Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86962 dokumen yang sesuai dengan query
cover
D. Rusdianto Erawan
"Ajaran Islam tidak mengajarkan cara membuat mesjid secara fisik, sehingga bentuk bangunan mesjid di dunia berbeda satu sama lain tergantung budaya masyarakat yang mendukungnya. Di Jakarta bangunan mesjid yang masih dapat dilihat secara fisik, semuanya berasal dari masa kolonial, sehingga arsitektur kolonial, menurut penelitian terdahulu, turut mewarnai bangunan mesjid secara fisik. Masyarakat yang bermukim di Jakarta sejak dahulu sangat majemuk, sehingga selain budaya tradisional dan kolonial kemungkinan ada unsur budaya lain yang masuk, terutama budaya yang berkembang disekitar mesjid. Selain itu, pada awal abad ke-20 berkembang pula arsitektur indis dan arsitektur bergaya kubisme, maka penelitian ini dimaksudkan untuk melihat seberapa besar unsur-unsur budaya di atas dalam mempengaruhi bentuk mesjid secara fisik, baik arsitektur maupun ornamental. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengklasifikasi bentuk komponen yang ada pada mesjid-mesjid yang diteliti. Tahap selanjutnya adalah membandingkan bentuk komponen tersebut dengan bentuk yang sama, yang terdapat pada mesjid lain atau bangunan lain, yang memiliki kesamaan akar budaya dan umur. Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan sumber data Mesjid Al-Makmur, Cikini dan Mesjid Hidayatullah, Karet, dapat ditarik kesimpulan bahwa mesjid-mesjid pada awal abad ke-20, secara arsitektural dan ornamental dipengaruhi oleh unsur- budaya tradisional, kolonial, lingkungan sekitar, Arab, dan Cina. Mesjid-mesjid tersebut tidak memiliki ornamen yang kaya. Selain itu mesjid-mesjid tersebut memperlihatkan unsur budaya indis dan arsitektur kubisme yang berkembang pesat pada saat itu."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S11882
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Redi Rahmat
"ABSTRAK
Penelitian mengenai Perkebunan Teh di Afdeeling Suka_bumi (Akhir abad XIX - Awal abad XX ) dilakukan sejak bu_lan Januari 1989 hingga bulan Mei 1990. Penelitian dalam rangka mengumpulkan data dilakukan dengan melalui studi kepustakaan di Jakarta, Bogor, Sukabumi dan Bandung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkebunan teh di Afdeeling Sukabumi dalam kurun waktu tersebut, menunjukkan suatu fenomena yang menarik. Penulis melihat betapa per_kebunan teh berhasil menjadi komoditi ekspor yang utama bagi tulang punggung perekonomian Afdeeling ini, menggeser kedudukan kopi yang sebelumnya merupakan komoditi andalan. Sejalan dengan itu pemerintahan di wilayah ini berkerbang terus mulai dari sebuah distrik hingga menjadi sebuah ka_bupaten. Penulis juga melihat ada beberapa akibat yang di_timbulkan oleh berkembangnya perkebunan teh di Afdeeling ini, dalam bidang sosial ekonomi penduduk setempat. Di an_taranya adalah muncul dan berkembangnya perkebunan teh rak_yat, tumbuhnya organisasi-organisasi perkebunan teh lokal dan semakin majemuknya masyarakat dan ekonomi di Afdeeling Sukabumi ini.

"
1990
S12423
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Greysia Susilo-Junus
"Studi mengenai Cina di Indonesia merupakan lapangan studi yang membutuhkan eksplorasi luas. Klenteng sebagai salah satu wujud material agama orang-orang Cina di Indonesia memiliki bentuk bangunan yang khas Cina dengan atribut-atribut kuat sebagai penanda bangunan dan atribut-atribut lemah sebagai bagian dari gaya I style.
