Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5268 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Agus Erinita
"
ABSTRAK
Penelitian mengenai metafora seputar Liga Dunhil dilakukan dengan tujuan menemukan metafora yang ada di dalam bidang persepakbolaan dan mencari ranah metafora apa saja yang digunakan di dalam olehraga tersebut.
Selain digunakan dalam bidang sastra, metafora juga ditemukan dalam bidang olahraga. Kuhusus dalam penelitian ini menggunakan data siaran langsung sepak bola. Berbeda dengan siaran langsung di televisi, siaran langsung di radio cenderung lebih lengkap dan variatif. Oleh karena itulah sering muncul kata-kata yang semula digunakan dalam kehidupan sehari-hari ternyata dalam siaran sepak bola tersebut --secara spontan--juga digunakan penyiar untuk mendeskripsikan situasi pertandingan sepak bola yang sedang dibawakannya. Dari gejala itu, maka muncullah berbagai kata yang metaforis dan ranah metafora yang sering digunakan penyiar dalam siarannya tersebut.
Dengan berpedoman pada pendapat Susan S. Beans (1981) dan beberapa pendapat lain untuk metafora, kombinasi pendapat Spradley (!980) dan Lakoff (1980) untuk penentuan ranah metafora serta data pertandingan sepak bola Liga Dunhill 1996, menghasilkan beberapa kesimpulan yang merupakan pembuktian dari tujuan penelitian, ini. Beberapa bentuk dan ranah metafora yang ditemukan, dibahas dan diuraikan berdasarkan landasan pendapat yang ilmiah.
"
1997
S11136
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christian Wahyu Berlian
"Dalam skripsi ini yang dibahas adalah konsep metafora, klasifikasi metafora, dan telaah makna metafora dalam ktab Amsal. Dalam skripsi ini yang dianalisis adalah metafora yang terdapat pada bab pertama, kedua, dan ketiga dalam Kitab Amsal. Hal-hal yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah penafsiran yang memiliki makna lebih dan satu karena Kitab Amsal berisi larangan, perintah, dan himbauan yang disampaikan melalui metafora, peribahasa, kata mutiara, dan sebagainya. Kita sering kali melakukan penafsiran Kitab Amsal dengan cara yang salah. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan metafora yang terdapat dalam Kitab Amsal melalui klasifikasi secara semantis dan menentukan konsep yang ada. Penelitian ini memberikan sumbangan pada bidang linguistik, secara khusus memberi sumbangan pada semantik gramatikal, berupa gambaran klasifikasi metafora dan cara menafsirkan bentuk-bentuk metafora yang terdapat dalam Kitab Amsal. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis metafora yang terdapat dalam Kitab Amsal dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh George Lakoff dan Mark Johnson dalam bukunya Metaphors We Live dan memberikan penafsiran makna menurut tafsir secara filosofis sebagaimana dikemukakan oleh Searle"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S10769
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utami Khairunisah
"Dalam skripsi ini dibahas mengenai metafora apa saja yang merujuk pada istilah seksual, bentuk metafora yang ditemukan, serta hubungan ranah sumber dan ranah sasaran. Dalam skripsi ini yang dianalisis adalah metafora istilah seksual yang ditemukan dalam headline surat kabar Lampu Merah periode September 2007-Februari 2008. Dalam menganalisis metafora yang ditemukan dalam headline Lampu Merah, penulis menggunakan teori semantik, teori yang dikemukakan oleh Knowles dan Moon (2006), Lokoff dan Johnson (1980) (1993), serta Siregar (2004). Lakoff dan Johnson mengemukakan bahwa metafora tidak hanya persoalan bahasa, tetapi juga sebagai suatu perilaku bahasa yang berhubungan dengan pikiran atau cara berpikir manuasia (konseptual). Metafora dapat dilihat sebagai pemetaan dasar dari sebuah pengalaman di satu ranah untuk sebuah pengalaman di ranah yang lain. Dengan demikian, metafora bekerja diantara dua ranah, yaitu ranah sumber dan ranah sasaran. Penulis memanfaatkan tabel yang dibuat oleh Siregar (2004) untuk melihat hubungan antara ranah sumber dengan ranah sasaran. Hubungan tersebut berupa perbandingan antara kata metafora dalam ranah sasaran dengan ranah target. Perbandingan ini dapat dilihat dari subjek, objek, dan alat yang digunakan dalam melakukan suatu perbuatan. Melalui teori pemetaan konseptual ini, dapat terlihat bahwa penulis berita memanfaatkan berbagai ranah untuk mengungkapkan istilah seksual. Beberapa verba yang mempunyai kesamaan konsep dengan persetubuhan ternyata termasuk dalam suatu ranah sehingga dibuat penamaan SEKSUAL sebagai PERTANIAN, UTANG, PEMAKAIAN, KEHIDUPAN HEWAN, HEWAN, ALAT, PERUBAHAN BENTUK, SAMBUNGAN, PERPUTARAN, GESEKAN, PRODUKSI, PEMBUNUHAN, LUBANG, PEMASUKAN, BENTUK, PINJAMAN, PANAS, SENTUHAN, KETIDAKAKTIFAN, MAKANAN, TINDAKAN, KELEZATAN, dan PENCURIAN."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11085
