Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72569 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suhartati
"Analisis mengenai pemakaian bentuk fatis dalam dialek jakarta, bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk fatis apa saja yang diapkai dalam dialek Jakarta, yang menyangkut bentuk ujarannya, serta melihat pemakaian dan pemakainya. Dalam penelitian ini, digunakan teori sosiolinguistik yang berhubungan dengan pemilihan bahasa atau ragam bahasa, untuk menganalisis pemakaian bentuk-bentuk fatis dalam dialek Jakarta, dilihat dari faktor-faktor luar bahasa, yang menyangkut usia, jenis kelamin, status sosial, serta latar situasi.
Hasil analisis memperlihatkan bahwa banyak bentuk fatis yang dipakai dalam dialek Jakarta. Variasi bentuk fatis yang paling banyak ditemukan di sini adalah variasi bentuk fatis dalam bentuk ujaran pertanyaan dan pernyataan. Dilihat dari pemakain dan fungsi pemakaiannya, bentuk fatis paling banyak dipakai untuk menegur (menyapa) lawan bicara dan berfungsi untuk membuka saluran komunikasi (mengadakan kontak) dengan lawan bicara. Dilihat dari faktor-faktor luar bahasa, pemakaian bentuk fatis dapat dipengaruhi oleh faktor partisipan, yang menyangkut usia, status sosial, jenis kelamin, dan juga dipengaruhi oleh faktor situasi, dalam arti ada kemunculan bersama antara bentuk fatis yang dipakai dan situasinya. Berdasarkan faktor partisipan, ditemukan pemakaian bentuk fatis dalam bentuk hormat (dipakai untuk menghormati lawan bicaranya) dan bentuk fatis bukan bentuk hormat (dipakai untuk memperlihatkan keakraban atau solidaritas sosial). Bentuk fatis yang dipakai untuk menghormati lawan bicaranya (bentuk hormat), cenderung lebh lengkap, terdapat pemakaian kata sapaan istilah kekerabatan atau gabungan istilah kekerabatan + nama diri, pemakaian kata ganti bentuk asli seperti saye atau kata ganti bentuk turunan seperti Abang dan Bapak. Bentuk fatis yang dipakai untuk memperlihatkan keakraban atau solidaritas sosial, cenderung tidak lengkap, terdapat pemakaian kata sapaan nama diri, nominal, atau gabungan nominal + nama diri, serta pemakaian kata ganti bentuk asli sperti gue, elu, atau lu, kite, dan ente. Dari keempat faktor tersebut faktor usia dan hubungan keakraban antarpartisipanlah yang paling besar pengaruhnya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11143
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marti Alrina
"Bahasa Jawa Dialek Surabaya (BJDS) adalah salah satu subdialek dari diaek Bahasa Jawa Timur (BJT), yang merupakan bagian dari Bahasa Daerah Jawa (BJ). BJDS in imemiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh dialek-dialek bahasa Jawa lainnya, seperti misalnya penggunaan bentuk-bentuk sapaan rek, cak, cuk, ning, peno. Kekhasan bentuk sapaan dalam BJDS tersebut merupakan bentuk-bentuk yang tidak terdapat di daerah penyebaran dialek-dialek bahasa Jawa lainnya. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa penggunaan bentuk-bentuk sapaan dalam BJDS tidak lagi terlalu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang secara umum biasanya berpengaruh terhadap pemilihan bentuk sapaan dalam BJ yang dianggap baku. Faktor-faktor tersebut menyangkut hal seperti jarak sosial, situasi, dan topik pembicaraan. Selain itu, penggunaan bentuk sapaan dalam BJDS lebih mudah memperlihatkan dimensi hubungan sosial antarpenuturnya karena bentuk sapaan yang dipergunakan lebih sederhana dan khas. Dimensi hubungan sosial mencakup hubungan dimensi vertikal dan horisontal, sedangkan situasi pembicaraan adalah situasi di mana pembicaraan itu berlangsung, topik pembicaraan menyangkut masalah yang sedang dibicarakan"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini berjudul bentuk fatis dalam bahasa sasak. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk fatis oleh penutur bahasa sasak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan empiris untuk mengkaji makna bentuk fatis yang digunakan oleh penutur asli bahasa sasak. Informan dipilih dari penutur bahasa sasak dialek ngeno-ngene di desa bagik papan. Selanjutnya, dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif yang meliputi wawancara, transkripsi dan analisis teks. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam dan eksplorasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk fatis dalam penutur bahasa sasak relevan dan sesuai dengan teori tentang komunikasi fatis oleh malinowski dan teori fungsi bahasa interpersonal oleh halliday."