Penelitian mengenai klenteng-klenteng abad 16 hingga paruh awal abad 20 di DKI Jakarta merupakan suatu penelitian awal untuk memahami klenteng sebagai salah satu wujud kebudayaan orang-orang Cina yang bermukim di Indonesia sejak lama, terutama pemahaman mengenai agama dan aspek sosialnya.
Penelitian memakai atribut-atribut bentuk, material, ukuran dan detail bagianbagian bangunan sebagai alat utama dan latar belakang konsep pendirian klenteng di Cina sebagai data penunjang untuk menghasilkan suatu tipologi bangunan klenteng yang berada di DKI Jakarta.
Kentalnya unsur-unsur bangunan Cina dalam klenteng-klenteng di Jakarta menandakan bahwa bangunan merupakan manifestasi identitas bagi masyakarat Cina di manapun mereka berada. Penambahan unsur-unsur tokoh lokal Indonesia pada dewa-dewi yang dipuja merupakan bagian akulturasi orang-orang Cina dengan konsep kepercayaan lokal di mana mereka bermukim.
Klenteng yang berada di DKI Jakarta merupakan bangunan klenteng yang memiliki konsep bangunan daerah Selatan Cina yang jauh dari pemerintah pusat di bagian Utara sehingga memiliki gaya yang berbeda. Klenteng di Jakarta tidak memiliki konsep Klenteng Kerajaan yang resmi dibangun pemerintah Cina yang. berkuasa tempi memiliki konsep bangunan 'rumah =wall' yang biasa dibangun para pedagang-pedagang kaya di daerah Selatan Cina. Hal ini terlihat pada sebagian besar atributnya yang merupakan ciri khas bangunan daerah Selatan Cina."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17306
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maman Soetarman Mahayana
"ABSTRAK
Berakhirnya abad XIX dan memasuki awal abad XX, bagi bangsa Indonesia merupakan masa yang amat penting, mengingat pada masa itulah bangsa Indonesia memasuki masa transisi, yaitu masa ketika terjadi perubahan besar dari masyarakat dengan budaya lisan ke budaya tulis dan dari budaya dengar ke budaya baca. Masuknya sistem pendidikan modern (Belanda), telah ikut mempercepat proses terjadinya perubahan besar itu. Dunia pendidikan tidak lagi menjadi milik para bangsawan, tetapi juga para priyayi rendah. Muncul kemudian elite priyayi yang, karena dampak pendidikan itu pula, menyadari pentingnya arti pendidikan bagi bangsa Indonesia. Tumbuhlah kepedulian dan kesadaran mereka akan nasib bangsanya. Lahirlah kemudian apa yang disebut sebagai Kebangkitan Nasional.
Meningkatnya golongan pribumi yang dapat membaca dan menulis itu ditanggapi pula dengan bermunculannya media massa berbahasa Melayu. Media massa yang menggunakan bahasa Melayu, ternyata paling luas penyebarannya dan paling banyak masyarakat pembacanya. Kebanyakan pribumi waktu itu relatif dapat membaca dan memahami bahasa Melayu dibandingkan bahasa daerah tertentu. Maka pilihan pada sasaran pembaca yang berbahasa Melayu, ditanggapi pula oleh para pemilik modal atau mereka yang punya idealisme dan komitmen kebangsaan, untuk menerbitkan dan mengelola sendiri majalah atau surat kabar yang akan diterbitkannya. Di berbagai daerah lalu muncullah surat-surat kabar atau majalah yang berbahasa Melayu yang dikelola oleh pribumi sendiri. Para pengelola surat kabar atau majalah itu, menyadari pula bahwa lewat media massa, berbagai gagasan untuk kemajuan bangsa dapat dipublikasikan secara luas ke segenap lapisan masyarakat.
Dalam suasana perubahan itulah, gagasan R.A. Kartini mengenai emansipasi menyebar luas, baik melalui publikasi di media massa, maupun lewat tindakan kongkret dengan mendirikan sekolah-sekolah untuk kaum perempuan. Tirto Adhi Soerjo adalah salah seorang perintis yang memulai penerbitan majalah khusus kaum wanita, yaitu Poetri Hindia. Berturut-turut kemudian Wanita Swara, Poetri-Mardika dan majalah wanita lainnya yang tersebar di pelosok tanah air.