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Supraptiwi
"[Skripsi ini membahas komponen makna ?memisahkan? dalam bahasa Jawa. Batasan memisahkan dalam skripsi ini adalah tindakan memisahkan objek dari induknya. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari majalah Panjebar Semangat edisi tahun 2014 sebagai data primer, dan masukan responden, serta dosen penguji skripsi sebagai data sekunder. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kata-kata yang bermakna ?memisahkan? dalam bahasa Jawa, serta komponen makna umum dan komponen makna khusus dari kata-kata tersebut. Penelitian ini menggunakan teori medan makna dan teori komponen makna oleh Nida (1979). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Hasil dari penelitian ini menunjukkan ada 39 kata-kata yang bermakna ?memisahkan? dalam bahasa Jawa, dan dari ketiga puluh sembilan kata tersebut ditemukan 4 komponen makna umum dan 57 komponen makna khusus.
;This undergraduate thesis discusses semantic features of 'separating' in Javanese. Data that are used in this study come from Panjebar Semangat magazine 2014 edition as primary data, and respondents? as well as thesis examiners? input as secondary data. This research aims to find Javanese words which have meanings of 'separating' and also its semantic features (common components and distinctive components) . This research uses a theory of semantic field and a theory of semantic features by Nida (1979). The method that is used in this research is descriptive analysis. The results from this study show that: (1) there are thirty-nine words that have 'separating' meaning in Javanese and (2) from those thirty-nine words, this research found 4 common components and 57 distinctive components of ?separating? meaning.
;This undergraduate thesis discusses semantic features of 'separating' in Javanese. Data that are used in this study come from Panjebar Semangat magazine 2014 edition as primary data, and respondents? as well as thesis examiners? input as secondary data. This research aims to find Javanese words which have meanings of 'separating' and also its semantic features (common components and distinctive components) . This research uses a theory of semantic field and a theory of semantic features by Nida (1979). The method that is used in this research is descriptive analysis. The results from this study show that: (1) there are thirty-nine words that have 'separating' meaning in Javanese and (2) from those thirty-nine words, this research found 4 common components and 57 distinctive components of ?separating? meaning.
, This undergraduate thesis discusses semantic features of 'separating' in Javanese. Data that are used in this study come from Panjebar Semangat magazine 2014 edition as primary data, and respondents’ as well as thesis examiners’ input as secondary data. This research aims to find Javanese words which have meanings of 'separating' and also its semantic features (common components and distinctive components) . This research uses a theory of semantic field and a theory of semantic features by Nida (1979). The method that is used in this research is descriptive analysis. The results from this study show that: (1) there are thirty-nine words that have 'separating' meaning in Javanese and (2) from those thirty-nine words, this research found 4 common components and 57 distinctive components of ‘separating’ meaning.
]"
2015
S60999
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suenobu, Toshio
"Ini adalah studi frasa preposisional temporal (FPrT) bahasa Indonesia. Sampai saat ini, frasa preposisional dianggap sebagai struktur yang sangat sederhana, yaitu preposisi dan nomina atau frasa nominal. Akan tetapi, sejak tahun 1970-an anggapan itu ditepis banyak pakar sehingga mulailah banyak dilakukan penelitian tentang frasa preposisional, baik dari aspek sintaktis maupun semantis.
