Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108594 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Poeri Inti Asmara
"Berkembangnya peradaban Hindu-Buddha di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa yang berlangsung sejak kurang lebih abad ke 2-15 Masehi menghasilkan banyak bangunan monumental, di antaranya adalah candi. Tinggalan candi tersebut sangat banyak jumlahnya dan memiliki gaya yang berlainan pula, namun tidak semua candi tersebut berada dalam keadaan baik, bahkan banyak yang sudah rusak sehingga bentuknya tidak dapat diketahui dengan jelas. Salah satu candi di Jawa Timur yang sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut adalah Candi Sawentar. Candi ini ditemukan dalam keadaan terkubur dan rusak parah akibat timbunan material-material lava Gunung Kelud. Candi ini belum selesai dibangun dan relung-relungnya kosong sehingga tidak diketahui pasti bagaimana bentuk arsitektur, kronologi pembangunan dan sifat keagamaannya. Tujuan penelitian Candi Sawentar ini adalah untuk mengetahui perkiraan bentuk dan gaya arsitektur, kronologi pembangunan dan sifat keagamaannya. Dengan demikian diharapkan basil dari penelitian ini dapat menempatkan Candi Sawentar dalam kerangka sejarah kuno serta sejarah arsitektur percandian, khususnya di Jawa Timur pada masa Kerajaan Singhasari dan Majapahit. Metode penelitian yang digunakan meliputi kegiatan pengumpulan data utama, yaitu pengamatan langsung pada Candi Sawentar dengan cara pendeskripsian tertulis, gambar dan foto, sedangkan pengumpulan data tambahan diperoleh dari literatur-literatur pendukung dan laporan penelitian. Setelah itu, data diolah dan dianalisis serta diperbandingkan (metode analogi) dengan candi-candi yang telah teridentifikasi dengan jelas. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa Candi Sawentar memiliki satu tingkatan kaki dan memiliki bagian kaki, tubuh, atap secara lengkap. Bilik utama (garbagrha) terletak di tengah denah candi dan atapnya memiliki tingkatan-tingkatan yang mengecil ke puncak serta diakhiri bentuk kubus. Ciri-ciri tersebut merupakan ciri-ciri bangunan candi pada masa Kerajaan Singhasari, sedangkan untuk sifat keagamaannya, berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa Candi Sawentar merupakan bangunan candi yang bersifat Hindu Saiwa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S11609
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
St Prabawa Dwi Putranto
"Candi merupakan salah satu bangunan peninggalan purbakala masa klasik yang banyak terdapat di Indonesia, terutama di pulau Bali dan Jawa, berasal dari agama Hindu dan Buddha. Masa klasik muda berlangsung di Indonesia dari abad ke-11 sampai ke-15 Masehi, yang memiliki bentuk dan gaya yang beragam. Hal itulah yang melatarbelakangi penelitian mengenai Candi Ngetos. Candi Ngetos terletak di Desa Ngetos, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, Propinsi Jawa Timur. Candi tersebut memiliki bentuk yang unik dan belum banyak peneliti yang menulis. Penelitian ini bertujuan untuk membuat gambar/denah rekonstruksi bentuk utuh Candi Ngetos, penentuan kronologi relatif dan gaya arsitektur, dan latar belakang keagamaan.
Metode penelitian yang digunakan meliputi kegiatan pengumpulan data utama, yaitu pengamatan langsung pada Candi Ngetos dengan cara pendiskripsian tertulis, gambar, dan foto. Pengumpulan data tambahan diperoleh dari literatur-literatur pendukung dan laporan penelitian. Selanjutnya data diolah, dianalisis, diperbandingkan (metode analogi) dengan candi-candi lain yang merniliki ciri arsitektural serupa dan berasal dari masa yang sama yaitu masa pemerintahan Hayam Wuruk. Candi-candi tersebut antara lain Candi Kalicilik, Candi Bangkal, Candi Angka Tahun Panataran, dan Gapura Bajang Ratu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk utuh Candi Ngetos terdiri dari kaki, tubuh, dengan atap yang menyerupai bentuk strip Candi Angka Tahun Panataran, terbuat dari bahan yang sama dengan kaki dan tubuhnya yaitu bata. Candi Ngetos diperkirakan berasal dari periode antara pembangunan Candi Kalicilik (1349 M) sampai dengan masa pembangunan Candi Angka Tahun Panataran (1369 M). Selain itu juga disimpulkan bahwa Candi Ngetos berlatar belakang keagamaan Hindu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S11610
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmulia Rekso Purnomo
"Skripsi ini membahas bangunan yang tersisa dari Candi Bangkal, yang bertujuan untuk merekonstruksi bentuk utuh candi, latar belakang kegamaan dan melakukan tinjauan kronologi terhadap Candi Bangkal. Metode yang digunakan adalah perbandingan, yaitu dengan cara membanzingkan Candi Bangkal secara arsitektural dengan candi lain yang dianggap sepadan untuk dibandingkan.