Mengingat waktu itu kendala utama bagi kaum wanita untuk memperoleh kemajuan menyangkut soal pendidikan, feodalisme dan adat istiadat yang membelenggu, maka isi majalah-majalah wanita itu pun, semuanya mencoba memasalahkan kedudukan dan emansipasi.wanita. Sampai tahun 1928, masalah ini benar-benar mendominasi tema yang diangkat majalah-majalah wanita. Persoalan itulah yang coba ditelusuri dan diungkapkan penelitian ini dalam kaitannya dengan gagasan emansipasi wanita."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Yoki Rendra Priyantoko
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai pola yang tampak pada alu-alun dan bangunan di Pusat Kota Gemeente di Pesisir Utara Jawa Yang dikenali dengan adanya alun-alun dan bangunan-bangunan di sekitarnya. Penelitian dilakukan untuk mengungkap letak alun-alun dan keberadaan bangunan-bangunan di semua sisi alun-alun yang dikaitkan dengan perubahan status administrasi pemerintahan kota dari sentralisasi menjadi desentralisasi. Hasil analisis tersebut tidakmenemukan pola bangunan pasa semua Gemeente di Pasar Utara Jawa tetapi terdapat bangunan lama yang tetap dipertahankan posisinya meskipun kota-kota tersebut telah mengalami perubahan status administrasi pemerintah

Abstract
This thesis discusses the patterns that appear square and building at the City Center Gemeente in the North Coast of Java that are recongnized by the square and the building around it. The study was conducted to reveal the location of the square and the presence of buildings on all sides of the square which is associated with changes in the status of the city administration of centralization to decentralization..."
2010
S11911
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Kharisma
"Penelitian ini membahas tentang perdagangan mobil di Hindia Belanda pada awal abad ke-20 hingga akhir masa depresi ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang perdagangan mobil di Hindia Belanda mulai dari awal abad ke-20 hingga saat terjadinya penurunan perdagangan mobil di Hindia Belanda pada masa depresi ekonomi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yaitu heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perdagangan mobil di Hindia Belanda mempunyai dampak yang cukup besar terhadap kondisi sosial-ekonomi masyarakat Hindia Belanda. Hal ini dapat dilihat dari awal kemunculan mobil hingga saat terjadi penurunan penjualan mobil pada tahun 1930-an di Hindia Belanda.

This objective research is about cars traiding in Netherland Indies at the early of 20 century until the end of economic depression time. The purpose of this research is to know about car traiding in Nethrland Indies from the early of 20 century until when case decreasing of car traiding in Netherland Indies at economic depression. This research uses historical method (heuristic, critic interpretation, and historiography). The conclusion is about car traiding in Netherland Indies that has a massive impact for Netherland Indies society social-economic condition. We can see this impact from the very beginning of car invention until the decreasing of car selling in 1930_s in Netherland Indies."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S12110
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Berliana Windy Arlintya
"Ketandan merupakan kawasan permukiman masyarakat Etnis Tionghoa (pecinan) yang terletak di Kota Yogyakarta. Adanya kependudukan Belanda di tanah Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat ternyata memiliki pengaruh terhadap pembentukan identitas budaya masyarakat Etnis Tionghoa. Hal tersebut dapat terlihat pada
gaya bangunan yang dijadikan sebagai tempat aktivitas sehari-hari. Bangunan yang dijadikan data penelitian berjumlah 13 bangunan yang berupa bangunan hunian, rumah toko, dan toko. Dengan demikian penelitian ini akan membahas mengenai identitas budaya masyarakat Tionghoa di Pecinan Ketandan dengan menggunakan
tiga metode penelitian Sharer&Ashmore, yaitu pengumpulan data, pengolahan data, dan analisis data. Analisis yang digunakan menggunakan analisis deskriptif yang didasarkan pada konsep identitas budaya Stuart Hall (identity of becoming dan identity of being). Setelah dilakukan analisis akan ditarik kesimpulan yang
menjelaskan bahwa masyarakat Tionghoa di Pecinan Ketandan memiliki tiga identitas budaya yang berbeda, yaitu Tionghoa, Belanda, dan Jawa. Adanya tiga budaya yang berbeda ini dipengaruhi oleh faktor sosial dan religi, yaitu interaksi keseharian, perkawinan, dan tradisi.

