and E), type B and type S (Extreme S and S). Data analysis was done by Chi-Square test with SPSS program version 20 for both sample. Due to lack of sample (<5) for abnormal prosocial behavior, we look for Fisher test for the result of prosocial behavior. The result shows siginificant outcome. State that there is a relationship between empathy skills with prosocial behavior and peer relationships (p<0.05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munadira
"Memeroleh kesempatan untuk lebih dapat terlibat dalam partisipasi sosial dan menjalin pertemanan dengan siswa reguler merupakan salah satu manfaat utama dari pendidikan inklusif. Dalam membahas mengenai pertemanan, kualitas pertemanan merupakan aspek yang paling penting untuk diteliti karena dapat menentukan tingkat kepuasan dalam pertemanan. Empati, diasumsikan merupakan salah satu faktor yang memprediksi kualitas pertemanan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara empati dan kualitas pertemanan pada siswa berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif. Penelitian ini bersifat korelasional dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner self-report. Empati siswa diukur dengan menggunakan Social Skills Improvement System SSIS yang dikembangkan oleh Gresham dan Elliot 2008 , sedangkan kualitas pertemanan diukur dengan menggunakan Friendship Quality Questionnaire FQQ yang dikembangkan oleh Parker dan Asher 1993 . Responden dalam penelitian ini berjumlah 108 siswa berkebutuhan khusus yang berasal dari lima wilayah di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan r=0,221, p.

Getting a chance to be more involved in social participation and establishing friendships with regular students is one of the key benefits from an inclusive education. In discussing about friendship, the friendship quality is the most important aspect to be studied because it can determine the level of satisfaction in friendship. Empathy, is assumed to be one of key factor that could predict friendship quality. This research was conducted to find out the relationship between empathy and quality of friendship among students with special needs, in inclusive elementary school. This is a correlational study and research variables are measured by self report questionnaire. Empathy was measured by Social Skills Improvement System SSIS developed by Gresham and Elliot 2008 , while Friendship quality was measured by Friendship Quality Questionnaire FQQ developed by Parker and Asher 1993 . Participants in this research were 108 special needs student from five area in Jakarta. The result shown that there is a significant relationship r 0.221."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Harsono
Jakarta: Yayasan Pantau, 2005
899.221 AND j
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>