Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4365 dokumen yang sesuai dengan query
cover
New York: Routledge, 1991
306.76 INS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Christin Agustina P.
"Tesis ini membahas bagaimana Tempo mengkonstruksikan gay dalam pemheritaan tentang pembunuhan yang dilakukan oleh Ryan. Dilihat dari teori simulacra yang dikemukakan oleh Baudrillard. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode yang digunakan adalah analisis framing. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media khususnya Tempo membingkai kasus Ryan temp terfokus kepada orientasi seksual Ryan dan masih dipengaruhi oleh pendapat lingkungan sosial wartawan. Yang masih menunjukkan sisi identitas pribadi dari Ryan. Sehingga proses pengkonstruksian gay yang muncul dalam pemberitaan Tempo masih dipengaruhi oleh apa yang ada di masyarakat. Berakibat kepada terminoritaskannya gay dan kelompoknya di media.

The thesis studies how Tempo magazine reconstructed gay on the rcportings of the murders done by Ryan. Conducted using simulacra theory by Baudrillard, this is a qualitative research using framing analysis method. The result showed that the media, Tempo in particular, framed that the Ryan case was focused on Ryan's sexual orientation and influenced by the opinion of the reporter‘s social surroundings, that still indicated Ryan's personal identity. The gay reconstruction process reported on Tempo was still influenced by public opinion. This reporting caused the gay community to become a minority group on media."
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T33862
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Roberto
"Skripsi ini menelusuri realita pengalaman dan kehidupan sehari-hari yang dialami kelompok gay dan lesbian. Biseksualitas juga akan dibahas secara ringkas dalam tulisan ini. Ancaman kekerasan fisik serta kekerasan verbal berupa mikroagresi dan pesan tersembunyi yang disampaikan kepada individu dengan homoseksualitas ditelusuri dan dilihat sebagai pengalaman hidup kelompok marginal. Keberadaan stigma dan proses passing sebagai proses manajemen stigma ditelusuri sebagai realita kehidupan. Heteroseksisme hukum yang mengatur dan menciptakan lingkungan ini ditelusuri dan dikritik sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi homofobia. Rezim HAM dalam hukum juga ditelusuri untuk dilihat kemungkinannya sebagai titik tolak perlindungan.

This study will explore the experiential reality of lesbians and gays. Bisexualty will also be explored, though to a limited extent. Risks of violence and experienced violence, both physical and verbally expressed through microagressions is explored as an everyday reality for homosexual individuals. Stigma and its management is expressed as an everyday experience for marginalized society. Heterosexism of the legal system of Indonesia as a contributing factor to homophobia will be critiqued and explored. The human rights regime as law and its basis for protection of marginalized society is evaluated as a stepping stone for progress.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S61489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Kevin Lineria
"Penelitian ini berfokus untuk melihat gaya komunikasi berdasarkan teori genderlect styles communication pada pria gay dalam menjalin committed romantic relationship. Tujuan penelitian ini adalah mengindentifikasi dan mendeskripsikan pasangan gay dalam menjalin committed romantic relationship dan gaya komunikasi yang terjadi di dalamnya berdasarkan stereotip peran gender dan konteks sosio kultural di Indonesia. Peneliti menggunakan paradigma konstruktivis, pendekatan kualitatif deskriptif dan strategi studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam dengan informan kunci yang telah dipilih menggunakan purposive dan convenience sampling, serta data sekunder studi kepustakaan. Penelitian ini menggunakan metode analisis data tematik. Hasilnya adalah pasangan gay yang menjalin committed romantic relationship memiliki keunikan dalam menjalin dan memelihara hubungan mereka. Stereotip peran gender yang selama ini berlaku pada pasangan heteroseksual (pria dan wanita) menjadi suatu hal yang dapat dinegosiasikan dan disesuaikan sesuai dengan kesepakatan dari pasangan gay tersebut. Selain itu, berdasarkan teori genderlect styles communication, terdapat modifikasi gaya komunikasi dalam gender pria jika mengaitkannya dengan faktor orientasi seksual, yaitu pasangan gay yang menjalin committed romantic relationship menunjukan gaya komunikasi pria yang mementingkan status (report talk), sementara mereka juga mengadopsi gaya komunikasi wanita (rapport talk) secara bersamaan. Rekomendasi penelitian selanjutnya adalah dapat melihat gaya komunikasi pria gay dalam konteks lain, seperti keluarga, pertemanan, dan pekerjaan.

