Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213543 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Asih Heryana
"Derdasarkan kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh tokoh-tokoh wanita dalam peranannya di dalam novel, maka dapat dikatakan bahwa wanita telah mencapai satu perkembangan yang menyolok bila dibandingkan dengan jaman Sitti Nurbaya. Pergeseran nilai dengan masuknya pemikiran baru dari luar, telah membawa pengaruh dan meletakkan dasar-da_sar kebebasan bagi kemajuan wanita. Namun kemajuan yang di_capai oleh tokoh-tokoh wanita ini bukan merupakan hadiah atau pemberian, melainkan dicapai dengan perjuangan. Perju_angan emansipasi tersebut diwujudkan dengan bekerja keras, menuntut ilmu serta menegakkan prinsip hidup dan harga diri.Perjuangan yang pertama kali, dilakukan oleh tokoh Sitti Nurbaya yang pergi dari karapungnya menuju tanah Jawa, untuk melepaskan diri dari tekanan-tekanan yang berasal da_ri Datuk Maringgih. Namun kebebasan yang ingin dicapai oleh Nurbaya belum saatnya untuk dinikmati..."
Depok: Universitas Indonesia, 1981
S10758
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Krishandini
"
ABSTRAK
Penelitian mengenai potret wanita jawa ini dilakukan dengan tujuan mengetahui wanita pengarang (NH. Dini ) menampilkan wanita Jawa dalam Tirai Menurun. Bagaimana wanita Jawa tersebut digambarkan oleh NH Dini; bagaimana mereka menentukan sikap dalam menghadapi norma-norma masyarakat (Jawa).
Wanita-wanita yang ditampilkan oleh pengarang merupakan refleksi wanita dalam kehidupan nyata yang berada dalam lingkup budaya Jawa. Pengarang berusaha menampilkan potret wanita Jawa yang masih terpengaruh dalam budaya Jawa, tempat tokoh-tokoh tersebut dilahirkan dan dibesarkan.
"
1997
S10952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Sutiara
"Perkembangan zaman dan keleluasaan wanita untuk mendapatkan kesempatan meraih pendidikan setinggi mungkin mempengaruhi pola pikir dan perilaku mereka. Wanita yang selama ini, dianggap memiliki sifat-sifat yang stereotip, seperti bergantung, lemah, pasif, tidak berani menyuarakan pendapat pribadinya, berkat pendidikan yang tinggi dan keterbukaan masyarakat dalam menerima perubahan nilai-nilai tentang wanita, menunjukkan sikap-sikapnya yang berbeda. Wanita golongan ini, terutama yang hidup di kota besar, telah menjadi lebih berani dalam menentukan pilihan, lebih mandiri, lebih aktif dalam kompetisi studi dan karier, yang tentu raja bertentangan dengan karakteristik stereotipnnya terdahulu.
Ciri-ciri karakteristik seperti itulah yang penulis temukan dalam 13 cerpen karya Prasanti yang terkumpul dalam kumpulan cerpen Cintaku Pelabuhanku. Pemunculan sifat-sifat yang nonstereotip ini tidak hanya ditemukan pada tokoh-tokoh utama wanita yang masih lajang atau belum menikah, tetapi juga pada tokoh-tokoh wanita yang telah menikah. Bagaimanapun, konflik yang timbul dalam sebagian besar cerpen-cerpen ini, tidaklah melulu mengenai kompetisi studi dan karier yang menunjukkan kemandirian tokoh-tokoh wanita itu, tetapi juga masalah cinta dan keluarga sebagai masalah yang paling dasar dalam kehidupan setiap manusia. Apabila dikaitkan dengan kehidupan nyata, khususnya di kota-kota besar, di mana banyak sekali wanita yang berperan dalam sektor industri dan bisnis, kemungkinan munculnya karakteristik yang nonstereotip seperti itu bukanlah hal yang aneh. Prasanti mencoba merekamnya dalam bentuk fiksi, sebagai upaya untuk memperlihatkan kondisi masyarakat yang tengah terjadi."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11198
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni I. Bachtiar
"Aspek yang menonjol di dalam ketiga novel tersebut adalah penggambaran tokoh-tokoh wanita utamanya yang memiliki banyak persesuaian ciri dengan ciri para wanita pioneer yang hidup di daerah frontier.