Hasil akhir penelitian ini menunjukan bahwa bentuk utuh Candi Bangkal tidak terlalu berbeda dengan pada umumnya candi Hindu yang berasal dari masa Hayam Wuruk, masa keemasan Majapahit.

The Study is Focuses in the remain of the Bangkal Temple (Candi Bangkal), to reconstruct the shape of the tample, recover it's religious back ground and do the chronology outlook. The Methode that being used at this study is analogy, wich is done by compering the temple with another temple that has the same background.
The result of this research indicate that the former shape of Bangkal Temple is not different from the most temple wich is built from the golden ages of Majpahit, when it?s ruled by Hayam Wuruk."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11961
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Ungaling Dian
"
ABSTRAK
Penelitian mengenai gaya arsitektur dan latar belakang keagamaan candi Sanggrahan telah dilakukan, tujuannya ialah untuk mengidentifikasi bentuk gaya arsitektur dan latar belakang keagamaan, serta kronologi bangunan yang terdapat di Candi Sanggrahan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data lapangan dan data kepustakaan. Penelitian dilakukan berdasarkan bentuk arsitektur candi Sanggrahan, kemudian di bandingkan dengan bangunan candi lain yang mempunyai kemiripan bentuk arsitektur dengan candi Sanggrahan. Sedangkan penelitian latar...
"
1998
S11801
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tino Suhartanto
"Candi Kalicilik terletak di desa Candirejo, Kec Ponggok, Kab. Blitar, Jawa Timur. Memiliki hiasan ornamental yang sanagt raya, sehingga bentuknya sangat indah walaupun ukurannya yang relatief kecil.
Hasil penelitian diperoleh menunjukan bahwa Candi Kilicilik memeliki satu tingkatan kaki candi, memiliki bagian kaki, tubuh dan atap secara lengkap, walupun atapnya merupakanhasil rekonstruksi. Bentuk atapnya sikhara dengan bahan yang sama dengan bahan penyusunan tubuh candi. Latar belakang keagamaan adalah Hindu Saiwa berdasarkan dari hasil analisis yang telah dilakukan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S12053
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Surtikanti Putri Sejati
"ABSTRAK
Penelitian mengenai gaya arsitektur Candi Rimbi telah dilakukan. adapun tujuannya adalah untuk melihat Candi Rimbi dalam kerangka sejarah kuno serta sejarah arsitektur candi Klasik Muda khususnya masa Majapahit, berdasarkan kronologi relatifnya. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data lapangan dan data kepustakaan.
Penelitian dilakukan berdasarkan bentuk arsitektur Candi Rimbi yang kemudian dibandingkan dengan bangunan candi lain yang mempunyai kemiripan bentuk arsitektur dengan candi tersebut. Penelitian mengenai hubungan antara Candi Rimbi dengan tokoh Tribhuwana digunakan kitab Negarakertagama dan kitab Pararaton.
Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian adalah bahwa Candi Rimbi masuk ke dalam gaya Jago menurut pembagian gaya percandian yang dilakukan oleh Pitono serta ke dalam gaya Brahu menurut Agus Aris Munandar. Hal itu karena ciri pada kedua gaya percandian tersebut dapat dijumpai pada bangunan Candi Rimbi. Adapun tersebut adalah: 1) Bangunan Candi Rimbi memiliki kaki yang berbentuk undakan yang terdiri dari tiga tingkatan kaki candi. 2) Tubuh yang merupakan bilik candi tersebut terletak di bagian belakang denah bangunannya yang berbentuk bujur sangkar. 3) Sampai saat ini tidak dijumpai lagi namun berdasarkan batu sungkup dan temuan antefiks sangat mungkin dahulu atap terbuat dari bahan batu dengan bentuk uki/ara.

