Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 123445 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vissia Ita Yulianto, 1977-
Yogyakarta: Jalasutra, 2007
306 VIS p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Hanafi
"[ ABSTRAK
Artikel ini membahas pertukaran kapital antara Garuda Indonesia dan Liverpool FC dengan menggunakan kerangka pemikiran Pierre Bourdieu. Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa pertukaran kapital yang dilakukan oleh Garuda Indonesia dan Liverpool FC, mencakup kapital ekonomi, kapital budaya, dan kapital simbolik, memberikan keuntungan pada masing-masing pihak sesuai dengan kebutuhan dan kepemilikan kapitalnya, serta posisi yang ingin mereka capai di arena sosial masing-masing.
ABSTRACT This article analyzes the capitals exchange between Garuda Indonesia and Liverpool FC using the context of Pierre Bourdieu?s notion. The result of this study shows the capitals exchange conducted by Garuda Indonesia and Liverpool FC, include economic capital, social capital and symbolic capital, which provide benefits to each party according to the needs and ownership of the capitals, as well as the dreamed position in their own social arenas.;This article analyzes the capitals exchange between Garuda Indonesia and Liverpool FC using the context of Pierre Bourdieu?s notion. The result of this study shows the capitals exchange conducted by Garuda Indonesia and Liverpool FC, include economic capital, social capital and symbolic capital, which provide benefits to each party according to the needs and ownership of the capitals, as well as the dreamed position in their own social arenas., This article analyzes the capitals exchange between Garuda Indonesia and Liverpool FC using the context of Pierre Bourdieu’s notion. The result of this study shows the capitals exchange conducted by Garuda Indonesia and Liverpool FC, include economic capital, social capital and symbolic capital, which provide benefits to each party according to the needs and ownership of the capitals, as well as the dreamed position in their own social arenas.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yunida Varadyna
"Tesis ini membahas tentang diplomasi publik Indonesia di luar negeri yang diimplementasikan dalam bentuk misi kebudayaan Indonesia-Uni Soviet antara tahun 1956-1965. Fokus penelitian pada faktor-faktor yang menjadi latar belakang pelaksanaan Misi Kebudayaan Indonesia-Uni Soviet, persepsi Uni Soviet terhadap Indonesia begitu juga sebaliknya serta proses integrasi budaya dan pengaruhnya terhadap kebudayaan revolusioner Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah sehingga dalam proses penulisannya menggunakan metode penelitian sejarah. Penelitian ini menggunakan pendekatan hubungan internasional untuk menganalisis hubungan luar negeri Indonesia-Uni Soviet dalam wilayah kajian diplomasi publik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa misi kebudayaan kedua negara berhasil membentuk persepsi masyarakat Uni Soviet dan Indonesia terhadap satu sama lain. Misi kebudayaan Indonesia-Uni Soviet juga berhasil memberikan pengaruh terhadap kebudayaan revolusioner Indonesia menjadi lebih dekat dengan rakyat, mendukung jalannya revolusi nasional Indonesia melawan kolonialisme, imperialisme dan neo-kolonialisme. Kebaruan dalam penelitian ini adalah misi kebudayaan Indonesia-Uni Soviet bukan hanya sebagai ajang untuk memperkenalkan identitas bangsa dalam bentuk materiil, tetapi justru sebagai sarana untuk mengangkat isu-isu nasional ke dunia internasional, mendukung kebijakan luar negeri satu sama lain, penanaman ideologi, dan sarana untuk mendapatkan dukungan internasional atas berbagai permasalahan dalam negeri.

This thesis discusses Indonesian public diplomacy abroad which was implemented in the form of the Indonesia-Soviet Union cultural mission between 1956-1965. The focus of the research is on the factors behind the implementation of the Indonesia-Soviet Cultural Mission, the Soviet Union's perception of Indonesia and vice versa, and the process of cultural integration and its influence on Indonesian revolutionary culture. This research is a historical research so that in the process of writing it uses historical research methods. This study uses an international relations approach to analyze Indonesia-Soviet foreign relations in the area of public diplomacy. The results of this study indicate that the cultural missions of the two countries succeeded in shaping the perceptions of the people of the Soviet Union and Indonesia towards each other. The Indonesian-Soviet cultural mission also succeeded in influencing the Indonesian revolutionary culture to be closer to the people, supporting the Indonesian national revolution against colonialism, imperialism and neo-colonialism. The novelty in this research is that the cultural mission of Indonesia-Soviet Union is not only a place to introduce national identity in a material form, but rather as a means to raise national issues to the international world, to support each other's foreign policy, to inculcate ideology, and to facilitate to get international support for domestic problems."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Made Pradnya Swari
"Purpose: This study examines the influence of host country’s national culture and innovation level on choice of entry mode in the context of the internationalization of plant-based food companies.
