Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98147 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simanjuntak, Betty R.
"Penelitian mengenai Konjungsi Antarkalimat Bahasa Indonesia yang ditujukan untuk mempelajari perilaku sintaktis konjungsi ini. Penelitian dilakukan dengan cara menganalisis sejumlah data yang diperoleh melalui pencatatan kalimat-kalimat yang mengandung konjungsi yang menghubungkan dua atau lebih kalimat. Sumber data-data dalam penelitian ini adalah media cetak berupa maja1ah dan Surat kabar yang nenggunakan bahasa Indonesia. Melalui penelitian ini diperoleh identitas Konjungsi Antarkalimat ini, yaitu keterikatannya, posisi dan pola pemakaiannya dan urutan unsur yang dihubungkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S11194
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna
"Penelitian ini membahas masalah konjungsi korelatif tidak hanya.,. tetapi juga... ; bukan hanya.., melainkan juga... ; apakah... atau... ; bukan hanya... tetapi juga... demikian,., sehingga... ; balk... maupun... ; entah... entah... ; maknn... maknn... ; bukan... melainkan... , Tujuan Penelitian adalah mendeskripsikan perilaku konjungsi korelatif Bahasa Indonesia berdasarkan sudut sintaktis dan semantis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S11048
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soani H. Goenawan
"Dalam kalimat Belanda kita sering menjumpai kata AL5 yang bertugas sebagai konjungsi., cantoh ALS mijn vriend met de fiets komt, kunnen we samen een tochtje makes. Jika kawan saya datang bersepeda, kita dapat bertamasya bersama-sama. (Geerts, 1884: 974) Konjungsi adalah partikel yang dipergunakan untuk menggabungkan kata dengan kata, frase dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat atau paragraf dengan paragraf (Kridalaksana, 1982: 90). Konjungsi dalam kalimat Belanda dibedakan atas konjungsi koordinatif dan konjungsi subordinatif. Konjungsi koordinatif menghubungkan kata dengan kata kelompok kata dengan kelompok kata atau antar kalimat yang setara (Damsteegt, 1984: 1538). Konjungsi Subordinatif menghubungkan klausa terikat dengan klausa utama atau antar klausa terikat yang tidak setara (Damsteegt, 1984: 1538).Kita sering menjumpai bahwa ALS dalam kalimat dapat muncul baik sebagai konjungsi koordinatif maupun sebagai konjungsi subordinatif. Sebenarnya, ALS tidak muncul sebagai konjungsi koordinatif melainkan muncul sebagai konjungsi korelatif. Kesalahpahaman ini dapat terjadi karena konjungsi koordinatif dan konjungsi ko_relatif bertugas sebagai konjungsi dalam koordinasi. Gabungan ALB dengan ZOWEL dalam kalimat merupakan salah satu contoh konjungsi korelatif, contoh ZOWEL opa ALS oorn Toon brachten een pop mee."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S15899
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Madia
"Konstruksi-dengan dapat berupa konstruksi frasal dan klausal. Dalam konstruksi frasal, dengan adalah preposisi, sedangkan dalam konstruksi klausal, dengan adalah konjungsi. Sebagai konjungsi, dengan selalu terdapat dalam konstruksi subordinatif (klausa subordinatif yang berkonjungsi dengan selanjutnya disebut "klausa-dengan"). Telah sejak lama perhatian para ahli tertuju pada konstruksi, berpreposisi dengan. Tidak demikian halnya dengan konstruksi berkonjungsi atau bersubordinator dengan.
Pemerian konstruksi berpreposisi dengan telah tersebar di dalam berbagai tulisan tata bahasa Indonesia (Melayu) baik yang ditulis oleh ahli yang sekaligus sebagai penutur bahasa Indonesia (Melayu) seperti Slametmuijana (1951), Hadidjaja (1985), Sastradiwirja (1960), Sudaryanto (1983), Harimurti Kridalaksana (1986), dan (sejumlah tulisan) Hamian (107Y, 1980, dan 198b); maupun yang ditulis oleh ahli asing seperti De Hollander (1819/1984), Van Wijk (1909/1985), Van Ophuijď·“sen (1910/1983), Alieva (1961/1991), dan Mees (1969).