Ketandan is a residential area of ​​the Chinese ethnic community (Chinatown) located in the city of Yogyakarta. The existence of the Dutch population in the land of the Ngayogyakarta Hadiningrat Sultanate turned out to
have an influence on the formation of the cultural identity of the Chinese community. This can be seen in the style of the building as a place for daily activities such as residential buildings, shop houses, and shops. This
study will discuss the cultural identity of the Chinese community at Ketandan Chinatown by using three methods of Sharer & Ashmore research, namely data collection, data processing, and data analysis. The analysis used is
descriptive analysis based on Stuart Hall's concept of cultural identity (identity of becoming and identity of being). After the analysis is conducted, conclusions will be drawn explaining that the Chinese community in
Ketandan Chinatown has three different cultural identities, namely Chinese, Dutch, and Javanese. The existence of these three different cultures are influenced by social and religious factors, namely daily interactions, marriage, and tradition
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mulyana
"Perumusan masalah dalam skripsi ini adalah simbol-simbol apa saja yang terdapat di mesjid An-Nawier, dan apakah simbol-simbol yang ada tersebut maknanya berkaitan dengan ajaran agama Islam. Untuk menyusun skripsi ini, pengumpulan data diiakukan dengan Cara studi pustaka menurut kaidah penelitian sejaralt dengan menggunakan metode deskriftif analisis, dan pengamatan langsung ke objek penelitian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S13316
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Zoraya
"Berdasarkan pengamatan dari peta-peta tahun 1920-an, 1930-an dan 1940-an, diketahui bahwa wilayah Menteng dan Neuw Menteng mangalami perkembangan. Perkembangan terlihat dari penambahan unsur-unsur kota taman yang terdapat pada kedua wilayah tersebut. Pada tahun 1920-an dapat dilihat pembangunan telah dilakukan + 47 persen dari luas keseluruhan wilayah Menteng. Pada tahun ini telah dibangun 5 buah taman, jaringan jalan dengan lebar 16-30 m, beberapa bangunan hunian dengan luas 100m-100m, 4 buah bangunan umum dan jalur kereta api yang mengelilingi wilayah Menteng kecuali di bagian baratnya. Pada Peta 1930-an dapat dilihat pembangunan telah dilakukan +- 90 persen dari luas wilayah Menteng. Pada tahun ini terdapat penambahan pembangunan 4 buah taman, jaringan jalan lebar 16-20m, bangunan hunian dengan luas 500-800m, 6 buah bangunan umum. Sementara itu jalur kereta api tidak mengalami perubahan dari tahun 1920-an. Pada peta tahun 1940-an dapat dilihat keadaan wilayah Menteng tidak mengalami banyak perubahan apabila dibandingkan dengan peta tahun 1930-an. Perkembangan terlihat dari penambahan bangunan hunian. Sementara itu pada peta 1920-an Nieuw Menteng belum dimulai, tahun 1930-an dapat dilihat pembangunan fisik wilayah Nieuw Menteng telah dimulai. Pada tahun tersebut terdapat 1 buah taman, jaringan jalan dengan lebar 10-30 m, bangunan hunian dengan luas 100-300m, 1 bangunan umum dan jalur kereta api yang terdapat pada bagian utara wilayah Nieuw Menteng.Pada peta 1940-an dapat dilihat wilayah Nieuw Menteng tidak mengalami banyak berubahan dari apabila dibandingkan dengan peta tahun 1930-an..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11615
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>