Penelitian ini berkaitan dengan aspek sintaktis dan semantis FPrT. Aspek sintaktis yang dibahas adalah preposisi dan kategori pelengkap preposisi, pola FPrT, pelesapan preposisi, distribusi FPrT, dan fungsi sintaktis FPrT. Sementara itu, aspek semantis yang diteliti berkaitan dengan peran semantis FPrT dan perbedaan makna antara satu preposisi dengan preposisi lain dalam konstruksi FPrT.
Sumber data penelitian ini adalah buku kumpulan cerpen Derabat, buku sejarah Zaman Peralihan dan Penakluk Rezim Orde Baru, majalah Tempo, dan surat kabar Kompas. Pemilihan itu didasari oleh pemikiran perlunya keterwakilan dari berbagai ragam pemakaian bahasa untuk mendapatkan data yang variatif.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada 31 preposisi yang dapat menjadi unsur FPrT. Kategori pelengkap preposisi pada FPrT bahasa Indonesia ternyata tidak hanya berupa nomina atau frasa nominal, tetapi juga dapat berupa adjektiva, demonstrativa, numeralia, dan frasa preposisional. Berkaitan dengan analisis pelesapan, preposisi yang dapat dilesapkan adalah preposisi pada, di, dan selama. Pelesapan itu bersifat kecenderungan saja dan opsional.
FPrT bahasa Indonesia dalam konstruksi sintaktis dapat berada pada posisi awal, tengah, dan akhir jika FPrT berfungsi sebagai keterangan. Jika FPrT tersebut menjadi pewatas belakang pada frasa nominal, tentu posisi FPrT selalu di belakang nomina. FPrT dapat menduduki fungsi predikat dan keterangan dalam kalimat. Jika dianalisis dari sudut struktur topik-komen, FPrT dapat menjadi topik.
FPrT bahasa Indonesia memiliki peran semantis titik waktu, jangka waktu, arah kewaktuan, frekuensi, dan kebersamaan waktu. Hal itu masih dapat dibagi lagi ke dalam subperan semantis lainnya.

This is a study of temporal prepositional phrases (TPPs) in the Indonesian language. Until recently, temporal prepositional phrases have been considered as simple structures consisting of a preposition and a noun or noun phrase. Since the 1970s, however, this view has been criticized by many linguists. Since then, prepositional phrases have been analysed from both syntactic and semantic points of view.
The research reported here deals with both syntactic and semantic aspects of TPPs. The syntactic aspect discussed covers the category of preposition complements, the distribution of TPPs, their syntactic function, and the deletion of prepositions in the use of TPPs. The semantic aspect studies the semantic role of TPPs and the differences in meaning among prepositions in TPPs constructions.
Data are taken from a short story collection entitled Derabat, from the history books 2aman Peralihan and Penakluk Rezim Orde Baru, from Tempo magazine; and from the daily newspaper Kompas. These sources were chosen as representative of the wide variety of current language forms and uses in order to collect as many diverse data items as possible.
The analysis found that there are 31 prepositions that can be associated with TPPs. The results also showed that the category of preposition complement does not only consist of a noun or noun phrase, but also adjectives, demonstratives, and prepositional phrases. Using deletion analysis, it has been thought that only pada, .di, and selama could be deleted without affecting meaning. However, it was discovered that this type of deletion is only one of the options in TPPs.
TPPs as adverbials in syntactic constructions can be in either the initial, middle, or final positions. As back modifiers of noun phrases, TPPs always follow nouns. They also function as predicates and adverbials. In topic-comment structures, TPPs can function as topic sentences.
TPPs have semantics roles as points of time, spans of time, time directions, time frequencies, and time simultaneity, which can be divided into other semantic sub-roles.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T8097
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. M. Mahendra
"
ABSTRAK
Masa pendudukan Jepang di Indonesia yang berlangsung antara tahun 1942 sampai dengan 1945 membawa perubahan besar pada tatanan sosial budaya dan ekonomi-politik masyarakat Indonesia. Pada bahasa, masa itu merupakan salah satu tonggak penting perkembangan bahasa Indonesia. Pada masa itulah bahasa Indonesia didorong penggunaannya secara lebih intensif dan ekstensif oleh pemerintah pendudukan Jepang. Bagi Jepang, tujuannya tak lain hanya untuk memperlancar proses pendudukan dan mengambil hati bangsa Indonesia.