Adapun tujuan dari karya tulis ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai ciri-ciri wanita pioneer dalam tokoh-tokoh utama wanita karya Willa Cather tersebut.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan historis untuk menghubungkan karya-karya tersebut dengan sejarah dan aspek-aspek wanita di abad kedelapan belas dan kesembilan belas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh-tokoh utama wanita ketiga novel tersebut banyak memiliki persesuaian ciri dengan ciri para wanita pioneer yang hidup di jaman frontier. Karenanya, mereka merupakan tokoh-tokoh utama wanita pioneer."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S14180
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Kartini Rustapa
"Dalam rentang waktu yang cukup panjang, sejak zaman Balai Pustaka sampai sekarang, telah banyak karya sastra modern yang dihasilkan, seperti puisi, drama, dan novel. Novel adalah salah satu ragam sastra yang banyak diminati masyarakat karena dalam novel orang dapat menemukan banyak informasi tentang kehidupan manusia dalam hubungannya dengan Pencipta, dengan alam, dengan masyarakat, dan dengan dirinya sendiri. Orang dapat membaca apa yang menjadi city-cites, harapan, keinginan, atau gagasan para tokoh di dalam novel itu. Dari novel-novel yang banyak itu ada dua buah, yaitu yang berjudul Layar Terkembang (1936) karya Sutan Takdir Alisyahbana dan Pada Sebuah Kapal (1985) karya penulis wanita N.H. Dini, yang menarik perhatian penulis untuk menelitinya.
Menariknya kedua novel itu karena kedua-duanya memperlihatkan adanya gagasan tentang wanita yang berbeda dari novel-novel lainnya. Dalam novel Siti Nurbaya wanita masih diperlakukan seenaknya. Wanita diletakkan pada posisi yang lemah, tidak bebas menentukan sikap sendiri. Novel-novel tahun 20-an yang memperlihatkan wanita yang lemah adalah Azab dan Sengsara, Salah Asuhan. Salah Pilih, Kasih tak Terlarai (Rustapa, 1992:30-33). Pada novel tahun 30-an tampak ada gambaran yang memperlihatkan sikap orang tua yang memberi kesempatan memutuskan kepada anak perempuannya. Kaum pria tidak memandang rendah lagi karena wanita-wanita itu sudah bebas berpendidikan. Hal seperti itu dapat dilihat dalam novel Darah Muda, Narumalina, Kalau Tak Untung, Kehilangan Mestika, dan Layar Terkembang. Dalam Layar Terkembang gagasan tentang wanita diwakili oleh tokoh Tuti. Tuti mempunyai kedudukan yang sangat berbeda dari tokoh wanita dalam novel-novel yang telah disebutkan di atas. la berjuang bukan hanya untuk dirinya, melainkan untuk kaumnya. Pendidikan yang dituntutnya digunakan sebagai bekal untuk perjuangan itu. Dalam novel ini ada perubahan sikap wanita yang sangat berbeda dengan sikap wanita dalam novel-novel sebelumnya, yaitu sikap Tuti yang pada awalnya memperjuangkan kedudukan kaum wanita dengan prinsip yang keras karena hanya berdasarkan pikirannya, tanpa menghiraukan perasaannya sebagai wanita, akhirnya juga rasa kewanitaannya muncul ke permukaan."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Yulianti
"Dua bidang ilmu yang berkaitan erat dengan bahasa, yakni ilmu linguistik dan ilmu susastra, seringkali dipandang sebagai dua disiplin yang bertolak belakang dan tidak dapat disatukan. Ilmu linguistik dengan pendekatan ilmiahnya terkesan lebih sistematis dan objektif, sementara ilmu susastra dianggap lebih bersandar pada penilaian dan interpretasi subyektif. Kemudian, berkembanglah ilmu stilistika yang menjembatani perbedaan di antara kedua bidang tersebut, dengan cara menggabungkan pendekatan ilmu linguistik dan ilmu susastra untuk meneliti style atau gaya bahasa yang digunakan dalam karya sastra. Kritik terhadap karya sastra dalam analisis stilistika menjadi kuat karena didasarkan pada metode penelitian linguistik yang sistematis.
Analisis stilistika dapat difokuskan pada aspek tertentu dalam karya sastra, seperti alur cerita, tema atau penokohan. Dalam analisis penokohan, salah satu unsur yang menarik untuk dilihat lebih dalam adalah relasi kuasa antarjender yang seringkali bersifat tidak seimbang, terutama dalam karya-karya sastra berbahasa Inggris tradisional.
Dalam penelitian ini, yang ditelaah adalah relasi kuasa antara tokoh pria dan wanita dalam novel The Awakening (1899) karya Kate Chopin, yang berkisah mengenai seorang wanita yang ingin membebaskan diri dari kungkungan tradisi dan konvensi masyarakat. Edna Pontellier, tokoh utama wanita dalam novel ini, menjalin hubungan dengan tiga tokoh pria, yaitu Leonce Pontellier, Robert Lebrun dan Alcee A-robin.
Penelitian ini bertujuan membandingkan relasi kuasa di antara Edna dan ketiga tokoh pria di atas, serta mengungkap penyebab di batik bentuk relasi kuasa tersebut. Relasi kuasa di antara tokoh wanita dan tokoh-tokoh pria diteliti melalui data narasi dan dialog yang menggambarkan interaksi antartokoh. Untuk meneliti narasi digunakan teori transitivitas Halliday, sedangkan untuk meneliti dialog digunakan teori pragmatik, yaitu teori analisis percakapan dan teori FTA atau tindakan mengancam muka yang dikemukakan Brown dan Levinson.