Design/methodology/approach: A quantitative study was performed using data collected from Hofstede's dimensions, and UNESCO Institute of Statistics, and mode of entry, were controlled by both country-level and firm-level variables, then assessed with logistic regression.
Findings: It is found that the more individualistic a culture is, the more likely plant-based food firms enter the country with higher degree of control entry mode, which is equity-based mode, whereas uncertainty avoiding culture and R&D expenditures for food innovation was not observed significant in influencing entry mode choice by plant-based food companies.
Research Limitations: Due to unavailability of food innovation index per country, firm-specific variables such as R&D intensity, were unable to be included in the equation. Future research should seek the influence of the country ability in green innovation and R&D investment towards the internationalization strategy for green companies.
Practical Implications: This study provides new insights of entry modes, as it explores the relationship between national culture and innovation level in the expansion of plant-based food companies, representing the emerging food innovations in the agricultural industry.

Tujuan: Studi ini menguji pengaruh budaya nasional negara tuan rumah dan tingkat inovasi terhadap pilihan mode masuk dalam konteks internasionalisasi perusahaan makanan berbasis tumbuhan.
Desain/metodologi/pendekatan: Studi kuantitatif dilakukan dengan menggunakan data yang dikumpulkan dari dimensi-dimensi Hofstede dan Institut Statistik UNESCO, serta mode masuk yang dikendalikan oleh variabel tingkat negara dan tingkat perusahaan, kemudian dievaluasi dengan regresi logistik.
Temuan: Ditemukan bahwa semakin individualistik budaya suatu negara, semakin mungkin perusahaan makanan berbasis tumbuhan memasuki negara dengan mode masuk yang memiliki tingkat kontrol yang lebih tinggi, yaitu mode berbasis ekuitas, sedangkan budaya menghindari ketidakpastian dan pengeluaran R&D untuk inovasi makanan tidak teramati secara signifikan mempengaruhi pilihan mode masuk oleh perusahaan makanan berbasis tumbuhan.
Batasan Penelitian: Karena tidak tersedianya indeks inovasi makanan per negara, variabel spesifik perusahaan seperti intensitas R&D tidak dapat dimasukkan dalam persamaan. Penelitian masa depan harus mencari pengaruh kemampuan negara dalam inovasi hijau dan investasi R&D terhadap strategi internasionalisasi perusahaan hijau.
Implikasi Praktis: Studi ini memberikan wawasan baru mengenai mode masuk, karena mengeksplorasi hubungan antara budaya nasional dan tingkat inovasi dalam ekspansi perusahaan makanan berbasis tumbuhan, yang mewakili inovasi makanan yang sedang berkembang dalam industri pertanian.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Piliang, Yasraf Amir
"Understanding political culture through a cultural studies approach."