Selain upaya intensifikasi dan ekstensifikasi bahasa Indonesia, salah satu ciri yang menonjol dalam bahasa Indonesia adalah pemakaian kosa kata dan metafora yang khas masa itu. Kekhasan yang terjadi bisa dikaitkan dengan perubahan tatanan sosial-budaya dan ekonomi-politik dari masa kolonial Belanda ke masa pendudukan Jepang.
Skripsi ini mendeskripsikam kemunculan kata-kata kunci dan penggunaan metafora yang khas pada teks Sumera Mitami yang dimuat pada koran Asia Raya yang terbit pada bulan Maret 1942. Kata-kata kunci yang muncul dan perluasan makna metaforisnya dapat diinterpretasikan sebagai pencerminan ideologi yang dibawa pemerintah pendudukan Jepang di Indonesia melalui bahasa. Pada skripsi ini pembaca dapat melihat bagaimana kata-kata kunci dan metafora telah digunakan untuk menyampaikan ideologi masa itu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S10981
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triana Mutia Riny
"Penelitian mengenai tipologi semantis verba bahasa Indonesia dalam Surat Pembaca Republika. Tujuannya adalah untuk mengungkapkan tipe semantis verba bahasa Indonesia dan mengemukakan kriteria-kriteria yang menentukan tipe semantis verba tersebut. Penelitian ini menentukan hubungan kasus yang hadir antara predikator verba dengan argumen-argumennya dalam suatu proposisi yang kehadirannya dapat menentukan tipe semantis verba tersebut. Penelitian ini menggunakan kolom Surat pembaca Republika selama satu bulan, yakni bulan Oktober 2002. Data yang dikumpulkan adalah verba yang merupakan predikator dalam proposisi. Setelah terkumpul, data dianalisis hubungan kasusnya yang hadir antara verba dengan argurnen argumennya. Terakhir, dengan kasus-kasus inilah akan dapat ditentukan tipe-tipe semantis yang dimiliki verba itu. Hasil yang diperoleh terdapat tiga belas tipe semantis verba yang ditemukan dari data, yaitu (1) verba keadaan, (2) verba keadaan-pengalaman, (3) verba keadaan_benefaktif, (4) verba keadaan-lokatif, (5) verba proses, (6) verba proses-pengalaman, (7) verba proses-benefaktif; (8) verba proses-Iokatif, (9) verba aksi, (10) verba aksi_pengalaman, (11) verba aksi-benefaktif, (12) verba aksi-lokatif dan (13) verba aksiproses."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S10978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lapoliwa, Hans
"Salah satu ciri yang membedakan bahasa orang dewasa dari bahasa anak adalah pemakaian variasi kalimat yang lebih banyak, baik dalam hal panjang maupun dalam hal jenis atau tipe konstruksinya. orang dewasa, terutama dalam menulis, cenderung menggunakan kalimat panjang berupa kalimat kompleks dan/atau kalimat majemuk, sedangkan anak lebih banyak menggunakan kalimat sederhana. Hal itu mudah dimengerti karena orang dewasa--sebagai hasil pendidikan dan pengalaman bergaul dengan bahasa yang bersangkutan--telah menguasai secara lebih baik berbagai pola kalimat serta kaidah untuk memanipulasi pola-pola kalimat dan satuan-satuan lingual yang ada dalam bahasa yang bersangkutan. Akan tetapi, kecenderungan menggunakan kalimat panjang sering mengakibatkan kekaburan pengertian sehingga pendengar (pembaca) terpaksa "bekerja" lebih keras dalam usahanya menafsirkan makna untaian katakata itu. Kekaburan itu pada umumnya terjadi karena untaian kata-kata itu, walaupun sudah cukup panjang, belum dapat dikatakan bentuk (kalimat) yang apik (well-formed). Dengan perkataan lain, untaian kata-kata itu menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang bersangkutan. Gejala penyusunan kalimat panjang yang menyalahi kaidah-kaidah bentuk kalimat yang apik dalam bahasa Indonesia cukup memprihatinkan para pembina bahasa Indonesia. Terjadinya bentuk-bentuk yang tidak apik (ill-formed) itu terutama disebabkan oleh kurang mantapnya penguasaan kaidah-kaidah bahasa Indonesia, khususnya kaidah-kaidah sintaKsis.