MBSN 6:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Priamsari
1999
S11689
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Singgih Sugiarto
"Penelitian ini membahas permasalahan mengenai fungsi partikel fatis yang terdapat dalam bahasa Jawa dialek Banyumas di Purbalingga. Data diperoleh dari ujaran yang dihasilkan oleh informan yang merupakan penduduk tetap di daerah Purbalingga. penelitian ini menggunakan analisis sintaksis (distribusi partikel) dan analisis wacana (konteks). Kerangka pikir dalam penelitian ini dilandasi oleh pendapat Kridalaksana (1990: 111-113) yang menjelaskan mengenai pengertian kategori fatis; Hadumod yang dikutip oleh Pattinasarany dalam Sutami (Ed.) (2004: 130-131) dan Weydt yang dikutip oleh Korah dalam Sutami (Ibid: 148), yang membahas mengenai definisi partikel fatis; dan Jakobson yang dikutip oleh Sutami (Ed.), yang membahas mengenai fungsi partikel fatis. Menurut Jakobson, partikel fatis dimungkinkan untuk memulai, mempertahankan, dan mengakhiri perbincangan (Ibid.: 187). Dengan kerangka pikir di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi partikel fatis yang terdapat dalam ujaran yang dihasilkan oleh informan berbahasa jawa dialek Banyumas di Purbalingga. Selain tujuan tersebut, penelitian ini pun diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru kepada pembaca. Diharapkan setelah membaca penelitian ini, pembaca mengetahui bahwa dalam bahasa Jawa dialek Banyumas juga terdapat partikel fatis yang memiliki fungsi tertentu dalam suatu ujaran, seperti halnya partikel fatis bahasa Jawa baku. Penelitian ini menunjukkan bahwa partikel fatis dalam bahasa Jawa dialek Banyumas di Purbalingga memiliki tiga fungsi, yaitu memulai, mempertahankan, dan mengakhiri komunikasi. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11455
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Depok : Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2005
499.221 5 UNG
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Andriani
"Tujuan dari skripsi ini pada prinsipnya adalah untuk memberikan gambaran mengenai verba bentuk partisipium imperfektum (PI) yang dipakai sebagai keterangan adjektival, bagian nominal dari predikat nominal, keterangan keadaan, dan keterangan adverbial. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada dua langkah yang diambil. Pertama, mencari makna PI dan makna verba asal (VA) sehingga dapat dilihat apakah makna VA masih ditemukan pada PI. Langkah kedua adalah mengubah bentuk PI menjadi bentuk verba--akar yang berfungsi sebagai verba unit (VF), sehingga diperoleh gambaran hubungan PI dengan bagian yang diterangkannya.
PI yang dapat dipakai sebagai keterangan adjektival, bagian nominal dari predikat nominal, keterangan keadaan, dan keterangan adverbial adalah PI yang mengandung makna sifat, keadaan, inkoatif, atau duratif. Namun, ada juga PI yang menggambarkan perbuatan, pergerakan, atau tingkat. Pada umumnya, makna VA masih dapat ditemukan pada PI.
PI yang mengandung makna sifat atau keadaan disebut juga adjektiva deverbal. Data yang memiliki bentuk yang sama dengan PI, namun memiliki makna yang berbeda dari makna VA disebut juga adjetiva atau adverbia 'murni.'
Hal menarik yang diperoleh dari analisis adalah untuk bentuk PI seperti - onderstaand(e), laatkomend(e), dan hardwerkend(e) - merupakan hasil gabungan adverbia dengan verba staan, komen, dan werken, tidak langsung diturunkan dari verba onderstaan, laatkomen, dan hardwerken. Di samping itu verba laatkomen dan hardwerken pun tidak ada.