Penyebutan adanya konstruksi bersubordinator dengan ditemukan dalam sejumlah tulisan yang terbatas, yaitu dalam Fokker (1979), Junus (1967), Hamlan (1981a), Moeliono {1988), dan Suwatno (1990/1991). Deskripsi terhadap konstruksi bersubordinator dengan dalam karyakarya ini hanyalah sepintas.
Pembahasan pelesapan subjek dalam bahasa Indonesia oleh Suguno (1991) sama sekali tidak menyinggung adanya pelesapan subjek dalam konstruksi berkonjungsi dengan. Pembahasan adverbial cara dan adverbial sarana dalam bahasa Indonesia oleh Sumadinata (1992) terbatas pada konstruksi yang berpreposisi dengan.
Berdasarkan fakta-takta yang disebutkan di atas, konstruksi bersubordinator dengan belum memikat perhatian para ahli untuk mendeskripsikan secara lebih mendalam."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Im, Young Ho
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Martha
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S15767
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Depdikbud, 1996
499.251 KON
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Prabowo Himawan
"Prabowo Himawan. Konstruksi sintaktik dengan konjungsi ???_a 'kogda', dalam kalimat kompleks bahasa Rusia. (Di bawah bimbingan M. Nasir Latief dan N. Jenny T. Hard_jatno) Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1994. Skripsi ini menganalisis perilaku konstruksi sintaktik klausa-klausa bawahan yang mengandung konjungsi ???_a, ketika, saat, bilamana dalam kalimat kompleks bahasa Rusia. Kalimat-kalimat dalam berbagai wacana bahasa Rusia, seperti karya-karya sastra, sejarah maupun karya-karya ilmiah lainnya, kebanyakan merupakan kalimat kompleks (sloznopodcinennoe predlozenie). Kecenderungan menggunakan kalimat kompleks, terutama yang mengandung konstruksi sintaktik dengan konjungsi kogda ini sering mengakibatkan kekaburan makna, sehingga pembaca harus bekerja lebih keras dalam usaha menafsirkan kalimat-kalimat yang memi_liki lebih dari satu klausa tersebut. Analisis dimulai dengan mengidentifikasi kalimat-kalimat kompleks yang ada dalam data. Dalam sumber data ditem_ukan sebanyak 68 kalimat kompleks yang memiliki konstruksi sintaktik dengan konjungsi kogda. Konstruksi yang demikian ini dapat berada dalam kalimat kompleks dengan dua bagian predikasi yang hubungan-hubungan antar klausanya menyatakan makna waktu, pewatas, penjelas dan syarat. Konstruksi sintaktik dengan konjungsi kogda juga dapat berada dalam kalimat kompleks dengan tiga, empat dan lima bagian predikasi. Dalam hal demikian, perilaku sintaktik bagian-_bagian predikasi dari konstruksi tersebut dapat berupa hubungan sejajar ( _ 'odnorodnye') maupun hubungan bertingkat ( _ 'neodnorodnye). Analisis dalam skripsi ini terbatas pada kalimat--kalimat kompleks dengan maksimal lima klausa atau lima bagian predikasi dalam satu kalimat, sesuai dengan yang ditemukan dalam sumber data."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14465
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Romlah