"
2001
S12061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasan Djafar
"Berbeda dengan Jawa Tengah dan Jawa Timur, Jawa Barat `miskin` akan peninggalan masa lalu berupa candi. Namur, citra itu mulai berubah selelah ditemukannya sejumlah bukit kecil (unur) oleh Tim Arkeologi Universitas Indonesia tahun 1984 di daerah Batujaya, Karawang. Mulai saat itu, penelitian percandian di situs Batujaya ini dilakukan secara bertahap. Saat ini baru diteliti 12 situs dari 24 situs yang telah di survei.Namun demikian, belum diperoleh kejelasan tentang gaya arsitektur, kronologi dan sistem pcrcandiannya. Hal lain yang memaksa untuk melakukan penelitian di percandian di daerah Batujaya ini adalah pertimbangan lokasi berupa sawah sehingga mengancam keleslarian bangunan candi akibal genangan dan resapan air. Di samping itu, aktivitas sehari-hari penduduk dalam mengerjakan sawah dengan cara mencangkul dan memperluas petak sawah dapat merusak dan menghabisi unur yang di dalamnya terpendam candi.
Secara umum tujuan penelitian ini adalah memberikan pengetahuan dan lemuan baru tenlang kebudayaan dan masyarakat masa lalu, khususnya percandian di Jawa Barat Secara khusus yang ingin dicapai dalam kajian ini adalah (I) rekonstruksi bentuk bangunan candi, arsitektur, ornamental dan latar keagamaan, (2) Kronologi bangunan candi, dan (3) sistem percandian di sites Batujaya.
Penelitian ini mcrupakan kegiatan arkeologi lapangan (field archaeology) yang penekanannya pada kegiatan penggalian (excavation). Pengumpulan data lapangan dilakukan dengan metode survei dan ekskavasi, dengan fokus untuk mengetahui data fisik bangunan dan lingkungannya. Pengolahan data dilakukan dengan metode analisis bahan, bangunan dan kontekstual untuk mengetahui teknik dan fungal bangunan candi. Sedangkan pada pengolahan data dilakukan analogi sejarah (historical analogy) dan data lapangan (site comparative) dalam rangka penyusunan scjarah kebudayaan.
Hasil penelitian yang telah dicapai pada tahun kedua ini sasungguhnya masih perlu diteliti lagi secara intensif. Bangunan candi yang ditemukan semuanya terbuat dari bata. Umumnya bangunan candi yang ditemukan hanya tinggal bagian kaki atau bagian dasar bangunan Struktur bata bagian atas umumnya sudah rusak dan tidak beraturan lagi. Situs-situs yang diteliti intensif dalam penelitian ini adalah SEG I, SEG II-A, SEG H -B, SEG III-A, SEG IV, SEG V, SEG IX, TLJ I-A, TLJ I-B, TLJ I-C, TIJ V, DAN TLJ VIII
Adapun kesimpulan sementara yang dapat diberikan adalah:
a. Masing-masing bangunan candi.memiliki gaya arsitektur yang beraneka ragam
b. Bangunan candi tersebut memiliki latar agama Buddha
c. Kronologi absolut pereandian Batujaya belum diketahui karena sampel untuk uji laboratorium masih kurang dari memadai. Namun demikian, secara relatif diduga berasal dari dua tahap yaitu tahap pertama abad V--VII M (Tarumanagara), dan tahap kedua abad V11-X M (pengaruh Kerajaarl Sriwijay-a)
d. Sistem pencandian, dalam hal ini sistem peribadatan agama Buddha, baru terbatas pada 11 situs yang diteliti."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa
"Skripsi ini membahas tentang relief - relief lepas yang berasal dari situs Candi Menakjingga dan yang sekarang disimpan di Pusat Informasi Majapahit untuk dapat diketahui latar belakang keagamaan bangunan Candi Menakjingga berdasarkan tema cerita dan penggambaran relief, serta untuk mengetahui perkiraan bentuk Candi Menakjingga dan perkiraan letak panil relief pada bangunan candi. Penelitian ini menggunakan kajian analogi dengan mempersamakan ciri atribut pada relief dan struktur bangunan yang ada di Candi Menakjingga dengan relief dan bentuk bangunan candi lain yang mempunyai ciri yang sama.