Yogyakarta: Jalasutra, 2006
320 YAS t (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Athaalia Rananur Salsabilla
"Dari zaman ke zaman, jodoh merupakan suatu konsep yang berkaitan erat dengan kehidupan umat manusia. Perspektif berbeda perihal jodoh tergantung oleh kebudayaan yang memengaruhinya seringkali tergambarkan dalam karya sastra yang ada pada masing-masing zaman. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana tradisi sati tentang jodoh dalam Kakawin Sumanasantaka. Untuk menjawab permasalahan tersebut, digunakan metode Close Reading McClennen, Teori Semiotika Roland Barthes (1964), serta didasari pemahaman tentang tradisi sati dalam Hindu dan konsep satya dalam budaya Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan tradisi sati tentang jodoh dalam Kakawin Sumanasantaka, memberikan wawasan pengetahuan baru terkait konsep jodoh pada era Jawa kuno dan menjadi pijakan bagi penelitian karya sastra era Jawa Kuno lainnya. Sumber data yang dikaji dalam penelitian ini yakni teks Kakawin Sumanasantaka berbahasa Jawa Kuno edisi teks Peter Worsley, S. Supomo, Thomas Hunter, dan Margaret Fletcher pada tahun 2013 dengan judul “Mpu Monaguna's Sumanasantaka: An Old Javanese Epic Poem, its Indian Source and Balinese Illustrations”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif analitis dengan semiotik sastra dan melalui tahapan close reading McClennen. Teori yang dijadikan landasan adalah Teori Semiotika oleh Roland Barthes (1964), pemahaman tentang tradisi sati oleh John Stratton Hawley (1994), serta konsep satya merujuk kepada Bhavabhakti dan Pañ ca Satya. Setelah dilakukan analisis, ditemukan bahwa tradisi sati yang ada dalam Kakawin Sumanasantaka merupakan penggambaran dari dasyabhava dan kantabhava, serta merupakan bentuk dari penerapan satya mitra.

From time to time, soulmate is a concept that is closely related to human life. Different perspectives on soulmates depending on the culture that influences them are often depicted in literary works of each era. This study’s research question concerns how the sati tradition relates to the concept of soulmate expressed in Kakawin Sumanasantaka. To answer this problem, McClennen’s Close Reading method and Roland Barthes’s Semiotic Theory (1964) was used alongside the understanding of the sati tradition in Hinduism and the concept of satya in Javanese culture. This study aims to reveal the sati tradition in regards to the concept of soulmate in Kakawin Sumanasantaka, provide new knowledge regarding the concept of soulmate in the ancient Javanese era and become a basis for other ancient Javanese literary research. The primary data in this study is the Kakawin Sumanasantaka text written in Old Javanese language text edition by Peter Worsley, S. Supomo, Thomas Hunter, and Margaret Fletcher in 2013 with the title "Mpu Monaguna's Sumanasantaka: An Old Javanese Epic Poem, its Indian Source and Balinese Illustrations''. This research uses qualitative descriptive analytical methods alongside literary semiotics and McClennen’s close reading. The theories used as basis are the Semiotic Theory by Roland Barthes (1964), the understanding of the sati tradition by John Stratton Hawley (1994), alongside the concept of satya referring to Bhavabhakti and Pañca Satya. This study found that the existing sati tradition in Kakawin Sumanasantaka is a depiction of dasyabhava, and kantabhava, also is a form of applying satya mitra."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Widyantoro
"Penelitian ini menguji pengaruh corporate identity dan corporate image dalam membentuk corporate reputation Badan Standardisasi Nasional dengan melakukan survei pada seratus orang yang merupakan stakeholders Badan Standardisasi Nasional. Hasil analisis jalur model intervening menunjukkan bahwa corporate identity BSN berpengaruh positif dan signifikan terhadap corporate reputation BSN. Corporate image BSN juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap corporate reputation BSN. Lalu corporate identity berpengaruh positif dan signifikan terhadap corporate image. Sedangkan pengaruh corporate identity terhadap corporate reputation melalui corporate image menunjukkan bahwa fungsi variable intervening (corporate image) cukup berpengaruh, karena menambah besar pengaruh langsung. Di sini berarti posisi corporate identity maupun corporate image merupakan prakondisi atau prasyarat terjadinya corporate reputation

This research tested the impact of corporate identity and corporate image in shaping corporate reputation of the National Standardization Agency of Indonesia (BSN) by surveying a sample of 100 stakeholders member of the National Standardization Agency of Indonesia. As the result of path analysis and simple regression showed that the Corporate Identity of BSN had positive and significant impact to the Corporate Reputation of BSN. Corporate Image BSN also had positive and significant impact to the Corporate Reputation BSN. Then the Corporate Identity also had positive and significant impact to the Corporate Image. Corporate Identity to Corporate Reputation toward Corporate Image showed that it had intervening function that positive and significant. It means that Corporate identity and corporate image is a pre condition of corporate reputation. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sintya Marantika