Hasil analisis narasi dan dialog menunjukkan bahwa relasi kuasa yang ada bersifat tidak setara. Dalam relasinya dengan Robert Lebrun, Edna Pontellier memegang kuasa yang lebih besar karena posisinya yang lebih tinggi daripada Robert berdasarkan usia dan status. Akan tetapi, ia menjadi pihak yang lemah dan terdominasi dalam relasinya dengan dua tokoh, yaitu Leonce Pontellier yang unggul dalam hal usia, harta dan peran dalam keluarga, serta Alcee Arobin yang lebih aktif dalam tindakan dan ucapan. Dengan demikian, penelitian stilistika ini mengungkap bahwa ketidakseimbangan dalam relasi kuasa antara tokoh utama wanita dan tokoh-tokoh pria dalam novel The Awakening yang disebabkan oleh faktor-faktor tersebut di atas."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S14051
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktaviani
"Analisis perkembangan watak tokoh Waskito dalam novel PDH ini bertujuan menjelaskan perkembangan watak tokoh Waskito. Untuk mencapai tujuan ini penulis berusaha menguraikan dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan watak tokoh waskito yang membuatnya bertingkah laku seperti yang diperlihatkan di dalam novel PDH.
Dalam penelitian di atas, penulis mempergunakan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik. Teori yang penulis gunakan selain teori dari bidang ilmu sastra juga teori dari bidang ilmu psikologi perkembangan anak sebagai ilmu bantu. Hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan watak tokoh waskito banyak dipengaruhi situasi lingkungan keluarga tempat Waskito tinggal dan lingkunagan sekolah tempat Waskito belajar."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S11226
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yeon, Lee
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
D1829
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Artini Mataram
"Dalam bab terakhir, yang berfungsi sebagai penutup ini, akan dicoba menyimpulkan hal-hal yang menjadi pokok keseluruhan pembicaraan skripsi ini. Tema yang disajikan Nh. Dini dalam Pada Sebuah Kapal dipandang sebagai langkah berani dari penulisan cerita rekaan Indonesia dewasa ini. Penampilan langkah berani tersebut dilanjutkan kembali di dalam karyanya La Barka dan Namaku Hiroko..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1979
S10747
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Yuni K.
"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur budaya Jawa yang terkandung dalam Pengakuan Pariyem -- melihat sosok wanita Jawa dari kalangan priyayi darn wong cilik -- serta memfokuskan pada keter_bukaan Pariyem terhadap seks. Dari sekian aspek budaya Jawa dalam buku Pengakuan Pariyem ini, penults melihat ada empat aspek budaya yang menonjol. Pertama, tradisi (kebiasaan hidup sehari-hari) manusia Jawa dalam Pengakuan Pariyem. Kedua, falsafah (sikap hidup) manusia Jawa dalam Pengakuan Pariyem. Ketiga, perilaku keagamaan manusia Jawa dalam Pengakuan Pariyem. Keempat, pola majikan-pembantu dalam Pengakuan Pariyem. Tradisi manusia Jawa digambarkan dengan jelas dalam Pengakuan Pariyem, di antaranya keakraban manusia Jawa dengan wayang. Sementara sikap hidup manusia Jawa yang ditonjolkan dalam Pengakuan Pariyem adalah nrimo ing pandum. Dan, sikap keagamaan yang dipeluk Pariyem, tokoh utama dalam prosa lirik ini, adalah sinkretis antara mistik Jawa dan agama katolik. Hubungan antara majikan dan pembantu dalam Pengakuan Pariyem memperlihatkan bahwa secara lahiriah, hubungan antara Pariyem (wong cilik) dengan majikannya (priyayi) sangatlah akrab. Akan tetapi, secara batiniah, hubungan antara wong. cilik dengan priyayi sangatlah jauh jaraknya. Hal ini terbukti dengan tetapnya Pariyem menjadi babu Raden Bagus Aria Atmojo, yang notabene adalah suaminya sendiri. Dengan kata lain, Pariyem hanya dijadikan selir. Pengakuan Pariyem memang penuh dengan adegan seks atau pembicaraan mengenai adegnn seks (ada 24 halaman). Meskipun demikian, penilaian bagus atau tidaknya sebuah karya sastra tidak hanya tergantung pada ada atau tidaknya seks dalam karya tersebut, melainkan wajar atau tidaknya pembicaraan seks dalam karya tersebut. menurut hemat penulis, penggambar_an seks dalam Pengakuan Pariyem sangat wajar dan tidak dipaksakan. Sikap Pariyem yang sangat terbuka dan pasrah dalam hidup merupakan salah satu ciri nanusia Jawa pada umumnya. Ini tidak berarti bahwa semua wanita Jawa bersikap seperti Pariyem, melainkan hanya beberapa saja yang ber_sikap demikian, atau bisa jadi hanya Pariyem (tokoh imajiner Suryadi) saja yang bersikap demikian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S11256
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>