Hasil penelitian membuktikan bahwa Candi Menakjingga berlatar belakang agama Hindu dengan perkiraan bentuk denah candi adalah segi empat berukuran 24 x 24 m, menghadap ke arah barat, memiliki satu pagar keliling dan dua teras yang pada dindingnya dipahatkan relief yang mungkin dibaca secara pradaksina. Teras pertama dipahati relief cerita Tantri Kamandaka dan relief hewan ornamental, sedangkan teras kedua dipahati relief cerita Panji.

The focus of this study is the relief from Menakjingga Temple and Majapahit Information Centre. It is to show the background of religion base on tales and relief, also to show form of Menakjingga Temple, place of relief, and building structure. This research use analogical approach that identical the attributes of relief of Menakjingga Temple with relief and form of building from other Temples that shown the same characteristic.
The result proved that the temple has background of Hindu, rectangular sketch with measurement 24 x 24 m, has one hedge and two terraces with relief read as pradaksina. First terrace has relief from sequences of Tantri Kamandaka and decorative relief. Second terrace decorate with the scene of Panji stories."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11416
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Sudianto
"Pada kajian ini, akan dilihat umur relatif suatu benda sejarah berupa bangunan candi melalui perbingkaiannya. Perbingkaian sendiri merupakan bagian yang tidak dapat lepas dari arsitektur bangunan, karena suatu perbingkaian akan membentuk satu profil bangunan. Pada bangunan keagamaan masa Hindu-Buddha, perbingkaian juga merupakan bagian dari bangunan fisiknya. Berdasrkan tinggalan bangunan yang adaini, kemudian akan dilihat kronologi yang ada dengan berdasarkan pada perubahan perbingkaiannya. Perjalanan waktu yang panjang selalu memungkinkan suatu bentuk berkembang, tak terkecuali perbingkaian itu sendiri. Perubahan benntuk ini kemudian diharapkan membawa petunjuk suatu indikasi perkembangan. Pada tahap analisis digunakan metode seriasi dengan tujuan mendapatkan urutan kronologi candi..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
S11420
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Marhaendra Djaja
"Kabupaten Blitar dikenal sebagai daerah seribu candi. Namun anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk sektor pariwisata dan budaya sangat kecil sekitar 0,1% dari total APBDnya. Hal ini tidak sebanding dengan arti pentingnya peninggalan cagar budaya bagi penguatan jatidiri bangsa. Selain itu, merawat dan melestarikan cagar budaya yang sering dianggap selalu menjadi beban bagi pemerintah. Sehingga diperlukan upaya untuk memberdayakan situs cagar budaya sehingga minimal menjadi suatu cagar budaya yang profit center bahkan membiayai dirinya sendiri yakni dengan peran serta masyarakat.
Hasil analisis spasial dan ekonomi memperlihatkan peran serta masyakarakat berdampak adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar situs melalui distribusi pendapatan, perluasan lapangan pekerjaan dan lepas dari kemiskinan. Selain itu didapatkan bahwa dalam hal perencanaan tata ruang belum terlihat adanya kontribusi dari aspek budaya dalam proses penyusunan RTRW sehingga menyebabkan pentingnya potensi dari cagar budaya bagi suatu wilayah tidak terlihat dan alih fungsi lahan cagar budaya menjadi fungsi lain akan lebih mudah terjadi.

Blitar district is known as the thousand temples. However, the budget spent by the government for the tourism and culture sector is very small about 0.1% of the total APBD. It is not proportional to the importance of cultural heritage relics for strengthening the nation's identity. In addition, care for and preserve the cultural heritage that is often considered to always be a burden for the government. So it is necessary to empower cultural heritage sites so that the minimum be a profit center of cultural heritage even support himself namely with public participation.
Spatial and economic analysis results show the role and impact of community in their increased prosperity around the site through the distribution of income, expand employment opportunities and escape poverty. In addition it was found that in terms of spatial planning have not seen the contribution of the cultural aspect in the process of drafting the RTRW, causing the potential importance of the cultural heritage of an area not visible and land conversion into other functions of cultural heritage would be more apt to occur."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
D2268
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>