"Budaya memiliki peran yang sangat penting di dalam Kantor Akuntan Publik (KAP). Di dalam SPM No.1 tentang Pengendalian Mutu bagi KAP yang Melaksanakan Perikatan Asurans (Audit, Reviu, dan Perikatan Asurans Lainnya) dan Perikatan Selain Asurans, terdapat tanggung jawab kepemimpinan KAP atas mutu. Di dalam unsur tersebut, budaya internal KAP bergantung dari kepemimpinan KAP. Peran pemimpin KAP dapat
menjadi salah satu penguat di dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik melalui budaya internal yang dibentuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peran partner di KAP CDE khususnya di ABC Team dalam membentuk corporate culture berdasarkan SPM No. 1 dan Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Peran partner ini selanjutnya menjadi bagian dari alur pembentukan budaya organisasi menurut Stephen P. Robbins. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data yang
digunakan adalah data primer dan sekunder dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara dan dokumentasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa partner ABC Team pada KAP CDE telah menjalankan perannya sebagai pemimpin yang bertanggung jawab atas mutu sesuai dengan SPM No.1 dan telah menjalankan perannya dalam mempromosikan kode etik melalui budaya yang telah dibentuk. Proses pembentukan budaya di ABC Team pada KAP CDE menurut Stephen P. Robbins diawali dari filosofi pendiri ABC Team yang mengklasifikasikan visi menjadi tiga bagian yaitu people, company, dan client.Tetapi dalam praktiknya masih terdapat permasalahan terkait penanaman budaya pada karyawan, sehingga penulis mengusulkan strategi dalam kerangka sistem pengendalian manajemen yang terdiri dari kontrol sosial yaitu tone at
the top, employee socialization, selection of personnel, interactive controls, clan controls; dan kontrol teknis yaitu diagnostic controls, policies & procedures, incentive systems.

Culture has a very important role in the Public Accounting Firm (CPA Firm). Standard on Quality Control (SQC) 1 regarding Quality Control for CPA Firms Conducting Assurance (Audit, Review, and Other Assurance Engagements) and Non-Assurance Engagements, there is a CPA Firms leadership responsibility for quality. Within these
elements, the CPA Firms internal culture depends on the CPA Firms leadership. The role of the CPA Firms leader can be one of the reinforcements in the Code of Ethics for the Professional Public Accountant through the internal culture that is established. This
study aims to evaluate the role of partners in CPA Firm CDE, especially in the ABC Team in establishing a corporate culture based on SQC 1 and the Code of Ethics for the Professional Public Accountant. The role of this partner then becomes part of the flow of organizational culture establishment according to Stephen P. Robbins. This study
uses a qualitative method with a case study approach. The data used are primary and secondary data with data collection techniques in the form of interviews and documentation. The results of the analysis show that partner of ABC Team at CPA Firm CDE has carried out his role as leader who are responsible for quality in accordance with SQC 1 and have carried out his role in promoting the code of ethics through the culture that has been established. According to Stephen P. Robbins, the process of culture establisment in the ABC Team at CPA Firm CDE begins with the philosophy of
the founder of the ABC Team which classifies the vision into three parts, namely people, company, and client. However, in practice there are still problems related to inculcating culture in employees, so the author proposes a strategy within the framework of a management control system consisting of social control, namely tone at the top, employee socialization, selection of personnel, interactive controls, clan
controls; and technical controls, namely diagnostic controls, policies & procedures, incentive systems.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karin Aurelia Permana
"Budaya organisasi merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan sebuah organisasi atau perusahaan. Di dalam budaya organisasi, terkandung sistem makna berupa prinsip nilai yang berfungsi mengatur individu untuk berperilaku sebagaimana mestinya selama menjadi anggota organisasi. Maka, penting bagi organisasi untuk memberikan pemahaman budaya organisasi kepada anggotanya melalui sosialisasi, terlebih kepada anggota baru. Makalah ini merupakan bentuk refleksi pengalaman magang saya selama lima bulan (Juli 2021-Desember 2021) sebagai divisi Culture Engagement di Stockbit & Bibit. Penulisan akan berfokus pada bagaimana cara sosialisasi budaya organisasi yang dilakukan dalam program kerja performance review. Budaya organisasi di Stockbit & Bibit terdiri dari lima culture DNA, yaitu Creativity & Innovation, Continuous Improvement, Take Ownership, Team Collaborations dan Customer Obsession. Hasil akhir menunjukkan bahwa cara sosialisasi budaya organisasi yang dilakukan dalam program kerja performance review menggunakan sistem rewards (penghargaan) dan punishment (hukuman). Rewards dan punishment menjadi cara sosialisasi yang efektif karena anggota baru memiliki pengalaman dalam berbagai jenis perilaku anggota lainnya yang sudah lebih dahulu ada di dalam organisasi. Karyawan baru di Stockbit & Bibit dapat mengetahui perilaku yang perlu dilakukan sesuai dengan peran, fungsi, dan tanggung jawabnya dengan memahami budaya organisasi yang berlaku melalui proses sosialisasi.