"Kalimat kondisional adalah kalimat yang tersusun dari dua buah klausa, yaitu klausa protasis dan klausa apodosis. Klausa protasis adalah klausa yang menyatakan syarat, sedangkan klausa apodosis adalah klausa yang menyatakan akibat. Subordinator syarat dalam kalimat kondisional bahasa Arab terdiri atas berbagai macam, salah satu di antaranya partikel /in/. Pada kalimat kondisional bA, tingkat realitas/kemungkinan pemyataan syarat pada klausa protasis dapat terpenuhi atau tidak ditentukan oleh subordinator syaratnya. Dalam hal ini, subordinator /in/ mengandung makna bahwa pernyataan syarat pada protasisnya sulit untuk dipenuhi atau dilaksanakan, akan tetapi masih ada kemungkinan untuk dipenuhi. Pengumpulan data dalam skripsi ini dilakukan dengan mencari ayat-ayat yang mengandung subordinator syarat /in/, kemudian diklasifikasikan menurut pola-_pola yang terbentuk dalam struktur gramatikalnya. Lalu, data tersebut dianalisis secara sintaktis, yang meliputi keterikatan subordinator /in/ dengan klausa nominal dan klausa verbal, aspek dan modus verbanya, serta posisi klausa protasis dan apodosisnya. Melalui analisis yang telah dilakukan, ditunjukkan bahwa subordinator /in/ dapat terikat dengan klausa verbal dan klausa nominal. Pada protasis, keterikatan /in/ dengan klausa nominal dapat terjadi apabila klausa protasis tersebut diawali oleh verba bantu /kana/. Hanya terdapat satu kalimat dalam Al-Quran yang menunjukkan /in/ diikuti oleh nomina tanpa verba bantu /kana/. Analisis data tersebut juga menunjukkan bahwa posisi klausa protasis dapat mendahului apodosisnya atau berada sesudah klausa apodosis. Selain itu, subordinator /in/ dapat mempengaruhi modus verba yang mengikutinya, yaitu menjadikan verba mudari bermodus jusif."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13384
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Ihsan
"Bahasa Arab memiliki pola tertentu pada bentuk verba pasif. Berdasarkan segi pelakunya (agen), verba terbagi atas verba aktif atau /al-fi?lu al-ma?lum/ dan verba pasif atau /al-fi?lu al-majhu:l/. Pada kalimat dengan verba aktif atau /al-fi?lu al-ma?lum/ yaitu apabila pelaku perbuatan disebutkan dalam kalimat tersebut. Sedangkan pada kalimat dengan verba pasif atau /al-fi?lu al-majhu:l/ yaitu apabila pelaku tindakan tidak disebutkan dalam kalimat tersebut. Analisis Struktur dan Wacana Kalimat Verba Pasif menggunakan teori structural dan wacana yang dikemukakan Cantarino, Zainudin Mansur dan Eriyanto. Yang menjelaskan tentang perubahan kalimat verba pasif secara morfologis, kedudukan subjek kalimat pasif, dan alasan serta dampak dengan tidak dimunculkannya pelaku perbuatan dalam kalimat yang menggunakkan verba pasif. Melalui tahapan tersebut, diharapkan dapat diketahui sturktur dan fungsi kalimat verba pasif dalam al-Qur?an dan Hadis. Hasil dari analisis ini disimpulkan bahwa verba dengan konstruksi pasif melibatkan proses morfologis dengan vokalisasi internal stem. Konstruksi pasif tidak hanya melibatkan verba transitif tetapi juga ditransitif dengan catatan objek pertama, kalimat aktiflah yang dapat menjadi kalimat pasif yang dimarkahi dengan kasus nominatif, sedangkan objek kedua pada kalimat aktif tetap dimarkahi dengan kasus akusatif. Selain itu konstruksi pasif juga ditemukan pada kalimat dengan verba berpreposisi. Dari korpus data yang ditemukan alasan tidak dimunculkannya pelaku perbuatan dalam kalimat verba pasif terdiri atas: a) Tak perlu dimunculkan karena sudah diketahui siapa pelakunya b) Tak mungkin dijelaskan karena tidak tahu siapa pelakunya c) Untuk tujuan menyembunyikan d) Untuk menghormati pelakunya Pembentukkan kalimat berkonstruksi pasif mempunyai maksud tersendiri yang ingin disampaikan dari penutur atau penulis, yaitu untuk menekankan suatu berita pada diri objek atau pihak yang dikenai suatu tindakkan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13256
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>