Hubungan PI dengan bagian yang diterangkannya, pada umumnya adalah hubungan antara subjek (S) dan PV. Jika PV diisi oleh verba transitif, maka hubungan yang akan terjalin adalah antara S, PV, dan objek langsung (O)."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
S15769
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waridin
"Penelitian ini secara umum bertujuan memperoleh gambaran pemakaian ungkapan fatis dalam acara temu wicara televisi. Telaah tentang ungkapan fatis dalam acara temu wicara televise termasuk ke dalam bidang kajian analisis wacana dan pragmatik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kuantitatif hanya digunakan sebagai pendukung dalam mengenalisis data, misalnya untuk menentukan persentase sampel penelitian dan menghitung frekuensi penggunaan ungkapan fatis.
Acara temu wicara yang dijadikan sumber data adalah News Dot Com yang ditayangkan oleh Metro TV tanggal 18 Maret dan 25 Maret 2007, Empat Mata yang ditayangkan oleh Trans7 tanggal 15 Maret dan 20 Maret 2007, Ceriwis yang ditayangkan Trans TV tanggal 27 Februari dan 10 Maret 2007, dan Kick Andy yang ditayangkan oleh Metro TV tanggal 22 Maret dan 29 Maret 2007. Total waktu acara adalah 361,6 menit atau 6,03 jam. Dari delapan episode acara temu wicara televisi yang dijadikan sumber data ditemukan 1012 ungkapan fatis. Data yang diambil sebagai sampel berjumlah 282 ungkapan fatis atau 27,8% dari 1012 populasi.
Terdapat ungkapan fatis yang sudah tercatat oleh peneliti terdahulu dan ungkapan fatis yang belum tercatat oleh peneliti terdahulu. Jenis kata dan partikel fatis yang sudah tercatat peneliti terdahulu dan ditemukan dalam korpus data penelitian adalah ya, sih, dong, kok, nah, kan, deh, lho, -lah, ah, halo, toh, dan yah. Jenis kata fatis yang belum tercatat peneliti terdahulu dan ditemukan dalam korpus data penelitian adalah oke, aja, em, baik, gitu, bentar, eh, amin, nih, hai, mah, lha, tahu, wong, alah, dan bo. Kata fatis yang cenderung digunakan dalam acara temu wicara televisi adalah kata fatis ya dengan frekuensi pemakaian 72 kali.
Frase fatis yang sudah tercatat oleh peneliti terdahulu dan ditemukan dalam korpus data penelitian adalah terima kasih, selamat datang, dan selamat malam. Frase fatis yang belum tercatat oleh peneliti terdahulu dan ditemukan dalam korpus data penelitian adalah apa kabar, betul sekali, bukan begitu, dan ya sudah. Frase fatis yang cenderung dipakai dalam acara temu wicara televisi adalah terima kasih/thanks dengan frekuensi pemakaian tiga belas kali. Kalimat fatis yang ditemukan dalam korpus data adalah kalimat fatis yang berfungsi menjaga keharmonisan/mempertahankan komunikasi dengan frekuensi dua kali, tanda meminta persetujuan kepada kawan bicara frekuensi penggunaannya dua kali, dan untuk mengakhiri pembicaraan frekuensi penggunaannya dua kali. Terdapat kalimat fatis yang digunakan secara terbatas pada acara tertentu.
Tiga jenis fungsi fatis yang digunakan secara terbatas dalam acara Empat Mata mencakupi fungsi (1) mengalihkan perhatian pembicaraan, (2) membuka atau memulai kontak dengan kawan bicara, dan (3) mempertahankan kontak pembicaraan dengan kawan bicara. Tiga jenis fungsi fatis yang digunakan secara terbatas dalam acara News Dot Com mencakupi fungsi (1) memutus sementara kontak sekaligus mempertahankan kontak pembicaraan, (2) mengakhiri pembicaraan, dan (3) membuka kontak atau memulai pembicaraan. Dua jenis fungsi fatis yang digunakan secara terbatas dalam acara Ceriwis adalah (1) memutus sementara kontak sekaligus mempertahankan kontak pembicaraan, (2) membuka kontak atau memulai pembicaraan. Jenis fungsi fatis yang digunakan secara terbatas dalam acara Kick Andy adalah fungsi mengakhiri sementara kontak sekaligus mempertahankan kontak pembicaraan.