This research focuses on the communication styles of gay couples in committed romantic relationships. The purpose of this study is to identify and describe gay couples in establishing committed romantic relationships and the communication styles that occur in them based on gender role stereotypes in the socio-cultural context of Indonesia. The researcher uses a constructivist paradigm, a descriptive qualitative approach, and a case study strategy. The researcher conducted observation, in-depth interviews with key informants who had been selected using purposive and convenience sampling, and also collected secondary data to back up the findings. This research uses the thematic data analysis method. The result is that gay couples who have committed romantic relationships are unique in establishing and maintaining their relationship. Gender role stereotypes that have been applied to heterosexual couples (male and female) are not seen to the gay couple who always try to negotiate and adjust their relationship. In addition, based on the genderlect styles communication theory, there is a modification of the communication style in the male gender if applied sexual orientation factor. Moreover, gay couples who have committed romantic relationships exhibit a male communication style that focuses on status (report talk), while they also adopt a female communication style (rapport talk) simultaneously. The recommendation for further research is to see the communication style of gay men in other contexts, such as in family, friendship, or work relationships."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deborah Baninya Putri Marlin
"Filipina merupakan negara dengan mayoritas penduduk yang menganut agama Katolik konservatif. Tingginya nilai-nilai keagamaan di Filipina mendasari adanya diskriminasi terhadap kaum LGBT. LAGABLAB Network hadir sebagai jaringan advokasi LGBT di Filipina. LAGABLAB Network melakukan upaya-upaya untuk mendorong Senate dan House of Representatives, hingga akhirnya pada tahun 2017 House of Representatives meloloskan SOGIE Bill pada tahap 3rd Reading. Oleh karena itu penulis menggunakan pertanyaan `Bagaimana upaya LAGABLAB Network dalam mendorong disetujuinya SOGIE Bill oleh House of Representatives tahun 2017. Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan teori Aktivisme Politik oleh Pippa Norris dan teori Civil Society dari Larry Diamond.

The Philippines is a country with the majority of people being adherents of conservative Catholicism. The high religious values in the Philippines is the main reason why LGBT people being discriminated. LAGABLAB Network was made as an LGBT advocacy network in the Philippines. LAGABLAB Network is making efforts to encourage the Senate and the House of Representatives, until finally in 2017 the House of Representatives passed the SOGIE Bill in the 3rd Reading. Therefore, the writer uses the question "What is the effort of LAGABLAB Network in encouraging the approval of SOGIE Bill by the House of Representatives in 2017. In conducting research, the author uses Political Activism Theory by Pippa Norris and the Civil Society Theory from Larry Diamond.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Gloria Natalia
"Masalah homoseksual adalah masalah yang tidak pernah ada habis- habisnya. Setiap saat masalah ini selalu menjadi bahan pembicaraan yang menarik dan menimbulkan perdebatan yang seru. Para ahli sibuk mencari sebab-sebabnya mengapa seseorang menjadi homoseksual. Apakah penyebabnya nature atau nurture? Sebagian ahli berpendapat, jika penyebabnya adalah nurture, berarti pasti bisa ?disembuhkan?. Sebaliknya, jika penyebabnya adalah nature, berarti pasti ada saudara lainnya, dari ayah atau ibu yang juga homoseksual. Sebagian konselor dan terapis juga yakinbahwa penyebabnya adalah nurture, sehingga dalam menangani klien homoseksual, mereka mendorong para homo tersebut untuk ?kembali ke jalan yang benar?.
Padahal permasalahannya tidak sesederhana itu. Sumber masalahnya adalah homoseksual tidak bisa menerima bahwa minat seksual mereka adalah sesame jenis, bukan lain jenis. Nilai-nilai yang ditanamkan sejak lahir pada seorang anak, sebagian besar tidak memperkenalkan adanya perilaku homoseksual. Yang mereka ketahui dan yang mereka lihat di lingkungan mereka adalah perilaku heteroseksual. Setelah mereka sendiri menyadari bahwa mereka lebih menyukai sesama jenis daripada lawan jenis, timbullah rasa bersalah, penolakan terhadap diri sendiri, yang makin lama makin menggganggu (Plummer, 1992). Dengan menolak perasaan mereka sendin, berarti mereka menolak diri sendiri. Jadi mereka berperang dengan perasaan mereka sendiri.