Organizational culture is a determining factor in the overall success of a company. Within the organizationional culture, there are set values that governs how an individual functions according to their respective roles within an organization. Thus, it is essential for an organization to educate its members on organizational cultures, especially towards its new members. This paper is written as a reflection of the writer's experience during their five-month internship (July 2021-December 2021) as a member of the Cultural Engagement Division of Stockbit & Bibit. This writing focuses on how organizational culture is socialized in the performance review work programme. Organizational culture in Stockbit & Bibit consists of five cultural DNAs, which are Creativity & Innovation, Tale Ownership, Team Collaborations and Customer Obsession. The conclusion shows that the socialization method used by the company is by rewards & punishments. Rewards and punishments are shown to be an effective way of socializing the company's organization culture as new members are able to learn from the experiences of senior employees. Newer members of the company are subsequently able to act accordingly based on their roles, function, and responsibilities by understanding the company's organization culture."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shabriena Wardhani
"ABSTRAK
Persaingan antar industri tak terelakan lagi, sehingga kebutuhan akan diferensiasi dan branding sebagai identitas perusahaan kian tinggi. Tidak terkecuali bagi sektor publik, utamanya yang baru berdiri. Identitas dan karakter perusahaan itu sendiri timbul karena budaya perusahaan yang mampu membuat diferensiasi dengan perusahaan lainnya. Oleh sebab itu, penelitian ini berusaha menjawab bagaimana proses pembentukan dan penguatan budaya perusahaan dan menganalisis bagaimana membangun corporate branding melalui budaya perusahaan dengan menggunakan konsep Vision, Culture, Image di unit analisis Perum LPPNPI. Peneliti menggunakan paradigma penelitian post-positivis dengan metode penelitian kualitatif. Data bersifat primer diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi; serta data sekunder dengan studi dokumentasi dan hasil focus group discussion. Hasil penelitian menunjukan bahwa komunikasi internal adalah fondasi dalam pembentukan budaya perusahaan. Budaya perusahaan merupakan nilai perusahaan yang diinternalisasi seluruh karyawan dan pejabat. Dibutuhkan komitmen dari pemimpin perusahaan untuk memperkuat budaya perusahaan. Integrasi budaya perusahaan dengan visi dan citra perusahaan dapat membangun corporate branding. Meskipun masih terdapat gap antar aspek, namun dapat diminimalisasi dengan semakin sadarnya manajemen dan karyawan akan kebutuhan branding.

ABSTRACT
Competition between industries is inevitable, thus the need for differentiation and branding as a corporate identity increasingly high. No exception for the public sector, especially the new company. The identity and character of the company itself arises because the company culture is able to make a difference with other companies. Therefore, this study answers how the process of forming and strengthening a corporate culture and analyzing how to build corporate branding through corporate culture using the concept of Vision, Culture, Images in Perum LPPNPI as an unit of analysis. The researcher uses the post-positivist research paradigm with qualitative research methods. Primary data obtained through in-depth interviews and observations; and secondary data with the study of documentation and the results of focus group discussions. The results showed that internal communication is the foundation in the formation of corporate culture. Corporate culture is a corporate value that is internalized by all companies and officials. Commitments from company leaders are needed to support the corporate culture. Integration of corporate culture with company vision and image can build corporate branding. Although there are gaps between aspects, they can be minimized by increasing awareness and management will require branding."
2020
T55314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>