This research is generally aimed at collecting description of phatic expressions employed during television talk shows. This study is concerned with the realm of pragmatic and discourse analysis. Qualitative and quantitative methods constitute mainly in this study, with the latter providing ground on which data analysis is used to measure percentage of research sample and calculate frequency of phatic expression uses.
The talk shows from which the data were gathered are News Dot Com by Metro TV on March 18th and 25th 2007, Empat Mata by Trans7 on March 15th and 20th 2007, Ceriwis by Trans TV on February 27th and March 10th 2007, and Kick Andy by Metro TV on March 22th and 29th 2007. The total time consumed by the combined talk shows on TV is on average 361,6 minutes or 6,03 hours. Of the eight episodes of the talk shows contrributing to the data source, 1012 phatic expressions were found, of which 282 of them were used as samples, or approximately 27,8% were used as samples.
Among the phatic expression samples that have been gathered, some of them have been previously recorded by the writer, forming the corpus data for his own research, while some have not. The phatic expression samples are in the form of word, phrase, and sentence. The recorded phatic words found while conducting this research are ya, sih, dong, kok, nah, kan, deh, lho, -lah, ah, halo, toh, and yah. The unrecorded phatic word samples that turned up during this study include oke, aja, em, baik, gitu, bentar, eh, amin, nih, hai, mah, lha, tahu, wong, alah, and bo. The most frequent phatic word that appeared on the TV talk shows, reaching up to the frequency of 72 times appearance is ya. Than, the phatic phrase samples.
The recorded phatic phrases that tuned up during the research are terima kasih, selamat datang, and selamat malam, while the unrecorded ones include apa kabar, betul sekali, bukan begitu, and ya sudah. The most frequent phatic phrase with thirteen times occurrence is terima kasih/thanks. Last of all, the phatic sentences. They served different purposes, which were found during the research. One that served to maintain communication flow appeared twice, another that requested consent from interlocuters appeared twice, and the other that functioned to end a conversation appeared twice. Further functions of phatic sentences have been found in relation to TV talk shows they are angaged in.
In Empat Mata the functions of phatic sentences include (1) diverting a mainstream talk, (2) starting a discussion, and (3) maintaining interest in a chat with interlocuters. In News Dot Com phatic sentences function to (1) temporarily cut off a conversation flow while at the same time maintaining it from the loss, (2) end a talk, and (3) to start or open a new talk. In Ceriwis phatic sentences serve to (1) temporarily cut off a conversation flow while at the same time saving it from the loss, and (2) to start a new discussion. In Kick Andy phatic sentences have a sole function which is to cut off a conversation flow temporarily while at the same time keeping it from the loss.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T22761
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Menjamin, Sumaiyah
"ABSTRACT
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk sapaan dalam bahasa melayu dialek satun thailand selatan. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat deskriptif tentang sapaan BDMDSTS. DAta yang dikumpulkan merupakan bentuk bentuk sapaan yang digunakan oleh masyarakat yang menggunakan bahasa melayu dialek satun. Data dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi tau simak libat cakap dan wawancara seta dianalisis dengan metode padanreferensial dan metode kontekstual. Hasil kajian ini adalah bentuk sapaan yang sering digunakan adalah bentuk sapaan dalam ranah kekerabatan keluarga, ranah keagamaan, dan ranah kemasyarakatan. Ranah yang paling sedikit digunakan adalah ranah pendidikan. Tetapi sapaan yang ada di masyarakat BMDSTS tidak ada yang absolut, tetapi dapat diubah dan dipengaruhi oleh faktor- faktor sosial."
Mataram: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2017
400 MBSN 11:1 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ririen Ekoyanantiasih
Jakarta: Pusat Bahasa Depdiknas RI, 2009
417 RIR r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>