Kaum homo terdiri dari wanita, yang biasa disebut lesbian, dan pria, yang biasa disebut gay. Skripsi ini akan meneliti pria homoseksual, jelasnya adalah proses coming out yang terjadi pada mereka.
Gay terbagi menjadi 4 kategori besar (Plummer, 1992). Kategori pertama adalah mereka yang bisa menekan rasa tersebut hingga akhir hayat mereka, mereka membangun rumah tangga dengan seorang wanita. Kategori kedua adalah mereka yang bertahun-tahun memerangi perasaannya sendiri, hingga berumah tangga dan punya anak, yang kemudian akhirnya runtuh pertahanannya di penghujung usianya, mereka akhirnya coming out pada usia dewasa tua. Kategori ketiga adalah mereka yang hidup di dua dunia. Di satu pihak, mereka menjadi suami yang baik, di Iain pihak mereka tetap mempunyai teman sesama jenis, di mana mereka bisa agak mengurangi beban perasaan yang menekan. Kategori terakhir adalah homoseksual yang tidak mau berpura-pura mencintai wanita, bahkan di antara mereka ada yang berani hidup berpasangan dengan sesama pria. Oleh karena itu, mereka hidup melajang seumur hidup mereka.
Penelitian ini adalah tentang gay lajang yang berani coming out. Artinya mereka berani menunjukkan kepada sejumlah orang orientasi seksual mereka yang berbeda. Mengapa coming out penting untuk diteliti?
Tanpa coming out pun, homoseksual sudah ditolak oleh masyarakat. Jadi, pasti ada sesuatu yang ?mendorong? gay memilih untuk berterus terang daripada tetap menyembunyikan orientasi seksual yang sesungguhnya. Untuk sampai kepada coming out, ada tahap-tahap yang dilalui. Beberapa ahli mengulas teori- teori mereka mengenai tahap-tahap coming out-nya gay. Peneliti memilih salah satunya, yaitu teori Coleman (dalam Paul, dkk., 1982), yang paling lengkap menguraikan karakteristlk-karakteristik pada masing-masing tahap yang dilalui oleh gay sebelum coming out. Untuk Iebih melengkapi teori Coleman, peneliti juga menggunakan teori-teori Iainnya, yaitu Davies (dalam Plummer, dkk., 1992) dan Cass (dalam Paul, dkk, 1982).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, menggunakan wawancara dan observasi, agar dapat tergali proses-proses yang dialami oleh para subjek. Wawancara dengan bertatap muka dilakukan dua kali untuk masing-masing subjek, dilanjutkan dengan beberapa kali wawancara melalui telepon. Wawancara secara mendalam dilakukan kepada 4 gay, namun yang digunakan oleh peneliti sebagai data untuk skripsi ini hanya 3 gay, karena wawancara terhadap salah satu subjek tidak bisa diulang disebabkan oleh keterbatasan waktu subjek tersebut.
Dari wawancara, peneliti memperoleh gambaran yang lengkap mengenai proses coming out di mana ada tahap-tahap yang dilalui oleh masing-masing gay. Dalam setiap tahap, ada karakteristik-karakteristik yang sama pada semua subjek. Dalam proses coming out tersebut, tampak kapan subjek-subjek penelitian mulai tertarik pada sesama jenis, dan sampai pada tahap manakah subjek sewaktu diwawancarai oleh peneliti.
Proses perkembangan 2 subjek sudah sampai pada Tahap Integrasi, yaitu tahap kelima dan terakhir, tetapi salah satunya mundur ke Tahap Coming Out, tahap yang kedua. Satu subjek lagi sampai pada Tahap Eksplorasi, yaitu tahap ketiga. Bagi 2 subjek, ada yang bisa dibanggakan berkaitan dengan homo-seksualitas mereka, sedangkan bagi subjek satunya lagi, tidak ada yang bisa dibanggakan.
Dalam melewati tahap-tahap dalam proses coming out tersebut, ketiga subjek penelitian terus berusaha untuk mencintai seorang wanita. Namun, salah satu subjek akhirnya berhenti berusaha, karena tidak mau membohongi diri sendiri. Ketiga subjek pada akhirnya memilih untuk berumah tangga kelak dan bukan hidup melajang sampai akhir hayat mereka."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2965
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mokhamad Rohma Rozikin
"Summary:
On LGBT and Islamic perspectives on the sexual orientation of LGBT people."