Mengingat bahwa bahasa Indonesia merupakan sarana yang penting bagi pembangunan bangsa dan negara (Halim, 1976:17), gejala penyimpangan yang sering tampak pada kalimat panjang dalam bahasa Indonesia dewasa ini tidak dapat dibiarkan terlalu lama. Untuk itu perlu diusahakan pengadaan buku-buku pedoman pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dalam hubungan itu, penyediaan buku tata bahasa Indonesia untuk berbagai lapisan masyarakat merupakan hal mutlak. Oleh karena kaidah bahasa pada asasnya merupakan rumusan mengenai keteraturan yang terdapat pada bahasa (Stockwell, 1977:3), penelitian deskriptif merupakan suatu hal yang hares dilakukan sebelum penulisan buku tata bahasa yang baik dapat dilaksanakan. Penelitian pemerlengkapan (complementation) dalam bahasa Indonesia ini merupakan salah satu usaha yang berorientasi ke arah penulisai: tata bahasa Indonesia yang dapat diandalkan yang, pada gilirannya, dapat meningkatkan mutu pemakaian bahasa Indonesia di kalangan masyarakat luas.
Telaah pemerlengkapan adalah'telaah yang menyangkut konstituen frasa atau klausa yang mengikuti kata yang berfungsi melengkapi spesifikasi hubungan makna yang terkandung dalam kata itu (Quirk et al, 1985:65). Istilah "pemerlengkapan" mencakup konstituen kalimat yang lazim disebut objek, pelengkap, dan keterangan yang kehadirannya bersifat melengkapi makna kalimat. Konstituen ke warung pada Dia pergi ke warung atau membeli rokok pada ilia pergi membeli rokok merupakan pemerlengkapan karena kehadirannya melengkapi makna kalimat. Meskipun bentuk dia pergi termasuk bentuk yang apik dari segi sintaksis, kalimat itu belum lengkap dari segi makna. Verba pergi menuntut adanya keterangan tempat atau keterangan tujuan (yang menyatakan perbuatan)."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
D1036
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudaryono
"Pada Bab,d pasal 3 telah dinyatakan bahwa tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimanakah negasi diungkapkan dalam bahasa Indonesia. Tujuan ini didasari asumsi bahwa negasi bersifat universal, tetapi diungkapkan secara berbeda-beda dalam bahasa yang satu dan yang lain. Sebagai kategori semantis, negasi dalam bahasa Indonesia diungkap_kan dengan beberapa cara, baik secara suprasegmental (dengan pemberian intonasi tertentu) atau segmental (dengan menggunakan konstituen nega_tif). Dengan membatasi pada negasi yang dinyatakan secara segmental, penelitian ini menemukan adanya tiga macam konstituen yang lazim dipakai sebagai pengungkap negasi, yaitu (1) tidak, bukan, dan berbagai varian_nya, (2) a-, non-, dan seterusnya, dan (3) jangan, belurn, dan lainnya. Pengungkap negasi yang pertama dan kedua disebut konstituen negatif formal babas dan terikat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
D1821
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chusnul Waton
"Skripsi ini merupakan satu dari sedikit penelitian atas humor lisan yang pernah dilakukan di Indonesia. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan semantik sebagai dasar untuk menganalisis humor lisan yang menjadi fokus penelitian ini karena persoalan humor tidak lepas dari persoalan makna.
Yang menarik dari penelitian ini adalah kenyataan bahwa setiap kelucuan dalam humor verbal selalu melibatkan, sekurang-kurangnya, satu dari empat aspek semantik, yaitu: praanggapan, implikatur, pertuturan, dan dunia kemungkinan. Berangkat dari kenyataan ini, timbul keinginan penulis untuk mendeskripsikan bagaimana bentuk-bentuk keterlibatan keempat aspek semantik itu dalam humor lisan. Data yang penulis gunakan sebagai bahan analisis adalah humor lisan Bagito yang penulis peroleh dari hasil rekaman pertunjukkan lawak Bagito yang pernah diudarakan di atas Kejayaan.
Dari penelitian ini penulis memperoleh hasil tentang bentuk-bentuk keterlibatan, praanggapan, implikatur, pertuturan, dan dunia kemungkinan yang disajikan pada bab II. Penulis juga berhasil mengidentifikasikan 13 teknik membangun humor yang terdapat dalam humor lisan bagito yang disajikan pada bab III."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1997
S10715
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>