Malang: UB Press, 2017
297.4 MOK l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Yuliza
"Perempuan penggemar fans kisah percintaan antar lelaki tersebut di sebut fujoshi Fujoshi sendiri adalah sebutan istilah yang diambil dari bahasa Jepang sedangkan boy s love adalah sebutan untuk genre penerbitan media fiksi yang berfokus pada hubungan antar pria yang bersifat homoerotis maupun homoromantis Di Jepang ada beberapa istilah atau genre yang berkaitan dengan boy s love dalam komik manga Istilah istilah tersebut adalah june shota con shounen ai yaoi dan lain lain Dalam skripsi saya ini saya berfokus pada genre yaoi yaitu kisah percintaan antar lelaki yang berisikan materi hubungan seksual yang lebih banyak dan lebih jelas Penelitian yang digunakan adalah penelitian etnografi dengan mengunakan metode wawancara mendalam in depth interviews dan pengamatan berperanserta participant observation dengan para informan di dunia maya atau biasa dikenal dengan metode cyberetnography dimana subyek fujoshi yang di ambil tidak terbatas Melalui wawancara mendalam dan pengamatan berperanserta diharapkan bisa mengetahui apa saja fantasi dan representasi fujoshi terhadap gay terutama dalam genre yaoi.

Females who is into and is a fan of love story between men is called fujoshi. Fujoshi itself is a reference term taken from the Japanese language, while "boy's love" is the term used as the genre of a fiction story focusing on the relationships between men in a homoromantic and homoerotic nature. In Japan there are several terms or genre of comic books (manga) that are associated with "boy's love", these terms are june, shota-con, shounen-ai, yaoi and others. My thesis will be focusing on the genre, yaoi, which is a love story between men with a more obvious depiction of sexual relationship. This thesis is an ethnographic research using in-depth interviews and participative observation as the data collecting methods. These methods are used as I interact with the informants in cyberspace, commonly known by the method of 'cyberethnography', where fujoshi subjects are unlimited. Through in-depth interviews and observations this thesis is expected to be able to inform the fantasies and representation of fujoshi towards gays, especially in the genre, yaoi.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S60957
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Setiawati
"Disertasi ini membahas mengenai organisasi LBT (Lesbian, Biseksual,dan Transgender) Ardhanary Institute di Jakarta. Organisasi feminis ini, dimaknai “coming out” di tengah kondisi sosial budaya yang tengah mengalami perubahan global dan pasca reformasi. Pada dasarnya penolakan-penolakan lebih kuat dari pada penerimaan keberadaan mereka, namun berani untuk “coming out”. Disebabkan adanya jaringan sosial yang dilakukan aktor-aktor di dalam organisasi ini melalui relasi dengan aktor serta lembaga lainnya. Sebagai kajian antropologi feminis, lebih menekankan pada jaringan sosial yang bersifat deskriptif, tidak pada tataran analitik.
Manfaat kajian ini; Pertama, mengisi ruang penelitian akademik tentang organisasi LBT (Lesbian, Biseksual dan Transgender) telah “coming out” dalam perspektif antropologi. Kedua, menambah kajian selama ini terabaikan, yakni tentang jaringan sosial bersifat deskriptif pada organisasi LBT (Lesbian, Biseksual, dan Transgender) di Indonesia. Kesimpulan kajian ini: 1). Situasi global sangat mempengaruhi eksistensi dari organisasi LBT di Indonesia terutama organisasi AI “coming out” melalui jaringan sosial yang relasi internasional yang dilakukan aktor-aktor dalam organisasi ini, 2). Sebagai organisasi yang telah “coming out”, memberikan effek“struggling”dimana aktor-aktor lesbian inilah sebagai motivator, fasilitator, inspirator dan berimplikasi dalam pergerakan organisasi LBT yang ada di daerah-daerah seluruh Indonesia, 3). Organisasi ini secara aktif membangun jaringan sosial yang lebih luas dan secara eksternal relasi sosial diperoleh melalui dukungan kerjasama dari berbagai organisasi-organisasi perempuan lainnya, baik secara langsung maupun tidak, dan 4). Berkaitan dengan negara, adanya kontestasi dan sikap negara yang “ambivalen” terhadap LGBT/LBT. Satu sisi negara seakan-akan tidak pernah hadir atau absen bahkan negara seakan-akan berada dalam wilayah yang tidak jelas atau dengan istilah “the blurred zone’.Negara yang memiliki tugas untuk melindungi setiap warga negaranya dari kekerasan, diskriminasi dan perlakuan yang sewenang-wenang, tanpa memandang orientasi seksual dari warga negaranya.

This dissertation discusses the LBT organization (Lesbian, Bisexual, and Transgender) Ardhanary Institute in Jakarta. The feminist organization, has interpreted "coming out" in the middle of the socio-cultural conditions of global change and post-reform. Basically denials are more powerful than the acceptance of their existence, but they dare to "coming out". Due to the social networks that they do through actors within this organization that builds relationships with actors and other institutions .As discipline of anthropology, the study was more emphasis on the social network that is descriptive, not at the level of analytics. So in the data collection techniques no measurements but rather on the process of intensive observation and in-depth interviews and participant observation. The study also rests on an ethnographic approach feminist, which is the action and practice everyday be material from an ethnographic study.
Benefits of this study; First, fill the space of academic research on the organization LBT (Lesbian, Bisexual and Transgender) that have been "coming out" in the perspective of anthropology. Secondly, adding studies have been neglected, which is about the social network that is descriptive in the organization LBT (Lesbian, Bisexual, and Transgender) in Indonesia. Conclusion of this study: 1). The global situation greatly affect the existence of LBT organization in Indonesia especially AI organizations "coming out" via social networks which international relations are conducted actors in this organization, 2). As an organization that has been "coming out", giving effect "struggling" in which actors lesbian is as a motivator, facilitator, inspiration and organizations implicated in the movement of LBT in areas throughout Indonesia, 3). This organization is actively building a broader social network and social relationships acquired externally through cooperation support of various women's organizations, whether directly or indirectly, and 4). In connection with the state, there is a contestation and the country's stance that "ambivalent" towards LGBT / LBT. One side of the country as if it was never present or absent even a country as if it were in the area that are not clear or with the term "the blurred zone '. Countries that have a duty to protect all citizens from violence, discrimination and arbitrary treatment, regardless of the sexual orientation of citizens.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Khosim Azhari
"Homoseksual merupakan rasa ketertarikan terhadap sesama jenis kelamin. Sampai sekarang penyebab terjadinya homoseksual belum diketahui secara pasti. Seseorang yang pada awalnya homoseksual ternyata dapat berubah menjadi heteroseksual. Hal ini dapat dilihat dari adanya kaum homoseksual tersebut yang berkeinginan untuk merubah orientasi seksualnya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui gambaran secara mendalam mengenai motivasi perubahan orientasi seksual pada homoseksual ke heteroseksual di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif. Jumlah partisipan pada penelitian ini adalah 6 gay yang diwawancari secara mendalam terkait motivasi perubahan orientasi seksual.
Tema pada penelitian ini yaitu pengalaman traumatis sebagai latarbelakang menjadi homoseksual, alasan internal dan eksternal menyembunyikan status homoseksual, motivasi perubahan orientasi seksual, upaya merubah orientasi seksual dan faktor penghambat internal dan eksternal perubahan orientasi seksual. Penelitian ini merekomendasikan adanya panduan dalam menangani klien dengan keinginan untuk merubah orientasi seksual di Layanan Kesehatan.

Homosexuality is a sense of attraction to same sex. Until now the cause of homosexuality is not known for certain. Someone who was a homosexual can be turned out to heterosexual. This can be seen from, the existence of these homosexuals who wish to change their sexual orientation. The purpose of this research is to understand about the motivation of sexual orientation change in homosexual to heterosexual in Indonesia. This research uses qualitative research design. The number of participants in this study was six gays who were interviewed in depth related to the motivation of sexual orientation change.
Themes identified in this study were traumatic experiences as backgrounds of being homosexual, internal and external reasons hide homosexual status, the motivation for changes in sexual orientation, the effort to change the sexual orientation and internal and external factors inhibitingof sexual orientation change. This study recommends a guide line in dealing with clients with a desire to change sexual orientation in Health Services.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47774
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>